Disusun Oleh :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Struktur Perkembangan tumbuhan Makalah ini berjudul “daun dan
morfologinya ”. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan baru bagi para pembaca mengenai penjelasan yang telah kami
paparkan.
Tim Penulis sadar akan sifat manusia yang tidak sempurna dan makalah
yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna,maka sangat diharapkan adanya
masukan, saran, tanggapan, maupun kritik yang membangun, agar dapat
membantu penulis membuat makalah yang lebih baik kedepannya. Dan
diharapkan makalah ini dapat membawa informasi bagi siapa saja yang
memerlukan informasi sesuai dengan judul yang berkaitan.
Oktober 2022
Bab I
Pendahuluan
Daun adalah salah satu organ tumbuhan yang sangat penting dan pada umumnya
tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya tumbuh dari
batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan.
Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku
(nodus) batang dan tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan
daun dinamakan ketiak daun (axilla), umumnya berwarna hijau (mengandung
klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energy dari cahaya matahari
untuk fotosintesis.
Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga),
xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu,
tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya
berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang
gugur). Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan
hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotroph obligat, ia harus memasok
kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energy cahaya menjadi energy
kimia.
Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang,
juga dapat mempunyai fungsi lain :
Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti dapat dilihat pada
tanaman tebu (Saccharum officinarum L.),
Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun-daun
semuanya membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan
yang tampak sebagai batang dari luar adalah upih-upihnya tadi. Hal ini
tentu saja mungkin terjadi apabila upih daun amat besar seperti misalnya
pada pisang (Musa paradisiaca L.). batang yang tampak pada pohon pisang
sebenarnya bukan batang tanaman yang sesungguhnya, oleh karena itu
disebut batang semu.
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan bertugas
untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa, hingga dapat
memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran
tangkai daun amat berbeda-beda menurut jenis tumbuhan, bahkan pada satu
tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda.Umumnya tangkai daun
berbentuk silinder dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada pangkalnya. Jika
dilihat pada penampang melintangnya dapat kita jumpai kemungkinan-
kemungkinan berikut :
Walaupun tangkai daun seperti telah disebutkan di atas biasanya menebal pada
pangkal dan ujungnya, misalnya pada daun pohon kupu-kupu (Bauhinia purpurea
L.). Selanjutnya jika ditinjau keadaan permukaannya, tangkai daun dapat
memperlihatkan adanya kerutan-kerutan, sisik-sisik, rambut-rambut, lentisel, dan
lain-lain. Dalam uraian mengenai susunan daun telah dikemukakan pula, bahwa
tangkai daun dapat mengalami pergantian bentuk (metamorfosis) menjadi
semacam helaian daun yang dinamakan filodia.
Helaian daun (lamina)
Tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu mempunyai daun
yang helaiannya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran, maupun
warnanya. Adalah tidak mudah untuk menemukan dua jenis tumbuh-tumbuhan
yang helaian daunnya persis sama bentuk dan warnanya. Oleh sebab itu, walaupun
tidak besar nilainya, terutama dalam hal yang meragukan, sering orang
membandingkan bentuk helaian daun untuk memperoleh kepastian mengenai jenis
tumbuhan yang dihadapi untuk dikenal.
Karena helaian daun merupakan bagian daun yang terpenting dan cepat menarik
perhatian, maka suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku untuk helaiannya,
disebut pula sebagai sifat daunnya. Sebatang pohon dapat mempunyai hanya
beberapa helai daun saja, misalnya pisang, tetapi dapat pula sebatang pohon
mempunyai ribuan daun, misalnya pohon beringin (Ficus benjamina L.). Apakah
jumlah daun pada satu tumbuhan banyak atau sedikit, umumnya dapat dikatakan
bahwa ciri-ciri daun pada satu jenis tumbuhan adalah sama satu sama lain,
terutama bentuk atau bangun helaiannya. Kalau ada perbedaan, maka biasanya
hanya mengenai ukurannya atau warnanya.
Fungsi Daun
Karena daun sempit dan panjang, tulang-tulang tadi tidak kelihatan melengkung,
tetapi lurus sejajar satu sama lain. Tak mengherankan pula kalau daun dengan
susunan tulang yang demikian lazimnya pun terdapat pada tumbuhan yang berbiji
tunggal (Monocotyledoneae), misalnya semua jenis rumput (Gramineae), teki-
tekian (Cyperaceae), dan lain-lain.
Dari uraian mengenai susunan tulang daun itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa
susunan tulang daun dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengenal tumbuhan,
yaitu bahwa :
Perkecualian selalu ada, artinya golongan tumbuhan biji belah ada pula yang
mempunyai daun yang bertulang melengkung, antara lain sirih (Piper betle L.),
senggani (Melastoma polyanthum Bl.), dan lain-lain.Sebaliknya dari golongan
tumbuhan biji tunggal ada pula yang mempunyai daun yang bertulang menyirip,
misalnya pisang (Musa paradisiaca L.), tasbih (Canna hybrid Hort.), dan ada pula
yang mempunyai daun yang bertulang menjari, misalnya siwalan (Borassus
flabellifer L.)
Bentuk-Bentuk Daun
1. Seri clip
2. Seri bulat telur (ovate)
3. Seri bulat telur terbalik (obovate)
4. Seri garis (lineans)
Pangkal daunnya tidak bertoreh. Dalam golongan ini kita dapati bentuk-
bentuk berikut :
1. Bentuk bulat telur (ovatus), misalnya daun kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.), daun lombok rawit (Capsicum frutescens)
2. Bentuk segi tiga (triangularis), yaitu bentuk seperti segi tiga sama kaki,
misalnya daun bunga pukul empat (Mirabilis jalapa L.)
3. Bentuk delta (deltoideus), yaitu bangun segi tiga yang sama ketiga sisinya,
misalnya daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook, et Arn.)
4. Bentuk belah ketupat (rhomboideus), yaitu bentuk segi empat yang sisinya
tidak sama panjang, misalnya anak daun yang di ujung pada daun
bangkuwang (Pachyrrhizus erosus Urb.)
1. Bentuk bulat telur sungsang (Obovatus), yaitu seperti bulat telur tetapi
bagian yang lebar dekat ujung daun, misalnya daun sawo kecik (Manilkara
kauki Dub.)
2. Bentuk jantung sungsang (Obcordatus), misalnya daun sidaguri (Sida
retusa L.), daun calincing atau semanggi gunung (Oxalis corniculata L.)
3. Bentuk segi tiga terbalik atau bentuk pasak (cuneatus), misalnya anak daun
semanggi (Marsilea crenda Presl.)
4. Bentuk sudip atau bentuk spatel atau solet (spathulatus), seperti bentuk
bulat telur terbalik, tetapi bagian bawahnya memanjang, misalnya daun
tapak liman (Elephantopus scaber L.), daun lobak (Raphanus sativus L.)
Tidak ada bagian yang terlebar atau dari pangkal sampai ujung hampir
sama lebar
Dalam golongan ini termasuk daun-daun tumbuhan yang biasanya sempit, atau
lebarnya jauh berbeda jika dibandingkan dengan panjangnya daun.
Runcing (acutus), jika kedua tepi ujung daun di kanan kiri ibu tulang
sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun
membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90o). Ujung daun yang
runcing lazim kita temukan pada daun-daun bentuk : bulat memanjang,
lanset, segi tiga, delta, belah ketupat, dan lain-lain. Contoh ujung daun
oleander (Nerium oleander L.)
Meruncing (acuminatus), seperti ujung yang meruncing tetapi titik
pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung
daun nampak sempit, panjang dan runcing, misalnya ujung daun sirsak
(Annona muricata L.)
Tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang,
cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang
tumpul (lebih besar dari 90o), sering kita jumpai pada daun bentuk bulat
telur atau bentuk sudip misalnya ujung sawo kecik (Manilkara kauki Dub.)
Membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak
terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam suatu
busur, terdapat pada daun yang bulat atau jorong, atau pada daun bangun
ginjal, misalnya ujung daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.), ujung daun
teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce)
Rompang (truncatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata,
misalnya ujung anak daun semanggi (Marsilea crenata Presl.), daun jambu
monyet (Anacardium occidentale L.)
Terbelah (retusus), ujung daun justru memperlihatkan suatu lekukan,
kadang-kadang amat jelas, misalnya ujung daun sidaguri (Sida retusa L.),
kadang-kadang terbelahnya ujung hanya akan kelihatan jelas jika diadakan
pemerikasaan yang teliti, seperti misalnya ujung daun bayam (Amaranthus
hybridus L.)
Berduri (mucronatus), yaitu jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian
yang runcing keras, merupakan suatu duri, misalnya ujung daun nanas
sebrang (Agave sp.)
Yang tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain :
1. Pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap
batang sesuai dengan letak daun pada batang tadi, seperti lazim dapat kita
lihat pada daun-daun bangun perisai.
2. Pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang berlawanan
atau berhadapan dengan letak daunnya. Dalam hal ini tampaknya seperti
pangkal daun tertembus oleh batangnya (perfoliatus).
Jika ditinjau bentuknya pangkal daun seperti tersebut di atas ini biasanya adalah
membulat.
Dalam garis besarnya tepi daun dapat dibedakan dalam dua macam :
1. Bergerigi (serratus), yaitu jika sinus dan angulus sama lancipnya, misalnya
daun lantana (Lantana camara L.). Selanjutnya untuk melengkapi
keterangan mengenai sifat toreh-toreh ini, dapat pula ditambahkan kata-
kata yang berkaitan dengan besar-kecilnya sinus dan angulusnya, misalnya
: bergerigi halus, bergerigi kasar, dan seterusnya.
2. Bergerigi ganda atau rangkap (biserattus), yaitu tepi daun seperti di atas
tetapi, angulusnya cukup besar, dan tepinya bergerigi lagi.
3. Bergigi (dentatus), jika sinus tumpul sedang angulusnya lancip/runcing,
misalnya daun beluntas (Pluchea indica Less.).
4. Beringgit (crenatus), kebalikan dari bergigi, jadi sinusnya tajam/runcing
dan angulusnya yang tumpul, misalnya daun cocor bebek (Kalanchoe
pinnata Pers.)
5. Berombak (repandus), jika sinus dan angulus sama-sama tumpul, misalnya
daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook et Arn.)
Telah dikemukakan bahwa letak toreh-toreh ini bergantung pada susunan tulang-
tulang daun, maka sebutan untuk mencandra tepi daun yang bertoreh dalam dan
besar ini, selalu merupakan kombinasi antara sifat torehnya dengan susunan
tulang daun yang bersangkutan hingga dengan demikian dapat dibedakan daun-
daun dengan tepi seperti berikut :
1. Daun bertangkai adalah daun yang hanya memiliki bagian tangkai dan
helaian daun.
2. Daun berupih adalah daun yang hanya memiliki bagian upih dan helaian
daun.
3. Daun duduk (sessile) adalah daun yang hanya memiliki helaian daun saja,
dan daun duduk memiliki tipe yang duduk tetapi pangkal helaian memeluk
batang disebut duduk memeluk batang (amplexicaulis)
4. Daun semu (filodia) adalah daun yang berkembang dan tangkai daun yang
melebar
Yang dinamakan daun majemuk menyirip ialah daun majemuk yang anak
daunnya terdapat di kanan kiri ibu tangkai daun, jadi tersusun seperti sirip pada
ikan.
Daun majemuk menyirip dapat dibedakan dalam beberapa macam :
jika ujung tangkai ibu terputus, artinya pada ujung tangkai ibu tidak
terdapat suatu anak daun, sehingga ujung tangkai ibu bebas, atau kadang-
kadang tertutup oleh suatu pucuk kecil yang mudah runtuh, maka hal itu
berarti bahwa daun yang menyirip genap. Dengan keterangan ini jelaslah,
bahwa satu daun majemuk menyirip genap mungkin mempunyai jumlah
anak daun yang gasal. Daun majemuk menyirip genap antara lain terdapat
pada pohon asam (Tamarindus indica L.) yang anak daunnya berpasang-
pasangan, jadi jumlah anak daun benar genap. Daun majemuk menyirip
genap, tetapi jumlah anak daunnya gasal dapat kita jumpai misalnya pada
pohon leci (Litchi chinensis Sonn.) dan kepulasan (Nepphelium mutabile
B.)
Dapat dibedakan menurut letak anak daun pada cabang tingkat berapa dari tangkai
induk/tangkai ibunya. Dengan demikian daun majemuk menyirip ganda dapat
dibedakan dalam :
1. Majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus), jika anak daun duduk pada
cabang tingkat satu dari tangkai induk.
2. Majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus), jika anak-anak daun duduk
pada cabang tingkat dua dari tangkai induk.
3. Majemuk menyirip ganda empat
Umumnya jarang dapat ditemukan daun yang menyirip ganda lebih dari tiga.
Daun menyirip ganda dibedakan lagi dalam :
1. Menyirip ganda dengan sempurna, yaitu jika tidak ada satu anak daun pun
yang duduk pada tangkai induk.
2. Menyirip ganda tidak sempurna, jika masih ada anak daun yang duduk
langsung pada tangkai induknya.
Yang menyirip ganda tidak sempurna biasanya hanyalah daun majemuk yang
menyirip gasal saja, sedang yang dengan sempurna yang menyirip genap.
1. Beranak daun dua (bifoliolatus), pada ujung tangkai induk terdapat dua
anak daun, misalnya daun nam-nam (Cynometra cauliflora L.)
2. Beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung tangkai induk terdapat tiga
anak daun, misalnya pada pohon para (Hevea brasiliensis Muell.)
3. Beranak daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung tangkai induk terdapat
lima anak daun, misalnya daun maman (Gynandropsis pentaphylla D.C.)
4. Beranak daun tujuh (septemfoliolatus), jika ada tujuh anak daun pada
ujung tangkai induk, misalnya daun randu (Ceiba pentandra Gaertn.)
Daun ini mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun
yang paling pinggir tidak duduk pada tangkai induk, melainkan pada tangkai anak
daun di sampingnya, seperti terdapat pada Arisaema filiforme (Araceae).
Yang dimaksud dengan daun majemuk campuran adalah suatu daun majemuk
ganda yang mempunyai cabang-cabang tangkai induk memencar seperti jari dan
terdapat pada ujung tangkai induk daun, tetapi pada cabang-cabang tangkai induk
ini terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip.Jadi daun majemuk campuran
adalah campuran susunan yang menjari dan menyirip, misalnya daun sikejut/putri
malu (Mimosa pudica L.)
Jika diteliti benar, ternyata daun sikejut tidak merupakan daun majemuk campuran
sejati, tetapi adalah daun majemuk menyirip genap ganda dua yang sempurna.
Hanya saja pada daun ini letak kedua pasang cabang tangkai induk tadi
sedemikian dekat satu sama lain, hingga seakan-akan terdapat empat cabang
tangkai pada ujung tangkai induk daunnya.
Daftar Pustaka
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta
PDF Online : Struktur Morfologi Daun (FOLIUM)