Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FARMAKOLOGI

OBAT DIURETIC DAN ANTI HIPERTENSI


Dosen pengampu: M. Shofwan Haris, S. Farm.,Apt., MAP

Oleh Kelompok 2
1) Elis Astutik (170154020009)
2) Inang Disra Yundari (170154020015)
3) Lesticha Ayu W (170154020019)
4) Hofifah (170154020043)
5) Sri Devi Purnama sari (170154020047)

PRODI D4 KEBIDANAN ALIH JENJANG


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah farmakologi yang berjudul “Obat Diuretic Dan Anti Hipertensi”.
Adapun makalah etika hokum dan perundang-undangan tentang kasus-
kasus mall praktik dan kekerasan terhadap anak dan prempuan ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak,
sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu,
kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatakn makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Etika hukum dan
per undang-undangan tentang " Obat Diuretic Dan Anti Hipertensi ". ini dapat
diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini
nantinya.

Bangkalan, 25 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................Error: Reference source not found

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari obat diuretic dan anti hipertensi.........................................3


2.2 Macam-macam obat antihipertensi.............................................................4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................21
3.2 Saran .........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diuretik merupakan obat yang dapat menambah kecepatan


pembentukan urin. Istilah dieresis mempunyai dua pengertian, pertama
menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang
kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zatterlarut dan
air. Jika pada peningkatan ekskresi air, terjadi juga peningkatan ekskresi
garam-garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika
(diuretika dalam arti sempit).Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretika
bukan obat ginjal, artinya senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau
menyembuhkan penyakit ginjal, demikian juga pada pasien insufisiensi
ginjal jika diperlukan dialisis, tidak akan dapat ditangguhkan dengan
penggunaan senyawaini. Beberapa diuretika pada awal pengobatan justru
memperkecil ekskresi zat-zat pentingurin dengan mengurangi laju filtrasi
glomerulus sehingga akan memperburuk insufisiensi ginjal. Fungsi utama
diuretic adalah untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
kembali menjadi normal.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan
sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee &
Hayes).Tekanan Darah (TD) didistribusikan terus menerus, tidak ada
definisi absolut untuk hipertensi (Davey).Obat antihipertensi adalah obat
yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga
mencapai tekanan darah normal.Semua obat antihipertensi bekerja pada
satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan
mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD. EKG. Jakarta 1996.

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan


dan merupakan satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas
ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbidotas hipertensi dalam

1
kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi
tidak jelas , jiiga oleh perawatan dalam persalinan masih dtangani oleh
petugas nonmedik dan system rujukan yang belum sempurna. Hipertensi
dalam kehamilan dapat dialami oleh setiap lapisan ibu hamil sehingga
pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus banar-
benar dipahami oleh semua tenaga medic baik pusat maupun daerah.
Sedangkan, antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi hingga mencapai tekanan darah normal. Anti
hipertensi jenis obat baik oral maupun parenteral.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat diuretic da hipertensi?
2. Apa saja macam-macam obat antihipertensi?
3. Bagaimana cara kerja obat antihipertensi?
4. Bagaimana indikasi/kontraindikasi obat antihipertensi?
5. Bagaimana dosis yang digunakan obat antihipertensi?
6. Bagaimana efek samping obat antihipertensi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari obat diuretic dan anti hipertensi
2. Untuk mengetahui macam-macam obat antihipertensi
3. Untuk mengetahui cara kerja obat antihipertensi
4. Untuk mengetahui indikasi/kontraindikasi obat antihipertensi
5. Untuk mengetahui dosis yang digunakan obat antihipertensi
6. Untuk mengetahui efek samping obat antihipertensi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah di atas
140/90mmHg (WHO).

Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-90

Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-100

Hipertensi Tingkat 2 >160 >100

(Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan JNC
VII, 2003)

Hipertensi pada kehamilan digambarkan sebagai kondisi dengan


variasi tekanan darah yang besar. Dalam melakukan penatalaksanaan ini,
perlu dipahami klasifikasi hipertensi pada kehamilan. “Menurut laporan
National High Blood Pressure Education Program Working Group tahun
2000” tentang hipertensi pada kehamilan, terdapat klasifikasi hipertensi
pada ibu hamil yaitu hipertensi kronik, hipertensi gestasional, dan
preeklamsia. Diagnosis hipertensi kronik didasarkan pada riwayat
hipertensi sebelum kehamilan atau kenaikan tekanan darah lebih besar atau
sama dengan 140/90 mmHg sebelum kehamilan minggu ke-20 dengan
minimal dua kali pengukuran menunjukkan hasil yang relatif sama.

Diuretik merupakan obat yang dapat menambah kecepatan


pembentukan urin. Istilah dieresis mempunyai dua pengertian, pertama
menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang
kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zatterlarut dan
air. Jika pada peningkatan ekskresi air, terjadi juga peningkatan ekskresi
garam-garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika
(diuretika dalam arti sempit). Sedangkan, antihipertensi adalah obat yang

3
digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi hingga mencapai
tekanan darah normal. Anti hipertensi jenis obat baik oral maupun
parenteral.
2.2 Macam-Macam Obat Antihipertensi
A. Diuretik
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah
jantung dan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air.
Khasiat antihipertensi diuretik :
adalah berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi natrium,
klorida, dan air, sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel.
TD turun akibat berkurangnya curah jantung, sedangkan resistensi perifer
tidak berubah pada awal terapi. Pada pemberian kronik, volume plasma
kembali tetapi masih kira-kira 5% dibawah nilai sebelum pengobatan.
Curah jantung kembali mendekati normal.TD tetap turun karena sekarang
resistensi perifer menurun. Vasodilatasi perifer yang terjadi kemudian
tampaknya bukan efek langsung tiazid tetapi karena adanya penyesuaian
pembuluh darah perifer terhadap pengurangan volume plasma yang terus-
menerus. Kemungkinan lain adalah berkurangnya volume cairan
interstisial berakibat berkurangnya kekakuan dinding pembuluh darah dan
bertambahnya daya lentur (compliance) vaskular.
1. Diuretik Tiazid
Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens
ansa henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium
mungkin diperlukan karena efeknya yang boros kalium.
a) Tablet Hydroclorothiazide ( HTC )
Golongan obat antihipertnsi ini merupakan obat antihipertensi
yang prosesnya melalui pengeluaran cairan tubuh via urin.
Golongan antihipertensi ini cukup cepat menurunkan tekanan
darah namun dengan prosesnya yang melalui pengeluaran cairan,
ada kemungkinan besar potassium ( kalium ) terbuang.
       Sediaan obat : Tablet

4
Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium
sehingga volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer
menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium dan klorida dalam
pars asendens ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya
K+, Na+, dan Cl- menyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x.
Hilangnya natrium menyebabkan turunnya GFR.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna.
Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam
jaringan ginjal.
Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal
jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi, Obat awal
yang ideal untuk hipertensi, edema kronik, hiperkalsuria idiopatik.
Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin pada diabetes
inspidus (GFR rendah menyebabkan peningkatan reabsorpsi dalam
nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah garam)
Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia,
hipertensi pada kehamilan, hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria,
anuria, kelemahan, penurunan aliran plasenta, alergi sulfonamide,
gangguan saluran cerna.
Tingkat Keamanan Menurut FDA :  Katagori C
Dosis :
Dewasa 25 – 50 mg/hr
Anak 0,5  –  1,0 mg/kgBB/ 12 – 24 jam
2. Loop Diuretic
Lebih potensial dibandingkan tiazid dan harus digunakan dengan
hati-hati untuk menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat
mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau
ketat. (Furosemid/Lasix)
a) Furosemide
Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix,
Lasix, salurix, uresix.
         Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.

5
          Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl
dalam lumen tubuli ke dalam intersitium pada ascending
limb of henle dan menghambat reabsorpsi klorida dalam
pars asendens ansa henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam
urin.
         Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR
rendah dan kedaruratan hipertensi. Juga edema, edema paru
dan untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala
digunakan untuk menurunkan kadar kalium serum.Edema
paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung
kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.
          Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual,
diare. Hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hiperglikemia,
hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi
sulfonamide, hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik,
hipovolemia.
            Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya,
efek ototoksit meningkat bila diberikan bersama
aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam
etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila diberikan
bersamaan.
          Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
          Dosis : Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr
3. Diuretik hemat kalium
Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil menahan kalium.
Obat-obat ini dipasarkan dalam gabungan dengan diuretic boros
kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan kalium.
(Spirinolactone)
a) Amilorid (Midamor)

6
Mekanisme Kerja : secara langsung meningkatkan
ekskresi Na+ menurunkan sekresi K+ dalam tubulus
kontortus distal.
Indikasi : Digunakan bersama diuretik lain karena efek
hemat K+ mengurangi efek hipokalemik. Dapat
mengoreksi alkalosis metabolik.

          Efek tak diinginkan : Hiperkalemia, kekurangan natrium


atau air. Pasien dengan diabetes militus dapat mengalami
intoleransi glukosa.
          Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
b) Spironolakton (Aldactone)
Mekanisme Kerja : antagonis aldosteron (aldosteron
menyebabkan retensi Na+). Juga memiliki jerja serupa
dengan amilorid.
Indikasi : digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal
jantung kongestif), sirosis, dan sindrom nefrotik. Juga
untuk mengobati atau mendiagnosis hiperaldo-
steronisme. Efek tak diinginkan : seperti amilorid. Juga
menyebabkan ketidakseimbangan endokrin (jerawat, kulit
berminyak, hirsutisme, ginekomastia).
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
c) Triamterin (Dyrenium)
Mekanisme Kerja : secara langsung menghambat reabsorpsi
Na+ serta sekresi K+ dan H+ dalam tubulus koligentes.
Indikasi : tidak digunakan untuk hiperaldosteronisme. Lain-
lain seperti Spironolakton.
·         Efek tak diinginkan : dapat menyebabkan urin menjadi biru
dan menurunkan aliran darah ginjal. Lain-lain seperti
amilorid.
4. Diuretik osmotic
Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorpsi ion
dalam ginjal. (Manitol/Resectisol)

7
a) MANITOL (MIS. RESECTISOL)
Mekanisme kerja : secara osmotic menghambat reabsorpsi
natrium dan air. Awalnya menaikkan volume plasma dan
tekanan darah.
Indikasi : gagal ginjal akut, glaucoma, sudut tertutup akut,
edema otak, untuk menghilangkan kelebihan dosis
beberapa obat.
Efek tak diinginkan : sakit kepala, mual, muntah,
menggigil, pusing, polidipsia, letargi, kebingungan, dan
nyeri dada.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
B. Antagonis Reseptor Beta
Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan
denyut dan curah jantung.
a. Asebutol (Beta bloker)
Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.Sediaan obat : tablet,
kapsul.
Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol,
menurunkanaktivitas renin, menurunka outflow simpatetik
perifer.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris,
aritmia,feokromositoma,kardiomiopati obtruktif hipertropi,
tirotoksitosis.
Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma,
diabetesmellitus, bradikardia, depresi.
Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi
buruk, lesuInteraksi obat : memperpanjang keadaan
hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic tiazid
meningkatkan kadar trigleserid dan asamurat bila diberi bersaa
alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SAmeningkat bila
diberikan bersama dengan penghambat kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).

8
b.Atenolol (Beta bloker)
Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic,
Tenormin,internolol.Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai
vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP,
penghambatan sekresirenin akibat aktivasi adrenoseptor di
ginjal.
Indikasi : hipertensi ringan– sedang, aritmia
Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung
tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma,
diabetes.
Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu,
gangguan tidur, kulit kemerahan, impotensi.Interaksi obat :
efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersamainsulin.
Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam
urat.Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid ergot.
Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr
c.Metoprolol (Beta bloker)
Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti
vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP,
penghambatan sekresirenin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1
di ginjal.Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran
cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa
kali sehari.Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta
menghambat perangsangan simpatik, sehingga menurunkan
denyut jantung dantekanan darah. Penghambat beta dapat
menembus barrier plasenta dandapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pectoris
Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan
III, syokkardiogenik, gagal jantung tersembunyiEfek samping :

9
lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi
buruk,diareInteraksi obat : reserpine meningkatkan efek
antihipertensinya
Dosis : 50– 100 mg/kg.
d.Propranolol (Beta bloker)
Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena
menurunkan curah jantung, menghambat pelepasan renin di
ginjal, menghambat tonussimpatetik di pusat vasomotor
otak.Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran
cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa
kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan
bersaing dengan obat-obatlain yang juga sangat mudah
berikatan dengan protein.Farmakodinamik : penghambat
adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga
menurunkan denyut jantung dantekanan darah. Penghambat
beta dapat menembus barrier plasenta dandapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren,
stenosissubaortik hepertrofi, miokard infark, feokromositoma
Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita
denganriwayat angioedema dan wanita menyusui.Efek
samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi,
dyspepsia, pandangan kabur, myalgia.Interaksi obat : hipotensi
bertambah bila diberikan bersama diuretika.Tidak boleh
diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserinatau
preparat nitrat lain. Indometasin dan AINS lainnya
menurunkanefek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.
Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.
C. Antagonis Reseptor-Alfa
Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal
berespon terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.

10
D. Antagonis Kalsium
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan
mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi.
Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.
a) Diltiazem (Kalsium Antagonis)
Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
Sediaan obat : Tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau
kerja kalsium melalui slow cannel calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit
vaskuler perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki,
gangguan saluran cerna.
Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan
bersama beta bloker. Efek terhadap konduksi jantung
dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan
digoksin. Simotidin meningkatkan efeknya.
Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
b) Nifedipin (Antagonis Kalsium)
Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin,
Farmalat, Nifecard, Vasdalat.
Sediaan obat : Tablet, kaplet
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer,
menurunkan spasme arteri coroner.
Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme
coroner, gagal jantung refrakter.
Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita
hamil dan menyusui.

11
Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema
kaki.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker
menimbulkan hipotensi berat atau eksaserbasi angina.
Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu
protombin bila diberikan bersama antikoagulan. Simetidin
meningkatkan kadarnya dalam plasma.
DOSIS : 3 X 10 MG/HR
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
c) Verapamil (Antagonis Kalsium)
Nama paten : Isoptil
Sediaan obat : Tablet, injeksi
Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke
dalam sel otot jantung dan vaskuler sistemik sehingga
menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan menurunkan
resistensi perifer sehingga menurunkan penggunaan
oksigen.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung,
migren.
Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok
kardiogenik, fibrilasi, blok jantung tingkat II dan III,
hipersensivitas.
Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala,
edema, lesu, dipsnea, bradikardia, kulit kemerahan.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias
menimbulkan efek negative pada denyut, kondiksi dan
kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin
dalam darah. Pemberian bersama antihipertensi lain
menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan kadar
karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin menurunkan
efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas jantung bila diberi
bersama flekaind dan penurunan tekanan darah yang

12
berate bila diberi bersama kuinidin. Fenobarbital
nemingkatkan kebersihan obat ini.
Dosis : 3 x 80 mg/hr
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
E. Vasodilator
Penghambat angiotensin converting enzyme (ACE)
Menekan sintesis angiotensin II, suatu vasokonstriktor poten. Selain itu,
penghambat ACE dapat menginduksi pembentukan vasodilator dalam
tubuh.
1) Ace Inhibitor
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim
yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal
ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan
resisitensi perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron,
maupun dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui  urine
sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.
a) Kaptopril
Nama paten : Capoten, Zestril
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin
sehingga menurunkan angiotensin II yang berakibat
menurunnya pelepasan renin dan aldosterone.dan menghambat
ACE pada paru-paru, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor,
angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan natriuesis.
Dapat merangsang produksi vasodilator (bradikinin,
prostaglandin).
 Indikasi : hipertensi, gagal jantung. hipertensi, terutama
berguna untuk hipertensi dengan rennin tinggi. Obat yang
disukai untuk pasien hipertensi dengan nefropatidiabetik karena
kadar glukosa tidak dipengaruhi.
Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita
dengan riwayat angioedema dan wanita menyusui. Dan semua

13
penghambat ACE : dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria,
ruam, takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan
agrunolositosis atau neutropenia.
 Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Meskipun ACE
Inhibitor dan ARBs memiliki factor resiko kategori C
pada  kehamilan trimester satu, dan kategori D pada trimester
dua dan tiga
Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi,
dyspepsia, pandangan kabur, myalgia.
Interaksi obat :  hipotensi bertambah bila diberikan bersama
diuretika. Tidak boleh diberikan bersama dengan vasodilator
seperti nitrogliserin atau preparat nitrat lain. Indometasin dan
AINS lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan
toksisitas litium.
b) Ramipril
Nama paten : Triatec
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin
sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II
terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor
dan sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema,
hipersensivitas. Hati – hati pemberian pada wanita hamil dan
menyusui.
Dosis : awal 2,5 mg/hr
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : kategori C
pada  kehamilan trimester satu, dan kategori D pada trimester
dua dan tiga .namun obat tersebut berpotensi menyebabkan
tetatogenik.

14
Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri
perut, bingung, susah tidur.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama
diuretika. Indometasin menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis
litiumm meningkat.
Obat Anti Adregernik Sentral
1. Metildopa
Nama Dagang: Dopamet (Alpharma), Medopa (Armoxindo),
Tensipas (Kalbe Farma), Hyperpax (Soho)
Indikasi: Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi
jika tidak diperlukan efek segera.
Kontraindikasi: depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma,
porfiria, dan hipersensitifitas
Efek samping: mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare,
retensi cairan, kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip
lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung
tersumbat
Peringatan: mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan
dosis awal pada gagal ginjal, disarankan untuk melaksanakan
hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Metildopa memiliki
faktor resiko B pada kehamilan
Dosis dan aturan pakai: oral 250mg 2 kali sehari setelah makan,
dosis maksimal 4g/hari, infus intravena 250-500 mg diulangi
setelah enam jam jika diperlukan.
Obat Antiadrenergik  Perifer
1) Reserpin (mis. Serpasil)
Mekanisme kerja : sebagian mengosongkan simpanan katekolamin pada
system saraf perifer dan mungkin pada SSP. Menurunkan resistensi perifel
total, frekuensi jantung, dan curah jantung.

15
Indikasi : jarang digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Tidak
dianjurkan pada kelainan psikiatri.

Efek tak diinginkan : “dominan parasimpatik” (brakikardi, diare,


bronkokonstriksi, peningkatan sekresi), penurunan kontraktilitas dan curah
jantung, hipotensi postural (mengosongkan norepinefrin sehingga
menghambat vasokonstriksi), ulkus peptikum, sedasi, dan depresi bunuh
diri, gangguan ejakulasi, ginekomastia. Risiko hipertensi balik rendah
karena durasi kerja lama.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
2) Guanetidin (Mis. Esimel)
Mekanisme kerja : ditempatkan ke dalam ujung saraf adrenergic. Awalnya
melepaskan norepinefrin (meningkatkan tekanan darah dan frekuensi
jantung). Lalu mengosongkan norepinefrin dari terminal dan mengganggu
pelepasannya. Kemudian tidak terjadi refleks takikardi karena kosongnya
norepinefrin.

Indikasi : hipertensi berat jika obat lain gagal. Jarang digunakan.


Efek tak diinginkan : peningkatan awal frekuensi jantung dan tekanan
darah (disebabkan pelepasan norepinefrin). Hipotensi ortostatik dan saat
istirahat. Brakikardi, menurunnya curah jantung, dispnea pada pasien
PPOM, kongesti hidung berat.
         Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
3) Guanedrel (hylorel)
Mekanisme kerja : seperti guanetidin, tapi bekerja lebih cepat, melepaskan
norepinefrin pada awalnya (peningkatan sementara tekanan darah), dan
mempunyai aktivitas sedikit.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
Efek tak diinginkan ; seperti guanetidin tapi kurang berat.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
4) Pargilin (euthonyl)

16
Mekanisme kerja : menghambat monoamine oksidase dalam saraf
adrenergik. Menghambat pelepasan norepinefrin.
Indikasi : karena efek berbahaya, obat ini merupakan obat antihipertensi
pilihan terakhir.
Efek tak diinginkan : efek yang mengancam jiwa (stroke, krisis hipertensi,
infark miokardial, aritmia) dapat terjadi bila diminum bersama makanan
(produk fermentasi, keju) dan obat-obat (pil diet, obat-obat flu) yang
mengandung simpatomimetik. 
         Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

17
5 NAMA OBAT ANTI HIPERTENSI YANG BEREDAR DI PASARAN

Tabel (Deuritik)

 Merek
GolonganObat Indikasi Kontraindikasi Efek tak diharapkan
dagang

Ideal untuk Hipokalemia,


Ibu hamil,
Tiazid Hydrodiuril hipertensi, dan Hiperglikemi,Oliguria,
anuria
edema-kronik anuria, hiperkalsemia

Untuk darurat Dehidrasi,


Lasik hipertensi, Kekurangan hipokalemia,
Loop diuretic
(furosemid) edema, danelektrolit, anuria hiperglikemi,
edema paru hipovolemia

Dapat Hiperkalemia
Antagonis Hiperkalemia,
Midamor mengoreksi berat dengan
reseptor kekurangan natrium
(amilorid) alkalosis suplemen
aldosteron atau air
metabolic kalsium

Tabel  (Simpatolitik)

18
Golongan Efek tak
Merek dagang Indikasi kontraindikasi
Obat diharapkan

Mulut kering,
Klonidin Baik untukBradikardi,hipotensi,sindrom hipotensi,
α – blocker
(Catapresan) hipertensi simpul sinus bradikardi,
sedasi

Baik untuk Depresi dan


Atenolol hipertensi Diabetes berat, bradikardi,sedasi
β – blocker
(Tenormin) ringan dangagal jantung, asma susunan saraf
sedang pusat

Tabel  (Penghambat Angiotensin)

  Merek Efek tak


GolonganObat Indikasi kontraindikasi
  Dagang diharapkan

Kaptopril Hipertensi Hipotensi,


ACE inhibitor dengan renin pusing, ruam,
(Capoten) tinggi, takikardi

Gangguan
fungsiginjal, Vertigo, ruam
Losartan  Hipertensi
ARB anak-anak, kulit, gangguan
(Lozaar) esensial
kehamilan, masaortostatik
menyusui

 Tabel  (Vasodilatator)

19
Golongan Merek Efek tak
 Indikasi kontraindikasi
Obat dagang diharapkan

Retensi cairan,
Penyakit jantung
Hidralazin Apresoline Hipertensi sedang palpitasi, refleks
iskemik
takikardi

Lesi otot jantung,


Hipertensi yangPenyakit jantung
Monoksidil Loniten hidralazin,
belum terkontrol iskemik
hirsutisme,

Hipotensi berat,
Nitroprusid Nipride Krisis hipertensi
hepatotoksisitas

BAB III

20
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan
sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes).
Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal.
Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat
kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi
mekanisme normal regulasi TD.
Pengobatan Farmakologis
1.      Diuretik
2.      Antagonis Reseptor- Beta
3.      Antagonis Reseptor-Alfa
4.      Kalsium Antagonis
5.      ACE inhibitor
6.      Vasodilator
3.2 Saran

Agar kiranya makalah ini digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan


ilmu, terutama tentang obat antihipertensi.

21
DAFTAR PUSTAKA

      Katzung, Bertam G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 2 Ed.8.


Jakarta : Salemba Medika Glance.

      Mycek, Merry J dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Ed2.Jakarta :


Media medika.

      Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Ed. 5. Jakarta : Erlangga.

      Setiawati, Arini dkk. 2001. Farmakologi dan Terapi ed. 4. Jakarta : FKUI.

      Ansel, Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi

      Anief, Moh, 1996, Penggolongan Obat berdasarkan khasiat dan


penggunaan, UGM Press; Yogakarta

      Ansel, Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press;


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai