Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN MORFOLOGI TUMBUHAN

MATERI : Daun (Folium)

Oleh :
Nama : Helda Apriyani
NIM : 2030801063

Dosen Pengampuh : Ike Apriyani, M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021
ABSTRAK
Folium atau Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan
pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini
hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain
pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya
daun dinamakan buku-buku (nodus) batang. dan tempat di atas daun yang
merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla).
Tujuan pada pratikum ini untuk Membedakan daun tunggal dan daun
majemuk beserta bagian-bagian daun tersebut. Alat dan bahan yang
digunakan pada pratikum ini kamera,kertas untuk back ground serta
lampiran foto pada laporannya. Dari hasil pratikum perlu diamati dengan
teliti saat pengamatan dari bagian tangkai,bagian ujung daun,pangkal
daun,serta klasifikasi tumbuan dan dijelaskan lebih detail dan jelas.
Key word : folium simplex,folium compositum, Lamina, Margo Folii,
abrupte pinnatus
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Morfologi tumbuhan merupakan salah satu cabang dari Ilmu Biologi


yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh bagian luar baik akar, batang,
daun, bunga, dan biji. Daun adalah organ fotosintesis utama sebagian besar
herba, meskipun batangnya berwarna hijau juga Fotosintesis, bentuk daun
sangat bervariasi, tetapi umumnya terdiri atas satu helai daun,daun pipih dan
tangkai daun disebut tangkai daun, yang menghubungkan daun dengan buku
batang
Bentuk dan ukuran daunnya beragam, mulai dari yang berbentuk
duri kecil pada kaktus hingga yang lebar pada telapak tangan. Meskipun
bentuk dan ukuran daunnya tampak bervariasi, satu bentuk daun terdiri dari
tiga bagian, yaitu pangkal yang berkembang menjadi pelepah (vagina),
tangkai daun (petiolus), dan helai daun (lamina). Daun yang memiliki ketiga
bagian tersebut disebut daun utuh. Pada kebanyakan tumbuhan, daun hanya
terdiri dari satu atau dua bagian, yaitu helai daun, tangkai dan helai daun,
pelepah, dan helai daun, atau hanya tangkai daun. Daun seperti itu disebut
daun parsial. Berdasarkan disiplinnya, daun dibedakan menjadi daun
tunggal dan daun majemuk.
Daun tunggal adalah daun yang helaiannya terdiri dari satu helai
tanpa ada sambungan pada pangkal bilahnya, sedangkan daun majemuk
adalah daun yang helaiannya tersusun dari banyak bagian terpisah yang
berbentuk seperti daun dan disebut selebaran. Pada bagian basal daun atau
bagian basal petolulus biasanya ditemukan pulvinulus (ruas daun). Adanya
pulvinulus pada selebaran menyebabkan selebaran rontok dengan
sendirinya (tidak bersamaan). Karena setiap biji dari daun majemuk
memiliki karakteristik yang sama dengan daun tunggal, terkadang sulit
untuk membedakan antara daun tunggal dan anak dari daun majemuk,
terutama jika daunnya besar (Latifa, 2016)
B. Tujuan Pratikum
1. Mengenal dan membedakan bagian-bagian daun dengan bagian-bagian
tumbuhannya.
2. Membedakan daun tunggal dan daun majemuk
3. Mendeskripsikan morfologi daun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Daun (folium)
Daun merupakan suatau bagian tumbuhan yang penting dan pada
umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besae daun. Alat ini hanya
terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada
tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun
dinamakan buku-buku (nodus) batang. dan tempat di atas daun yang
merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla).
Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang
dinamakan klorofil, oleh karena itu daun biasanya berwarna hijau dan
menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuh-
tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tubuh tumbuhan ini mempunyai umur
yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan mening galkan bekas pada batang.
Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan
dan akhirnya menjadi perang. Jadi daun yang telah tua, kemudian mati dan
runtuh dari batang mempunyai warna yang berbeda dengan daun yang
masih segar. Perbedaan warna ini kita lihat pula bila kita membandingkan
warna antara daun yang masih muda dan daun yang sudah dewasa. Daun
yang muda berwarna hijau muda keputih-putihan, kadang-kadang juga ungu
atau kemerah-merahan. sedangkan yang sudah dewasa biasanya berwarna
hijau sungguh.
Daun yang runtuh selalu diganti dengan yang baru. dan biasanya
jumlah daun baru yang terbentuk melebihi jumlah daun yang gugur,
sehingga pada tumbuhan yang semakin besar kita dapati jumlah daun yang
semakin besar pula, sehingga suatu batang pohon nampak makin lama
makin rindang. Tetapi ada pula tum buhan yang pada waktu-waktu tertentu
mengugurkan semua daun nya, sehingga tumbuhan dalam keadaan yang
demikian tadi nam pak gundul sama sekali seperti tumbuhan yang mati.
Peristiwa ini dapat kita lihat dalam musim kemarau pada jenis-jenis
tumbuhan tertentu. yang menjelang datangnya musim hijau membentuk
tunas-tunas baru dan dalam musim hujan akan kelihatan hijau kem bali. Jenis-
jenis tumbuhan yang mempunyai sifat demikian itu disebut tumbuhan
meranggas (tropophyta) yang banyak pula kita jumpai di Indonesia. seperti
misalnya: pohon jati (Tectona grandis L.). kedondong (Spondias dulcis Forst.),
kapok randu (Ceiba pen tandra Gaertn.). pohon para (Hevea brasiliensis
Muell.), dan lain-lain lagi. Bentuk daun yang tipis melebar. warna hijau, dan
duduknya pada batang yang menghadap ke atas itu memang sudah selaras de
ngan fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk:
Bentuk daun yang tipis melebar. warna hijau, dan duduknya
pada batang yang menghadap ke atas itu memang sudah selaras de
ngan fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk:
1. pengambilan zat-zat makanan (resorbsi). terutama berupa zat gas
(CO₂).
2. pengolahan zat-zat makanan (asimilasi).
3. penguapan air (transpirasi).
4. pernafasan (respirasi).
Tumbuhan mengambil zat-zat makanan dari lingkungannya dan zat
yang diambil (diserap) tadi adalah zat-zat yang bersifat anorganik. Air beserta
garam-garam diambil dari tanah oleh akar tumbuhan. sedang gas asamarang
(CO2) yang merupakan zat makanan pula bagi tumbuhan diambil dari udara
melalui celah celah yang halus yang disebut mulut daun (stoma) masuk ke
dalam daun.

Bagian- bagian daun

Daun dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan bagian-bagiannya.


Daun Lengkap dan daun tidak lengkap. Daun lengkap terdiri tiga bagian, yaitu
bagian basal yang berkembang menjadi pelepah (Vagina), tangkai daun
(Petiolus) dan helaian daun (Lamina). Tumbuhan yang mempunyai daun
lengkap tidak begitu banyak jumlah jenisnya. Contoh tumbuhan memiliki daun
lengkap adalah pisang (Musa paradisiaca L.), Bambusa sp.dll.
Sedangkan daun yang kehilangan satu atau dua bagian dari ketiga
bagian tersebut disebut sebagai daun tidak lengkap. Mengenai susunan yang
tidak lengkap ada beberapa kemungkinan :
1. Hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja.
2. Terdiri dari upih dan helaian.
3. Daun hanya terdiri atas helaian saja tanpa pelepah dan tangkai.
4. Daun terdiri atas tangkai saja.
Bentuk daun
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari
helaiannya tanpa dipengaruhi oleh ada tidaknya torehan pada tepi daun. Istilah
untuk menyatakan bentuk daun tersebut biasanya digunakan kata- kata yang
umum untuk menyatakan bentuk suatu benda. Pada umumnya, istilah untuk
menyatakan bentuk suatu benda selalu dihubungkan dengan bentuk dua
dimensi dari benda tersebut dan sebagian besar didasarkan pada rasio panjang
terhadap lebar (indeks). Selain itu, dalam menyatakan suatu benda, letak bagian
yang terlebar perlu diperhatikan apakah bagian terlebar tersebut berada di
bawah bagian tengah, di bagian tengah atau di atas bagian tengah helaian.
Dalam menyatakan bentuk suatu daun, selain memperhatikan indeks dan letak
bagian yang terlebar, dapat pula digunakan bentuk persamaan dengan benda –
benda lainnya, seperti bentuk tombak, panah, dsb.

Ujung Daun (Apex Folii)


Ujung daun dapat pula memperlihat bentuk yang beraneka
rupa,bentuk- bentuk ujung daun yang sering kita jumpai ialah;
a) Runcing (acutus), jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi
sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk
suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90°). Ujung daun yang runcing lazim
kita dapat pada daun-daun bangun: bulat memanjang, lanset, segitiga, delta,
belah ketupat, dll. Sebagai contoh ujung daun oleander (Nerium oleander
L.)
b) Meruncing (acuminatus), seperti pada ujung yang runcing tetapi titik
pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung
daun nampak sempit panjang dan run cing, misalnya ujung daun sirsat
(Annona muricata L.),
c) Tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang,
cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul
(lebih besar dari 90°), sering kita jumpai pada daun bangun bulat telur
terbalik atau bangun sudip misalnya ujung daun sawo kecik (Manilkara
kauki Dub.),
d) Membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak
terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun meru pakan semacam suatu
busur, terdapat pada daun yang bulat atau jorong, atau pada daun bangun
ginjal, misalnya ujung daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.), ujung daun
teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce),
e) Rompang (truncatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata, misalnya
ujung anak daun semanggi (Marsilea crenata Presl.), daun jambu monyet
(Anacardium occidentale L.),
f) Terbelah (retusus), ujung daun justru memperlihatkan suatu lekukan,
kadang-kadang amat jelas, misalnya ujung daun sidaguri (Sida retusa L.),
kadang-kadang terbelahnya ujung hanya akan kelihatan jelas jika diadakan
pemeriksaan yang teliti. seperti misalnya ujung daun bayam (Amaranthus
hybridus L.).
g) Berduri (mucronatus), yaitu jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian
yang runcing keras, merupakan suatu duri. misalnya ujung daun nenas
sebrang (Agave sp.).
Pangkal Daun (Basis Filii)

Apa yang telah diuraikan mengenai ujung daun pada umum nya dapat
pula diberlakukan untuk pangkal daun. Selain dari itu ada pula kalanya, bahwa
kedua tepi daun di kanan kiri pangkal dapat bertemu dan berlekatan satu sama
lain, oleh sebab itu pangkal daun dibedakan dalam:

1. Yang tepi daunnya di bagian itu tidak pernah bertemu, tetapi ter pisah oleh
pangkal ibu tulang/ujung tangkai daun. Dalam keadaan demikian pangkal
daun dapat: a. runcing (acutus), biasanya terdapat pada daun bangun
memanjang, lanset, belah ketupat, dll. b. meruncing (acuminatus), biasanya
pada daun bangun bulat telur sungsang atau daun bangun sudip, c. tumpul
(obtusus), pada daun-daun bangun bulat telur. jorong, d. membulat
(rotundatus) pada daun-daun bangun bulat, jorong, dan bulat telur. e.
rompang atau rata (truncatus), pada daun-daun bangun segitiga, delta,
tombak. f. berlekuk (emarginatus). pada daun-daun bangun jantung,ginjal,
anak panah.
2. Yan tepi daunya dapat bertemu satu sama lain: a. pertemuan tepi daun pada
pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap batang sesuai dengan letak
daun pada batang tadi,seperti lazim dapat kita lihat pada daun-daun bangun
perisai. b. pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang yangg berlawanan
atau berhadapan dengan letak daunnya. Dalam hal ini tampaknya seperti
pangkal daun tertembus oleh batangnya (perfoliatus).

Susunan Tulang-tulang Daun (Nervatio atau Venatio)


Tulang-tulang daun adalah bagian daun yang berguna untuk:
a) memberi kekuatan pada daun, seperti pula halnya dengan tulang-tulang
hewan dan manusia, oleh sebab itu seluruh tulang tulang pada daun
dinamakan pula rangka daun (sceleton).
b) di samping sebagai penguat, tulang-tulang daun itu sesung guhnya adalah
berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagal jalan untuk pengangkutan
zat-zat, yaitu:
→ jalan pengangkutan zat-zat yang diambil tumbuhan dari tanah. ialah
air beserta garam-garam yang terlarut di dalamnya,
→ jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari tempat pem
buatannya, yaitu dari daun ke bagian-bagian lain yang memerlukan
zat-zat itu.
Tulang-tulang daun menurut besar kecilnya dibedakan dalam 3 macam,
yaitu:
a) ibu tulang (costa), ialah tulang yang biasanya terbesar, merupakan terusan
tangkai daun, dan terdapat di tengah-tengah membujur dan membelah
daun. Oleh tulang ini helaian daun umumnya dibagi menjadi dua bagian
yang setangkup atau simetris. Ada pula kalanya daun tumbuhan tidak
mempunyai ibu tulang tadi tepat di tengah helaian, sehingga kedua bagia
daun di kanan kiri ibu tulang tadi menjadi tidak setangkup at asimetrik,
misalnya daun Begonia. Ada pula daun yang memperlihatkan beberapa
tulang yang besar yang semuanya berpangkalan pada ujung tangke daun.
misalnya pada daun yang mempunyai bangun perisa atau daun-daun yang
bulat: daun teratai besar, jarak, ubi kayu dll.
b) tulang-tulang cabang (nervus lateralis), yakni tulang-tulang yang lebih
kecil daripada ibu tulang dan berpangkal pada ib tulang tadi atau cabang-
cabang tulang-tulang ini. Tulang cabang yang langsung berasal dari ibu
tulang dinamakan tulang cabang tingkat 1. cabang tulang cabang tingkat
satu dinamakan tulang cabang tingkat 2, demikian seterusnya.
c) urat-urat daun (vena), sesungguhnya adalah tulang-tulang cabang pula,
tetapi yang kecil atau lembut dan satu sama lain beserta tulang-tulang yang
lebih besar membentuk susunan seperti jala, kisi, atau lainnya.Dalam daun,
tulang-tulang cabang tingkat 1 yang tumbuh ke samping, jadi ke arah tepi
daun, dapat memperlihatkan sifat sifat berikut:
→ tulang cabang tadi dapat mencapai tepi daun.
→ tulang cabang tadi berhenti sebelum mencapai tepi daun,
→ tulang-tulang cabang tadi dekat tepi daun lalu membengkok ke atas.
dan bertemu dengan tulang cabang yang ada di atasnya. demikian
berturut-turut, sehingga sepanjang tepi daun terdapat tulang yang
letaknya kurang lebih sejajar dengan tepi daun atau kadang-kadang
tampak berombak. yang dinamakan tulang pinggir. Dengan adanya
tulang ini tepi daun menjadi lebih kuat dan tidak mudah koyak-
koyak. seperti dapat kita lihat pada daun kedondong (Spondias
dulcis Forst.). pisang (Musa paradisiaca L.), dll.
Tepi Daun (Margo Folii)
Dalam garis besarnya tepi daun dapat dibedakan dalam dua macam:
1. yang rata (integer), misalnya daun nangka (Artocarpus integraMerr.).
Toreh-toreh pada tepi daun sangat beraneka ragam sifatnya.
2. yang bertoreh (divisus).
Tepi Daun Dengan Toreh Yang Merdeka
Tepi daun dengn toreh yang merdeka banyak pula ragamnya Toreh-toreh tadi
seringkali amat dangkal dan kurang jelas, sehingga sukar untuk dikenal. Yang
sering kita jumpai ialah tepi daun yang dinamakan:
a) bergerigi (serratus), yaitu jika sinus dan angulus sama lancip nya,
misalnya daun lantana (Lantana camara L.). Selanjutnya untuk
melengkapi keterangan mengenai sifat toreh-toreh ini, dapat pula
ditambahkan kata-kata yang bertalian dengan besar kecilnya sinus dan
angulus-nya, misalnya: bergerigi halus,
b) bekasar, dst. ganda atau rangkap (biserratus). yaitu tepi daun seperti
atas, tetapi angulusnya cukup besar, dan tepinya di bergerigi lagi.
c) bergigi (dentatus), jika sinus tumpul sedang angulusnya lancip.
misalnya daun beluntas (Pluchea indica Less.). d.
d) beringgit (crenatus), kebalikannya bergigi. jadi sinusnya tajam dan
angulusnya yang tumpul, misalnya daun cocor bebek (Kalanchoe
pinnata Pers.).
e) berombak (repandue), jika sinus dan angulus sama-sama tum pul,
misalnya daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook et Am.).

Tepi Daun Dengan Toreh-toreh Yang Mempengaruhi Ben tuknya


Seperti telah dikemukakan, jika toreh-toreh daun besar dan dalam,
bangun daun akan terpengaruh olehnya, sehingga bangun aseli tidak lagi
tampak. Toreh-toreh yang besar dan dalam itu biasanya terdapat di antara
tulang-tulang yang besar atau di antara tulang-tulang cabang. Jika daun amat
besar atau lebar, misalnya daun papaya, bagian daun di antara toreh-toreh yang
besar dan dalam itu dapat bertoreh-toreh lagi, sehingga makin tidak ken taralah
bangun asli daunnya.

Permukaan Daun
Pada umumnya warna daun pada sisi atas dan bawah jelas berbeda,
biasanya sisi atas tampak lebih hijau, licin, atau mengkilat, jika dibanding
dengan sisi bawah daun. Perbedaan warna tadi disebabkan karena warna hijau
lebih banyak terdapat pada lapisan atas daripada di lapisan bawah.Kadang-
kadang pada permukaan daun terdapat alat-alat tambahan yang berupa sisik-
sisik, rambut-rambut. duri, dll. Melihat keadaan permukaan daun itu orang lalu
membedakan permukaan daun yang:
a) licin (laevis). dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan:
• mengkilat (nitidus). sisi atas daun kopi (Coffea robusta Lindl.).
beringin (Ficus benjamina L.).
• suram (opacus), misalnya daun ketela rambat (Ipomoea batatas
Poir.).
• berselaput lilin (pruinosus), misalnya sisi bawah daun pisang
(Musa paradisiaca L.), daun tasbih (Canna hybrida Hort.),
b) gundul (glaber), misalnya daun jambu air (Eugenia aquea Burm.),
c) Kasap (scaber), misalnya daun jati (Tectona grandis L.),
d) Berkerut (rugosus), misalnya daun jarong (Stachytarpheta
jamaicensis Vahl.), jambu biji (Psidium guajava L.),
e) Berbingkul-bingkul (bullatus), seperti berkerut, tetapi kerutan nya
lebih besar, misalnya daun air mata pengantin (Antigonon leptopus
Hook et Arn.),
f) Berbulu (pilosus), jika bulu halus dan jarang-jarang, misalnya daun
tembakau (Nicotiana tabacum G. Don.),
g) Berbulu halus dan rapat (villosus), berbulu sedemikian rupa berbulu
sehingga jika diraba terasa seperti laken atau beludru,
h) Berbulu kasar (hispidus), jika rambut kaku dan jika diraba terasa
kasar, misalnya daun gadung (Dioscorea hispida Dennst.).
i) Bersisik (lepidus), seperti misalnya sisi bawah daun durian (Durio
zibethinus Murr.)

Daun Majemuk (Folium Compositum)


Jika kita memperhatikan daun berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat,
bahwa ada di antaranya yang: pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian
daun saja.
Daun yang demikian dinamakan daun tunggal (folium simplex),
tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat
helaian daunnya, sehingga di sini pada satu tangkai ter apat lebih dari satu
helaian daun.
Daun dengan susunan yang demikian disebut daun majemuk (folium
compositum). Suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun
tunggal, yang torehnya sedemikian dalamnya, sehingga bagian daun di antara
toreh-toreh itu terpisah satu sama lain, dan masing-masing merupakan suatu
helaian kecil yang tersendiri.
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM

A. Waktu dan tempat


Pratikum dilaksanakan secara online di rumah masing-masing. Pada
tanggal 24 April 2021, waktu….

B. Alat dan bahan


→ Alat : kamera, lembar kerja
→ Bahan : 6 spesies tanaman, terdiri dari 3 tanaman berdaun tunggal,
3 tanaman berdaun majemuk
C. Prosedur kerja
1. Tentukan tanaman yang akan digunakan (mahasiswa bebas memilih
tanaman apa saja) sebanyak 6 jenis spesies yang terdiri dari 3 tanaman
berdaun tunggal, 3 tanaman berdaun
2. Majemuk. Tentukan jenis/spesiesnya kemudian cari literature
mengenai klasifikasi tumbuhan tersebut.
3. Ambil bagian daun yang masih menempel pada batangnya kemudian
foto daun tersebut. kemudian pindahkan foto tersebut pada lembar
ms.word dan beri keterangan bagian-bagian daun tersebut.
deskripsikan apakah daun tersebut termasuk daun lengkap atau tidak
lengkap. Apakah termasuk daun tunggal atau majemuk?
4. Ambil foto yang dapat menunjukkan bangun daun secara jelas untuk
mendeskripsikan bangun daun, ujung daun, pangkal daun, susunan
tulang daun, tepi daun, daging daun, warna daun, permukaan daun.
5. Susun semua foto dan keterangan pada lembar kerja.
6. Contoh lembar kerja pada Lampiran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Daun Tunggal
a) Caladium bicolor
Caladium bicolor atau sering dikenal dengan keladi yang merupakan
tanaman hias. Tanaman ini tumbuh dengan baik jika kelembapan dan
kebutuhan sinar mataharinya tercukupi. Adapun klasifikasi tanaman
caladium bicolor sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Caladium
Spesies : Caladium bicolor (W. Ait.) Vent

Gambar 1. bagian daun Caladium Bicolor; a.


helaian (lamina); b. tangkai (petolus); c.
pelepah (vagina)
Gambar 2. bagian lamina daun; a. (apex
folli); b (margo folii); c. (basic folii)

Gambar 3. Bagian nervatio atau venatio; a.


costa; b. nervus lateralis; c. vena

Berdasarkan hasil pengamatan. caladium bicolor merupakan daun tunggal


yang daunnya lengkap dilihat pada (Gambar 1.) Pada (Gambar 2.)
menunjukan bahwa ujung daun meruncing (acuminatus),tepi daun yang rata
(integer),bentuk daun perisai (peltatus), Permukaan atas dan bawah daun
halus (laevis) yang memiliki membran lilin (pruinosus),pangkal daun
berlekuk (emarginatus). Menurut Tjitrosoepomo (2009) pangkal daun
bertoreh atau berlekuk berbentuk bangun jantung (cordatus) yaitu bangun
seperti bulat telur,tetapi pangkal daun memperlihatkan lekukan.

Pada (Gambar 3.) Bahwa tumbuhan caladium bicolor memiliki daun yang
bertulang menyirip (penninervis). Menurut Tjitrosoepomo (2009) daun
menyirip mempunyai satu ibu daun yang berjalan dari pangkal ke ujung,
dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini ke samping keluar
tulang-tulang cabang, sehingga susunan nya mengingatkan kita kepada
susunan sirip ikan, oleh sebab itu dinamakan menyirip.

Caladium bicolor (W. Ait.) Vent. Memiliki perawakan herba dengan tinggi
25 – 50 cm, batang membentuk umbi. Daun : tunggal, bentuk perisai
bersegi, tepi daun rata, permukaan daun licin,pertulangan daun menjari.
Akar : berakar serabut. (Rahman 2018)

b) Alpinia galnga
Tanaman lengkuas merupakan tanaman rimpang dengan klasifikasi
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divis : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Zingiberae
Familia : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia Galanga
Gambar 4. Bagian daun alpinia galanga; a. lamina;
b. vagina dan petiolus.

Dilihat pada gambar 4. Pelepah Daun. Besar, kuat, ulet, sangat panjang,
tubuler di pangkal, membentuk celah memanjang pada sisi yang berlawanan
dengan helai. helai pada pelepah terbawah tereduksi menjadi sisik
rudimenter kecil. Panjang pelepah A.galanga 30-40cm sedangkan untuk
tangkainya menyatu dengan pelepah, terdapat upih di pangkalnya,yang
terkadang merapat pada batang. (Setyawan 1999, 34)

Gambar 5. Bagian lamina alpinia galanga; a. apex folii; b. margo folii; c. basic
folii
Gambar 6. Bagian Nervatio atau Venatio; a. costa; b. nervus lateralis

Permukaan Atas Permukaan Bawah

Gambar 7. Bagian permukaan daun; atas (pruinosus); bawah (opacus)


Berdasarkan hsil pengamatan. Alpinia calanga merupakan daun tunggal
lengkap. Dilihat pada gambar 5. Bagian ujung daun runcing (acutus),tepi
daun rata (integer),pangkal daun tumpul (obtusus),bentuk daun lanset
(lanceolatus),daging daun seperti kertas (papyraceus). Gambar 6. Bagian
susunan tulang menyirip (penniervis),
Gambar 7. Menurut Muhlisah (1999) mengatakan bahwa permukaan daun
licin (leavis) yang bagian atas beselaput lilin (pruinosus) sehingga tampak
mengkilat sedangkan untuk bagian bawah agak suram (opacus) yang terlihat
pucat dan warna pada permukaan daun lengkuas (alpinia galanga) bagian
atas hijau mengkilat ,sementara yang bawah berwarna hijau pucat.
c) Psidium Guajava
Psidium guajava atau sering dikenal dengan jambu biji merupakan
tumbuhan yang banyak manfaat nya. Adapun klasifikasi psidium guajava
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Psidium L.
Spesies : Psidium Guajava L.

Gambar 8. Bagian daun psidium guajava; a.


petiolus; b. margo folii; c. lamina; d. apex folii; e.
basic folii
Gambar 9. Bagian nervatio atau venatio; a. costa;
b. nervus lateralis; c. vena

Berdasarkan hasil pengamatan. Psidium guajava merupakan daun tunggal


yang termasuk daun yang tidak lengkap disebut daun bertangkai, hal ini
dikarenakan daun jambu biji hanya terdapat helaian (vagina) dan tangkai
(petiolus). Dilihat pada Gambar 8. Bagian pangkal tumpul (obtusus),tepi
daun rata (integer),ujung daun membulat (rotudantus),permukaan daun
licin (leavis) tetapi untuk bagian atas berbulu (pilosus),sedangkan untuk
bagian bawah berkerut (rugosus) Gambar 9. Bagian susunan tulang psidium
guajava memilki tulang menyirip (penninervis).
Menurut Fairuz Rabbaniyah (2015) Jambu biji berasal dari Amerika tropis,
tumbuh di tanah gembur atau lempung di alam terbuka, dan mengandung
banyak air. Daun tunggal, bertangkai pendek, berhadapan, daun muda
berambut halus, permukaan atas daun tua licin. Helaian daunberbentuk bulat
telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak melekuk
ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6 sampai 12 cm, lebar 3 cm sampai
6 cm.
B. Daun Majemuk
a) Manihot Esculenta Crantz
Manihot esculenta crantz atau sering dikenal dengan singkong. Singkong
merupakan tanaman yang banyak dimanfaat kan sebagai bahan makanan
manusia. Adapun klasifikasi manihot esculenta crantz sebagai berikut;
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiacae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot Esculenta Crantz

Gambar 10. Bagian Manihot Esculenta Crantz;


a. potolus communis; b. petiololus; c. margo
folii; d. apex foliii; e. lamina daun
Gambar 11. Bagian nervatio atau venatio; a. costa; b. nervus lateralis
Berdasarkan hasil pengamatan. Daun singkong atau Manihot
Esculenta Crantz merupakan daun majemuk beranak daun lima
(quinquefoliolatus). Dilihat pada gambar 10. Tepi daun dengan toreh yang
mempengaruh bentuknya/tulangnya yaitu berbagi menjari
(palmatipartitus),ujung daun runcing (acutus),untuk warna daun bagian
atas lebih ke hijau pekat sedangkan bawah lebih ke hijau muda, tulang
berwarna hijau kekuningan dan tangkai bewarna merah ke kuningan. Pada
Gambar 11. Daun singkong memilki susunan tulang yang menjari
(palminervis).
Menurut Tjitrosoepomo (2009) jika dari ujung tangkai daun keluar
beberapa tulang yang memencar,memprlihatkan susunan seperti jari-jari
pada tangan. Jumlah tulang ini lazimnya gasal,yang di tengah yang paling
besar dan paling panjang,sedang ke samping semakin pendek. Daun dengan
susunan tulang demikian pun umumnya hanya terdapat tumbuhan berbiji
belah (dicotyledoneae).
Daun singkong tumbuh di sepanjang batang dengan tangkai yang
panjang.
Menurut jurni (2020) Daun singkong berwarna kehijauan dan tulang
daun majemuk dengan selebaran elips dengan ujung yang tajam. Posisi
duduk daun spiral dengan rumus 2/5, ruas antara tangkai daun pendek 3-5
cm. Warna daun muda (pucuk) hijau kekuningan atau hijau keunguan
sedangkan daun dewasa diwarnai hijau tua dan bagian tiap daun (lobus
daun) lebar (lebar <5 cm) dengan Jumlah tiap daun 5, 6, dan 7, lanset dengan
ujung daun meruncing. Tangkai daun panjang dengan warna hijau, merah,
kuning, atau kombinasi ketiganya.
b) Muntingia calabura L.
Muntingia calabura L atau yang dikenal dengan tumbuhan kersen atau
seri (Zahara and Suryady 2018). Adapun klasifikasi Muntingia
calabura L. sebagai berikut;
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Familia : Malvales/Columniferae
Ordo : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia Calbura L.

Gambar 12. Bagian daun majemuk pada Muntingia calabura


L.; a. potiolus communis; b. petololus; c. foliolum;
Gambar 14. Bagian nervatio atau venatio;a.
Gambar 13. Bagian lamina daun;a. apex folii; costa; b. nervus atau lateralis; c. vena
b. margo folii; c. basic folii

Berdasarkan hasil pengamatan. Bahwa daun Muntingia calabura L


atau daun seri merupakan daun majemuk. Dilihat pada Gambar 12. Ibu
tangkai,tangkai anak daun dan anak daun. Gambar 13. Bagian ujung daun
meruncing (acuminatus),tepi daun bertoreh merdeka bergerigi halus
(serratus),pangkal daun berlekuk (emarginatus), tetapi agak miring pada
sisi sebelahnya, warna daun hijau muda,daging daun tipis lunak
(herbaceus),permukaan daun berbulu halus dan rapat (villosus) pada bagian
bawah dan atas. Bentuk daun bagun lanset (lanceolatus) agak memanjang
(oblongus). Gambar 14. Bagian susunan daun bertulang menyirip
(penninervis). daun Muntingia calabura L tergolong daun mejemuk
menyirip genap (abrupte pinnatus) yang dengan jumlah daun gasal.

Menurut Tjitrosoepomo (2009) biasanya pada daun ini terdapat


sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan di kanan dan kiri Ibu tulang,
oleh sebab itu jumlah anak daunnya biasanya selalu genap. Namun
mengingat bahwa suatu daun majemuk menyirip anak-anak daun tidak
selalu berpasang pasangan, maka untuk menentukan apakah suatu daun
majemuk menyirip genap atau tidak. orang tidak lagi menghitung jumlah
daun namun melihat ujung Ibu tangkainya. Ibu tangkai terputus artinya pada
ujung Ibu tangkai tidak terdapat suatu anak daun sehingga ujung Ibu tangkai
bebas atau kadang-kadang tertutup oleh suatu pucuk kecil yang mudah
runtuh, maka dari itu berarti daun tersebut menyirip genap. dengan
keterangan seperti ini kita bisa tahu bahwa daun majemuk menyirip genap
mungkin memiliki jumlah anak Daud yang gasal. Daun majemuk menyirip
a.l. terdapat pada pohon asam (tamarindus indica L.) Yang anak daunnya
berpasang-pasangan jadi jumlah anak daun benar genap. sedangkan daun
majemuk menyirip genap tetapi memiliki jumlah anak daun yang gasal
dapat kita jumpai pada pohon leci (lit-chi chinnensis sonn.)

c) Dimocarpus logan
Dimocarpus logan atau sering dikenal dengan kelengkeng/mata kucing.
Tanaman kelengkeng diklasifikasikan sebagai berikut;
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Dimocarpus
Famili : Sapindaceae
Genus : Dimiocarpus
Spesies : Dimocarpus longan lour

Gambar 15. Bagian ddau majemuk pada a. potiolus


communis; b. petololus; c. foliolum
Gambar 16. Bagian lamina daun kelengkeng; a. basic folii; b. margo folii;
c. apex folii

Gambar 17. Bagian nervatio atau venatio; a. costa; b.


nervus lateralis; c. vena
Berdasarkan hasil pengamatan. Dimocarpus logan atau yang sering
dikenal dengan daung kelengkeng merupakan daun majemuk. Dilihat pada
Gambar 16. Bagian pangkal daun runcing (acutus),tepi daun rata
(integer),ujung daun runcing (acutus), warna daun hijau ,permukaan daun
berselaput lilin (pruinosus),daging daun seperti kulit/belulang (coriaceus).
Gambar 17. Daun kelengkeng memilki susunan tulang daun majemuk
menyirip dengan tata letak daun yang pada tiap buku-buku batang terdapat
dua daun. Menurut tjitrosoepomo (2009) Dua daun yang terletak pada buku
buku yang saling berhadapan (180◦). Yang biasanya kedua daun tersebut
membentuk suatu silang pada dua daun dibawahnya yang sering disebut
berhadapan bersilang.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada pratikum morfologi ini ,dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Daun (folium) merupakan suatau bagian tumbuhan yang penting dan
pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun.
2. Bagian bagian daun yang tidak lengkap yaiu,pelepah daun
(vagina),tangkai daun (petiolus),helaian daun (lamina)
3. Sifat-sifat daun yaitu,bentuk daun/bangun daun
(circumscriptio),ujung (apex),pangkal (basis),susunan tulang-
tulang (nervatio atau venatio) tepi (margo),daging daun
(intervenium)
4. Pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Daun yang
demikian dinamakan daun tunggal (folium simplex) sedangkan,
tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini
terdapat helaian daunnya, sehingga di sini pada satu tangkai ter apat
lebih dari satu helaian daun. Daun dengan susunan yang demikian
disebut daun majemuk (folium compositum).
5. Bagian bagian dari daun majemuk terdiri dari ibu tangkai daun
(potiolus communis),tangkai anak daun (petiololus),anak daun
(foliolum)

B. Saran
Dalam melaksanakan pratikum harus teliti dan fokus dalam membedakan
jenis daun dan bagian-bagian daun pada tanaman tersebut dan dibantu
dengan buku morfologi tumbuhan seperti buku gembong kemudian saat
pengambilan foto harus dengan tepat agar memudah kan saat diamati.
DAFTAR PUSTAKA

Latifa, R. 2015. KARAKTER MORFOLOGI DAUN BEBERAOA JENIS


POHON PENGHIJAUAN DI KOTA MALANG, Malang : Prodi FKIP
Univertitas Muhammadiyah Malang

Tjitrosoepomo, G.2009. Morfologi Tumbuhan,GADJAH MADA UNIVERSITY


PRESS.

Rabbaniyah, Fairuz. 2015. “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jambu Biji


(Psidium Guajava Linn.) Terhadap Peningkatan Trombosit Pada Pasien
Demam Berdarah Dengu.” Medical Journal of Lampung University 4 (7): 91–
96.
Rahman, Sari Rahayu. 2018. “Variasi Morfologi Tumbuhan Famili Araceae Di
Wilayah Kabupaten Majene.” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Biologi, 794–97.
Setyawan, Ahmad D W I. 1999. “Status Taksonomi Genus Alpinia Berdasarkan
Sifat-Sifat Morfologi , Anatomi Dan Kandungan Kimia Minyak Atsiri.”
BioSMART 1 (April): 31–40.
Zahara, Meutia, and Suryady. 2018. “Kajian Morfologi Dan Review Fitokimia
Tumbuhan Kersen (Muntingia Calabura L).” Jurnal Ilmiah Pendidikan Dan
Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh. 5 (2):
68–74.

Anda mungkin juga menyukai