Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MORFOLOGI DAN ANATOMI


DAUN MAJEMUK

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Marfologi dan anatomi

Disusun Oleh :

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik.

Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Struktur Perkembangan tumbuhan Makalah ini berjudul “daun dan
morfologinya ”. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan baru bagi para pembaca mengenai penjelasan yang telah kami
paparkan.

Tim Penulis sadar akan sifat manusia yang tidak sempurna dan makalah
yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna,maka sangat diharapkan adanya
masukan, saran, tanggapan, maupun kritik yang membangun, agar dapat
membantu penulis membuat makalah yang lebih baik kedepannya. Dan
diharapkan makalah ini dapat membawa informasi bagi siapa saja yang
memerlukan informasi sesuai dengan judul yang berkaitan.

Oktober 2022
Bab I
Pendahuluan

Daun adalah salah satu organ tumbuhan yang sangat penting dan pada umumnya
tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya tumbuh dari
batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan.
Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku
(nodus) batang dan tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan
daun dinamakan ketiak daun (axilla), umumnya berwarna hijau (mengandung
klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energy dari cahaya matahari
untuk fotosintesis.

Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga),
xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu,
tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya
berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang
gugur). Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan
hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotroph obligat, ia harus memasok
kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energy cahaya menjadi energy
kimia.

Struktur Daun (FOLIUM)


Bagian-Bagian Daun
 Upih daun atau pelepah daun (vagina)
Daun yang berupih umumnya hanya kita dapati pada tumbuhan yang tergolong
dalam tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae) saja, antara lain suku
rumput-rumputan (Gramineae), suku empon-emponan (Zingiberaceae), pisang
(Musa sapientum L.), golongan palma (Palmae), dan lain-lain.

Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang,
juga dapat mempunyai fungsi lain :

 Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti dapat dilihat pada
tanaman tebu (Saccharum officinarum L.),
 Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun-daun
semuanya membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan
yang tampak sebagai batang dari luar adalah upih-upihnya tadi. Hal ini
tentu saja mungkin terjadi apabila upih daun amat besar seperti misalnya
pada pisang (Musa paradisiaca L.). batang yang tampak pada pohon pisang
sebenarnya bukan batang tanaman yang sesungguhnya, oleh karena itu
disebut batang semu.

 Tangkai daun (petiolus)

Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan bertugas
untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa, hingga dapat
memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran
tangkai daun amat berbeda-beda menurut jenis tumbuhan, bahkan pada satu
tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda.Umumnya tangkai daun
berbentuk silinder dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada pangkalnya. Jika
dilihat pada penampang melintangnya dapat kita jumpai kemungkinan-
kemungkinan berikut :

1. Bulat dan berongga, misalnya tangkai daun (Carica L.)


2. Pipih dan tepinya melebar (bersayap), misalnya paada jeruk (Citrus sp.)
3. Bersegi
4. Setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal atau beralur
dalam seperti pada tangkai daun pisang.

Walaupun tangkai daun seperti telah disebutkan di atas biasanya menebal pada
pangkal dan ujungnya, misalnya pada daun pohon kupu-kupu (Bauhinia purpurea
L.). Selanjutnya jika ditinjau keadaan permukaannya, tangkai daun dapat
memperlihatkan adanya kerutan-kerutan, sisik-sisik, rambut-rambut, lentisel, dan
lain-lain. Dalam uraian mengenai susunan daun telah dikemukakan pula, bahwa
tangkai daun dapat mengalami pergantian bentuk (metamorfosis) menjadi
semacam helaian daun yang dinamakan filodia.
 Helaian daun (lamina)

Tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu mempunyai daun
yang helaiannya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran, maupun
warnanya. Adalah tidak mudah untuk menemukan dua jenis tumbuh-tumbuhan
yang helaian daunnya persis sama bentuk dan warnanya. Oleh sebab itu, walaupun
tidak besar nilainya, terutama dalam hal yang meragukan, sering orang
membandingkan bentuk helaian daun untuk memperoleh kepastian mengenai jenis
tumbuhan yang dihadapi untuk dikenal.

Karena helaian daun merupakan bagian daun yang terpenting dan cepat menarik
perhatian, maka suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku untuk helaiannya,
disebut pula sebagai sifat daunnya. Sebatang pohon dapat mempunyai hanya
beberapa helai daun saja, misalnya pisang, tetapi dapat pula sebatang pohon
mempunyai ribuan daun, misalnya pohon beringin (Ficus benjamina L.). Apakah
jumlah daun pada satu tumbuhan banyak atau sedikit, umumnya dapat dikatakan
bahwa ciri-ciri daun pada satu jenis tumbuhan adalah sama satu sama lain,
terutama bentuk atau bangun helaiannya. Kalau ada perbedaan, maka biasanya
hanya mengenai ukurannya atau warnanya.

Meskipun demikian perkecualian tetap ada. Pada tanaman lobak (Raphanus


sativus L.) misalnya, daun-daun yang dekat dengan permukaan tanah tidak hanya
lebih besar, tetapi bentuknya pun lain dengan daun-daun yang letaknya jauh dari
tanah. Juga seringkali kita dapat menyaksikan sendiri, bahwa tumbuhan yang
masih muda mempunyai bentuk daun yang berbeda dengan setelah menjadi
tua.Pohon nangka (Artocarpus integra Merr.) dan pohon benda (Artocarpus
elastica Reinw.), waktu muda mempunyai daun yang tepinya bertoreh, sedang jika
sudah besar daunnya bertepi rata.

Fungsi Daun

1. Pengambilan zat-zat makanan (resorbsi), terutama yang berupa zat gas


(CO2)
2. Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi)
3. Penguapan air (transpirasi)
4. Pernapasan (respirasi)
5. Alat reproduksi vegetative
6. Tempat terjadinya proses fotosintesis
7. Tempat terjadinya gutasi
Sistem Pertulangan Pada Daun
Tulang-tulang daun adalah bagian daun yang berguna untuk :

 Memberi kekuatan pada daun, seperti pula halnya dengan tulang-tulang


hewan dan manusia, oleh sebab itu seluruh batang pada daun dinamakan
pula rangka daun(sceleton),
 Di samping sebagai penguat, tulang-tulang daun itu sesungguhnya adalah
berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk pengangkutan
zat-zat, yaitu :
 Jalan pengangkutan zat-zat yang diambil tumbuhan dari tanah, ialah air
beserta garam-garam yang terlarut di dalamnya,
 Jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari tempat pembuatannya, yaitu
dari daun ke bagian-bagian lain yang memerlukan zat-zat itu.

Pertulangan daun berdasarkan besar kecilnya dibedakan dalam 3 macam,


yaitu :
 Ibu tulang (costa)
Adalah tulang yang biasanya terbesar, merupakan terusan tangkai daun, dan
terdapat di tengah-tengah membujur dan membelah daun.Oleh tulang ini helaian
daun umumnya dibagi menjadi dua bagian yang setangkup atau simetris.Ada
kalanya daun tumbuhan tidak mempunyai ibu tulang tadi tepat di tengah helaian,
sehingga kedua bagian daun di kanan kiri ibu tulang tadi menjadi titik setangkup
atau asimetrik, misalnya daun Begonia. Ada pula daun yang memperlihatkan
beberapa tulang yang besar yang semuanya berpangkalan pada ujung tangkai
daun, misalnya pada daun yang mempunyai bangun perisai atau daun-daun yang
bulat: daun teratai besar, jarak, ubi kayu, dan lain-lain.

 Tulang-tulang cabang (nervus lateralis)


Yakni tulang-tulang yang lebih kecil daripada ibu tulang dan berpangkal pada ibu
tulang tadi atau cabang-cabang tulang-tulang ini.Tulang cabang yang langsung
berasal dari ibu tulang dinamakan tulang cabang tingkat 1, cabang tulang cabang
tingkat satu dinamakan tulang cabang tingkat 2, demikian seterusnya.

 Urat-urat daun (vena)


Merupakan tulang-tulang cabang pula, tetapi yang kecil atau lembut dan satu
sama lain beserta tulang-tulang yang lebih besar membentuk susunan seperti jala,
kisi, atau lainnya.
Pertulangan daun berdasarkan susunan tulangnya dibedakan menjadi 4
golongan, yaitu :
 Daun-daun yang bertulang menyirip (penninervis)
Daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan
merupakan terusan tangkai daun.Dari ibu tulang ini ke samping ke luar tulang-
tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita pada susunan sirip-sirip
ikan, oleh sebab itu dinamakan bertulang menyirip.Daun dengan susunan yang
demikian ini umum kita dapati pada tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae),
misalnya daun mangga (Mangifera indica L.)

 Daun-daun yang bertulang menjari (palminervis)


Yaitu kalau dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar,
memperlihatkan susunan seperti jari-jari pada tangan.Jumlah tulang ini lazimnya
gasal, yang di tengah yang paling besar dan paling panjang, sedang ke samping
semakin pendek. Daun dengan susunan tulang demikian pun umumnya hanya
terdapat pada tumbuhan berbiji belah (Dicotyledoneae), misalnya pada (Carica
L.), jarak (Ricinus communis L.), kapas (Gossypium sp.), dan lain-lain.

 Daun-daun yang bertulang melengkung (cervinervis)


Daun ini pun mempunyai beberapa tulang yang besar, satu di tengah, yaitu yang
paling besar, sedang lainnya mengikuti jalannya tepi daun, jadi semula memencar
kemudian kembali menuju ke satu arah yaitu ke ujung daun, hingga selain tulang
yang di tengah semua tulang-tulangnya kelihatan melengkung. Daun dengan
susunan tulang yang demikian ini biasanya hanya terdapat pada tumbuhan yang
tergolong dalam tumbuhan berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya genjer
(Limnocharis flara Buch.), gadung (Dioscorea hispida Dennst.), dan lain-lain.

 Daun-daun yang bertulang sejajar atau bertulang lurus (rectinervis)


Biasanya terdapat pada daun-daun bangun garis atau bangun pita, yang
mempunyai satu tulang di tengah yang besar membujur daun, sedang tulang-
tulang lainnya jelas lebih kecil dan nampaknya semua mempunyai arah yang
sejajar dengan ibu tulangnya tadi, oleh sebab itu disebut pula bertulang
sejajar.Sesungguhnya tulang-tulang yang kecil-kecil tadi seperti pada daun yang
bertulang melengkung semuanya berasal dari pangkal ibu tulang dan kemudian
bertemu pula kembali pada ujung daun.

Karena daun sempit dan panjang, tulang-tulang tadi tidak kelihatan melengkung,
tetapi lurus sejajar satu sama lain. Tak mengherankan pula kalau daun dengan
susunan tulang yang demikian lazimnya pun terdapat pada tumbuhan yang berbiji
tunggal (Monocotyledoneae), misalnya semua jenis rumput (Gramineae), teki-
tekian (Cyperaceae), dan lain-lain.

Dari uraian mengenai susunan tulang daun itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa
susunan tulang daun dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengenal tumbuhan,
yaitu bahwa :

1. Tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) mempunyai daun bertulang


menyirip atau menjari, sedangkan
2. Tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae) mempunyai daun-daun
bertulang melengkung atau sejajar.

Perkecualian selalu ada, artinya golongan tumbuhan biji belah ada pula yang
mempunyai daun yang bertulang melengkung, antara lain sirih (Piper betle L.),
senggani (Melastoma polyanthum Bl.), dan lain-lain.Sebaliknya dari golongan
tumbuhan biji tunggal ada pula yang mempunyai daun yang bertulang menyirip,
misalnya pisang (Musa paradisiaca L.), tasbih (Canna hybrid Hort.), dan ada pula
yang mempunyai daun yang bertulang menjari, misalnya siwalan (Borassus
flabellifer L.)
Bentuk-Bentuk Daun

Berdasarkan bentuk daun dibagi menjadi 4 sen atau pola, yaitu :

1. Seri clip
2. Seri bulat telur (ovate)
3. Seri bulat telur terbalik (obovate)
4. Seri garis (lineans)

Berdasarkan letak bagian daun yang melebar itu dapat dibedakan 4


golongan daun, yaitu :
 Bagian yang terlebar terdapat kira-kira di tengah-tengah helaian
daun
Jika demikian keadaannya, maka akan kita jumpai kemungkinan bangun daun
seperti berikut :

1. Bulat atau bundar (orbicularis), jika panjang : lebar = 1 : 1. Bangun daun


yang demikian ini antara lain dapat kita jumpai pada Victoria regia, teratai
besar (Nelubium nelumbo Druce), dan lain-lain.
2. Bangun perisai (peltatus), daun yang biasanya bangun bulat, mempunyai
tangkai daun yang tidak tertanam pada pangkal daun, melainkan pada
bagian tengah helaian daun, misalnya pada teratai besar tersebut di atas,
pada daun jarak, dan lain-lain. Dalam hal yang sedemikian itu daun
dikatakan mempunyai bangun perisai.
3. Jorong (ovalis atau ellipticus), yaitu jika perbandingan panjang : lebar = 1
1/2- 2∶1, seperti dapat dilihat pada daun nangka (Artocarpus integra Merr.)
dan nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)
4. Memanjang (oblongus), yaitu jika panjang : lebar = 21/2- 3∶1, misalnya
daun srikaya (Annona squamosa L.) dan sirsak (Annona muricata L.)
5. Bangun lanset (lanceolatus), jika panjang : lebar = 3-5 : 1, misalnya daun
kamboja (Plumiera acuminate Ait), oleander (Nerium oleander L.).

 Bagian yang terlebar terdapat dibawah tengah-tengah helaian daun


Daun-daun yang mempunyai bagian yang terlebar di bawah tengah-tengah helaian
daun dibedakan dalam dua golongan :

 Pangkal daunnya tidak bertoreh. Dalam golongan ini kita dapati bentuk-
bentuk berikut :
1. Bentuk bulat telur (ovatus), misalnya daun kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.), daun lombok rawit (Capsicum frutescens)
2. Bentuk segi tiga (triangularis), yaitu bentuk seperti segi tiga sama kaki,
misalnya daun bunga pukul empat (Mirabilis jalapa L.)
3. Bentuk delta (deltoideus), yaitu bangun segi tiga yang sama ketiga sisinya,
misalnya daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook, et Arn.)
4. Bentuk belah ketupat (rhomboideus), yaitu bentuk segi empat yang sisinya
tidak sama panjang, misalnya anak daun yang di ujung pada daun
bangkuwang (Pachyrrhizus erosus Urb.)

 Pangkal daun bertoreh atau berlekuk. Dalam golongan ini termasuk


bentuk-bentuk daun berikut :
1. Bentuk jantung (cordatus), yaitu bangun seperti bulat telur, tetapi pangkal
daun memperlihatkan suatu lekukan misalnya daun waru (Hibiscus
tiliaceus L.)
2. Bentuk ginjal atau kerinjal (reniformis), yaitu daun yang pendek lebar
dengan ujung yang tumpul atau membulat dan pangkal yang berlekuk
dangkal, misalnya daun pagagan atau daun kaki kuda (Centella asiatica
Urb.)
3. Bentuk anak panah (sagittarius), daunnya tak seberapa lebar, ujung tajam,
pangkal dengan lekukan yang lancip pula. Demikian juga bagian pangkal
daun di kanan kiri lekukannya. Dapat dilihat pada daun enceng (Sagittaria
sagittifolia L.)
4. Bentuk tombak (hastatus), seperti bangun anak panah, tetapi bagian
pangkal daun di kanan kiri tangkai mendatar, misalnya daun wewehan
(Monochoria hastata Solms.)
5. Bertelinga (auriculatus), seperti bentuk tombak, tetapi pangkal daun di
kanan kiri tangkai membulat, misalnya daun tempuyung (Sonchus asper
Vill.)

 Bagian yang terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun


Dalam hal yang sedemikian kemungkinan bentuk daun yang dapat kita jumpai
ialah :

1. Bentuk bulat telur sungsang (Obovatus), yaitu seperti bulat telur tetapi
bagian yang lebar dekat ujung daun, misalnya daun sawo kecik (Manilkara
kauki Dub.)
2. Bentuk jantung sungsang (Obcordatus), misalnya daun sidaguri (Sida
retusa L.), daun calincing atau semanggi gunung (Oxalis corniculata L.)
3. Bentuk segi tiga terbalik atau bentuk pasak (cuneatus), misalnya anak daun
semanggi (Marsilea crenda Presl.)
4. Bentuk sudip atau bentuk spatel atau solet (spathulatus), seperti bentuk
bulat telur terbalik, tetapi bagian bawahnya memanjang, misalnya daun
tapak liman (Elephantopus scaber L.), daun lobak (Raphanus sativus L.)

 Tidak ada bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hampir
sama lebar

Dalam golongan ini termasuk daun-daun tumbuhan yang biasanya sempit, atau
lebarnya jauh berbeda jika dibandingkan dengan panjangnya daun.

1. Bentuk garis (linearis), pada penampang melintangnya pipih dan daun


amat panjang, misalnya daun bermacam-macam rumput (Gramineae)
2. Bentuk pita (ligulatus), serupa daun bentuk garis, tetapi lebih panjang lagi.
Juga didapati pada jenis-jenis rumput, misalnya daun jagung (Zea mays
L.)
3. Bentuk pedang (ensiformis), seperti bentuk garis, tetapi daun tebal di
bagian tengah dan tipis kedua tepinya, misalnya daun nanas sebrang
(Agave sisalana Perr., Agave cantala Roxb.)
4. Bentuk paku atau dabus (subulatus), bentuk daun hampir seperti silinder,
ujung runcing, seluruh bagian kaku, misalnya daun Araucaria
cunninghamii Ait.)
5. Bentuk jarum (acerosus), serupa bentuk paku, lebih kecil dan meruncing
panjang, misalnya daun Pinus merkusii Jungh. & De Vr.

Bentuk-Bentuk Ujung Daun


Ujung daun dapat pula memperlihatkan bentuk yang beraneka ragam. Bentuk-
bentuk ujung daun yang sering kita jumpai ialah :

 Runcing (acutus), jika kedua tepi ujung daun di kanan kiri ibu tulang
sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun
membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90o). Ujung daun yang
runcing lazim kita temukan pada daun-daun bentuk : bulat memanjang,
lanset, segi tiga, delta, belah ketupat, dan lain-lain. Contoh ujung daun
oleander (Nerium oleander L.)
 Meruncing (acuminatus), seperti ujung yang meruncing tetapi titik
pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung
daun nampak sempit, panjang dan runcing, misalnya ujung daun sirsak
(Annona muricata L.)
 Tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang,
cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang
tumpul (lebih besar dari 90o), sering kita jumpai pada daun bentuk bulat
telur atau bentuk sudip misalnya ujung sawo kecik (Manilkara kauki Dub.)
 Membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak
terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam suatu
busur, terdapat pada daun yang bulat atau jorong, atau pada daun bangun
ginjal, misalnya ujung daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.), ujung daun
teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce)
 Rompang (truncatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata,
misalnya ujung anak daun semanggi (Marsilea crenata Presl.), daun jambu
monyet (Anacardium occidentale L.)
 Terbelah (retusus), ujung daun justru memperlihatkan suatu lekukan,
kadang-kadang amat jelas, misalnya ujung daun sidaguri (Sida retusa L.),
kadang-kadang terbelahnya ujung hanya akan kelihatan jelas jika diadakan
pemerikasaan yang teliti, seperti misalnya ujung daun bayam (Amaranthus
hybridus L.)
 Berduri (mucronatus), yaitu jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian
yang runcing keras, merupakan suatu duri, misalnya ujung daun nanas
sebrang (Agave sp.)

Bentuk-Bentuk Pangkal Daun


Yang tepi daunnya di bagian itu tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal
ibu tulang/ujung tangkai daun. Dalam keadaan demikian pangkal daun dapat
dibedakan menjadi :

1. Runcing (acutus), biasanya terdapat pada daun bentuk memanjang, lanset,


belah ketupat, dan lain-lain.
2. Meruncing (acuminatus), biasanya pada daun bentuk bulat telur sungsang
atau daun bentuk sudip.
3. Tumpul (obtusus), pada daun-daun bentuk bulat telur, jorong.
4. Membulat (rotundatus), pada daun-daun bentuk bulat, jorong, dan bulat
telur.
5. Rompang atau rata (truncatus), pada daun-daun bentuk segi tiga, delta,
tombak.
6. Berlekuk (emarginatus), pada daun-daun bentuk jantung, ginjal, anak
panah.

Yang tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain :

1. Pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap
batang sesuai dengan letak daun pada batang tadi, seperti lazim dapat kita
lihat pada daun-daun bangun perisai.
2. Pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang berlawanan
atau berhadapan dengan letak daunnya. Dalam hal ini tampaknya seperti
pangkal daun tertembus oleh batangnya (perfoliatus).
Jika ditinjau bentuknya pangkal daun seperti tersebut di atas ini biasanya adalah
membulat.

Bentuk-bentuk tepi daun (Margo Folii)

Dalam garis besarnya tepi daun dapat dibedakan dalam dua macam :

 Yang rata (integer), misalnya daun nangka (Artocarpus integra


Merr.)
 Yang bertoreh (divisus), dalam hubungannya dengan jenis toreh-
toreh ini dipergunakan istilah ”sinus” untuk torehnya sendiri dan
”angulus” untuk bagian tepi daun yang menonjol keluar biasanya
toreh-toreh pada tepi daun dibedakan dalam dua golongan :
 Tepi daun dengan toreh yang merdeka
Tepi daun dengan toreh yang merdeka banyak pula ragamnya.Toreh-toreh
sering kali amat dangkal dan kurang jelas, sehingga sukar untuk dikenal.
Yang sering kita jumpai ialah tepi daun yang dinamakan :

1. Bergerigi (serratus), yaitu jika sinus dan angulus sama lancipnya, misalnya
daun lantana (Lantana camara L.). Selanjutnya untuk melengkapi
keterangan mengenai sifat toreh-toreh ini, dapat pula ditambahkan kata-
kata yang berkaitan dengan besar-kecilnya sinus dan angulusnya, misalnya
: bergerigi halus, bergerigi kasar, dan seterusnya.
2. Bergerigi ganda atau rangkap (biserattus), yaitu tepi daun seperti di atas
tetapi, angulusnya cukup besar, dan tepinya bergerigi lagi.
3. Bergigi (dentatus), jika sinus tumpul sedang angulusnya lancip/runcing,
misalnya daun beluntas (Pluchea indica Less.).
4. Beringgit (crenatus), kebalikan dari bergigi, jadi sinusnya tajam/runcing
dan angulusnya yang tumpul, misalnya daun cocor bebek (Kalanchoe
pinnata Pers.)
5. Berombak (repandus), jika sinus dan angulus sama-sama tumpul, misalnya
daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook et Arn.)

 Tepi daun dengan toreh-toreh yang mempengaruhi bentuknya


Berdasarkan dalamnya toreh-toreh itu, tepi daun dapat dibedakan dalam
yang :

1. Berlekuk (lobatus), yaitu jika dalamnya toreh kurang dari setengah


panjangnya tulang-tulang yang terdapat di kanan kirinya.
2. Bercangap (fissus), jika dalamnya toreh kurang lebih sampai tengah-
tengah panjang tulang-tulang daun di kanan kirinya.
Berbagi (partitus), jika dalamnya toreh melebihi setengah panjangnya
tulang-tulang daun di kanan kirinya.

Telah dikemukakan bahwa letak toreh-toreh ini bergantung pada susunan tulang-
tulang daun, maka sebutan untuk mencandra tepi daun yang bertoreh dalam dan
besar ini, selalu merupakan kombinasi antara sifat torehnya dengan susunan
tulang daun yang bersangkutan hingga dengan demikian dapat dibedakan daun-
daun dengan tepi seperti berikut :

1. Berlekuk menyirip (pinnatilobus), jika tepi berlekuk mengikuti susunan


tulang daun yang menyirip, misalnya daun terong (Solanum melongena
L.)
2. Bercangap menyirip (pinnatifidus), tepi bercangap, sedang daunnya
mempunyai susunan tulang yang menyirip, misalnya daun keluwih
(Artocarpus communis Forst.)
3. Berbagi menyirip (pinnatipartitus), tepi berbagi dengan susunan tulang
yang menyirip, misalnya daun kenikir (Cosmos caudatus M.B.K) dan
sukun (Artocarpus communis Forst.)
4. Berlekuk menjari (palmatilobus), tepi berlekuk, susunan tulang menjari,
misalnya daun jarak pagar (Jatropha curcas L.), kapas (Gossypium sp.)
5. Bercangap menjari (palmatifidus) jika tepinya bercangap, sedang susunan
tulangnya menjari, misalnya daun jarak (Ricinus communis L.)
6. Berbagi menjari (palmatipartitus), yaitu jika tepi berbagi, sedang daunnya
mempunyai susunan tulang yang menjari, misalnya daun ketela pohon
(Manihot utilissima Pohl.)

Daun Tunggal dan Majemuk


 Daun tunggal (folium simplex)

1. Daun bertangkai adalah daun yang hanya memiliki bagian tangkai dan
helaian daun.
2. Daun berupih adalah daun yang hanya memiliki bagian upih dan helaian
daun.
3. Daun duduk (sessile) adalah daun yang hanya memiliki helaian daun saja,
dan daun duduk memiliki tipe yang duduk tetapi pangkal helaian memeluk
batang disebut duduk memeluk batang (amplexicaulis)
4. Daun semu (filodia) adalah daun yang berkembang dan tangkai daun yang
melebar

 Daun majemuk (folium compositum)


Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat dibedakan
dalam limagolongan, yaitu :

 Daun majemuk menyirip (pinnatus)

Yang dinamakan daun majemuk menyirip ialah daun majemuk yang anak
daunnya terdapat di kanan kiri ibu tangkai daun, jadi tersusun seperti sirip pada
ikan.
Daun majemuk menyirip dapat dibedakan dalam beberapa macam :

1. Daun mejemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus). Tanpa


penyelidikan yang teliti daun ini tentu akan disebut sebagai daun tunggal,
tetapi di sini tangkai daun memperlihatkan suatu persendian (articulatio),
jadi helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu tangkai. Sesungguhnya
pada daun ini juga terdapat lebih dari satu helaian daun, hanya saja yang
lain-lainnya telah tereduksi, sehingga tinggal satu anak daun saja. Daun
yang demikian ini biasanya kita dapati pada berbagai jenis pohon jeruk,
antara lain jeruk besar (Citrus maxima Merr.), jeruk nipis (Citrus
aurantifolia Sw.), dan lain-lain.
2. Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus). Biasanya disini
terdapat sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan di kanan kiri ibu
tulang, oleh sebab itu jumlah anak daunnya biasanya lalu menjadi genap.
Akan tetapi, mengingat bahwa pada suatu daun majemuk menyirip anak-
anak daun tidak selalu berpasang-pasangan, maka untuk menentukan
apakah suatu daun majemuk menyirip genap atau tidak, orang tidak lagi
menghitung jumlah anak daun, tetapi melihat kepada ujung tangkai
ibunya.

jika ujung tangkai ibu terputus, artinya pada ujung tangkai ibu tidak
terdapat suatu anak daun, sehingga ujung tangkai ibu bebas, atau kadang-
kadang tertutup oleh suatu pucuk kecil yang mudah runtuh, maka hal itu
berarti bahwa daun yang menyirip genap. Dengan keterangan ini jelaslah,
bahwa satu daun majemuk menyirip genap mungkin mempunyai jumlah
anak daun yang gasal. Daun majemuk menyirip genap antara lain terdapat
pada pohon asam (Tamarindus indica L.) yang anak daunnya berpasang-
pasangan, jadi jumlah anak daun benar genap. Daun majemuk menyirip
genap, tetapi jumlah anak daunnya gasal dapat kita jumpai misalnya pada
pohon leci (Litchi chinensis Sonn.) dan kepulasan (Nepphelium mutabile
B.)

3. Daun mejemuk menyirip gasal (imparipinnatus), juga disini yang menjadi


pedoman ialah ada atau tidaknya satu anak daun yang menutup ujung
tangkai induknya. Ditinjau dari jumlah anak daunnya akan kita dapati
bilangan yang benar-benar gasal jika anak daun berpasangan, sedang di
ujung tangkai induknya terdapat anak daun yang tersendiri (biasanya anak
daun ini lebih besar daripada yang lainnya), seperti dapat dilihat pada
pacar cina (Aglaia odorata Lour.) dan mawar (Rosa sp.). Seperti kebalikan
daun majemuk menyirip genap yang dapat mempunyai jumlah anak daun
yang gasal, daun majemuk menyirip gasal dapat pula mempunyai jumlah
anak daun yang genap, seperti kita temukan pada pohon pacar cina.
Selain itu dapat pula suatu daun majemuk menyirip dibedakan lagi menurut
duduknya anak-anak daun pada tangkai induk/tangkai ibu, dan juga menurut besar
kecilnya anak-anak daun yang terdapat pada satu tangkai induk/tangkai ibu,
hingga kita dapati pula :

1. Daun majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan,


yaitu jika duduknya anak daun pada tangkai induk berhadap-hadapan.
2. Menyirip berseling, jika anak daun pada tangkai induk duduknya
berseling.
3. Menyirip berselang-seling (interrupte pinnatus), yaitu jika anak-anak daun
pada tangkai induk berselang-seling pasangan anak daun yang lebar
dengan pasangan anak daun yang sempit, misalnya pada anak daun tomat
(Solanum lycopersicum L.)

 Daun majemuk menyirip ganda atau rangkap

Dapat dibedakan menurut letak anak daun pada cabang tingkat berapa dari tangkai
induk/tangkai ibunya. Dengan demikian daun majemuk menyirip ganda dapat
dibedakan dalam :

1. Majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus), jika anak daun duduk pada
cabang tingkat satu dari tangkai induk.
2. Majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus), jika anak-anak daun duduk
pada cabang tingkat dua dari tangkai induk.
3. Majemuk menyirip ganda empat

Umumnya jarang dapat ditemukan daun yang menyirip ganda lebih dari tiga.
Daun menyirip ganda dibedakan lagi dalam :

1. Menyirip ganda dengan sempurna, yaitu jika tidak ada satu anak daun pun
yang duduk pada tangkai induk.
2. Menyirip ganda tidak sempurna, jika masih ada anak daun yang duduk
langsung pada tangkai induknya.

Yang menyirip ganda tidak sempurna biasanya hanyalah daun majemuk yang
menyirip gasal saja, sedang yang dengan sempurna yang menyirip genap.

Berikut diberikan beberapa contoh daun yang menyirip ganda :

1. Daun majemuk menyirip genap ganda dua dengan sempurna, misalnya


daun kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Sw.) dan daun lamtoro
(Leucaena glauca Benth.)
2. Daun majemuk menyirip gasal ganda dua tidak sempurna, misalnya daun
kirinyu (Sambucus javanica Bl.)
3. Daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna, misalnya
daun kelor (Moringa oleifera Lamk.)
4. Daun majemuk menjari (palmatus)

Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan


seperti berikut :

1. Beranak daun dua (bifoliolatus), pada ujung tangkai induk terdapat dua
anak daun, misalnya daun nam-nam (Cynometra cauliflora L.)
2. Beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung tangkai induk terdapat tiga
anak daun, misalnya pada pohon para (Hevea brasiliensis Muell.)
3. Beranak daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung tangkai induk terdapat
lima anak daun, misalnya daun maman (Gynandropsis pentaphylla D.C.)
4. Beranak daun tujuh (septemfoliolatus), jika ada tujuh anak daun pada
ujung tangkai induk, misalnya daun randu (Ceiba pentandra Gaertn.)

 Daun majemuk bangun kaki (pedatus)

Daun ini mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun
yang paling pinggir tidak duduk pada tangkai induk, melainkan pada tangkai anak
daun di sampingnya, seperti terdapat pada Arisaema filiforme (Araceae).

 Daun majemuk campuran (digitato pinnatus)

Yang dimaksud dengan daun majemuk campuran adalah suatu daun majemuk
ganda yang mempunyai cabang-cabang tangkai induk memencar seperti jari dan
terdapat pada ujung tangkai induk daun, tetapi pada cabang-cabang tangkai induk
ini terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip.Jadi daun majemuk campuran
adalah campuran susunan yang menjari dan menyirip, misalnya daun sikejut/putri
malu (Mimosa pudica L.)

Jika diteliti benar, ternyata daun sikejut tidak merupakan daun majemuk campuran
sejati, tetapi adalah daun majemuk menyirip genap ganda dua yang sempurna.
Hanya saja pada daun ini letak kedua pasang cabang tangkai induk tadi
sedemikian dekat satu sama lain, hingga seakan-akan terdapat empat cabang
tangkai pada ujung tangkai induk daunnya.

Modifikasi dan Metamorfosis Daun


Beberapa jenis tumbuhan memperlihatkan alat-alat yang bentuknya dapat
menyerupai piala atau gelembung.Alat-alat tersebut biasanya merupakan
metamorfosis daun atau sebagian daun, dan lazimnya bagi tumbuhan yang
memilikinya digunakan untuk menangkap serangga. Jadi alat ini terdapat pada
tumbuhan pemakan serangga (insectivora) :

 Piala (ascidium), biasanya merupakan ujung daun yang diubah menjadi


badan menyerupai piala yang lengkap dengan tutupnya. Pada tepi piala
terdapat kelenjar madu untuk menarik serangga, dan jika serangga sampai
tergelincir masuk ke dalam piala, oleh zat-zat (enzima) yang dikeluarkan
oleh kelenjar yang terdapat pada dinding sebelah dalam piala, akan dicerna
dan dapat diserap untuk kepentingan kehidupan tumbuhan. Piala antara
lain terdapat pada kantong semar (Nepenthes ampullaria Jack.)
 Gelembung (utriculus), terdapat pada tumbuhan pemakan serangga yang
hidup di air, misalnya rumput gelembung (Ultricularia flexuosa Vahl.).
Bagi tumbuhan ini gelembung tersebut merupakan semacam bubu untuk
menangkap serangga kecil-kecil yang hidup dalam air.
 Duri daun (spina phyllogenum), yaitu duri yang merupakan metamorfosis
daun, seperti terdapat pada kaktus (Cactus, Oputia, dan lain-lain). Duri ini
berasal dari daun, dapat terlihat dari adanya kuncup atau tunas yang keluar
dari ketiaknya.
 Duri daun penumpu (spina stipulogenum), yaitu duri yang berasal dari
daun penumpu, dan oleh sebab itu seringkali terdapat dalam jumlah
sepasang di kanan kiri daun atau metamorfosisnya, terdapat misalnya pada
susuru (Euphorbia trigona Haw.)

Daftar Pustaka
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta
PDF Online : Struktur Morfologi Daun (FOLIUM)

Anda mungkin juga menyukai