Anda di halaman 1dari 17

Makalah Mata Kuliah Farmakologi 1

MEKANISME KERJA OBAT ANTI HIPERTENSI


Dosen pengampu : Dr. Apt. Dani Sujana, S.Si., M.Farm

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Sabina Aurelia Q A ( KHGF22009 )
Dila Ababil ( KHGF22013 )
Moch Fauzan Nul Hak ( KHGF22016 )
Elsa Siti Nurhasanah ( KHGF22015 )
Moch. Fauzan Nul Hak ( KHGF22016 )
Rifa Nuraini ( KHGF22017 )
Yusrina Alifah Humaira ( KHGF22018 )
Rd Denry Rahayu ( KHGF22032 )
Dika Fitria Zahra ( KHGF22034 )

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


STIKES KARSA HUSADA GARUT
2023 – 2024
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT kami panjatkan atas kehaadirat Tuhan yang maha Esa, yang
senantiasa mencurahkan keridhaan dan rahmatnya serta hidayah-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “Mekanisme Kerja Obat Anti
Hipertensi“, dapat terselesaikan dengan baik dan pada waktunya.
Makalah ini mengulas pengertian hipertensi dan mekanisme kerja obat antihipertensi,
Khasiat dan penggunaannya, serta klasifikasi dan efek sampingnya beserta cara mengatasi
obatnya.
Makalah ini merupakan salah satu bentuk tugas mata kuliah yang wajib ditempuh. Oleh
sebab itulah, dalam proses pendalaman materi ini, kami mendapatkan banyak bimbingan,
arahan, koreksi serta saran. Untuk itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan
kepada : Bapak Dr.Apt.Dani Sujana,S.Si.,M.Farm selaku dosen mata kuliah
Farmakologi 1 semester 3, di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut.
Dalam penulisan makalah ini, kami akui masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan
kritik yang membangun kearah penyempurnaan makalah ini kami terima dengan sangat terbuka.
Akhirnya, dari hasil penulisan ini kami harapkan semoga hasil evaluasi serta referensi
bahan yang menyusun makalah ini dapat membantu serta menambah wawasan para pembaca
yang membutuhkan. Kami ucapan terimakasih. Dan semoga barokah serta bermanfaat bagi kita
semua.

Garut, 03 Agustus 2023

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................................6
A. Pengertian............................................................................................................................6
B. Klasifikasi Dan Mekanisme Kerja Obat Anti Hipertensi.................................................7
BAB III...............................................................................................................................................16
PENUTUP......................................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi meyajikan satu problem unik dalam terapi. Hipertensi lazimnya
merupakan penyakit seumur hidup penyebab beragam gejala sehingga mencapai tahap
lanjut. Untuk mendapatkan pengobatan efektif, harus digunakan setiap hari obat yang
mungkin mahal dan sering menyebabkan efek samping. Oleh karena itu, para dokter
harus menetapkan dengan pasti bahwa hipertensi adalah menetap, memerlukan
pengobatan dan harus mengeluarkan penyebab hipertensi sekunder yang dapat dirawat
dengan prosedur pembedahan definitif.
Hipertensi menetap, terutama pada orang-orang dengan peningkatan tekanan
darah ringan, harus ditetapkan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah pada paling
sedikit pada tiga kali kunjungan yang berbeda. Pemantauan tekanan darah pada pasien
rawat jalan diduga merupakan predictor terbaik terhadap terjadinya risiko dan, oleh
karenanya, dibutuhkan untuk terapi pada hipertensi ringan.
Sekali ditetapkan hipertensi, pertanyaan apakah diperlukan pengobatan atau tidak
dan obat mana yang digunakan haruslah dipertimbangkan. Tingkat tekanan darah, umur
dan jenis kelamin pasien, tingkat keparahan kerusakan organ (jika ada) karena tekanan
darah yang tinggi dan kemungkinan adanya faktor-faktor risiko kardiovaskular, semua
harus dipertimbangkan.
Sekali keputusan diambil untuk melakukan pengobatan,regimen terapeutik harus
dikembangkan dan pasien diberitahu tentang sifat-sifat alami hipertensi dan pentingnya
pengobatan. Pemilihan obat didasarkan pada tingkat tekanan darah, kerusakan organ dan
tingkat keparahannya serta adanya penyakit-penyakit lain. Tekanan darah tinggi parah
dengan komplikasi yang mengancam hidup membutuhkan pengobatan lebih cepat dengan
obat yang lebih kuat. Sebagian besar pasien dengan hipertensi esensial telah menderita
tekanan darah tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dan terapi paling baik
dilakukan secara bertahap.
Kesuksesan pengobatan hipertensi menuntut kepatuhan terhadap instruksi diet dan
penggunaan obat yang dianjurkan. Pendidikn engenai sifat alami hipertensi dan

4
pentingnya perawatan serta pengetahuan tentang efek-efek samping potensial obat sangat
perlu diberikan. Kunjungan tindak lanut (follow-up) harus cukup sering untuk
meyakinkan pasien bahwa dokter berfikir penyakit hipertensi adalah penyakit serius.
Pada setiap kunjungan tindak lanjut, harus ditekankan tentang pentingnya
pengobatan dan pertanyaan terutama mengenai dosis dan efek samping obat harus
ditanamkan. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien adalah
penyederhanaan aturan pemberian dosis dan juga meminata pasien untuk memantau
tekanan darahnya di rumah.

B. Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa dapat mengetahui :
1. Tentang pengertian hipertensi dan obat antihipertensi.
2. Khasiat dan penggunaan obat antihipertensi
3. Jenis-jenis obat dan penggolongannya
4. Macam-macam obat antihipertensi
5. Efek samping dan cara mengatasi obat

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Definisi Hipertensi Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah
terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas
pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau
elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan
tekanan darah (Ronny dkk., 2010).
Anti hipertensi merupakan jenis pengobatan baik oral maupun parenteral, yang
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi ( Hipertensi ). Cara mengetahu tinggi
tidaknya tekanan darah seseorang adalah dengan mengetahui terlebih dahulu tekanan
darahnya, yaitu dengan mengambil dua ukuran yang umumnya diukur dengan
menggunakan alat yang disebut dengan tensimeter, kemudian diketahui tekanan
darahnya. Contoh 120/80 mmHg, angka 120 menunjukkan tekanan darah atas pembuluh
arteri dari denyut jantung yang disebut tekanan darah sistolik, kemudian angka 80
merupakan tekanan darah bawah saat tubuh sedang beristirahat tanpa melakukan aktivitas
apapun yang disebut dengan tekanan darah diastolik.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah
sehingga tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari 90
mmHg ( Priyanto, 2010 ).

6
B. Klasifikasi Obat Anti Hipertensi
berdasarkan aksinya, obat anti hipertensi diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu :
1. Diuretik
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk meningkatkan ekskresi natrium,
air klorida, sehingga dapat menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler.
Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Antagonis Reseptor Beta
:
a. Furosemide
Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix,
uresix.
Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke
dalam intersitium pada ascending limb of henle.
Indikasi : Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung
kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare.
Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek
ototoksit meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh
diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila
diberikan bersamaan.
Dosis : Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr

b. HCT (Hydrochlorothiaside)
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium
sehingga volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer
menurun.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna.

7
Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan
ginjal.
Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung,
cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi.
Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia,
hipertensi pada kehamilan.
Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr
Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/12 – 24 jam

2. Antagonis Reseptor- Beta


Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan
curah jantung.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Antagonis Reseptor Beta
:
a. Asebutol (Beta bloker)
Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
Sediaan obat : tablet, kapsul.
Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas
renin, menurunka outflow simpatetik perifer.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma,
kardiomiopati obtruktif hipertropi, tirotoksitosis.
Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus,
bradikardia, depresi.
Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama
insulin. Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila
diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SA meningkat bila
diberikan bersama dengan penghambat kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).

b. Atenolol (Beta bloker)

8
Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer,
efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat
aktivasi adrenoseptor di ginjal.
Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia
Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi,
bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur,
kulit kemerahan, impotensi.
Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama
insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat.
Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid ergot.
Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr

c. Metoprolol (Beta bloker)


Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi
perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin
akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan
simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.
Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris
Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok
kardiogenik, gagal jantung tersembunyi
Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare
Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya

9
Dosis : 50 – 100 mg/kg.

d. Propranolol (Beta bloker)


Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah
jantung, menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus
simpatetik di pusat vasomotor otak.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah
berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat – obat lain yang
juga sangat mudah berikatan dengan protein.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan
simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.
Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis
subaortik hepertrofi, miokard infark, feokromositoma
Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok
jantung tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati – hati pemberian
pada penderita biabetes mellitus, wanita haminl dan menyusui.
Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme,
agranulositosis, depresi.
Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena
menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan
penekanan kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan
bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin meningkatkan
kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol.
Etanolol menurukan absorbsinya.
Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.

10
3. Antagonis Reseptor - Alfa
Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon
terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Kalsium Antagonis:
a. Klonidin (alfa antagonis)
Nama paten : Catapres, dixarit
Sediaan obat : Tablet, injeksi.
Mekanisme kerja : menghambat perangsangan saraf adrenergic di SSP.
Indikasi : hipertensi, migren
Kontraindikasi : wanita hamil, penderita yang tidak patuh.
Efek samping : mulut kering, pusing mual, muntah, konstipasi.
Interaksi obat : meningkatkan efek antihistamin, andidepresan, antipsikotik,
alcohol. Betabloker meningkatkan efek antihipertensinya.
Dosis : 150 – 300 mg/hr.

4. Kalsium Antagonis
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan mengintervensi
influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat kalsium memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan denyut jantung. Volume
sekuncup dan resistensi perifer.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Kalsium Antagonis:
a. Diltiazem (kalsium antagonis)
Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
Sediaan obat : Tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium
melalui slow cannel calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran
cerna.

11
Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta
bloker. Efek terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama
amiodaron dan digoksin. Simotidin meningkatkan efeknya.
Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan

b. Nifedipin (antagonis kalsium)


Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard,
Vasdalat.
Sediaan obat : Tablet, kaplet
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan
spasme arteri coroner.
Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal
jantung refrakter.
Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan
menyusui.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat
atau eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan
waktu protombin bila diberikan bersama antikoagulan. Simetidin
meningkatkan kadarnya dalam plasma.
Dosis : 3 x 10 mg/hr

c. Verapamil (Antagonis kalsium)


Nama paten : Isoptil
Sediaan obat : Tablet, injeksi
Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung
dan vaskuler sistemik sehingga menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan
menurunkan resistensi perifer sehingga menurunkan penggunaan oksigen.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.
Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok
jantung tingkat II dan III, hipersensivitas.

12
Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu,
dipsnea, bradikardia, kulit kemerahan.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek
negative pada denyut, kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan
kadar digoksin dalam darah. Pemberian bersama antihipertensi lain
menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan kadar karbamazepin,
litium, siklosporin. Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan
kontraklitas jantung bila diberi bersama flekaind dan penurunan tekanan
darah yang berate bila diberi bersama kuinidin. Fenobarbital nemingkatkan
kebersihan obat ini.
Dosis : 3 x 80 mg/hr

5. ACE inhibitor
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang
diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini
menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan resisitensi perifer.
Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan
meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine sehingga volume plasma dan
curah jantung menurun.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori ACE inhibitor :
a. Kaptopril
Nama paten : Capoten
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
menurunkan angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan renin dan
aldosterone.
Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan riwayat
angioedema dan wanita menyusui.
Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia,
pandangan kabur, myalgia.

13
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak
boleh diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau
preparat nitrat lain. Indometasin dan AINS lainnya menurunkan efek obat
ini. Meningkatkan toksisitas litium.
Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.

b. Lisinopril
Nama paten : Zestril
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan
menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, wanita hamil,
hipersensivitas.
Efek samping : batuk, pusing, rasa lelah, nyeri sendi, bingung, insomnia,
pusing.
Interaksi obat : efek hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretic.
Indomitasin meningkatkan efektivitasnya. Intoksikasi litium meningkat bila
diberikan bersama.
Dosis : awal 10 mg/hr

c. Ramipril
Nama paten : Triatec
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan
menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati
– hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.

14
Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut, bingung,
susah tidur.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika.
Indometasin menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.
Dosis : awal 2,5 mg/hr

6. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Vasodilator :
a. Hidralazin
Nama paten : Aproseline
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi perifer
menurun, meningkatkan denyut jantung.
Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna, muka
merah, kulit kemerahan.
Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama diazodsid.
Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah
tingggi hingga mencapai tekanan darah normal. Semua obat antihipertensi bekerja pada
satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi
mekanisme normal regulasi TD.
Pengobatan Farmakologis :
1. Diuretik
2. Antagonis Reseptor- Beta
3. Antagonis Reseptor-Alfa
4. Kalsium Antagonis
5. ACE inhibitor
6. Vasodilator
Semua obat antihipertensi menimbulkan efek samping umum guna menghindari
penurunan TD mendadak dapat dihindarkan. Begitu pula obat sebaiknya diminum setelah
makan agar kadar obat dalam plasma jangan mendadak mencapai puncak tinggi (dengan
akibat hipotensi kuat). Penghentian terapi pun tidak boleh secara mendadak, melainkan
berangsur-angsur untuk mencegah bahaya meningkatnya TD dengan kuat (rebound
effect) Khusus.

B. Saran
Dari hasil penulisan makalah ini, maka diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
pengertian hipertensi dan obat antihipertensi, Khasiat dan penggunaannya, serta
klasifikasi dan efek sampingnya beserta cara mengatasi obatnya.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Muller, D.N.; & Luft, F.C. 2006, Direct Renin Inhibition with Aliskiren in Hypertension and
Target Organ Damage, Clin. J. Am. Soc. of Nephrology, 1: 221–228
2. Saseen, J.J.; & Carter, B.L. 2005, Hypertension, in DiPiro J.T., Pharmacotherapy a
Pathophysiologic Approach, McGraw-Hill
3. Nafrialdi. 2007, Hipertensi, in Farmakologi dan Terapi, Departemen Farmakologi dan Terapi,
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta 4. Sukandar, E.Y.; Andrajati, R.; Sigit, S.i.; Adyana, I.K.;
Setiadi, A.P.; & Kusnandar. 2008, ISO Farmakoterapi, ISFI penerbitan. Jakarta
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Antihipertensi
5. http://wahyuhastutiutami.blogspot.com/2012/10/makalah-antihipertensi.html
6. http://annasalsabilah.blogspot.com/2012/10/anti-hipertensi.html
7. http://twidayanti91.blogspot.com/2012/07/makalah-anti-hipertensi.html
8. http://belongtomahsumi.blogspot.com/2012/07/obat-antihipertensi.html

17

Anda mungkin juga menyukai