Disusun Oleh :
Kelompok 2 / A4B
i
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2022
i
DAFTAR ISI
SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA 5
2.1 Hipertensi 5
2.1.1 Pengertian Hipertensi......................................................................5
2.1.2 Patofisiologi Hipertensi...................................................................6
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi......................................................................7
2.1.4 Tanda dan Gejala Hipertensi...........................................................8
2.1.5 Faktor Resiko Hipertensi.................................................................8
2.1.6 Penatalaksanaan Hipertensi.............................................................11
2.2 Tekanan Darah 12
2.2.1 Pengertian Tekanan Darah..............................................................12
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah.......................12
2.2.3 Klasifikasi Tekanan Darah..............................................................14
2.3Aromaterapi 15
2.3.1 Aromaterapi Mawar........................................................................16
2.3.2 Aromaterapi Lavender.....................................................................19
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP KEGIATAN DAN HIPOTESIS
PENELITIAN 21
3.1 Kerangka Berpikir....................................................................................21
3.2 Kerangka Konsep.....................................................................................23
3.3 Hipotesis...................................................................................................24
ii
BAB IV METODE PENELITIAN 25
3.1 Rancangan Penelitian 25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 25
3.3 Ruang Lingkup Penelitian25
3.4 Penentuan Sumber Data 26
3.5 Variabel Penelitian 28
3.6 Bahan Penelitian........................................................................................29
3.7 Instrumen Penelitian..................................................................................29
3.8 Prosedur Penelitian....................................................................................30
3.9 Analisis Data.............................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN – LAMPIRAN..................................................................................41
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
refleksi sulit dilakukan secara mandiri karena terapi tersebut membutuhkan
seorang yang telah ahli untuk melakukannya, sedangkan terapi nonfarmakologi
relatif praktis dan efisien yaitu dengan cara pemberian aromaterapi (Kenia dan
Taviyanda, 2013).
Aromaterapi adalah istilah yang dipakai untuk proses penyembuhan yang
menggunakan sari tumbuhan aromatik murni (Mansjoer, dkk, 2013). Berdasarkan
survei Rubkahwati, dkk (2013) beberapa bahan kimia yang terkandung dalam
minyak atsiri bunga mawar di antaranya sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol,
eugenol. Menghirup aromaterapi mawar dapat menurunkan aktifitas
vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar sehingga
menurunkan tekanan darah (Sharma, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Mariza
dan Kalsum (2016) pemberian aromaterapi mawar terhadap penurunan tekanan
darah pada wanita lanjut usia terbukti mengalami penurunan tekanan darah
dibandingkan dengan sebelum diberi perlakuan aromaterapi mawar. Penelitian
lain menunjukkan bahwa Terapi relaksasi (aromaterapi mawar) selama 10 menit
dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik ada
pengaruh yang signifikan dari terapi relaksasi (aromaterapi mawar) (Kenia dan
Taviyanda, 2013). Aromaterapi lavender diketahui dapat menurunkan
kecemasan, nyeri sendi, tekanan darah tinggi, dan mengatasi gangguan tidur,
stress (Setiono & Hidayati, 2005). Penelitian lain menunjukkan bahwa
aromaterapi lavender mengandung zat-zat seperti linalool dan linalyl asetat yang
memiliki efek menenangkan. Ketenangan yang dirasakan seseorang dapat
membantu dalam menurunkan tekanan darah penderita hipertensi (Zarastika,
Sukarni and Herman, 2017). Pada hasil penelitan Kiram Husnul (2020) ada
perubahan yang signifikan dalam pemberian aromaterapi lavender terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi.
Dari hasil studi pendahuluan, Puskesmas 1 Denpasar Timur merupakan
puskesmas dengan jumlah penderita hipertensi terbanyak pada tahun 2018
dengan jumlah kasus 1440 penderita. Oleh karena itu kami tertarik untuk
1
melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Aromaterapi Mawar Dibandingkan
Dengan Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi”
1
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan dalam bidang farmasi khususnya pada terapi non farmakologi
yang digunakan untuk mengidentifikasi efek terhadap penurunan tekanan
darah yang terjadi selama pemberian terapi aromaterapi mawar dan
aromaterapi lavender pada hipertensi sehingga dapat membantu
meningkatkan efektivitas terapi yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien.
1.4.2 Manfaat Praktis
Mampu memberikan informasi tentang efek penurunan tekanan darah
yang terjadi pada pemberian aromaterapi lavender dan aromaterapi mawar
kepada penderita dan kepada tenaga kesehatan lainnya sebagai bahan
evaluasi dalam pemberian terapi non farmakologi sebagai terapi suportif
yaitu berupa aromaterapi sehingga dapat dapat meningkatkan outcome
terapi dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah secara menetap (Dipiro, dkk., 2011). Hipertensi merupakan
peningkatan tekanan darah abnormal yang dapat menjadi penyebab utama
timbulnya penyakit kardiovaskuler (Jumriani dkk., 2019). Umumnya,
seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darah berada di atas
140/90 mmHg (Dharmeizar, 2012).
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sitolik maupun
diastolik (Kamila, 2017). Sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi
merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem
kardiovaskular, di mana penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa
faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu
faktor tunggal (Setiati, 2015).
Menurut Price dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin
tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes
(2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit
lain
1
Dari definisi-definisi di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolic lebih dari 140/90 mmHg, dimana sudah dilakukan
pengukuran tekanan darah minimal dua kali untuk memastikan keadaan
tersebut dan hipertensi dapat menimbulkan risiko terhadap pernyaki stroke,
gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
2.1.2 Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral
resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut
yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi.
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan
stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian
tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi
cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari
atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian
reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan
rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin.
Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang
yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah
melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I
converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal)
akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
1
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama (Nuraini, 2015).
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)
dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar
tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah
(Nuraini, 2015).
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah
(Nuraini, 2015).
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Eighth Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC VIII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi
kelompok optimal, normal, normal tinggi, hipertensi derajat I, derajat II
dan derajat III.
1
Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VIII (2013)
Kategori Stadium TDS TDD
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi Derajat I 140-159 90-99
Hipertensi Derajat II 160-170 100-109
Hipertensi Derajat III ≥180 ≥110
(JNC VIII, 2013)
2.1.4 Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala hipertensi atau tekanan darah tinggi juga
terkadang tidak dirasakan adanya gejala, namun secara tidak sengaja
beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi. Gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu
dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya seperti sakit kepala/rasa
berat di tengkuk, pusing/vertigo, jantung berdebar-debar, mudah
lelah,penglihatan kabur, telinga berdengung dan hidung berdarah
(Ruhyanudin, 2007)
2.1.5 Faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko hipertensi merupakan keadaan seseorang yang lebih
rentan terserang hipertensi dibandingkan orang lain. Hipertensi sebagai
sebuah penyakit kronis dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor resiko
terjadinya hipertensi terbagi dalam faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang
tidak dapat dimodifikasi seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu obesitas, kurang
1
berolahraga atau aktivitas, merokok, alkoholisme, stress, dan pola makan
(Yogiantoro M., 2009).
Faktor yang tidak dapat diubah antar lain:
1. Umur
Penderita hipertensi esensial sebagian besar terjadi pada usia 24-45
tahun hanya sekitar 20%. Prevalensi penderita hipertensi umunya paling
banyak dijumpai pada usia > 40 tahun. Penderit kemungkinan mendapat
komplikasi (kelainan) pembuluh darah otak 6-10 kali lebih besar dari
pada usia 30-40 tahun.
2. Jenis kelamin
Prevalensi penderita hipertensi lebih banyak dijumpai pada laki-laki
dari pada wanita. Hal ini dikarenakan secara hormonal laki-laki lebih
beresiko tejadi hipertnsi. Ketika menghadapi masalah laki-laki
cenderung emosi dan mencari jalan pintas seperti merokok, mabuk atau
minum-minuman beralkohol, dan pola makan yang tidak baik sehingga
menyebabkan tekanan darahnya menjadi meningkat.
Sedangkan pada wanita dalam mengatasi masalah atau stress,
masih bisa mengatasinya dengan tenang dan lebih stabil. Tetapi tekanan
darah cenderung meningkat pada wanita setelah menapouse dari pada
sebelum menapouse, hal ini disebabkan oleh faktor psikologi dan adanya
perubahan pada diri wanita tersebut.
a. Genetika
Faktor-faktor genetika sejak lama dikatakan penting dalam genesis dari
hipertensi. Salah satu tindakan penyelidikan yang dilakukan yaitu
menilai korelasi tekanan darah dalam keluarga individu dengan keluarga
yang menderita hipertensi. O’Brien (1994) menyatakan bahwa faktor
keturunan akan berpengaruh sebesar 60% untuk terjadinya hipertensi.
Lebih jauh diutarakan bahwa apabila salah satu dari saudaranya ada
yang hipertensi maka resiko hipertensi sebear 30%.
1
b. Ras atau suku bangsa
Ras berkulit hitam dari semua umur lebih besar berpeluang terjadi
hipertensi dari pada orang berkulit putih. Pada kelompok ini prevalensi
dari hipertensi pada orang yang berkulit hitam dua kali lebih besar dari
pada orang berkulit putih. Pada umur ≥75 tahun 54% orang berkulit
hitam terjadi hipertensi pada orang berkulit putih.
Sedangkan faktor resiko hipertensi yang dapat diubah diantarnya:
1. Kelebihan berat badan
Dari data observasi WHO tahun 1996, regresi multivariate dari tekanan
darah menunjukan sebuah peningkatan 2-3 mmHg tekanan darah
sistolik dan diastolic 1-3 mmHg pada setiap 10 kg kenaikan berat badan.
Mereka yang memiliki lemak yang bertumpuk di daerah sekitar
pinggang dan perut. Lebih mungkin terkena tekanan darah tinggi bila di
bandingkan dengan mereka yang memiliki kelebihan lemak di paha
dan panggul.
2. Rokok
Merokok dapat menghapuskan efektifitas dari beberapa obat
antihiperteni, misalnya pengobatan hipertensi yang menggunakan terapi
beta blocker dapat menurunkan resiko penyakit jantung dan stroke dan
hanya bila pemakainya tidak merokok.
3. Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatik yang dapat meningkatkan teknan darah secara intermitten. Jika
terjadi stress yang berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah tetap
tinggi.
4. Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,
karena olahraga isotonic seperti bersepeda, jogging dan senam yang
teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang dapat menurunkan
1
tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
penderita hipertensi. Deengan kurangnya olahraga kemungkinan
timbulnya obesitas akan meningkat dan apabila asupan garam
bertambah juga akan menimbulkan hipertensi.
2.1.6 Penatalaksanaan Hipertensi
Pengobatan hipertensi ada dua cara yaitu pengobatan secara
farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan secara farmakologis beupa
Oobat-obatan hipertensi berupa diuretik, betabloker, ACE inhibitor,
angiotensin II receptor blocker, antagonis kalsium, vasodilator (Rusdi dan
Nurlaena Isnawati, 2009).
Disamping itu juga ada pengobatan secara alternatif. Beberapa jenis
terapi alternatif (terapi nonfarmakologis) meliputi:
1) Akupresur (akupuntur tanpa jarum)
2) Pengobatan herbal dari cina
3) Terapi jus
4) Terapi herbal
5) Pijat
6) Yoga
7) Aromaterapi
8) Pernafasan dan relaksasi
9) Pengobatan pada pikiran dan tubuh; biofeedback meditasi, hypnosis
10) Perawatan di rumah
(Ritu Jain, 2011).
Menurut Sudoyo (2013) bahwa pengobatan hipertensi ada 2 cara,
yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Beberapa terapi non
farmakologi meliputi akupressure, pengobatan herbal dari cina, terapi jus,
terapi herbal, pijat, yoga, aromaterapi, pernafasan dan relaksasi,
pengobatan pada pikiran dan tubuh, meditasi, hypnosis, perawatan di
rumah.
1
2.2 Tekanan Darah
2.2.1 Pengertian Tekanan Darah
Tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri disebut tekanan
darah. Tekanan darah terbagi menjadi dua yaitu tekanan darah sistolik dan
diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang terjadi saat
ventrikel berkontraksi. Tekanan terendah yang terjadi saat jantung
beristirahat disebut tekanan diastolik (WHO, 2016). Normal tekanan darah
orang dewasa adalah berkisar dari 100/60 sampai 140/90 dan rata-ratanya
adalah 120/80. Tekanan darah juga digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik (Irianto, 2014).
Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter merkury (mmHg)
dan direkam dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik (ketika jantung
berdetak) terhadap tekanan diastolik (ketika jantung relaksasi). Tekanan
darah sistolik merupakan jumlah tekanan terhadap dinding arteri setiap
waktu jantung berkontraksi atau menekan darah keluar dari jantung.
Tekanan diastolik merupakan jumlah tekanan dalam arteri sewaktu jantung
beristirahat. Aksi pompa jantung memberikan tekanan yang mendorong
darah melewati pembuluh-pembuluh. Setiap jantung berdenyut, darah
dipompa keluar dari jantung kedalam pembuluh darah, yang membawa
darah ke seluruh tubuh. Jumlah tekanan dalam sistem penting untuk
mempertahankan pembuluh darah tetap terbuka (LeMone dan Burke,
2008).
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Sherwood (2014) dan Berman et al (2016), mengatakan tekanan
darah bisa tidak normal terjadi karena ada faktor yang mempengaruhi
tekanan darah yaitu elastisitas dinding arteri, volume darah, kekuatan gerak
jantung, viskositas darah, curah jantung, kapasitas pembuluh darah.
Menurut Berman et al (2016) dan Ardiansyah (2012), faktor lain yang bisa
mempengaruhi tekanan darah adalah usia, olahraga, stres, ras, obat-obatan,
1
obesitas, variasi diurnal, kondisi medis, suhu, genetik dan gaya hidup.
1. Usia
Usia dikatakan dapat mempengaruhi tekanan darah karena tingkat
normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tingkat tekanan
darah pada anak-anak atau remaja dikaji dengan memprhitungkan ukuran
tubuh dan usia (task porce on blood pressure in children 1987). Pada
anak-anak yang lebih besar (lebih tinggi atau lebih berat) tekana darahnya
lebih tinggi dari anak-anak yang lebih kecil dari usia yang sama. Tekanan
darah pada orang dewasa cenderung meningkat seiring dengan
pertambahan usia.
Berdasarkan data dari WHO tingkatan usia terkena hipertensi terbagi
menjadi:
a. Bayi usia (0-2 tahun) sangat langka
b. Balita (3-5 tahun) sangat langka
c. Anak-anak (6-13tahun) langka
d. Remaja (14-18 tahun) langka
e. Anak Muda(19-40 tahun) umum
f. Dewasa(41-60 tahun) sangat umum
g. Oang tua (60 tahun ke atas) sangat umum
2. Stress
Perasaan takut, nyeri, dan stress emosi dapat mengakibatkan stimulasi
simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan
vascular perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah.
3. Medikasi
Banyak medikasi yang secara lansung ataupun tidak langsung dapat
mempengaruhi tekanan darah. Golongan medikasi lain yang
mempengaruhi tekanan darah yaitu analgesic narkotik, yang dapat
menurunkan rekanan darah.
1
4. Variasi Diurnal
Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari dan tidak ada orang
yang pola dan derajat variasinya sama. Tekanan darah paling tinggi di
waktu pagi dan paling rendah ketika tidur malam hari yang dapat
mencapai 80-90 mmHg sistolik dan 40-60 mmHg diastolik.
6. Jenis Kelamin
Secara Klinis terdapat perbedaan yang signifikan dari tekanan darah
pada anak perempuan dan laki-laki. Setelah pubertas pria cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi sedangkan pada wanita yang
sudah menopause akan lebih cenderung memiliki tekanan darah yang
lebih tinggi dari pada pria usia tersebut. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
adalah salah satu faktor resiko penting yang dapat dimodifikasi, yang
menyebabkan terjadinya penyakit arteri koronaris (coronary artery
disease) dan stroke. Selain hipertensi, faktor resiko lain yang juga dapat
menyebabkan terjadinya penyakit jantung diantaranya adalah makanan
berkolestrol, kebiasaan merokok, aktivitas fisik yang kurang,
rangsangan kopi yang berlebih, dan juga faktor keturunan.
2.2.3 Klasifikasi Tekanan Darah
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute of Health,
klasisifikasi tekanan darah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute
of Health
1
Hipertensi Tingkat I 140-159 90-99
2.3 Aromaterapi
Menurut (Jaelani, 2009) aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti
harum atau wangi, dan terapi yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau
penyembuhan, sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai “suatu cara
perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak
essential (essential oil)”. Aromaterapi adalah bagian dari ilmu herbal
(berbalism).
Aromaterapi bisa digambarkan sebagai seni perawatan diri yang
menggunakan sari minyak murni. Sari minyak murni atau minyak astiri ini dapat
membangkitkan semangat, menyegarkan, menenangkan atau menstabilkan jiwa
dan raga, saat ini banyak ahli pengobatan yang mengandalkan keberhasilan
terapinya pada minyak murni. Sari minyak murni sangat berguna untuk
perawatan kulit, tubuh, pikiran dan perasaan (Jaelani, 2009).
Aromaterapi adalah cara pengobatan alternatif yang menggunakan uap
dari minyak esensial dari berbagai macam tanaman yang bisa dihirup untuk
menyembuhkan berbagai macam kondisi. Pada umumnya aromaterapi dilakukan
untuk tujuan meningkatkan mood, mengubah area kognitif, dan juga dapat
digunakan sebagai obat tambahan. Aromaterapi merupakan istilah modern yang
dipakai untuk proses penyembuhan kuno yang menggunakan sari tumbuhan
aromatik murni. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan tubuh, pikiran,
dan jiwa. Makin beragamnya jenis penyakit yang menyerang tubuh manusia,
1
aromaterapi layaknya benda peninggalan massa lampau yang selalu dicari-cari
dan sangat dibutuhkan (Jaelani, 2009).
Aromaterapi merupakan cara efektif dan lembut untuk meningkatkan
kesehatan tubuh, mengatasi gangguan-gangguan ringan, serta membuat rileks
(Charlish & Davies, 2005). Sebagaimana dengan pijat, aromaterapi bisa
membantu penyembuhan penderita hipertensi dalam membebaskan mereka dari
stres, maupun gejala-gejala lain yang terkait dengan stres seperti kecemasan,
insomnia, hingga depresi. Menghirup minyak aromaterapi sendiri dianggap
sebagai cara penyembuhan yang paling langsung dan cepat. Hal ini dikarenakan
molekul-molekul minyak essensial yang mudah menguap bereaksi langsung pada
organ penciuman dan langsung dipersepsikan oleh otak. Aromaterapi dapat
digunakan dengan menggunakan diffuser, meneteskan 3 tetes aromaterapi dan
dibiarkan selama 15 menit (Nur Anisa, 2021).
Manfaat dari aromaterapi dapat menumbuhkan perasaan tenang (rileks)
pada jasmani, pikiran, dan rohani (soothing the physical, mind and spiritual),
dapat menciptakan suasana yang damai, serta dapat menjauhkan dari perasaan
cemas dan gelisah. Sedangkan efek farmakologis mawar diantaranya
melancarkan sirkulasi darah, anti radang, menghilangkan bengkak, dan
menetralisir racun. Secara teori apabila dapat dilaksanakan dengan baik terapi
relaksasi (aromaterapi mawar) maka tekanan darah dapat menurun (Kenia,
2013).
2.3.1 Aromaterapi Mawar
Aroma terapi mawar adalah aroma terapi yang mengandung minyak
ensensial. Aroma terapi di gunakan untuk menyembuhkan masalah
pernafasan, hipertensi, dan masalah emosian dan mental. Hal ini terjadi
karena aroma terapi mampu memberikan sensasi yang menenangkan diri
dan otak, serta stress yang di rasakan (Mansjoer, dkk, 2013).
1
Aroma terapi mawar berpengaruh langsung pada otak manusia.
Hidung memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 bau
yang berbeda sangat berpengaruh pada otak yang berkaitan dengan suasana
hati, emosi,ingatan, dan pembelajaran. Dengan menghirup aroma terapi
mawar maka akan meningkatkan gelombang alfa didalam otak dan
gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks (Majidi dan
Juanita, 2013).
Minyak esensial Mawar (Rosa damacena Mill) memiliki bau yang
agak menyengat, aroma segar, memiliki warna kuning hingga merah.
Minyak dari tanaman mawar memiliki sifat antidepresan, antiseptik,
adstringen, bakterisidal, diuretik, laksatif, dan sedatif. Minyak ini tidak
mengiritasi kulit yang sensitif dan penguapannya dapat berfungsi sebagai
relaksan (Fatima, 2008).
2.3.1.1 Aromaterapi Mawar Sebagai Terapi Penurunan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi
Berdasarkan survei Rubkahwati, dkk (2013) beberapa
bahan kimia yang terkandung dalam minyak atsiri bunga mawar di
antaranya sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol, eugenol,
feniletil, alhohol, farnesol, nonil, dan aldehida. Menghirup
aromaterapi akan meningkatkan gelombang alfa di dalam otak dan
gelombang inilah yang membantu kita untuk rileks, hal tersebut
dapat menurunkan aktifitas vasokonstriksi pembuluh darah, aliran
darah menjadi lancar sehingga menurunkan tekanan darah
(Sharma, 2013).
Hal ini didukung dengan hasil penelitian Mariza dan
Kalsum (2016) dengan judul “Pemberian Aroma Terapi Mawar
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Wanita Lanjut Usia di
UPTD Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werda Natar Lampung
Selatan” terbukti mengalami penurunan tekanan darah
1
dibandingkan dengan sebelum diberi perlakuan aromaterapi
mawar.
Proses kerja aromaterapi langsung memiliki efek terhadap
penurunan darah. Karena aroma terapi tersebut di olah dan
dikonversikan oleh tubuh menjadi suatu aksi dengan pelepasan
substansi neurokimia berupa zat endorphin dan serotonin sehingga
berpengaruh langsung pada organ penciuman dan di persepsikan
oleh otak untuk memberikan reaksi yang membuat perubahan
fisiologis pada tubuh, pikiran, jiwa, dan menghasilkan efek
menenangkan pada tubuh (Nurachman, 2004).
Mariza dan Kalusum (2016), adanya pengaruh pemberian
aroma terapi bunga mawar terhadap penurunan tekanan darah
disebabkan karena pada bunga mawar terdapat kandungan-
kandungan senyawa kimia yang memiliki aroma khas yang akan
diterima oleh saraf penciuman (nerfus olfaktorius) dan kemudian
selanjutnya impuls akan diteruskan ke hipotalamus dan
mempengaruhi sistem saraf pusat. Dari sini lah kemudian akan
dipersepsikan sensasi relaksasi yang akan menimbulkan efek
menenangkan. Keadaan tubuh yang tenang akan menyebabkan
sistem saraf parasimpatis memicu penurunan denyut jantung yang
akan menurunkan curah jantung dan akan menurunkan tekanan
pada dinding-dinding pembuluh darah. Selain itu keadaan
relaksasi juga akan merelaksasikan otot-otot tubuh sehingga dapat
menurunkan tekanan kemudian akan menurunkan aliran balik
vena serta menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah.
Pengaruh pemberian aroma terapi mawar dalam
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi juga pernah
diteliti oleh Wulan dan Wafiyah (2018) dalam menurunkan
1
tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian aroma terapi pada
pasien hipertensi. Dalam penelitian mendapat hasil ada pengaruh
pemberian aroma terapi dalam menurunkan tekanan darah.
2.3.1.2 Cara Penggunaan Aromaterapi Mawar
Menurut dari Koensoemardiyah, (2009) adalah Bunga mawar
bersifat anti depresan sehingga dapat membuat jiwa menjadi
tenang. Caranya bubuhkan 2-5 tetes minyak bunga mawar ketika
stres diatas tisu lembut atau saputangan lalu letakkan didada,
kemudian hirup wanginya 2-3 kali tarikan nafas dalam secara
teratur selama 10 menit. Pada saat minyak bunga mawar dihirup
molekul yang mudah menguap akan membawa unsur aromatik
yang terkandung didalamnya (geraniol dan linalool) ke puncak
hidung dimana silia-silia muncul darisel-sel reseptor. Apabila
molekul-molekul menempel pada rambut-rambut tersebut, suatu
pesan elektrokimia akan ditransmisikan melalui saluran olfaktori
kedalam sistem limbik. Hal ini akan merangsang memori dan
respon emosional. Hipotalamus yang berperan sebagai regulator
memunculkan pesan yang harus disampaikan ke otak. Pesan
yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan berupa senyawa
elektrokimia yang menyebabkan perasaan tenang dan rileks.
2.3.2 Aromaterapi Lavender
Aromaterapi lavender diketahui dapat menurunkan kecemasan,
nyeri sendi, tekanan darah tinggi, dan mengatasi gangguan tidur, stress
(Setiono & Hidayati, 2005). Penelitian lain menunjukkan bahwa
aromaterapi lavender mengandung zat-zat seperti linalool dan linalyl
asetat yang memiliki efek menenangkan. Ketenangan yang dirasakan
seseorang dapat membantu dalam menurunkan tekanan darah penderita
hipertensi (Zarastika, Sukarni and Herman, 2017).
1
2.3.1.1 Aromaterapi Lavender Sebagai Terapi Penurunan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi
Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas
beberapa kandungan seperti monoterpene hidrokarbon,
camphene, limonene, geraiol, lavandulol, dan nerol. Minyak
lavender sebagian besar mengandung linalool dan linalool asetat
dengan jumlah sekitar 30-60% dari total berat minyak, dimana
kandungan utama dari bunga lavender adalah linalool untuk
relaksasi (Nuraini, 2014). Lavender diketahui Dapat menurunkan
kecemasan, nyeri sendi, tekanan darah tinggi, dan mengatasi
gangguan tidur, stress (Setiono & Hidayati, 2005).
2.3.1.2 Cara Penggunaan Aromaterapi Lavender
Cara menggunakan aromaterapi menurut Jaelani (2009) yaitu
dengan menghirup atau inhalasi. Aromaterapi merupakan alat
bantu yang berkhasiat untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan
oleh minyak esensial secara langsung. Zat-zat yang menghasilkan
dapat berupa tetes uap yang halus, serta uap yang terhirup melalui
hidung dan akan tertelan lewat mulut. Caranya adalah teteskan 3
tetes minyak aromaterapi lavender, tuangkan air sebanyak 5 cc,
nyalakan lilin dibawah anglo dengan suhu 60o sampai tercium
baunya selama 10 menit
1
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
1
secara mandiri karena terapi tersebut membutuhkan seorang yang telah ahli
survei Rubkahwati, dkk (2013) beberapa bahan kimia yang terkandung dalam
minyak atsiri bunga mawar di antaranya sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol,
zat-zat seperti linalool dan linalyl asetat yang memiliki efek menenangkan.
tekanan darah penderita hipertensi (Zarastika, Sukarni and Herman, 2017). Dari
1
3.2 Kerangka Konsep
Penderita Hipertensi
Efektivitas Terhadap
Penurunan Tekanan Darah
Keterangan :
: Tidak DIteliti
: Diteliti
: Panah
1
3.3 Hipotesis
Ho: Ada perbedaan yang signifikan dilihat dari efektivitas terhadap penurunan
lavender.
H1: Tidak ada perbedaan signifikan dilihat dari efektivitas terhadap penurunan
lavender.
1
BAB IV
METODE PENELITIAN
1
membuat penelitian experimental yang berhubungan penurunan tekanan darah
menggunakan aromaterapi.
1
n=
Keterangan:
n = besar sampel
Zα = Level of significance 0,05 = 1,96
Zβ = Power of the test (80%) = 0,84
P1 = Proporsi efek terapi standar (ditentukan dari pustaka)
P2 = Proporsi efek terapi yang diteliti
n = n2 =
n = n2 = 35 sampel
n = n2 = 3 x 35 sampel = 105 sampel
Untuk menghindari loss follow up maka jumlah sampel yang diambil,
yaitu:
n = 105 x 20%
n = 126 pasien
Berdasarkan perhitungan sampel yang diperoleh untuk
keseluruhan sampel yang akan digunakan dari keseluruhan populasi adalah
sebanyak 126 sampel. Sehingga 42 sampel yang digunakan untuk masing-
masing kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
1
dipilih menjadi sampel. Purposive sampling yaitu pemilihan sampel
dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian berdasarkan
pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling
yang memiliki karakteristik yang dikehendaki. Penentu kriteria sampel
sangat membantu penelitian untuk mengurangi bias hasil penelitian,
khususnya jika terdapat variabel-variabel (kontrol atau perancu) yang
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang diteliti (Budiarto, 2019).
1
ketika jantung memompa darah, dimana pengukuran dilakukan dengan
menggunakan alat tensimeter digital, pada lengan kanan atas dengan posisi
duduk serta setelah responden istirahat selama 15 sampai 30 menit.
Tekanan darah dalam bentuk tekanan sistolik dan diastolik. Cara
pengukuran tekanan darah dengan menggunakan alat tensimeter digital
Omron HEM 8712 yang telah lulus kalibrasi, penggunaannya dengan cara
melilitkan bagian manset ke lengan kanan atas dengan diberi jarak ke siku
1-2 cm. Pengukuran dilakukan 15 menit sebelum dan 15 menit setelah
pemberian aromaterapi mawar dan aromaterapi lavender. Hasil
pengukuran dicatat pada lembar observasi dalam satuan mmHg. Skala
yang digunakan adalah skala rasio dengan hasil acuan pengukuran yang
digunakan yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 7
1
4.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah:
1. Tensimeter digital merk Omron HEM 8712 untuk mengukur tekanan darah
sistolik dan diastolik responden. Tensimeter tersebut sudah dilakukan
kalibrasi, penggunaannya dengan cara melilitkan bagian manset ke lengan
kanan atas dengan diberi jarak ke siku 1-2 cm. Pengukuran ini dilakukan 15
menit sebelum diberikan aromaterapi dan 1 bulan setelah diberikan terapi
aromaterapi.
2. Kuesioner pada penelitian ini tentang karakteristik responden yang berisi jenis
kelamin, umur, riwayat saudara atau keluarga yang menderita hipertensi,
riwayat merokok, kebiasaan minum kopi dan alkohol serta konsumsi obat anti
hipertensi. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberikan tanda centang.
3. Lembar observasi dalam penelitian ini berisi kolom hasil pemeriksaan tekanan
darah sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
4. Lembar jadwal harian pelaksanaan pemberian aromaterapi mawar dan
aromaterapi lavender meliputi jadwal pelaksanaan yang dilakukan setiap hari
sehari sekali setiap pagi selama 1 bulan.
1
dijadikan responden penelitian.
3. Pasien hipertensi di Puskesmas 1 Denpasar Timur yang bersedia
menjadi responden akan diminta mengisi dan menandatangani lembar
persetujuan secara online untuk menjadi responden penelitian (Informed
Consent) dan peneliti menjelaskan bahwa informasi yang akan
diberikan oleh responden akan dijaga kerahasiannya
4. Peneliti mengarahkan dan menjelaskan cara pengisian Informed Consent
kepada pasien yang bersedia menjadi responden
5. Pengumpulan kembali Informed Consent secara online kepada peneliti
1
Responden hipertensi di
Puskesmas 1 Dentim
Kriteria Ekslusi
Pemilihan sesuai kriteria inklusi
dengan pengisian kuisioner
Pre-test (pengukuran
tekanan darah 15 menit
sebelum diberikan
intervensi)
Post-test (pengukuran
tekanan darah 15 menit
setelah diberikan
intervensi)
Analisis Data
1
5. Diberikan edukasi kepada responden mengenai cara penggunaan
aromaterapi mawar dan aromaterapi lavender agar responden dapat
melakukan terapi secara mandiri di rumah masing-masing selama 1
bulan.
6. Pemberian aromaterapi mawar dan aromaterapi lavender secara mandiri
pada masing-masing kelompok intervensi yang telah dibagi tadi,
pemberian aromaterapi ini dilakukan sehari sekali setiap pagi dengan
cara meneteskan 5 tetes aromaterapi pada kapas kemudian dihirup
secara langsung, namun sebelum dihirup diawali dengan 2-3 kali
tarikan nafas. Dilanjutkan dengan pemberian aromaterapi selama 10
menit dengan jarak 10 cm. Dilakukan reminder setiap hari oleh peneliti
kepada responden/keluarga responden melalui aplikasi whatsapp dan
melalui sms
7. Setelah pemberian intervensi selama 1 bulan yang dilakukan secara
mandiri oleh masing-masing responden, kemudian dilakukan evaluasi
yaitu dengan melakukan post-test (pengukuran tekanan darah sistole dan
diastole) dicatat pada lembar observasi yang dilakukan oleh peneliti.
Evaluasi dilakukan di Puskesmas 1 Denpasar Timur.
8. Setelah 1 bulan dilakukan analisis data, setelah analisis data barulah
didapatkan hasil penelitian/hipotesis yang telah terumuskan terjawab
apakah terdapat perbedaan penurunan tekanan darah antara kelompok
kontrol dengan kelompok intervensi yang diberikan perlakuan
aromaterapi mawar dibandingkan dengan aromaterapi lavender.
1
dengan cara mendeskripsikannya. Data yang diperoleh terdiri dari data
demografi yaitu usia dan jenis kelamin serta data hasil pengukuran tekanan
darah sebelum dan setelah pemberian intervensi dari aromaterapi lavender
dan mawar. Data-data yang diperoleh dijabarkan dalam distribusi frekuensi,
mean, median, modus, dan standar deviasi dari masing-masing variabel
(Hastjarjo, 2019).
2. Analisis Inferensi
a. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis maka akan dilakukan uji normalitas
terlebih dahulu. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data
yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro wilk, data akan
berdistribusi normal jika nilai p>0,05 (Hastjarjo, 2019).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa dua atau
lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi
yang sama. Uji homogenitas dilakukan untuk menguji variasi
karakteristik pada sampel seperti usia, tingkat stres, penyakit penyerta
serta adanya penggunaan obat penenang. Untuk mengukur homogenitas
varians dari dua kelompok data, uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan Levee's Test of Equality of Error Variances dengan
menggunakan SPSS versi 24 untuk menguji homogenitas data yang ada.
Apabila nilai signifikansi (Sig.) Based on l Mean < 0.05 maka data dari
populasi yang mempunyai varians tidak sama/ tidak homogen.
Sedangkan nilai signifikan ≥ 0.05 maka data dari populasi yang
mempunyai varians sama/ homogen (Siswanto dan Suyanto, 2017).
b. Uji Komparasi
Setelah melalui tahap uji normalitas dan homogenitas, kemudian data
1
akan dianalisis dengan menggunakan statistik parametrik apabila data
tersebut terdistribusi normal dapat dilakukan dengan uji t independent dan
menggunakan statistik non parametrik, jika data terdistribusi tidak normal
dilakukan dengan uji friedman dan uji ANOVA (uji F), dimana outcome
dilihat dari rerata nilai F dari penurunan tekanan darah pada 3 kelompok,
hasil yang didapatkan digunakan untuk mengetahui perbandingan
efektivitas dari setiap kelompok (Hastjarjo, 2019).
1
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. 2016. Kozier & Erb’s Fundamental Of
Erlangga. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Denpasar. 2018. Profil Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Fatima. 2008. Efek antibakteri aromaterapi minyak esensial lemon (Citrus limonum)
1
Kedokteran Universitas Padjadjaran. 30-32.
Fitriani, Ria. 2017. Analisis Penggunaan Rele Differensial Sebagai Proteksi Pada
Dipublikasikan. eprints.ums.ac.id.
203.
Kemenkes Palembang.
JNC-8. 2013. The Eight Report of the Joint National Commite. Hypertension
High Blood Pressure (JNC). 2003. The Seventh Report of the JNC
Kamila, Mardiana. 2017. Efektifitas Latihan Slow Deep Breathing Dan Pemberian
1
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas
Semarang.
Kemenkes RI.
LeMone, P, & Burke. 2008. Medical surgical nursing : Critical thinking in client
Majidi, Ahmad dan Juanita, Farida. 2013. Pemberian Aroma Terapi Kenanga
Jakarta : FKUI.
Mariza dan Kalsum. 2016. Pemberian Aroma Terapi Mawar Terhadap Penurunan
1
National Institutes of Health, National Heart, Lung, and Blood Intitute. 2013. The
Muhammadiyah Semarang.
1
Nurachman. 2004. Reseptor Bau Dan Organisasi Sistem Pembauan.
Rubkahwati, Purnobasuki, Isnaeni dan Utami. Edi. 2013. Profil minyak atsiri
Rusdi, dan Nurlaena Isnawati. 2009. Awas Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi
Setiati Siti, et al. 2015. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam . 6th rev. Jakarta: Internal
Setiono, M dan Hidayati, N.S. 2005. Terapi Alternatif dan Gaya Hidup Sehat.
Sharma, A., Saini, S. and Rana, A.C. 2013. Transdermal Drug Delivery System: A
Siswanto dan Suyanto. 2017. Metode Penelitian Kombinasi: Kualitatif & Kuantitatif
1
Sudoyo, Aru W, dkk. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing.
Wulan, E. S., & Wafiyah, N. 2018. Perubahan Tekanan Darah Sebelum Dan
Yogiantoro, M. 2009. Hipertensi Esemial. In: Sudoyo, A. W., et al eds. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam 5th ed. Jilid 11. Jakarta: Interna Publishing.
1079-1085.
Zarastika, R., Sukarni and Herman. 2017. Perbandingan Efektivitas Terapi Rendam
Availableat:https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/arti
cle/view/26168.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1
Kami meminta Bapak/Ibu untuk berpatisipasi dalam penelitian. Kepesertaan dari
penelitiaan ini bersifat sukarela. Mohon agar dibaca penjelasan dibawah dan silahkan
bertanya bila ada pertanyaan/ bila ada hal-hal yang kurang jelas.
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS AROMATERAPI LAVENDER DAN
(INFORMED
ROSEMARY TERHADAP CONSENT)
STRES PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR
DI UNIVERSITAS BALI INTTERNASIONAL
Peneliti Lain -
Sponsor/ Pribadi
Sumber pendanaan
1
terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi di Puskesmas 1 Denpasar
Timur yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peneliti sebagai sampel
penelitian. Jumlah peserta penelitian yang akan diikutsertakan adalah sebanyak 126
subjek penelitian yang terbagi menjadi 3 kelompok, dimana 42 subjek penelitian
merupakan kelompok kontrol, 42 subjek penelitian merupakan kelompok intervensi
aromaterapi mawar dan 42 subjek penelitian lainnya merupakan kelompok
aromaterapi lavender. Adapun prosedur dari penelitian ini adalah peserta penelitian
melakukan pengisisan kuisioner untuk menentukan sampel yang memenuhi kriteria
inklusi. Selanjutnya dilakukan pre-test (pengukuran tekanan darah sebelum diberikan
perlakuan). Penelitian ini melibatkan 2 kelompok pemberian intervensi yaitu
kelompok yang memperoleh aromaterapi mawar dan aromaterapi lavender. Sampel
penelitian akan diberikan aromaterapi 1x sehari dimana minyak essensial diteteskan
sebanyak 5 tetes pada kapas kemudian dihirup secara langsung, diawali dengan 2-3
kali tarikan nafas. Dilanjutkan dengan pemberian aromaterapi selama 10 menit
dengan jarak 10 cm. Perlakuan ini dilakukan secara mandiri di rumah masing-masing
responden yang setiap harinya akan diberikan reminder oleh peneliti kepada
responden/keluarga responden melalui aplikasi whatsapp dan sms. Setelah
pemeberian intervensi diberikan selama 1 bulan, kemudian dilakukan evaluasi yaitu
dengan melakukan post-test (pengukuran tekanan darah kembali) yang dilakukan
setiap hari setelah pemberian intervensi, penelitian ini akan berlangsung selama 1
bulan.
1
masyarakat luas adalah berupa adanya tambahan pengetahuan dan informasi
mengenai penanganan terapi non-farmakologi sebagai terapi suportif terhadap pasien
hipertensi.
1
Kepesertaan pada penelitian ini adalah sukarela.
Kepesertaan Saudara/i pada penelitian ini bersifat sukarela. Bapak/Ibu dapat menolak
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada penelitian atau menghentikan
kepesertaan dari penelitian kapan saja tanpa ada sanksi.
Bila ada pertanyaan yang perlu disampaikan kepada peneliti, silakan hubungi [Ni
Kadek Anggita Putri ], [087866156223], [kdanggitaputri@gmail.com].
Tanda tangan Bapak/Ibu dibawah ini menunjukkan bahwa Bapak/Ibu telah membaca,
telah memahami dan telah mendapat kesempatan untuk bertanya kepada peneliti
tentang penelitian ini dan menyetujui untuk menjadi peserta penelitian.
1
_____________________________ __________________________________
Tanda Tangan dan Nama Tanda Tangan dan Nama
Tanggal (wajib diisi): / / Tanggal (wajib diisi): / /
_________________________________________
Peneliti
_____________________________ __________________
Tanda Tangan dan Nama Tanggal
Tanda tangan saksi diperlukan pada formulir Consent ini hanya bila (Diisi oleh
peneliti)
Peserta Penelitian memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, tetapi
tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta
Wali dari peserta penelitian tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta
1
Komisi Etik secara spesifik mengharuskan tanda tangan saksi pada penelitian ini
(misalnya untuk penelitian resiko tinggi dan atau prosedur penelitian invasive)
Catatan:
Saksi harus merupakan keluarga peserta penelitian, tidak boleh anggota tim
penelitian.
Saksi:
Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah dijelaskan dengan
benar dan dimengerti oleh peserta penelitian atau walinya dan persetujuan untuk
menjadi peserta penelitian diberikan secara sukarela.
___________________________________________________
__________________
Nama dan Tanda tangan saksi
Tanggal
(Jika tidak diperlukan tanda tangan saksi, bagian tanda tangan saksi ini dibiarkan
kosong)
Lampiran 2. Kuisioner
KUISIONER
Nama (inisial) :
1
Usia :
Jenis Kelamin :P/L
Domisili :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
No Telp yang dapat dihubungi :
Petunjuk Pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda !
65 mempunyai
Apakah anda sering kebiasaan daging
mengkonsumsi merokok?
atau makanan berlemak?
1
9 Apakah anda rutin meminum obat antihipertensi?
PERTANYAAN PENGETAHUAN
5 Aktivitas fisik seperti jalan cepat secara rutin setiap hari dapat
sebagaiAromaterapi
1
PERTANYAAN SIKAP TENTANG HIPERTENSI