Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BOTANI DAN FARMAKOGNOSI

PRAKTIKUM MORFOLOGI DAUN, BATANG, AKAR, DAN RHIZOMA

Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 29 juni 2020

Kelas : A4A Farmasi Klinis

Nama pratikan : Ngakan Made Gede Dwi Suputra

NIM : 19021037

Nama dosen jaga : I Putu Gede Adi Purwahita, S.Farm.,


M.Farm., Apt

Nama asisten jaga : Ni Wayan Vidya Wangi

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

2020
LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI DAN FARMAKOGNOSI PRAKTIKUM
MORFOLOGI DAUN, BATANG, AKAR, DAN RHIZOMA

Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 29 juni 2020

Kelas : A4A Farmasi Klinis

Nama pratikan : Ngakan Made Gede Dwi Suputra

NIM : 19021037

Nama dosen jaga : I Putu Gede Adi Purwahita, S.Farm.,


M.Farm., Apt

Nama asisten jaga : Ni Wayan Vidya Wangi

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

2020
PRAKTIKUM I

MORFOLOGI DAUN, BATANG, AKAR, DAN RHIZOMA

I. Tujuan

Mengenal dan menentukan ciri-ciri/karakter morfologi daun, batang, dan akar.

II. Dasar Teori

A. Daun
2.1 Pengertian Daun
Daun sebenarnya adalah batang yang telah mengalami modifikasi
yang kemudian berbentuk pipih dan juga terdiri dari sel-sel dan jaringan
seperti yang terdapat pada batang. Perbedaannya, batang mempunyai
pertumbuhan yang tidak terbatas, sedangkan daun mempunyai
pertumbuhan terbatas, yang segera berhenti tumbuh, berfungsi untuk
beberapa musim lalu gugur (Tjitrosomo, 1983).
Organ pembuat makanan ini berbentuk pipih lebar, agar dapat
melaksanakan tugas utamanya, yaitu fotosintesis, seefektif-efektifnya.
Bagian daun yang menempel pada batang disebut pangkal daun. Daun
dapat mempunyai tangkai daun (petiolus) atau tidak. Daun tanpa tangkai
ini disebut daun duduk (sessilis). Bagian yang pipih lebar disebut helaian
daun (lamina). Pada tanaman monokotil pangkal daun pipih lebar dan
membungkus batangnya. Bagian ini disebut pelepah daun. Contohnya
terdapat pada pisang, rumput, tebu. Pada tumbuhan dikotil pangkal daun
sering membengkak dan diapit oleh dua helai daun kecil yang biasanya
lekas tanggal sehingga hanya tinggal bekasnya pada batang. Daun kecil ini
disebut daun penumpu (stipula). Pada ercis daun penumpu lebar dan
membantu dalam fotosintesis (Tjitrosomo, 1983).
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari
helaiannya tanpa dipengaruhi oleh ada tidaknya torehan pada tepi daun.
Istilah untuk menyatakan bentuk daun tersebut biasanya digunakan kata-
kata yang umum untuk menyatakan bentuk suatu benda. Selain bentuk
helaian daun, apeks dan pangkal daun juga memperlihatkan bentuk yang
beraneka ragam (Kusdianti, 2013).
Helaian daun ditopang oleh rangka daun yang disusun oleh tulang
daun. Tulang daun mengandung jaringan pembuluh (xilem dan floem)
yang menyalurkan air ke daun dan hasil-hasil fotosintesis dari daun.
Sistem pertulangan daun ada tiga tipe: pertulangan sejajar pada tumbuhan
monokotil, pertulangan bersisip pada tumbuhan dikotil, dan pertulangan
dikotom pada paku-pakuan (Tjitrosomo, 1983).
Berdasarkan susunan daunnya, daun dibedakan menjadi daun tunggal
dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang memiliki satu daun
pada setiap tangkainya, sedangkan daun majemuk adalah daun yang
memiliki beberapa (lebih dari satu) daun pada satu tangkainya (Kusdianti,
2013).
Oleh karena setiap anak daun dari daun majemuk memiliki
karakteristik yang sama dengan daun tunggal, kadang-kadang sulit
dibedakan antara daun tunggal dengan anak daun dari daun majemuk,
khususnya bila anak daun tersebut berukuran besar. Di bawah ini adalah
dua hal yang dapat dijadikan dasar perbedaan antara daun tunggal dengan
anak daun dari daun majemuk, yaitu: (Kusdianti, 2013)
1. Pada ketiak daun tunggal terdapat tunas aksilar, sedangkan pada
ketiak anak daun dari daun majemuk tidak ada tunas aksilar.
2. Daun tunggal menempati bidang tiga dimensi pada batang atau dahan,
sedangkan anak daun dari daun majemuk menempati satu bidang.
2.2 Daun Tunggal
2.2.1. Bentuk Daun
Secara umum bentuk daun sangat bervariasi. Berdasarkan letak
bagian daun yang terlebar maka dapat kita bedakan ke dalam 4
golongan sebagai berikut (Tjitrosoepomo, 1985)
1. Bagian daun terlebar berada di tengah-tengah helai daun
Daun dengan bagian daun terlebar berada di tengah-tengah
helai daun.
 Bulat , bentuk daun disebut bulat (orbiculate) jika
perbandingan panjang : lebar = 1 : 1. Tangkai daunnya terdapat
di bagian tepi, tidak tertanam pada bagian helai daun. Daun
teratai termasuk dalam kategori ini berbentuk bulat, seperti
tampah.
 Perisai (peltate), bentuk daun disebut perisai jika helai daunnya
bulat dan tangkai daunnya tertanam di bagian tengah helai
daun. Contoh daunya yaiu daun jarak.
 Jorong (elliptic), bentuk daun disebut jorong jika bagian daun
terlebar berada di tengah helai daun dan perbandingan
panjang : lebar = 1,5 sampai 2. Daun nangka termasuk
berbentuk jorong.
 Memanjang (oblong), bentuk daun disebut memanjang jika
bagian daun terlebar berada di tengah helai daun dan
perbandingan panjang : lebar = 2.5 sampai 3. Daun srikaya
termasuk berbentuk memanjang.
 Lanset , bentuk daun disebut lanset jika bagian daun terlebar
berada di tengah helai daun dan perbandingan panjang dan
 lebar = 3 sampai 5. Daun kamboja termasuk dalam kritera
yang berbentuk lanset (lanceolate)

Bentuk daun dengan bagian terlebar berada di tengah

2. Bagian daun terlebar terletak di bagian bawah, antara tengah


daun, pangkal daun tidak bertoreh/ berlekuk
Daun yang termasuk golongan ini berbentuk, seperti
berikut :
a) Bulat telur (ovate), misalnya pada daun kembang sepatu.
b) Segitiga (triangulate), misalnya bunga pukul empat.
c) Delta (deltoid), misalnya pada bunga air mata pengantin.
d) Belah ketupat (rombhic), misalnya pada anak daun
bengkuang
Bentuk daun dengan bagian terlebar berada di tengah

3. Bagian daun terlebar terletak di bagian bawah, pangkal daun


bertoreh
Daun yang termasuk golongan ini berbentuk, seperti berikut.
a) Jantung (cordate), berbentuk bulat telur dengan ujung
lancip dan pangkal daun berlekuk, misalnya pada daun
waru.
b) Ginjal (reniform), daun dengan ujung daun tumpul,
pangkal berlekuk, seperti ginjal, misalnya pada daun
pagagan/tapal kuda.
c) Anak panah (sagittate), bagian ujung daun lancip, bagian
pangkal dengan lekukan yang lancip, misalnya pada daun
eceng (Sagittaria sagittifolia L.).
d) Tombak (hastate), bagian ujung daun runcing, sedangkan
bagian pangkalnya mendatar, misalnya pada daun wewehan
(Monochoria hastata Solms).
e) Bertelinga (auriculate), seperti bentuk tombak, tetapi
pangkal daun di sebelah kiri dan kanan membulat,
misalnya pada daun tempuyung.
Bentuk daun terlebar terletak di bagian bawah, pangkal daun bertoreh

4. Bagian daun terlebar terletak di bagian atas, antara tengah daun


dan ujung daun.
Daun dengan bagian helai daun terlebar di bagian atas tengah-
tengah helai daun yaitu berbentuk :
a) Bulat telur terbalik, contohnya daun sawo kecil
b) Jantung terbalik, contohnya daun smanggi gunung
c) Segitiga terbalik, contohnya daun semanggi
d) Sudip , contohnya daun tapak liman
e) Lanset terbalik
Bentuk Daun Terlebar terletak di Bagian Atas, antara Tengah Daun dan
Ujung daun.

5. Bagian daun merata, tidak ada bagian daun yang terlebar.


Bentuk daun yang mempunyai helai daun dari bagian
pangkal hingga ke ujung lebarnya sama atau merata umum
dijumpai pada tumbuhan monokotil. Macam-macam bentuk
daun ini adalah berbentuk pita, berbentuk pedang , berbentuk

agak silindris (seperti jarum)

2.2.2. Pangkal Daun (Basis Folii)


Pangkal daun merupakan bagian helaian daun yang
berhubungan langsung dengan tangkai daun. Pangkal yang
terdapat di kiri-kanan tangkai daun, baik berlekatan atau tidak,
dapat dibedakan menjadi sedikitnya enam macam yaitu: (Rosanti,
2013)
a. Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun memanjang,
lanset dan belah ketupat.
b. Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada bangun bulat
telur.
c. Tumpul (obtusus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
d. Membulat (rotundatus), terdapat pada bangun bulat telur dan
jorong.
e. Rompang/rata (truncatus), terdapat pada bangun segitiga, delta
dan tombak.
f. Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun jantung, ginjal
dan anak panah.

Bentuk pangkal daun

2.2.3. Ujung Daun (Apex Folii)


Ujung daun merupakan puncak daun, dimana letaknya paling
jauh dari tangkai daun. Ujung daun memiliki bentuk yang
beraneka ragam, antara lain: (Rosanti, 2013).
a. Runcing (acutus). Ujung daun mengecil dan menyempit di kiri
dan kanan secara bertahap dan membentuk sudut kurang dari
90°.
b. Meruncing (acuminatus). Hampir mirip dengan ujung runcing,
namun titik pertemuan tidak menyempit secara bertahap, tetapi
memilki jarak yang cukup tinggi pada akhir bagian ujung
tersebut.
c. Tumpul (obtusus). Bila tulang daun yang berjarak jauh tiba-
tiba menyempit lalu membentuk sudut lebih besar dari 90°,
maka ujung daun tersebut dikatakan tumpul.
d. Membulat (rotundatus). Ujung daun tidak membentuk sudut
sama sekali.
e. Rompang (truncatus) ujung daun seperti garis.
f. Terbelah (retusus). Ujung daun memperlihatkan suatu lekukan.
g. Berduri (mucronatus), ujung daun ditutup oleh duri.

Bentuk ujung daun


2.2.4. Tepi Daun (Margo Folii)
Tepi daun hanya dibedakan dalam dua macam yaitu tepi yang
rata (integer) dan yang tidak rata. Tepi daun yang tidak rata
disebut juga tepi daun yang bertoreh (divisus) atau berlekuk
(Rosanti, 2013).
2.2.5. Daging Daun (Intervenium)
Daging daun berbeda-beda, ada yang berdaging tebal dan ada
yang berdaging tipis. Karena itulah daging daun dapat dibedakan
menjadi: (Rosanti, 2013)
a. Tipis seperti selaput (membranaceus). Daging daun jenis ini
mudah sekali robek, karena berbentuk seperti sayap capung.
b. Tipis seperti kertas (papyraceus). Meskipun berdaging tipis,
strukturnya tegar dengan helaian daun yang tidak mudah
robek. Bila diremas, helaian daun akan kembali ke bentuk
semula.
c. Tipis lunak (herbaceous). Daun yang memiliki daging tipis
lunak biasanya helaian daun banyak mengandung air.
d. Kaku (perkamenteus). Daging daun yang kaku. Meskipun
kaku, daging daun hampir sama tipis dengan daun berdaging
seperti kertas.
e. Seperti kulit (coriaceus). Daging daun seperti kulit cukup
tebal, kaku dan keras tapi tidak berair.
f. Berdaging (carnosus). Struktur daging daun ini sangat tebal
dan mengandung air.
2.2.6. Pertulangan Daun (Nervatio)
Berdasarkan posisi tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang
daunnya, sistem pertulangan daun dibedakan menjadi: (Rosanti,
2013)
a. Bertulang melengkung (cervinervis). Letak tulang cabang
perpaduan antara tulang daun menyirip dan menjari, yaitu
terletak di kiri kanan ibu tulang daun, hampir terpencar dari
satu titik di pangkal daun, namun tulang cabang tumbuh
mengikuti arah tumbuh tepi daun menuju satu titik di ujung
daun.
b. Bertulang lurus/sejajar (rectinervis). Posisi tulang cabang
terletak di kiri-kanan ibu tulang daun. Arah tumbuh tulang
cabang sejajar dengan arah tumbuh ibu tulang daun.
c. Bertulang menjari (palminervis). Pada sistem pertulangan ini,
tulang-tulang cabang berpencar pada satu titik di pangkal ibu
tulang daun
d. Bertulang menyirip (penninervis). Pada sistem tulang daun
menyirip, posisi tulang-tulang cabang tersusun di sebelah
kanan dan kiri ibu tulang daun.
e. Bertulang daun dikotom, tulang cabang daun bercabang dua,
dan cabang tersebut dapat bercabang dua lagi.
Daun bertulang menyirip dan menjari umumnya terdapat pada
tumbuhan dikotil, sedangkan daun bertulang melengkung dan
sejajar umumnya ditemukan pada tumbuhan monokotil (Rosanti,
2013).

Susunan tulang daun

2.2.7. Permukaan Daun


Permukaan daun dapat ditentukan dengan alat peraba (tangan).
Ada beberapa jenis permukaan daun, yaitu: (Rosanti, 2013)
a. Licin (laevis), dimana permukaan daun terlihat mengkilat atau
berlapis lilin.
b. Gundul (glaber), bila tidak ditemukan stuktur apapun pada
permukaan daun.
c. Berkerut (rugosus), terdapat kerutan pada permukaan daun.
d. Berbulu (pilosus), terdapat struktur bulu pada permukaan daun.
e. Bersisik (lepidus), terdapat struktur sisik mengkilat di
permukaan daun.
2.2.8. Warna Daun
Walaupun umum bahwa daun itu biasanya berwarna hijau,
tetapi tak jarang pula kita jumpai daun yang warnanya tidak hijau,
lagipula warna hijau pun dapat memperlihatkan banyak variasi
atau nuansa. Sebagai contoh antara lain: (Tjitrosoepomo, 2011).
a. Merah, misalnya daun bunga buntut bajing (Acalypha
wilkesiana).
b. Hijau bercampur atau tertutup warna merah, misalnya
bermacam-macam daun puring (Codiaeum variegatum).
c. Hijau tua, misalnya daun nyamplung (Colophyllum
inophyllum).
d. Hijau kekuningan, misalnya daun tanaman guni (Corchorus
cap-sularis).

2.3 Daun Majemuk


Pada suatu daun majemuk dapat kita bedakan bagian-bagian berikut:
(Tjitrosoepomo, 2011)
a. Ibu tangkai daun (petiolus communis), yaitu bagian daun majemuk
yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya, yang disini
dinamakan masing-masing anak daun.
b. Tangkai anak daun (petiololus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang
mendukung anak daun.
c. Anak daun (foliolum), bagian ini sesungguhnya adalah bagian-bagian
helaian daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-
pisah.
d. Upih daun (vagina), yaitu bagian di bawah ibu tangkai yang lebar dan
biasanya memeluk batang, seperti dapat kita lihat pada daun pinang
(Areca catechu).
Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat
di bedakan dalam dua golongan, yaitu: (Tjitrosoepomo, 2011)
1. Daun majemuk menyirip (pinnatus), jika anak daun tersusun seperti
sirip pada kanan kiri ibu tangkainya.
2. Daun majemuk menjari (palmatus).
3. Daun majemuk bangun kaki (pedatus).
4. Daun majemuk campuran (digitato pinnatus).

Bagian-bagian daun majemuk

B. Batang
2.1 Pengertian Batang
Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di
ujung sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi oleh daun muda dan
menjadi terminal. Di bagian batang yang lebih tua, yang daunnya saling
berjauhan, nodus tempat daun melekat pada batang dapat dibedakan dari
ruas, yakni bagian batang di antara dua buku yang berturutan. Di ketiak
daun biasanya terdapat tunas ketiak. Bergantung pada pertumbuhan ruas
dapat dibedakan beberapa macam bentuk tumbuhan. Batang bisa
memperlihatkan sumbu yang memanjang dengan buku dan ruas yang
jelas. Sebaliknya, batang dapat juga amat pendek dan letak daunnya
merapat membentuk roset. Taraf percabangan yanng terjadi jika tunas
ketiak tumbuh menjadi ranting menambah keragaman bentuk. Berkaitan
dengan habitat tumbuh dibedakan batang yang tumbuh dibawah tanah, di
dalam air atau di darat. Batang juga ada yang tegak, memanjat atau
merayap. Ragam lain adalah susunan daun pada batang, ada atau tidak
adanya tunas ketiak yang tumbuh menjadi cabang, serta taraf percabangan
bila ada (Tjitrosoepomo, 2011).
Batang bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat
tempat serta kedudukan batang bagi tumbuhan. Batang dapat disamakan
dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya batang mempunyai sifat-
sifat seperti berikut (Tjitrosoepomo, 2011) :
1. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain. Akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya
dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang
setangkup.
2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku
dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
3. Tumbuhnya biasanya keatas, menuju cahaya atau matahari.
4. Selalu bertambah panjang diujungnya oleh sebab itu sering dikatakan
bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
5. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak
digugurkan kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
6. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya
pendek misalnya rumput dan waktu batang masing muda.
Sebagian dari bagian tumbuh-tumbuhan batang mempunyai tugas
untuk (Tjitrosoepomo, 2011) :
1. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah yaitu:
daun, bunga, dan buah.
2. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi dan
menempatkan bagian-bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian
rupa, sehingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi
terdapat dalam posisi yang posisi yang paling menguntungkan.
3. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan
jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi ke atas ke bawah.
4. Menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan.
Jika kita membandingkan berbagai jenis tumbuhan ada di antaranya
yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada pula yang tampaknya tidak
berbatang. Oleh sebab itu kita membedakan (Tjitrosoepomo, 2011) :
1. Tumbuhan yang tidak berbatang (Planta acaulis). Tumbuh-tumbuhan
yang benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada hanya tampaknya
saja tidak ada. Hal itu disebabkan karena batang amat pendek,
sehingga semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya
dan tersusun rapat satu sama lain merupakan suatu rosert, misalnya
lobak (Raphanus sativus L.), sawi (Brassica juncea L.). Tumbuhan
semacam ini akan memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu
berbunga. Dari tengah-tengah roset daun akan muncul batang yang
tumbuh cepat dengan daun-daun yang jarang-jarang, bercabang-
cabang, dan mendukung bunga-bunganya.
2. Tumbuhan yang jelas berbatang, batang tumbuhan dapat dibedakan
seperti berikut :
a. Batang basah (herbaceus), yaitu batang yang lunak dan berair
misalnya pada bayam (Amaranthus spinosus L), krokot (Portulaca
oleracea L).
b. Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat,
karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-
pohon dan semak-semak pada umumnya. Pohon adalah tumbuhan
yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari
permukaan tanah, sedang semak adalah tumbuhan yang tak
seberapa besar, batang berkayu, bercabang-cabang dekat
permukaan tanah atau malahan dalam tanah. Contoh mangga
(Mangifera indica L), sidaguri (Sida rhombifolia L).
c. Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras mempunyai
ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga misalnya pada padi
(Oryza sativa L) dan rumput (Gramineae) pada umumnya.
d. Batang mendong (calamus), seperti batng rumput tetapi
mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong
(Fimbristylis globulosa Kunth.), wlingi (Scirpus grassu L.) dan
tumbuhan sebangsa teki (Cyperaceae), lainnya.
Bentuk batang pada umumnya bula, meskipun demikian beberapa
tumbuhan memiliki bentuk batang yang tidak bulat. Bentuk batang
menjadi kunci dalam determinasi dan mengklasifikasi tumbuhan. Pada
tumbuh-tumbuhan yang tergolong pada kelas monokotil biasanya
mempunyai batang yang dasarnya dianggap tidak berubah dari pangkal
sampai ke ujung. Sedangkan pada tumbuh-tumbuhan yang tergolong kelas
dikotil bentuk batang pada umumnya mengecil pada bagian atas, yang
dianggap sebagai suatu kerucut sesuai dengan pertumbuhan ujung batang
dan cabang-cabangnya. Bentuk batang sendiri biasanya dilihat dari
penampang melintangnya. Berdasarkan hal ini, bentuk batang tumbuhan
dibedakan yaitu bulat, bersegi, dan pipih. Batang bulat jika penampang
melintangnya menunjukkan bangun lingkaran. Batang bulat dapat
ditemukan pada kebanyakan tumbuhan seperti pada batang bambu. Pada
batang bersegi, penampang melintang batang menunjukkan bangun
segitiga dan segi empat. Batang segitiga dapat ditemukan pada jenis-jenis
teki (Cyperus sp). Tumbuhan berbatang segi empat dapat ditemukan pada
tumbuhan markisa (Passiflora quadrangularis), anggur (Vitis sp), dan
sebagainya. Untuk batang pipih, penampang melintang batang yang
terlihat biasanya berbentuk elips atau setengah lingkaran. Batang pipih
biasanya selalu melebar menyerupai daun, sehingga mengambil alih tugas
daun pula. Batang yang bersifat demikian dinamakan filokladia
(Phyllocladium) dan kladodia (Cladodium). Batang bersifat filokladia jika
bentuk batang sangat pipih dan mempunyai pertumbuhan yang terbatas,
misalnya pada jakang. Sedangkan batang bersifat kladodia, jika batang
masih tumbuh terus dan mengadakan percabangan, misalnya dari jenis-
jenis kaktus. (Rosanti, 2013)

2.2 Arah Tumbuh Batang


Walaupun batang umumnya tumbuh ke arah cahaya, menjauhi
tanah dan air, tetapi arahnya dapat memperlihatkan beberapa variasi,
sehingga arah tumbuh batang dibedakan menjadi (Rosanti, 2013) :
1. Tegak lurus (erectus)
Yaitu jika arahnya lurus ke atas. Batang tegak lurus biasanya tidak
bercabang, misalnya pepaya (Carica papaya L.), kelapa (Cocos
nosifera) dan beberapa jenis cemara.
2. Menggantung (dependens, pendulus)
Batang seperti ini hanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan yang
tumbuhnya di lereng-lereng atau tepi jurang, misalnya Zebrina
pendula atau tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas pohon sebagai
epifit misalnya jenis anggrek (Orchidaceae) tertentu.
3. Berbaring (humifusus).
Batang ini terletak pada permukaan tanah, hanya ujungnya saja
yang sedikit membengkok ke atas misalnya pada semangka
(Citrillus vulgaris). Kadang-kadang batang berbaring diberikan
penunjang dari kayu, kawat, atau besi agar bisa tumbuh ke atas.
4. Menjalar atau merayap (repens).
Batang menjalar hampir sama dengan batang berbaring, yang
membedakan terletak dari buku-bukunya yang mengeluarkan akar,
sehingga dapat tumbuh menjadi tunas. Batang menjalar dapat
ditemukan pada kangkung (Ipomoea crassicaulis), ubi jalar
(Ipomoea batatas) dan sebagainya.
5. Serong ke atas atau condong (ascendens).
Pangkal batang seperti hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu
membelok ke atas, misalnya pada kacang tanah (Arachis
hypogaea).
6. Mengangguk (nutans).
Batang ini tumbuh tegak lurus ke atas, tetapi ujungnya lalu
membengkok kembali ke bawah seperti mengangguk. Contoh
batang mengangguk dapat dilihat pada bunga matahari
(Helianthus annuus).
7. Memanjat (scandens).
Yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang.
Penunjang dapat berupa benda mati ataupun tumbuhan lain, dan
pada waktu naik ke atas batang menggunakan alat-alat khusus
untuk berpegangan pada penunjangnya ini, misalnya dengan akar
pelekat, contohnya pada sirih (Piper bettle) dan arisema (Arisaema
sp.).
8. Membelit (volubilis).
Berbeda dengan batang memanjat yang menggunakan alat bantu
untuk naik ke atas, batang membelit tidak menggunakan alat bantu,
tetapi batang tumbuhan itulah yang membelit. Dengan kata lain
batangnya sendiri naik dengan melilit penunjangnya. Arah melilit
terbagi dua, yaitu ke kiri dan ke kanan. Membelit ke kiri, jika
dilihat dari atas arah belitan berlawanan dengan arah putaran jarum
jam. Dengan kata lain jika kita mengikuti jalanya batang yang
membelit itu, penunjang akan selalu di sebelah kiri yang melihat.

C. Akar
2.1 Pengertian Akar
Akar adalah salah satu organ fital yang dimiliki tumbuhan. Akar
berfungsi memperkuat tubuh tumbuhan, menyerap air dan unsur hara yang
terkandung di dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat makanan yang
sudah diserap dan dibawa ketempat-tempat pada tubuh tumbuhanyang
memerlukan dan kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan atau
tempat penyimpanan cadangan makanan (Rosanti, 2013).

2.2 Sistem Perakaran


A. Sistem akar serabut (Radix adventicia)
Akar utama pada saat perkecambahan (akar primer) berhenti
tumbuh, dan digantikan dengan akar lain yang sama ukurannya
dan tumbuh hampir bersamaan. Akar ini umumnya terdapat pada
tumbuhan monokotil. Walaupun kadang-kadang, tumbuhan dikotil
juga memilikinya (dengan catatan, tumbuhan dikotil tersebut
dikembangbiakkan dengan cara cangkok, atau stek). Fungsi
utamanya adalah untuk memperkokoh berdirinya tumbuhan.
Jenis akar pada sistem akar serabut, antara lain :
a. Akar yang menyusun akar serabut kecil – kecil berbentuk
benang. Misalnya pada padi (Oryza sativa )
b. Akar-akar serabut kaku keras dan cukup besar seperti tambang.
Misalnya pada pohon kelapa (Cocos nucifera)
c. Akar serabut besar-besar, hampir sebesar lengan, masing-
masing tidak banyak memperlihatkan percabangan. Misalnya
pada pandan (Pandanus
tectorius )
B. Sistem akar tunggang (Radix primaria)
Pada waktu perkecambahan, radikula terus tumbuh menjadi
akar primer, dan akar primer ini terus tumbuh dan bercabang-
cabang. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan.
Sistem akar ini biasa terdapat pada tumbuhan biji belah
(Dicotyledoneae) dan tumbuhan biji telanjang (Gymnospermae).
Sistem akar tunggang hanya di temukan pada tanaman yang
berkembang biak secara generatif (melalui biji).
Klasifikasi akar tunggang berdasarkan percabangan dan bentuk
:
a. Akar tunggang yang tidak bercabang. Sekalipun ada sedikit
cabang, namun biasanya cabang ini hanya berbentuk serabut-
serabut yang halus. Akar tunggang ini seringkali berhubungan
dengan fungsinya sebagai tempat penimbunan cadangan
makanan. Contohnya adalah akar lobak
b. Akar tunggang bercabang. Akar tunggang ini tumbuh kurus ke
bawah, bercabang banyak, dan cabangnya dapat bercabang
lagi, sehingga daerah perakaran menjadi luas. Bentuk
perakaran seperti ini dapat memberi kekuatan yang lebih besar
kepada batang, dan juga daerah perakaran menjadi amat luas,
hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang lebih
banyak. Susunan akar ini terdapat pada pohon-pohon yang
ditanam dari biji (Rosanti, 2013)

D. Rhizoma
Rhizoma adalah batang beserta daun yang terdapat di dalam tanah,
bercabang-cabang dan tumbuh mendatar, dari ujungnya dapat tumbuh
tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu
tumbuhan baru. Rhizoma adalah penjelmaan dari batang dan bukan
akar, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Beruas-ruas, berbuku-buku, akar tidak pernah bersifat demikian.
2. Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik-sisik.
3. Mempunyai kuncup-kuncup.
4. Tumbuhnya tidak ke pusat bumi atau air, terkadang tumbuh ke
atas, muncul di atas tanah.
Rhizoma berfungsi sebagai alat perkembangbiakan dan
tempat
penimbunan zat-zat cadangan makanan (Setiaji, 2009)

III. Alat dan Bahan

A. Alat

1. Kertas HVS A4 7. Mikroskop

2. Pensil 8. Pipet tetes

3. Penghapus 9. Silet

4. Pensil warna 10. Cover glass

5. Pulpen 11. Objek glass

6. Penggaris

B. Bahan

1. Selada air (Nasturtii herba);


2. Daun pandan (Pandanis folium);

3. Daun suji (Pleomele angustifolia folium);

4. Daun katuk (Sauropi folium);

5. Daun sirih (Piperis folium);

6. Daun salam (Polyanthi folium);

7. Daun seledri (Apii graveolentis folium);

8. Daun kopi (Coffea folium);

9. Daun jambu biji (Psidii folium);

10. Rimpang kunyit (Curcuma domestica rhizome);

11. Rimpang kencur (Kaempferiae rhizome);

12. Rimpang jahe (Zingiber officinale rhizome);

13. Rimpang lengkuas (Galangal rhizome);

14. Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza rhizome);

15. Batang sereh (Cymbopogon citrates caulis);

16. Pacar air (Impatients balsamina caulis dan radix);

17. Batang Tebu (Saccarum officinarum caulis);

18. Herba Meniran (Phyllanthus herba);

19. Bawang Bombay (Cepae bulbus);

20. Dringo (Calami rhizome).


IV. Cara Kerja

Pada buku praktikum atau buku gambar, tulis latihan, tujuan, sebutkan nama jenis

dan famili/suku dari bahan-bahan yang digunakan praktikum. Gambar bagian-bagian

tumbuhan, serta berikan keterangan :

A. Daun (Folium)

1. Amati daunnya apakah merupakan daun tunggal atau majemuk, lengkap atau tidak

lengkap, adakah daun penumpu (spitula), selaput bumbung (ocrea), dan lidahlidah
(ligula).

2. Perhatikan bagian daun, tangkai (petiolus), helaian (lamina), pangkal (basis),

ujung (apex), bentuk/bangun daun (circumscriptio). Tentukan bentuk pangkal, tepi

daun bertoreh atau tidak, ujung daun, susunan tulang-tulang daun, daging daun,
permukaan daun, dll. Lakukan hal yang sama dengan di atas, bila tumbuhan yang

diamati adalah daun majemuk.

3. Tentukan tata letak daun pada batang (phyllotaxis), berhadapan, berseling,

berkarang atau tersebar. Bila tersebar buat rumus dan diagram daunnya.

B. Batang (Caulis)

1. Perhatikan bentuk batang: bulat, bersinergi atau pipih, atau percabangan;

monopodial, simpodial, atau dichotom, apakah batang beruas atau tidak,

tentukan tempat tumbuhnya.

2. Tentukan jenis batangnya, apakah batang basah (herbacious), berkayu (lignosus),

rumput (calmus) atau mendong (calamus), permukaan batang, arah tumbuh, tegak

(erektus), dependen, atau menjalar (rescen).

3. Percabangan pada batang apakah monopodial, simpodial, dikotom, umur,

tumbuhan umur pendek (annual), dua tahun (biennial) atau tumbuhan

keras/menahun (perennial).

C. Akar (Radix)

Sebutkan sistem perakaran serabut atau tunggang, tentukan bagian-bagian akar

secara lengkap

V. Hasil pengamatan

VI. Pembahasan

Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa yang termasuk daun tunggal yaitu
daun sirih, daun pandan, dan alang-alang. Sedangkan yang termasuk dalam daun
majemuk yaitu daun katuk, daun salam, daun seledri, dan daun dadap. . Dalam satu
struktur daun terdiri dari satu pelepah daun, satu tangkai daun, dan satu helaian daun.
Pada keadaan lain, setangkai daun tidak memiliki satu buah helaian daun, tetapi
memiliki jumlah helaian lebih dari satu. Struktur seperti ini dikenal sebagai daun
majemuk (folium compositum). Daun majemuk merupakan modifikasi dari daun
tunggal, dimana dalam setiap satu tangkai daun terdiri dari beberapa daun yang
disebut anak daun. Dari seluruh daun tidak ada yang termasuk daun lengkap dan yang
termasuk daun tidak lengkap yaitu daun sirih, daun pandan, alang-alang, daun katuk,
daun salam, daun seledri, dan daun dadap.

Bentuk daun beraneka ragam sehingga sering digunakan untuk mengenali jenis
tumbuhan. Bentuk umum daun ditentukan berdasarkan letak bagian daun yang
terlebar, perbandingan lebar dengan panjang helai daun, dan pertemuan antara helai
daun dengan tangkai daun, bentuk pangkal, ujung dan tepi daun. Keragaman daun
juga dapat dilihat pada susunan pertulangan daun, ketebalan helai daun dan warna
serta bagian permukaannya.

Daun sirih (Piper betle L.) merupakan daun yang tidak lengkap karena hanya
terdiri dari helai daun dan tangkai daun. Ciri-ciri daun sirih yaitu bangun daun
(circumscriptio) bulat oval atau bulat telur karena dibagian yang terlebar dibawah
helaian daun, daging daun (intervenium) tipis lunak, tepi daun (margo) rata karena
pada tepinya pada saat diraba tidak kasar, ujung daun (apex) meruncing (acuminatus)
karena pada ujung yang runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih
tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak sempit panjang dan runcing, pangkal
daun (basis) agak bulat, permukaan daun licin mengkilat, susunan tulang daun
(nervatio) melengkung karena mempunyai beberapa tulang yang besar, satu ditengah,
yaitu paling besar sedangkan yang lainnya mengikuti jalannya tepi daun, berwarna
daun hijau muda.(Kristio,2007)

Dadap atau cangkring adalah sejenis pohon anggota suku Fabaceae


(=Leguminosae). Tanaman yang kerap digunakan sebagai pagar hidup. Dadap yang
berukuran sedang, mencapai tinggi 15–20 m dan gemang 50–60 cm. Bagian kulit
batang yang masih muda dan halus bergaris-garis vertikal hijau, abu-abu, coklat muda
atau keputihan, batang biasanya dengan duri-duri tempel kecil (1–2 mm) yang
berwarna hitam. Tajuknya serupa payung atau membulat renggang, menggugurkan
daun di musim kemarau. Daun dadap merupakan daun majemuk beranak daun tiga,
hijau hingga hijau muda, poros daun dengan tangkai panjang 10–40 cm. Anak daun
bundar telur terbalik, segitiga, hingga bentuk belah ketupat dengan ujung tumpul;
anak daun ujung yang terbesar ukurannya, 9-25 × 10–30 cm. Bunga-bunga tersusun
dalam tandan berbentuk kerucut, di samping atau di ujung ranting yang gundul,
biasanya muncul tatkala daun berguguran, menarik banyak burung berdatangan untuk
menyerbukinya. Mahkota berwarna merah jingga hingga merah gelap; benderanya
5,5-8 × 8 cm, berkuku pendek, tidak bergaris putih. Polong tebal dan berwarna gelap,
menyempit di antara biji-biji, 15–20 cm × 1.5–2 cm, berisi 5-10 butir biji berbentuk
telur, coklat, merah atau ungu mengkilap.(Wikipedia,2011)

Seledri merupakan tanaman sayuran yang diketahui berasal dari benua Amerika.
Tanaman ini tumbuh dengan baik di ketinggian sekitar 1000 – 1200 meter di atas
permukaan laut dan suhu optimal yang bagus untuk tanaman ini sekitar 15 – 24
derajat celcius. Selain terkenal sebagai bumbu masakan, maka masyarakat tradisional
ini telah lama memanfaatkan daun seledri sebagai obat. Tanaman ini diketahui bisa
menurunkan panas demam dengan cara mengoleskan tumbukan daun seledri tersebut
ke bagian kepala atau kening. Daun tumbuhan seledri ini berbentuk menyirip ganjil
atau disebut juga daun majemuk, memiliki anak daun sekitar 3 – 8 helai. Anak daun
memiliki tangkai yang panjangnya sekitar 1 – 2 cm. Sedangkan untuk tangkai daun
berwarna hijau keputih-putihan dan untuk helaian daun terlihat tipis serta rapat. Pada
pangkal dan ujung daun seledri ini meruncing yang mana bagian tepi daun beringgit.
Panjang daun selsdri ini kurang lebih sekitar 2 – 7,5 cm dengan lebar sekitar 2 – 5
cm. Untuk pertulangan daun seledri ini menyirip, daun terlihat berwarna hijau muda
sampai hijau tua.(Depkes RI 2001).
Pandan wangi adalah jenis tanaman monokotil dari famili Pandanaceae.
Pandanus umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3–7 meter,
bercabang, kadang-kadang batang berduri, dengan akar tunjang sekitar pangkal
batang. Daun umumnya besar, panjang 1–3 m, lebar 8–12cm, ujung daun segitiga
lancip-lancip, tepi daun dan ibu tulang daun bagian bawah berduri, tekstur daun
berlilin, berwarna hijau muda–hijau tua. Buah letaknya terminal atau lateral, soliter
atau berbentuk bulir atau malai yang besar (Rahayu SE dan S Handayani, 2008).

Salam adalah nama tumbuhan yang merupakan penghasil rempah dan


merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia. Tumbuhan salam tumbuh di
ketinggian 5 m sampai 1.000 m di atas permukaan laut. Pohon salam dapat tumbuh di
dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.800 m. Tumbuhan salam
termasuk dalam tumbuhan menahun atau tumbuhan keras karena dapat mencapai
umur bertahun-tahun. Bagian utama yang dimanfaatkan dari tumbuhan salam adalah
daun, selain itu, kulit batang, akar, dan buah juga berkhasiat sebagai obat. Daun
salam dapat digunakan untuk mengobati kolesterol tinggi, kencing manis, tekanan
darah tinggi, sakit maag, dan diare. (Dit Jen POM, 1980)

Kayu manis (Cinnamomum sp.) merupakan tanaman rempah dari famili


Lauranceae yang terdiri dari beberapa spesies. Tumbuhan ini banyak terdapat di
daerah sub tropis dan tropis. Berbentuk pohon dengan tinggi berkisar 6 antara 5 – 15
m, kulitnya berwarna abu-abu tua dengan bau yang khas dan kayunyaberwarna merah
coklat muda. Daun tunggal dengan tekstur kaku seperti kulit, letak berseling, panjang
tangkai daun 0,5 – 1,5 cm dengan 3 buah tulang daun yang tumbuh melengkung,
berbentuk elips memanjang dengan panjang 4 – 14 cm dan lebar 1,5 – 6 cm, berujung
runcing dengan tepi rata, permukaan atas licin berwarna hijau, permukaan bawah
bertepung warnanya keabu-abuan. Daun mudah berwarna merah pucat. Bunganya
berkelamin ganda atau bunga sempurna dengan warna kuning. (Backer and Brink,
1963: 121).
Cendana merupakan tanaman berbentuk pohon yang bersifat setengah parasit
(hemi parasit), sehingga membutuhkan tumbuhan lain (inang) sebagai
pemasok/penyuplai beberapa jenis unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhannya Tinggi tanaman cendana dapat mencapai 12-15 meter dengan
diameter batang sekitar 20-35 cm. Batangnya bercabang banyak dan menghasilkan
ranting-ranting yang banyak pula. Kulit batangnya berwarna putih keabu-abuan, dan
setelah dewasa kulitnya akan berubah warna menjadi cokelat. Pada akar, batang, dan
dahan cendana dewasa yang berumur sekitar 30-40 tahun, sudah memiliki aroma
yang wangi Daun cendana berbentuk elips hingga bulat telur dan berukuran antara 4-
8 cm x 2-4 cm. Kedudukan daun cendana berhadap -hadapan dengan bentuk ujung
daun meruncing dan berwarna hijau mengkilap. (Septiani at al. 2010).

Biji klabet (Trigonella foenum-graecum L) famili fabaceae atau dikenal


dengan fenugreek atau klabet di Indonesia, adalah tanaman aromatik dengan tinggi 30
hingga 60 cm, memiliki tiga bagian daun, batang ramping dan panjang, daun
berwarna hijau keabu-abuan dengan panjang sekitar 5 cm dan lebar sekitar 2,5 cm,
akarnya memiliki struktur seperti jari, bunganya tunggal atau sepasang, mahkota
berwarna putih atau kuning pucat yang mekar pada bulan Juni hingga Juli, buah
polong gundul, memanjang atau berbentuk lanset, tiap buah polong mengandung 10
hingga 20 biji. Tanaman ini memancarkan aroma pedas yang tetap menempel pada
tangan setelah menyentuhnya. (Khorshidian, et al., 2016).

Lengkuas atau laos (Alpinia galanga, L) termasuk dalam famili


Zingiberaceae. Tanaman lengkuas memiliki batang semu yang tingginya dapat
mencapai 2 meter dengan daun yang cukup rimbun dan panjang. Biasanya tumbuh
dengan merumput dan juga sangat rapat, selain itu batang tumbuh dengan tegak yang
tersusun dari beberapa pelepah – pelepah daun yang membentuk batang semu,
berwarna hijau muda hingga tua. Batang muda ini akan keluar dengan bentuk tunas
baru dari pangkal bawah hingga pangkal atas. Daun tanaman ini berwarna hijau
bertangkai pendek yang tersusun dengan selang seling serta buah berbentuk bulat dan
keras, selagi masih muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna merah kehitaman.
Lengkuas mengandung anti-inflamasi, meringankan peradangan pada perut atau
bisul, mencegah mabuk laut dan mual, sebagai anti-oksidan, meningkatkan sirkulasi
darah dalam tubuh, meringankan diare. kudis, panu, dan menghilangkan bau mulut.
(Fauzi, 2009)

Daun katuk memiliki ciri-ciri: Batang berkayu, berbentuk bulat dengan


bekas daun yang tampak jelas. Batang tegak, saat masih muda berwarna hijau dan
setelah tua berwarna coklat kehijauan. Daun berupa daun majemuk, berbentuk bulat
telur dengan ujung runcing dan pangkal tumpul. Tepi daun rata, panjang daun 1,5-6
cm, lebar daun 1-3,5 cm. Daun Sauropus androgynus mempunyai pertulangan
menyirip, bertangkai pendek, dan berwarna hijau keputihan pada bagian atas, hijau
terang pada bagian bawah. (BPOM RI, 2008).

Biji lada putih (Piper nigrum) merupakan salah satu jenis rempah yang
didapatkan dari buah lada. Buah lada berbentuk bulat, biji yang keras, serta kulit buah
yang lunak. Tanaman lada merupakan tanaman dengan batang pokok berkayu,
beruas, dan tumbuh merambat dengan akar pelekat pada tiang panjat atau menjalar di
permukaan tanah. Tanaman lada memiliki akar tunggang dan daun tunggal, berseling,
dan tersebar. (Tjitrosoepomo, 2004).

Kapulaga merupakan tanaman dengan tinggi 1,5 meter memiliki daun


tunggal yang tersebar, berbentuk lanset, ujung runcing dengan tepi rata, pangkal daun
berbentuk runcing, pertulangan menyirip dan berwarna hijau. Buah kapulaga
mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Buah kapulaga disuling mengandung
minyak atsiri dengan komposisi yaitu sineol, terpineol, dan borneol. (Sumardi 1998).

Bunga lawang merupakan jenis pohon-pohonan atau perdu, dengan


tinggi mencapai 4-6 m. Memiliki daun tunggal, berbintik dengan ujung runcing.
Bunganya berwarna kuning kehijau-hijauan. Buah terdiri atas 6-8 folikel, masing-
masing folikel berisi 1 biji. Buah berdiameter 2,5-4,5 cm. Buah masak berwarna
coklat dan akan pecah pada bagian tengahnya yang bentuknya menyerupai bintang.
Pada setiap folikel buah yang pecah tadi terdapat biji berwarna coklat, mengkilap dan
tidak berbulu. (Tjitrosoepomo, 2005).

Biji Pala pala merupakan tanaman rempah yang menghasilkan dua


komoditas yaitu biji pala dan aril. Tanaman ini merupakan spesies asli dari kepulauan
Maluku, Indonesia. Pohon pala dapat tumbuh setinggi 9 hingga 20 meter dengan tipe
percabangan menyebar. Bunga dari pohon pala memiliki warna kuning pucat dengan
panjang 1 cm. Bunga berkembang menjadi buah dengan ukuran 6 hingga 9 cm. Buah
yang matang akan merekah dan memperlihatkan biji berwarna cokelat tua yang
dilingkupi oleh aril berwarna merah berukuran 2,5 cm(Depkes RI. 1981)..

Kedawung (Parkia timoriana Merr.) merupakan salah satu anggota


tumbuhan marga Parkia yang tergolong dalam suku Mimosaceae. Jenis ini banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat penyakit perut seperti kembung, kolera,
radang usus, juga cacingan, cacar air. Ekstrak bijinya mengandung 3 komponen
senyawa sterol (kampesterol, sitosterol, dan stigmasterol) yang dapat dipakai sebagai
kontrasepsi. (Handayani 2003).

Alang Alang atau Ilalang ialah tanaman berjenis rumput


rumputan yang berumur panjang. Tanaman ini juga bisa tumbuh dari 30 cm hingga
200 cm. bentuknya seperti rumput biasa namun lebih tinggi lebih terlihat tipis karena
panjangya tersebut. Daunnya bersisik panjang dan pucuknya yang meruncing seperti
duri tapi tidak berduri. Tanaman alang alang ini bagi anak anak di desa, di gunakan
sebagai suatu alat permainan yang khas. Tanaman alang alang ini sebenarnya adalah
tanaman pengganggu. Biasa tumbuh di daerah pertanian dan di pinggir pinggir jalan
serta di tempat dimana alang alang ini bisa tumbuh. Bagi petani tumbuhnya alang
alang ini merugikan dan mengganggu dikarenakan berkembang biaknya sangat cepat
sehingga daerah pertanian tertutupi oleh alang alang. Namun, di sisi lain sebagai
tanaman penggangu dan merugikannya. Bagi orang yang tau, alang alang juga ada
manfaatnya seperti bagian rimpang dan akar yang dipercaya orang dapat mengobati
deman, memudahkan kencing, dan lain sebagainya. (Damaru, 2011).
Vll. Kesimpulan

Praktikum ini bertujuan untuk mengenal dan menentukan ciri-ciri atau karakter
morfologi daun, batang, akar dan rhizoma. Morfologi tumbuhan adalah cabang ilmu
biologi yang mempelajari organ tubuh tumbuhan, baik-bagiannya, bentuk ataupun
fungsinya. Secara umum, tumbuhan memiliki tiga organ dasar yaitu akar, batang,
daun.

Daun merupakan alat tubuh yang penting bagi tumbuh-tumbuhan karena


banyak proses metabolisme yang terjadi di daun misalnya proses fotosintesis
menghasilkan bahan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh tumbuhan untuk
kelangsungan hidupnya. Daun dibedakan menjadi dau tunggal dan daun majemuk.
Daun tunggal adalah daun yang hanya mempunyai satu helai daun pada satu tangkai
daun, sedangkan daun majemuk merupakan daun yang jumlahnya lebih dari satu
helai daun pada satu tangkai daun.

Batang merupakan bagian tumbuhan yang paling penting sehingga sering


dikatakan sebagai sumbu tubuh tmbuhan. Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang
dan adapula yang tidak bercabang. Cara percabangan batang dapat dibedakan menjadi
percabangan monopodial (pada cemara), sympodial, dan dikotomi (pada paku-
pakuan). Cabang yang besar dan secara langsung keluar dari batang dinamakan
dahan, sedangkan cabang-cabang yang lbih kecil dinamakan ranting

Akar (rhadix) adalah bagian pokok yang nomor tiga (disamping batang dan
daun) bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan korpus.

Anatomi dari jaringan penyusun akar terdiri atas empat lapisan, yaitu epidermis,
korteks, endodermis dan stele. Rimpang (Rizhoma) sesungguhnya adalah batang
beserta daun yang terdapat didalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar,
dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul diatas tanah dan dapat merupakan
suatu tumbuhan baru.
DAFTAR PUSTAKA

Adi Yudianto, Suroso. 1992. Pengantar Crytogamae (Sistemik Tumbuhan Rendah).


Penerbit Tarsiti Bandung.

Achadiyani, Kurnia D, Septiani L, Faried. A(2010). The role of buah merah


(Pandanus conoideus Lam): ethyl acetate fraction of cervix cancer. Majalah
Kedokteran Bandung.

Anonymous. 2012. Green Education Centre. https://budidaya sorgum : html Diakses


tanggal 30 Juni 2012.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2011). Riset Kesehatan Dasar


(RiskesDas2011). Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Backer, C. A. and Brink, R. C. B. V. D. (1963). Flora of Java (Spermatophytes only)
Vol III. Netherland. Wolters-Noordhoof. V.-Groningen.

BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta.

Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 2. Jakarta: Trubus


Agriwidya.

Damaru. 2011. Alang-alang. Makalah Ekologi Tumbuhan. Universitas Sumatera


Utara. Medan. 29 p.

Depkes RI. 2001. Inventaris Tumbuhan Obat Indonesis I. Jilid 2. Jakarta : Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I.


Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.p.43,76,80.

De Guzman CC and Siemonsman BS. 1999. Spices. Vol 13 Plant Resources Of


South-East Asia, Prosea Foundation. Bogor. 137-141p.

Ditjen POM. (1980). Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI Hal : 65

Fahn, A. 1992. Anatomitumbuhan edisi ketiga terjemahan. Fakultas Matematika dan


Ilmu Pengetahuan Alam. ITB. Yogyakarta; Gajahmada University Press.

Fauzi, Arif. (2009) Aneka Tanaman Obat Dan Khasiatnya. Yogyakarta: Media
Pressido.

Halfarce,R.G. dan J.A. Barden. 1979. Horticulture. Mc.Graw-Hill. Book company.


United Stated of America.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III, Badan Litbang Kehutanan,
Jakarta. Hal. 795 dan 797.
Inayatullah, S., 2012. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

Katasapoetra, A. G. 2001. Penyuluhan Teknologi Pertanian. Bina Aksara, Jakarta.

Kharisma dan Suriamihardja S. 1988. Pengaruh Jenis Inang Terhadap Pertumbuhan


Semai Cendana. (Santalum album L.). Santalum 2.1-8.

Kementerian Kesehatan Indonesia, 2010, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009,


Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Koensoemardiyah, 2010. Khasiat dan Manfaat Dauh Sirih, Sentra Informasi IPTEK,
Jakarta.

Kristio 2007. Tanaman Obat Indonesia : Datura Metel. (Online).


(https://toiusd.multiply.com/journal/item/249/Datura_metel_Kecubung. Diakses
tanggal 18 Oktober 2009).

Kusdianti, R. 2013. Handout Mortum. Website: http://file.upi.edu/Direktori/


FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032/R.KUSDIANTI/Handout_mort
um_1.pdf. Diakses pada hari Senin, tanggal 9 April 2018 pada pukul 15.00 WIB.

Maryani, H. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Penyakit pada Usia Lanjut.
Jakarta: Agromedia Pustaka.

Mursito, B., 2002, Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Malaria, Penebar Swadaya,
Jakarta.

Nuryani, Y. 1996. Klasifikasi dan Karakteristik Tanaman Lada. Monograf Tanaman


Lada. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Cimanggu, Bogor.

Purwanto. (2007). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan


Pemanfaatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rahayu, S.E., Handayani, S., 2008, Keanekaragaman Morfologi dan Anatomi
Pandanus (Pandanaceae) di Jawa Barat, Vis Vitalis, 01(2): 29-44.

Rismunandar. 2007. Lada Budidaya dan Tata Niaga. Penebar Swadaya.


Jakarta.hlm.2-88.

Rismunandar dan Farry B. Paimin. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan.
Penebar Swadaya : Jakarta.

Ruajiman. 1987. Santalum album lim. Taksonomi dan Model Arsitekturnya.


Prasiding Diskusi Nasional Cendana.

Rosanti Dewi. 2003. Morfologi Tumbuhan. Jakarta. Erlangga.

Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Erlang.Tumbuhan. Jakarta:

Snehlata, HS dan Payal, DR (2012) Fenugreek (Trigonella foenum graecum L.):


Tinjauan. Jurnal Tinjauan dan Penelitian Farmasi Saat ini, 2, 169-187.

Sumono, A dan Wulan A. 2008. Kemampuan Air Rebus Daun Salam (Eugenia
polyantha w) Dalam Menurunkan Jumlah Koloni Bakteri Streptococcus sp. Majalah
Farmasi Indonesia. 20(3), 112-117.

Suriamiharja, S. dan I. W. W. Susila. 1988. Strategi dan upaya pelestarian potensi


Cendana di Nusa Tenggara. Buletin Savana No. 9 Tahun 1994.Balai Penelitian
Kehutanan Kupang.

Sumardi, I. dan A. Pudjoarianto . 1992. Struktur dan perkembangan Tumbuhan.

Sumardi. 1998. Isolasi dan identifikasi Minyak Atsiri dari Biji Kapulaga (Amonium
Cardamomum). Undergraduate thesis, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak diterbitkan.

Suyanti Satuhu, Sri Yulianti (2012). Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Bogor:
Penebar Swadaya.
Setiaji,2009. Struktur Anatomi Tumbuhan. Bina Aksara. Jakarta

Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum I. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press

Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta

Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan Gajah Mada. University Press.


Yogyakarta.

USDA. (2011). USDA National Nutrient Database for standard Reference, Release
24. USDA. Download 29 September 2011.

Van Steenis. 2008. Flora, Cetakan ke-12. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Wikipedia.2011. Morfologi. https://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 02 April 2012


pukul 17.30 WIB.

Wunderlin, R. P, and R. Franck, F.B.Essig. 2018. Atlas of Florida Plants. Diakses


pada 18 Februari 2018.

Wulandari. 2006. Karakteristik Good Corporate Governance Alfabeta. Bandung.

Yudianto, S. A. (1992). Mengerti Morfologi Tumbuhan (Apa dan Mengapa).


Bandung : Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai