Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

BOTANI FARMASI
MORFOLOGI DAN ANATOMI BATANG

OLEH :
KELOMPOK III (TIGA)
UNIVERAL B 2023

ASISTEN : TIRANI NAFTALI

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMARISAH MADANI
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari struktur organ
baik mengenal akar, daun, batang, bunga, buah maupun bijinya. Pada
dasarnya tumbuhan terdiri atas tiga pokok yaitu akar, batang, dan daun.
Sedangkan bagian-bagian lain pada tumbuhan hanyalah penjelmaan
salah satu diantara ketiga bagian pokok atau mungkin kombinasi bagian-
bagian pokok tersebut. Boleh jadi bagian tumbuhan yang kita beri nama
tersendiri tersebut adalah bakal bagian pokok tersebut (Tjitrosoepomo,
2016).
Anatomi merupakan ilmu yang salah satu sasarannya adalah untuk
memahami fungsi struktur. Dengan anatomi maka dapat lebih dipahami
mengenai struktur fungsi dan keuntungan sejumlah organ dan jaringan.
Anatomi tumbuhan mula- mula membahas fungsi tumbuhan yang dinamis,
disertai pemahaman mengenai jenis sel dan jaringan. Fungsi setiap
struktur harus dianalisis sendiri. Selain itu pembahasan fungsi tak lepas
dari kajian perkembangan tumbuhan karena dalam perkembangan
inistruktur yang belum, sedang, dan selesai terdifferensiasi akan amat
berbeda (Tjitrosoepomo, 2016).
Pada percobaan kali ini kita akan mengamati bagaimana morfologi
dan anatomi. Batang merupakan salah satu bagian dari tumbuhan yang
amat penting, batang berfungsi sebagai penerus penyaluran air dan unsur
hara dari akar ke daun atau bagian tubuh tumbuhan yang membutuhkan.
Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain, terdiri atas ruang-ruang yang masing-masing
dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku itulah terdapat daun,
biasanya tumbuh ke atas menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop
atau heliotrop), selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu
sering dikatakan bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang lebih
terbatas. Mengandung percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak
digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umumnya
pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda (Rukmana,
2017).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu, agar dapat mengetahui
bentuk morfologi batang pada tanaman dan bagian anatomi batang pada
tanaman
I.2.2 Tujuan Percobaan
Percobaan kali ini bertujuan untuk memperkenalkan bagaimana
morfologi dan anatomi batang pada suatu tumbuhan.
I.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan kali ini adalah mengamati bentuk morfologi
dan anatomi dari batang brotowali. Pada pengamatan anatomi batang kita
menggunakan bantuan mikroskop pada perbesaran 4x, 10x dan 40x,
dengan medium aquades, kloralhidrat dan fluoroglusin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Definisi Batang
Batang atau stek merupakan organ yang terdiri dari sistem nodus
yang berselang-seling, tempat melekat daun dan internodus. Pada sudut
paling atas yang berbentuk oleh sekitar daun dan batang terdapat kuncup
aksilaris struktur yang dapat membentuk tunas lateral disebut cabang,
sebagian besar kuncup aksilaris suatu tunas muda bersifat dorman( tidak
bertumbuh) (Muwaffaqoh, 2013).
Batang adalah tumbuhan atau bagian dari tubuh tanaman yang
menghasilkan daun dan struktur reproduktif. Daerah pada batang yang
menumbuhkan daun disebut nodus sedangkan daerah antara dua nodus
disebut interdium atau ruas. Berdasarkan kerampangan batang, tumbuhan
dibedakan menjadi tumbuhan yang tidak berbatang (Planta acaulis)
seperti lobak dan tumbuhan yang jelas berbatang terdiri atas batang
basah (Herbaceous), batang berkayu (Lignosus), batang rumput
(Calmus), batang mendong (Calamus) (Meirantan, 2014).
Pada umumnya batang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Fadil
Gareng, 2018) :
1. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf (simetri
radial).
2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan
pada buku-buku inilah muncul tunas yang membentuk cabang batang,
daun, atau akar.
3. Biasanya tumbuh ke atas menuju cahaya atau matahari (bersifat
fototrop atau heliotrop).
4. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan,
bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan,
tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang
kecil.
5. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya
pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.
Fungsi batang pada tumbuhan adalah sebagai pendukung bagian-
bagian tumbuhan yang berada di atas tanah seperti daun, bunga dan
buah sebagai tempat perlintasan air dan zat-zat dari akar ke daun maupun
sebaliknya, memperluas badan asimilasi tempat pertukaran gas dan
sebagai tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan (Tjitrosoepomo,
2016).
Apabila kita memperhatikan macam-macam jenis tumbuhan, maka
dapat dibedakan menjadi, (Meirantan, 2014) :
1. Tumbuhan yang tidak berbatang (Plata acaulis), yaitu tumbuhan yang
tidak berbatang, tetapi sesungguhnya tumbuhan yang tidak berbatang
tidak ada, hanya daunnya tersusun sangat rapat satu sama lain,
sehingga tumbuhan itu seolah-olah tidak berbatang. Contoh: Lobak
(Raphanus sativus L.), Sawi (Brassica juncea L.). Tumbuhan ini tidak
akan tampak berbatang pada saat tumbuhan berbunga. Dan daun-daun
yang tersusun berjejal-jejal satu sama lain yang disebut roset (Rosula)
2. Tumbuhan yang berbatang, yaitu tumbuhan yang jelas-jelas kelihatan
batangnya seperti kita jumpai pada umum tumbuhan. Tumbuhan
berbatang dibedakan menjadi batang basah (Herbaceous), yaitu batang
lunak dan berair. Contoh: Pacar air (Impatienbalsamina L.) dan batang
berkayu, Yaitu batang yang biasanya keras dan kuat karena sebagian
besar jaringannya terdiri atas kayu
3. Batang rumput (Calmus), yaitu batang tidak keras, mempunyai ruas
yang nyata dan seringkali berongga. Contoh: Padi (Oryza sativa L).
4. Batang mendong (Calamus), yaitu seperti batang rumput, tetapi
mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang. Contoh: Mendong
(Fimbristylis globusa).
Dilihat dari sudut bentuk penampang melintangnya batang dapat
dibedakan dalam beberapa bentuk batang antara lain, (Meirantan, 2014) :
1. Bulat (Teres), misalnya bambu (Bambusa sp.).
2. Bersegi (Angularis), dalam hal ini ada kemungkinan batang berbentuk
bangun segitiga (triangularis) misalnya batang teki (Cyperus rotundus),
dan batang berbentuk segi empat (Quadrangularis), misalnya batang
markisah.
3. Pipih dan biasanya melebar menyerupai daun dan mengambil alih
tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian dinamaka filokladia
(Phyllocladium), jika amat pipih dan mempunyai pertumbuhan yang
terbatas,misalnya pada Jakang (Muehlenbeckia platyclada meissn),
dan kladodia (Cladodium), jika masih tumbuh terus dan mengadakan
percabangan, misalnya sebangsa kaktus (Opuntia vulgaris).
Dilihat permukaannya, batang tumbuhan juga memperlihatkan sifat
yang bermacam-macam, yaitu (Meirantan, 2014):
1. Licin (Laevis), misalnya batang jagung (Zea mays)
2. Berusuk (Costatus), jika pada permukaannya terdapat rigi-rigi yang
membujur, misalnya iler (Coleus scutellarioides)
3. Beralur (Sulcatus), jika batang membujur terdapat alur-alur yang jelas,
misalnya pada Cereus peruvianus
4. Bersayap (Alatus), biasanya pada batang yang bersegi, tetapi pada
sudut-sudutnyaterdapat pelebaran yang tipis, misalnya pada ubi
(Dioscorea alata L.) dan markisah (Passiflora quadrangularis).
Arah tumbuh batang dapat memperlihatkan variasi dan bertalian
dengan sifat ini dibedakan batang yang tumbuhnya tegak lurus (Erectus),
menggantung (Dependens), berbaring (Humifusus), menjalar atau
merayap (Repens), serong ke atas atau condong (Ascendens),
mengangguk (Nutans), memanjat (Scandens) dan membelit (Volubilis)
(Meirantan, 2014).
Percabangan pada batang dibedakan atas 3 macam, yaitu
(Meirantan, 2014) :
1. Percabangan monopodial, yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas
karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya)
daripada cabang-cabangnya misalnya pohon cemara (Casuarina
equisetifolia).
2. Percabangan simpodial, batang pokok sukar ditentukan, karena dalam
perkembanganselanjutnya mungkin menghentikan pertumbuhannya
atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhan dibandingkan dengan
cabangnya, misalnya pada sawo manila (Achras zapota).
3. Percabangan menggarpu atau dikotom, yaitu cara percabangan, yang
setiap kali batang menjadi dua cabang yang sama besarnya, misalnya
paku andam (Gleichenialinearis).
II.1.2 Struktur Anatomi Batang
Struktur batang terdiri atas, (Munaffaqoh, 2018) :

Gambar 1 Struktur anatomi batang dikotil dan monokotil

II.1.2.1 Epidermis
Epidermis ditinjau dari asal katanya, yaitu dari bahasa
Yunani, epi berarti di atas, derma berarti kulit; maka epidermis
termasuk sistem jaringan kulit bersama-sama bentuk khusus
lainnya yaitu stomata, trikomata, sel-sel kipas (bulliform cells,
motor cells), litosis, sel-sel silika dan sel-sel gabus. Epidermis
adalah lapisan yang berada paling luar pada alat-alat tumbuhan
seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.
II.1.2.2 Korteks (Parenkim)
Korteks tersusun dari jaringan parenkim yang merupakan
Jaringan dasar. Di daerah peripir (pinggir) kadang-kadang
terdapat kolenkim yang berkelompok atau membentuk lingkaran
tertutup. Jaringan sklerenkim dapat berupa serabut yang
berkelompok dan skelerida yang soliter. Sel-sel kortek dapat berisi
tepung, Kristal atau zat lainnya. Pada daerah kortek dijumpai
idioblas dapat berupa sel minyak, ruang lender, sel lender, sel
kristal, kelenjar minyak, sel hars, saluran gom, saluran lender.
II.1.2.3 Berkas Pembuluh
Berkas pembuluh merupakan penyebab munculnya variasi
struktur batang. Pada dikotil berkas pembuluh umumnya
membentuk silinder diantara korteks dan empulur. Berdasarkan
proses perkembangannya, dapat dibedakan jaringan pembuluh
primer dan jaringan pembuluh sekunder. Jaringan pembuluh
primer berasal dari prokambium. Prokambium dibentuk terus
menerus didekat meristem apeks. Xilem primer terdiri dari
protoxilem dan metaxilem. Protoxilem dibentuk lebih dulu,
sedangkan pembentukan dan pendewasaan metaxilem terjadi
kemudian. Pada monokotil yang tidak mengalami pertumbuhan
sekunder, prokambium terdiferensiasi seluruhnya menjadi xilem
dan floem primer. Pada dikotil selain berdiferensiasi menjadi xilem
dan floem primer, sebagian prokambium menjadi kambium
pembuluh yang nantinya menghasilkan jaringan pembuiluh
sekunder, yaitu xilem sekunder atau kayu dan floem sekunder
atau kulit kayu.
II.1.2.4 Empulur (Parenkim)
Empulur merupakan bagian batang paling dalam, berkas
pengangkutan tidak tersusun padat tetapi ada bangunan jaringan
dasar diantaranya. Pada tumbuhan Monokotil, tidak dibedakan
antara kortek dengan empulur, sehingga disebut jaringan dasar.
Sistem pembuluhnya terdiri dari ikatan pembuluh yang tersebar
dan pada potongan melintang tidak menunjukkan satu lingkaran.
Kebanyakan tumbuhan Monokotil mempunyai sarung daun yang
melindungi, relative lama, karena ruas-ruas batang masih
melanjutkan pertumbuhan interkalar.
II.1.2.5 Kambium Vaskular
Kambium vaskular yaitu silinder dari sel-sel meristematik
yang seringkali tebalnya hanya satu sel. Kambium ini
meningkatkan lingkar tumbuhan dan juga menambahkan lapisan-
lapisan xilem sekunder dan floem sekunder.
II.1.2.6 Kambium gabus
Kambium gabus merupakan tahap awal pertumbuhan
sekunder, epidermis terdorong ke luar, sehingga pecah
mengering, dan gugur dari batang atau akar. Epidermis digantikan
oleh dua jaringan yang dihasilkan oleh kambium gabus, yaitu
silinder yang tersusun atas sel-sel yang sedang membelah yang
muncul pada korteks batang paling luar dan pada lapisan perisikel
paling luar di akar.
II.3 Morfologi dan Klasifikasi Tanaman
II.3.1 Morfologi Tanaman Brotowali

Gambar 2 Tanaman Brotowali (Tinospora crispa (L).)

Morfologi tanaman brotowali (Tinospora crispa L.) yaitu, berdaun


tunggal, tanpa stipula, bentuk jantung ujung daun runcing tepi rata, tulang
daun menjari, memiliki 5-7 tulang daun, ukuran helai daun (6-13 cm) x (7-
14) cm, helai daun hijau muda dan halus, tangkai daun panjang (3-11 cm),
pangkal, bengkok dan membesar, daun tersusun berseling, bertangkai
dan berbentuk seperti jantung atau agak membundar, berujung lancip
dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Helaian daun tebal dan kaku,
ujung meruncing (Acuminatus), pangkal tumpul (Obtusus), tepi rata.
Pertulangan daun menyirip (Pinnate) dengan permukaan atas licin dan
bawah halus, berlekuk pada bagian pertulangan (Tjitrosoepomo, 2016).
Tanaman brotowali merupakan tanaman berbentuk semak, merambat
pada pohon yang lain. Brotowali memiliki batang atau ranting (bentuk
spiral). Batang bulat, warna hijau-cokelat, sukulen (Succulent), batang tua
disertai benjolan-benjolan (Tuberculatum), dari batang dapat keluar akar
gantung yang tumbuh dan dapat mencapai tanah batang bulat, berkayu,
permukaan berbenjol-benjol, bercabang, hijau jika disimpan dalam jangka
waktu yang cukup lama, keadaan batang cenderung tidak berubah
(Tjitrosoepomo, 2016).
Tanaman brotowali ini berbunga sepanjang tahun. Bunga kecil,
berwarna hijau muda atau putih kehijauan. aksiler atau cauliflorous,
perbungaan (Infloresensi), rasemos (Pendulus), bentuk bunga aktinomorf,
uniseksual; bunga jantan dengan 6 sepal (hijau), petal 3, sta- men 6,
bunga betina jarang diketemukan. Mahkota bunga bewarna putih, kelopak
bunga agak menyatu. Bunga brotowali ini memilki putik saja. Bunga
brotowali termasuk jenis bunga tidak sempurna, karena tidak memiliki
bagian-bagian bunga yang tidak lengkap. Ukuran bunga tanaman ini juga
terbilang kecil. Bunganya termasuk majemuk tandan semu, letaknya
menggantung, dan memiliki warna hijau muda atau putih kehijauan. Pada
bunga jantan, bunganya bertangkai pendek, dimana terdapat mahkota
yang berjumlah tiga helai dan enam buah kelopak. Brotowali mempunyai
buah yang berkumpul dalam tandan. Buah pada brotowali termasuk buah
batu.Warna buahnya merah muda dan hijau (Tjitrosoepomo, 2016).
II.3.2 Klasifikasi Tanaman Brotowali
Kalsifikasi tanaman brotowali (Plantamor. 2023) :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledon
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Tinospora
spesies : Tinospora crispa L.

Gambar 3 Tanaman Brotowali (Tinospora crispa (L.)

II.4 Uraian Bahan


II.4.1 Aquadest (Ditjen POM, 2020)
Nama Resmi : PURIFIED WATER
Nama Lain : Air Murni
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai Pelarut
II.4.2 Floroglusin (Ditjen POM, 2020)
Nama Resmi : TRIHIDROS
Nama Lain : Flouroglusin
RM/BM : C6H6O3/126,11 g/mol
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih atau kekuningan
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%)
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup terlindungi dari cahaya
Kegunaan : Zat tambahan
II.4.3 Kloralhidrat (Ditjen POM, 2020)
Nama Resmi : CHOLRALHYDRAS
Nama Lain : Kloralhidrat
RM/BM : C2H3Cl3O2/165,40
Rumus Struktur : Cl2-CH (OH)
Pemerian : Hablur transparan, tidak meleleh, basah, rasa agak
pahit, tidak berwarna, bau tajam dan khas,
Penyimpanan : Dalam wadah kaca tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya, dan sejuk
Kegunaan : Mempermudah pengamatan
BAB III
METODE KERJA
III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 27 Oktober 2023
di Laboratorium Biologi Farmasi, Universitas Almarisah Madani, Makassar
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
Beberapa alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, gelas
obyek, gelas penutup, mikroskop, pemanas, pinset, pipet tetes dan silet .
III.2 2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, batang brotowali .
Medium yang digunakan adalah aquades, fluoroglusin dan larutan
kloralhidrat.
III.3 Prosedur Kerja
III.3.1 Pengamatan Morfologi
1. Siapkan sampel yang akan diamati
2. Amati masing-masing bentuk batang, arah tumbuh, permukaan dan
modifikasinya dari sampel yang telah di tentukan
3. Gambar hasil pengamatan dan beri keterangan
III.3.2 Pengamatan Anatomi
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disayat tipis sampel yang akan diamati
3. Diletakkan irisan atau sayatan diatas gelas objek
4. Ditetesi dengan medium lalu tutup dengan gelas penutup
5. Diamati bagian–bagiannya pada mikroskop
6. Didokumentasi hasil pengamatan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan

No. Sampel Gambar Mikroskop Keterangan

Medium: Aquades
Perbesaran 4x

1.Epidermis
2. Xilem
3. Floem

Medium: Aquades
Perbesaran 10x
2
1.Epidermis
2. Xilem
3. Floem
Brotowali

Medium: Aquades
Perbesaran 4x

1.Epidermis
2. Xilem
3.Kambium

Medium: Aquades
Perbesaran 10x

1.Epidermis
2. Xilem
2

Medium: Kloralhidrat
Perbesaran 4x

1.Xilem
2. Floem

Brotowali

Medium: Kloralhidrat
Perbesaran 10x

1.Xilem
2. Floem

Medium: Fluoroglusin
Perbesaran 4x

1.Epidermis

Brotowali

Medium: Fluoroglusin
Perbesaran 10x

1.Epidermis
3
Medium: Fluoroglusin
Perbesaran 4x

1. Kambium
2. Xilem
3. Floem

Brotowali

Medium: Fluoroglusin
Perbesaran 10x

1.Kambium
2.Xilem
3.Floem

IV.2 Pembahasan
Batang adalah tumbuhan atau bagian dari tubuh tanaman yang
menghasilkan daun dan struktur reproduktif. Daerah pada batang yang
menumbuhkan daun disebut nodus sedangkan daerah antara dua nodus
disebut interdium atau ruas. Berdasarkan kerampangan batang, tumbuhan
dibedakan menjadi tumbuhan yang tidak berbatang (Planta acaulis)
seperti lobak dan tumbuhan yang jelas berbatang terdiri atas batang
basah (Herbaceous), batang berkayu (Lignosus), batang rumput
(Calmus), batang mendong (Calamus) (Meirantan, 2014).
Pada percobaan kali ini, kami akan mengamati anatomi batang
brotowali, dengan medium aquades, kloralhidrat dan fluoroglusin. Medium
aquades digunakan dengan tujuan untuk menjaga kesterilan sampel,
sedangkan medium kloralhidrat digunakan dengan tujuan untuk
memperjelas sampel yang akan di amati, serta medium fluoroglusin
digunakan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi agar bagian-bagian
anatomi yang akan diamati tampak jelas.
Berdasarkan hasil pengamatan pada batang Brotowali dengan
medium aquades, pada potongan melintang dengan perbesaran 4×
terlihat jaringan epidermis, xilem dan floem, pada perbesaran 10x yang
tampak adalah jaringan epidermis, xilem dan floem. Pada potongan
membujur dengan perbesaran 4x yang tampak adalah xilem dan floem,
pada perbesaran 10x yang tampak adalah jaringan epidermis dan xilem.
Berdasarkan hasil pengamatan pada batang brotowali dengan medium
kloralhidrat dengan potongan membujur pada perbesaran 4x terlihat xilem
dan floem, pada perbesaran 10x terlihat lebih jelas xilem dan floemnya.
Berdasarkan hasil percobaan pada batang brotowali dengan medium
fluoroglusin, dengan potongan melintang pada perbesaran 4x hanya
terlihat jaringan epidermis ya, begitupun pada perbesaran 10x terlihat
jaringan epidermis namun pada perbesaran 10x xilem dan floem terlihat
lebih jelas. Kemudian pada percobaan batang brotowali dengan medium
fluoroglusin pada potongan membujur dengan perbesaran 4x terlihat
dengan jelas kambium, xilem dan floem, begitupun pada perbesaran 10x
kambium, xilem dan floem terlihat lebih jelas.
Dari semua pengamatan, anatomi batang brotowali termasuk batang
dikotil karena struktur bagian kambium dan berkas pengangkutnya
tersusun rapi. Berdasarkan literatur struktur anatomi batang pada
perbesaran 4x yang tampak adalah bagian epidermis, kambium, korteks
dan berkas pembuluhnya dan pada perbesaran 10x yang tampak adalah
bagian kambium, korteks dan berkas pembuluhnya sedangkan pada
perbesaran 40x yang tampak adalah bagian korteks, empulur dan berkas
pembuluh. Dengan tidak ditemukannya anatomi batang pada perbesaran
40x, kemungkinan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu rendahnya kualitas
mikroskop yang digunakan, pengirisan sampel yang kurang tipis dan saat
melakukan praktikum praktikan dalam keadaan terburu-buru (Fahn.2020).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Batang adalah tumbuhan atau bagian dari tubuh tanaman yang
menghasilkan daun dan struktur reproduktif. Daerah pada batang yang
menumbuhkan daun disebut nodus sedangkan daerah antara dua nodus
disebut interdium atau ruas.
Dari hasil percobaan anatomi batang brotowali, dengan medium
aquades, kloralhidrat dan fluoroglusin terlihat bagian jaringan epidermis,
xilem, floem dan kambium. Sedangkan pada pengamatan morfologi
batang brotowali, bentuknya bulat memanjang, permukaan berbenjol-
benjol rapat dan bercabang.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Saran kami untuk dosen, sebaiknya terus mendampingi saat
praktikum dilaksanakan.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Saran kami untuk kakak asisten, sebaiknya saat asistensi kakak
memberikan gambaran jelas apa yang akan di amati pada sampel.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat-alat laboratorium ditingkatkan kualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta

Gareng, Fadil. 2018. Batang. Medan. Academia.edu

Meirantan. 2014. Botani Umum. Jakarta

Munaffaqoh. 2013. Struktur Anatomi Batang. Kemendikbud

Plantamor. 2023. Plantamor Situs Dunia Tumbuhan. Informasi Spesies


Annona.

Rukmana, Rahmat. 2017. Definisi Batang. Bina Akasara. Jakarta.

Tjitrosoepomo, S.S. 2013. Botani Umum I. Angkasa Raya. Bandung.


LAMPIRAN
Nomor Gambar Keterangan

1 Siapkan alat dan bahan

2 Sayat tipis sampel

Sayatan sampel
3 diletakkan pada gelas
preparat

Sampel diletakkan pada


4. mikroskop

5 Mengamati sampel

6 Menggunakan mikroskop

SKEMA KERJA
1. Pengamatan Morfologi Batang

Siapkan sampel yang akan diamati

Amati setiap bagian-bagian dari sample


yang telah ditentukan

Gambar hasil pengamatan dan


beri keterangan

2. Pengamatan Anatomi Batang


Siapkan Alat dan Bahan

Sayat tipis sampel yang akan di amati

Letakkan sampel yang telah di sayat


pada preparat

Tambahkan medium dan tutup dengan


deglas

Amati pada mikroskop dengan perbesaran


4x, 10x, 40x

Dokumentasikan setiap hasil pengamatan

Anda mungkin juga menyukai