Anda di halaman 1dari 20

1

KATA PENGANTAR

Segala Puji kami panjatkan atas kehaadirat Tuhan yang maha Esa, yang senantiasa
mencurahkan keridhaan dan rahmatnya kepada kami sehingga penulisan tugas SIK yang
berjudul “ Anti Hipertensi “,dapat terselesaikan dengan baik dan pada waktunya.
Tulisan ini mengulas pengertian hipertensi dan obat antihipertensi, Khasiat dan
penggunaannya, serta klasifikasi dan efek sampingnya beserta cara mengatasi obatnya.
Makalah ini merupakan salah satu bentuk tugas mata kuliah yang wajib ditempuh.
Oleh sebab itulah, dalam proses pendalaman materi ini, kami mendapatkan banyak
bimbingan, arahan, koreksi serta saran. Untuk itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
kami sampaikan kepada : Bapak Muslim Paranto Nur Assofa selaku dosen mata kuliah
Farmakologi semester 3, di Sekolah Tinggi Ilmu administrasi Malang.
Dalam penulisan makalah ini, kami akui masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan
kritik yang membangun kearah penyempurnaan makalah ini kami terima dengan sangat
terbuka.
Akhirnya, dari hasil penulisan ini kami harapkan semoga hasil evaluasi serta referensi
bahan yang menyusun makalah ini dapat membantu serta menambah wawasan para pembaca
yang membutuhkan. Kami ucapan terimakasih. Dan semoga barokah serta bermanfaat bagi
kita semua.

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................................6
A. Pengertian............................................................................................................................6
B. Klasifikasi Obat Anti Hipertensi........................................................................................6
BAB III.................................................................................................................................................8
PENUTUP........................................................................................................................................8
A. Kesimpulan..........................................................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi meyajikan satu problem unik dalam terapi. Hipertensi lazimnya
merupakan penyakit seumur hidup penyebab beragam gejala sehingga mencapai tahap
lanjut. Untuk mendapatkan pengobatan efektif, harus digunakan setiap hari obat yang
mungkin mahal dan sering menyebabkan efek samping. Oleh karena itu, para dokter
harus menetapkan dengan pasti bahwa hipertensi adalah menetap, memerlukan
pengobatan dan harus mengeluarkan penyebab hipertensi sekunder yang dapat dirawat
dengan prosedur pembedahan definitif.
Hipertensi menetap, terutama pada orang-orang dengan peningkatan tekanan
darah ringan, harus ditetapkan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah pada
paling sedikit pada tiga kali kunjungan yang berbeda. Pemantauan tekanan darah pada
pasien rawat jalan diduga merupakan predictor terbaik terhadap terjadinya risiko dan,
oleh karenanya, dibutuhkan untuk terapi pada hipertensi ringan.
Sekali ditetapkan hipertensi, pertanyaan apakah diperlukan pengobatan atau
tidak dan obat mana yang digunakan haruslah dipertimbangkan. Tingkat tekanan
darah, umur dan jenis kelamin pasien, tingkat keparahan kerusakan organ (jika ada)
karena tekanan darah yang tinggi dan kemungkinan adanya faktor-faktor risiko
kardiovaskular, semua harus dipertimbangkan.
Sekali keputusan diambil untuk melakukan pengobatan,regimen terapeutik
harus dikembangkan dan pasien diberitahu tentang sifat-sifat alami hipertensi dan
pentingnya pengobatan. Pemilihan obat didasarkan pada tingkat tekanan darah,
kerusakan organ dan tingkat keparahannya serta adanya penyakit-penyakit lain.
Tekanan darah tinggi parah dengan komplikasi yang mengancam hidup membutuhkan
pengobatan lebih cepat dengan obat yang lebih kuat. Sebagian besar pasien dengan
hipertensi esensial telah menderita tekanan darah tinggi selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, dan terapi paling baik dilakukan secara bertahap.
Kesuksesan pengobatan hipertensi menuntut kepatuhan terhadap instruksi diet
dan penggunaan obat yang dianjurkan. Pendidikn engenai sifat alami hipertensi dan
pentingnya perawatan serta pengetahuan tentang efek-efek samping potensial obat
sangat perlu diberikan. Kunjungan tindak lanut (follow-up) harus cukup sering untuk
meyakinkan pasien bahwa dokter berfikir penyakit hipertensi adalah penyakit serius.

4
Pada setiap kunjungan tindak lanjut, harus ditekankan tentang pentingnya
pengobatan dan pertanyaan terutama mengenai dosis dan efek samping obat harus
ditanamkan. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien adalah
penyederhanaan aturan pemberian dosis dan juga meminata pasien untuk memantau
tekanan darahnya di rumah.

B. Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa dapat mengetahui :
1. Tentang pengertian hipertensi dan obat antihipertensi.
2. Khasiat dan penggunaan obat antihipertensi
3. Jenis-jenis obat dan penggolongannya
4. Macam-macam obat antihipertensi
5. Efek samping dan cara mengatasi obat

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Anti hipertensi merupakan jenis pengobatan baik oral maupun parenteral, yang
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi ( Hipertensi ). Cara mengetahu
tinggi tidaknya tekanan darah seseorang adalah dengan mengetahui terlebih dahulu
tekanan darahnya, yaitu dengan mengambil dua ukuran yang umumnya diukur dengan
menggunakan alat yang disebut dengan tensimeter, kemudian diketahui tekanan
darahnya. Contoh 120/80 mmHg, angka 120 menunjukkan tekanan darah atas
pembuluh arteri dari denyut jantung yang disebut tekanan darah sistolik, kemudian
angka 80 merupakan tekanan darah bawah saat tubuh sedang beristirahat tanpa
melakukan aktivitas apapun yang disebut dengan tekanan darah diastolik.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah
sehingga tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari
90 mmHg ( Priyanto, 2010 ).

B. Klasifikasi Obat Anti Hipertensi


berdasarkan aksinya, obat anti hipertensi diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu :
1. Diuretik
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk meningkatkan ekskresi
natrium, air klorida, sehingga dapat menurunkan volume darah dan cairan
ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Antagonis Reseptor
Beta :
a. Furosemide
Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix,
uresix.
Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
6
Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli
ke dalam intersitium pada ascending limb of henle.
Indikasi : Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung
kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare.
Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek
ototoksit meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh
diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila
diberikan bersamaan.
Dosis : Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 – 6 mg/kgBB/hari
waktu : Biasanya, furosemide diberikan pada pagi hari Jika dibutuhkan,
dosis yang sama dapat diulang 6–8 jam kemudian hingga dicapai respons
diuretik yang diinginkan. sesudah/sebelum makan . untuk dosis dewasa
- Dosis efektif dapat diberikan 1–2 kali sehari, atau secara intermittent,
misalnya berurutan 2–4 hari dalam seminggu.
- Dosis furosemide parenteral untuk edema : Dosis yang sama atau
ditingkatkan 20 mg dapat diulang setelah 2 jam. Hindari pemberian
ulang kurang dari 2 jam. Pemberian injeksi furosemide IV sebaiknya
dilakukan perlahan-lahan, selama 1–2 menit.
Dosis anak-anak
-Untuk edema pada pasien pediatrik : dosis dapat ditingkatkan 1–2
mg/kg setiap 6–8 jam.
-Dosis furosemide IV atau IM :
Jika terjadi edema resisten, dosis dapat ditingkatkan sebesar 1 mg/kg
setelah 2 jam dari pemberian dosis awal. Pada bayi prematur, dosis
maksimal furosemide parenteral adalah 1 mg/kg/hari. Furosemide
parenteral hanya digunakan jika pasien pediatrik tidak mampu
mengonsumsi furosemide oral, dan segera diganti menjadi oral saat
kondisi pasien memungkinkan.

cara penanganan bila terjadi kesalahan dosis :

7
cara penanganan efek samping : bangunlah dari tempat tidur secara
perlahan, letakkan kaki Anda di lantai selama beberapa menit sebelum
berdiri.

b. HCT (Hydrochlorothiaside)
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium
sehingga volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer
menurun.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna.
Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam
jaringan ginjal.
Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung,
cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi.
Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia,
hipertensi pada kehamilan.

 Efek samping : Pusing


 Sakit kepala
 Frekuensi buang air kecil makin sering
 Sakit maag
 Hilang nafsu makan
 Rambut rontok

Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr


Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/12 – 24 jam

Waktu penggunaan : setidaknya 4 jam sebelum tidur atau


pada pagi hari, karena hydrochlorothiazide bisa
meningkatkan frekuensi buang air kecil.
Cara penanganan bila terjadi kesalahan dosis : Jika lupa mengonsumsi
hydrochlorothiazide, segera konsumsi jika belum mendekati jadwal
konsumsi obat berikutnya. Apabila sudah dekat, abaikan dosis yang
terlewat dan jangan menggandakan dosis di waktu konsumsi obat
selanjutnya.
Cara penanganan efek samping :
8
hydrochlorothiazide dapat menyebabkan pusing ketika Anda bangun terlalu cepat
dari posisi berbaring.
Untuk menghindari masalah ini, bangun secara perlahan dari tempat tidur,
istirahatkan kaki di lantai beberapa menit sebelum berdiri.

Hindari terkena paparan sinar matahari untuk waktu yang lama dan kenakan pakaian
pelindung, kacamata, serta sunscreen.
Hydrochlorothiazide dapat membuat kulit Anda lebih sensitif terhadap cahaya
matahari.

2. Antagonis Reseptor- Beta


Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan
curah jantung.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Antagonis Reseptor
Beta :
a. Asebutol (Beta bloker)
Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
Sediaan obat : tablet, kapsul.
Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan
aktivitas renin, menurunka outflow simpatetik perifer.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma,
kardiomiopati obtruktif hipertropi, tirotoksitosis.
Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes
mellitus, bradikardia, depresi.
Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi
bersama insulin. Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam
urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SA
meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
Waktu penggunaan : Acebutolol dapat dikonsumsi sebelum atau setelah
makan. Konsumsi acebutolol pada jam yang sama setiap harinya.
Cara penanganan bila terjadi kesalahan dosis :

9
Jika Anda lupa mengonsumsi acebutolol, segera konsumsi obat ini jika
jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu dekat. Jika
sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Cara penananan efek samping : Obat ini juga dapat menyebabkan
tekanan darah turun secara tiba-tiba ketika bangun dari posisi duduk
atau berbaring, sehingga akan mengalami rasa pusing maka dari itu
bangunlah dari tempat tidur secara perlahan, letakkan kaki Anda di lantai
selama beberapa menit sebelum berdiri.

b. Atenolol (Beta bloker)


Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin,
internolol.
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi
perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi
renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.
Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia
Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi,
bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan
tidur, kulit kemerahan, impotensi.
Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama
insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat.
Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid ergot.
Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hari
Waktu penggunaan : Untuk jenis oral, konsumsi obat ini biasanya diminum 1-2 kali sehari.
Atenolol dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan.Beberapa hal lainnya yang perlu
diperhatikan, antara lain: Hindari makan atau minum apel/jeruk dalam waktu 4 jam setelah
konsumsi obat ini.

cara penanganan bila terjadi kesalahan dosis :

cara penanganan efek samping :

Pastikan untuk menghindari rokok, sebab dapat memperburuk efek samping.

10
Metoprolol (Beta bloker)
Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi
perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi
renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat
perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan
dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris
Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok
kardiogenik, gagal jantung tersembunyi
Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk,
diare
Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
Dosis : 50 – 100 mg/kg.
waktu penggunaan : Dosis diberikan dalam 12 jam sejak gejala nyeri
dada muncul. Pengobatan dilanjutkan dengan pemberian 50 mg tablet
tiap 6 jam selama 2 hari, di mulai 15 menit setelah suntikan terakhir.
Dosis pemeliharaan 100 mg, 2 kali sehari.
cara penanganan bila terjadi kesalahan dosis :

cara penanganan efek samping :

c. Propranolol (Beta bloker)


11
Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah
jantung, menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus
simpatetik di pusat vasomotor otak.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat
mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat – obat
lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat
perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan
dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis
subaortik hepertrofi, miokard infark, feokromositoma
Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok
jantung tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati – hati pemberian
pada penderita biabetes mellitus, wanita haminl dan menyusui.
Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme,
agranulositosis, depresi.
Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine
karena menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena
menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat
terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital,
rifampin meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan
metabolism propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya.
Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.
waktu penggunaan :umumnya 2–4 kali sehari atau sesuai dengan aturan
minum obat dari dokter. Minumlah obat ini sebelum makan dan
menjelang tidur jika Anda dijadwalkan untuk mengonsumsinya 4 kali
sehari.

cara penanganan bila terjadi kesalahan dosis :

12
cara penanganan efek samping :

3. Antagonis Reseptor - Alfa


Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon
terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Kalsium Antagonis:
a. Klonidin (alfa antagonis)
Nama paten : Catapres, dixarit
Sediaan obat : Tablet, injeksi.
Mekanisme kerja : menghambat perangsangan saraf adrenergic di SSP.
Indikasi : hipertensi, migren
Kontraindikasi : wanita hamil, penderita yang tidak patuh.
Efek samping : mulut kering, pusing mual, muntah, konstipasi.
Interaksi obat : meningkatkan efek antihistamin, andidepresan,
antipsikotik, alcohol. Betabloker meningkatkan efek antihipertensinya.
dosisi dan waktu penggunaan : biasanya diminum di pagi hari dan
sebelum tidur.
Dewasa: Dosis awal 50–100 mcg, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan
setiap 2–3 hari, sesuai respons tubuh pasien. Dosis pemeliharaan 300–
1.200 mcg per hari yang diberikan dalam dosis terbagi. Dosis maksimal
2.400 mcg per hari.
Anak-anak usia >12 tahun: 200 mcg, 2 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan setiap minggu, sesuai kebutuhan. Dosis pemeliharaan 200–
600 mcg, 2 kali sehari. Dosis maksimal 2.400 mcg per hari.
Tujuan: Mengatasi gejala hot flashes pada wanita menopause, mencegah
sakit kepala atau migrain

Dewasa: Dosis awal, 50 mcg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan


menjadi 75 mcg, 2 kali sehari, jika gejala tidak kunjung membaik setelah
2 minggu pengobatan.
Bentuk suntikan intravena (melalui pembuluh darah)

13
Tujuan: Menangani krisis hipertensi

Dewasa: 150–300 mcg, yang diberikan melalui suntikan IV lambat


(selama 10–15 menit). Dosis dapat diulangi hingga maksimal 750 mcg
selama 24 jam.
Bentuk suntikan epidural (saraf di bagian punggung bawah)

Tujuan: Meredakan nyeri kronis akibat kanker

Dewasa: Dosis awal 30 mcg per jam melalui infus, dikombinasikan


dengan obat pereda nyeri golongan opioid. Dosis dapat diturunkan atau
dinaikkan, sesuai dengan respons pasien.

cara penanganan bila terjadi kesalahan dosis :

cara penanganan efek samping :

4. Kalsium Antagonis
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan
mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat
kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan denyut
jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Kalsium Antagonis:
a. Diltiazem (kalsium antagonis)
Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
Sediaan obat : Tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium
melalui slow cannel calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran
cerna.
Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta
bloker. Efek terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan

14
bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin meningkatkan efeknya.
Dosis dan waktu penggunaan : 3 x 30 mg/hr sebelum makan dan waktu
hendak tidur

b. Nifedipin (antagonis kalsium)


Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard,
Vasdalat.
Sediaan obat : Tablet, kaplet
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan
spasme arteri coroner.
Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal
jantung refrakter.
Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan
menyusui.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi
berat atau eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam darah.
Meningkatkan waktu protombin bila diberikan bersama antikoagulan.
Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma.

Dosis dan waktu penggunaan : 3 x 10 mg/hari . sebelum atau


sesudah makan. Namun, jika Anda mengonsumsi
nifedipine dalam bentuk tablet pelepasan lambat,
sebaiknya konsumsi obat ini dalam keadaan perut
kosong atau sebelum makan.

c. Verapamil (Antagonis kalsium)


Nama paten : Isoptil
Sediaan obat : Tablet, injeksi
Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot
jantung dan vaskuler sistemik sehingga menyebabkan relaksasi arteri
coroner, dan menurunkan resistensi perifer sehingga menurunkan
penggunaan oksigen.
15
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.
Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi,
blok jantung tingkat II dan III, hipersensivitas.
Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu,
dipsnea, bradikardia, kulit kemerahan.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek
negative pada denyut, kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan
kadar digoksin dalam darah. Pemberian bersama antihipertensi lain
menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan kadar karbamazepin,
litium, siklosporin. Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan
kontraklitas jantung bila diberi bersama flekaind dan penurunan tekanan
darah yang berate bila diberi bersama kuinidin. Fenobarbital
nemingkatkan kebersihan obat ini.

Dosis dan waktu penggunaan : 3 x 80 mg/hari. sesudah atau


sebelum makan, biasanya 3 sampai 4 kali sehari
sesuai anjuran dokter. 

5. ACE inhibitor
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang
diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini
menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan resisitensi
perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun
dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine sehingga volume
plasma dan curah jantung menurun.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori ACE inhibitor :
a. Kaptopril
Nama paten : Capoten
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
menurunkan angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan renin
dan aldosterone.
Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan
16
riwayat angioedema dan wanita menyusui.
Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia,
pandangan kabur, myalgia.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika.
Tidak boleh diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin
atau preparat nitrat lain. Indometasin dan AINS lainnya menurunkan
efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.

Dosis dan waktu penggunaan : 2 – 3 x 25 mg/hr. idealnya 1 jam


sebelum atau 2 jam sesudah makan. Obat ini
biasanya dianjurkan untuk diminum sebelum tidur

b. Lisinopril
Nama paten : Zestril
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu,
mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi
aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, wanita hamil,
hipersensivitas.
Efek samping : batuk, pusing, rasa lelah, nyeri sendi, bingung, insomnia,
pusing.
Interaksi obat : efek hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretic.
Indomitasin meningkatkan efektivitasnya. Intoksikasi litium meningkat
bila diberikan bersama.

Dosis dan waktu penggunaan:: awal 10 mg/hari. sebelum atau


setelah makan. Konsumsi obat secara teratur dan
ikuti petunjuk dokter. Kalau perlu buat jadwal minum
obat dan pasang alarm.

17
c. Ramipril
Nama paten : Triatec
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu,
mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi
aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas.
Hati – hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut,
bingung, susah tidur.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika.
Indometasin menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.

Dosis dan waktu kegunaan : Dosis awal 2,5 mg, 1 kali sehari,
dikonsumsi saat menjelang tidur.

6. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Vasodilator :
a. Hidralazin
Nama paten : Aproseline
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi
perifer menurun, meningkatkan denyut jantung.
Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna, muka
merah, kulit kemerahan.
Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama diazodsid.

18
Dosis dan waktu penggunaan : 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis. Sebaiknya
minum obat Anda saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam setelah
makan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah
tingggi hingga mencapai tekanan darah normal. Semua obat antihipertensi bekerja
pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan
mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD.
Pengobatan Farmakologis :
1.      Diuretik
2.      Antagonis Reseptor- Beta
3.      Antagonis Reseptor-Alfa
4.      Kalsium Antagonis
5.      ACE inhibitor
6.      Vasodilator
Semua obat antihipertensi menimbulkan efek samping umum guna menghindari
penurunan TD mendadak dapat dihindarkan. Begitu pula obat sebaiknya diminum
setelah makan agar kadar obat dalam plasma jangan mendadak mencapai puncak
tinggi (dengan akibat hipotensi kuat). Penghentian terapi pun tidak boleh secara
mendadak, melainkan berangsur-angsur untuk mencegah bahaya meningkatnya TD
dengan kuat (rebound effect) Khusus.

19
B. Saran
Dari hasil penulisan makalah ini, maka diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
pengertian hipertensi dan obat antihipertensi, Khasiat dan penggunaannya, serta
klasifikasi dan efek sampingnya beserta cara mengatasi obatnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Antihipertensi
http://wahyuhastutiutami.blogspot.com/2012/10/makalah-antihipertensi.html
http://annasalsabilah.blogspot.com/2012/10/anti-hipertensi.html
http://twidayanti91.blogspot.com/2012/07/makalah-anti-hipertensi.html
http://belongtomahsumi.blogspot.com/2012/07/obat-antihipertensi.html

20

Anda mungkin juga menyukai