Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ALAT KESEHATAN DAN SPESIALITE


“ANTIHIPERTENSI”

Disusun Oleh:

1. Lidyana Suci Cahyanti (2020000117)


2. Nofi Lutfiah (2020000074)
3. Puspa Izati Prihatini (2020000075)
4. Rachmadiana (2020000076)
5. Raissa Nurwihda Yusuf (2020000077)
6. Regita Soraya Andina (2020000078)
7. Resi Yunita (2020000079)

Kelas/kelompok: C/1

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS PANCASILA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat, rahmat dan
karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “HIPERTENSI” dalam rangka menyelesaikan tugas Alat kesehatan & Spesialite Obat
pada Program Profesi Apoteker Universitas Pancasila Jakarta.
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar untuk
mempelajari seluruh wawasan tentang obat hipertensi serta dapat diaplikasikan dalam
pelaksanaan pekerjaan kefarmasian.
Penulis telah menyajikan materi dan penulisan dengan sebaik-baiknya. Apabila masih ada
kekurangan dalam penyajiannya, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi peningkatan penulisan selanjutnya. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan khususnya bagi ilmu farmasi.

Jakarta, 10 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB

I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2

1.3 Tujuan................................................................................................. 2

1.4 Manfaat............................................................................................... 2

II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3

2.1 Defenisi,Etiologi, Klasifikasi Hipertensi............................................ 3

2.2 Patofisiologi Hipertensi...................................................................... 5

2.3 Manifestasi Klinik.............................................................................. 6

2.4 Diagnosis............................................................................................ 7

2.5 Penatalaksanaan Hipertensi................................................................ 8

III KESIMPULAN.......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah peningkatan abnormal tekanan darah, baik tekanan darah sistolik
maupun tekanan darah diastolik, secara umum seseorang dikatakan menderita
hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik > 140/90 mmHg (normalnya 120/80
mmHg).
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular, diperkirakan
telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir
sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah
satu penyakit yang paling umum ditemukan dalam praktik kedokteran primer.
Hipertensi juga merupakan faktor risiko infark miokard, stroke, gagal ginjal akut dan
juga kematian. Riset Kesehatan Dasar/RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan bahwa
prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5%.
Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh diam-diam) yang secara luas
dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Dengan meningkatnya
tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat meningkatkan faktor risiko
munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal
ginjal. Salah satu studi menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi
maka lima kali lebih besar kemungkinannya terkena stroke.
Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik,
kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan konsumsi minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stress serta
penggunaan estrogen. Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan
bertambahnya umur. Risiko untuk menderita hipertensi pada populasi ≥55 tahun yang
tadinya tekanan darah normal adalah 90%.
Dalam membantu penatalaksanaan hipertensi tersebut, tentu saja diperlukan
peran profesi kesehatan seperti dokter dan Apoteker. Apoteker dapat menjadi perantara

1
antara pasien dan dokter dalam hal terapi farmakologi maupun terapi non farmakologi.
Praktek evidence-based medicine untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu
berdasarkan data menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular
atau kerusakan organ akibat hipertensi. Dengan membantu pasien memodifikasi pola
hidupnya juga dapat membantu pasien mencapai tujuan terapi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI HIPERTENSI
Penyakit hipertensi adalah peningkatan abnormal tekanan darah. Hipertensi atau
tekanan darah tinggi terjadi bila aliran darah di dalam pembuluh darah menimbulkan
tekanan terlalu besar terhadap dinding pembuluh darah. Hasil atau nilai pengukuran
tekanan darah terdiri dari 2 nilai: sistolik dan diastolik. Tekanan darah normal yaitu
≤120 (sistolik) / 80 (diastolic) mmHg, tetapi nilai ini bervariasi tergantung masing-
masing orang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit
jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai. Dengan 1 kali pengukuran didapatkan TD ≥
210/120 mmHg atau minimum 2 kali pengukuran dengan jarak satu sampai beberapa
minggu didapatkan TD ≥ 140/ 90 mm Hg.

B. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Berdasarkan JNC 7 (The Joint National Committee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure), klasifikasi tekanan darah untuk usia
18 tahun atau lebih berdasarkan rata - rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih
pada dua atau lebih kunjungan klinis. Klasifikasi tekanan darah mencangkup 4
kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120mmHg dan
tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai
kategori penyakit tetapi untuk mengidentifikasi pasien dengan tekanan darah yang
cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan
semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat.

3
Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol
Klasifikasi Hipertensi
(mmHg) (mmHg)

Normal < 120 <80


Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage I 140-159 90-99
Hipertensi Stage II >160 >100

Berdasarkan JNC 8 klasifikas Hipertensi dengan adanya penyakit penyerta seperti


Diabetes Milletus (DM) dan CKD :

Klasifikasi Hipertensi Target SBP (mmHg) Target DBP (mmHg)


≥ 60 years <150 <90
< 60 years <140 <90
> 18 years with CKD <140 <90
> 18 years with diabetes <140 <90

C. ETIOLOGI HIPERTENSI
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologinya tidak diketahui (essensial atau hipertensi primer).
Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain
dari populasi dengan presentasi rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal
sebagai hipertensi sekunder. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi,
hipertensi pada pasien pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.
a. Hipertensi Primer
Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini
telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis
hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga,
hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting
pada patogenesis hipertensi primer. Banyak karakteristik genetik dari gen – gen ini

4
yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di dokumentasikan adanya
mutasi-mutasi genetik yang merubah eksresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide,
eksresi aldosteron, steroid adrenal.
b. Hipertensi Sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid
atau obat – obat tertentu ynag dapat meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan
kasus disfungsi renal akibat penyakit ginjal krois atau penyakit renovaskular adalah
penyebab sekunder yang paling sering. Obat – obat tertentu, baik secara kangsung
ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikan tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat diidentidikasi, maka
dengan mengehetikan obat yang bersangkutan atau mengobati / mengoreksi kondisi
komorbid yang menyebabkan sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan
hipertensi sekunder.

D. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh penyebab yang
spesifik (hipertensi sekunder) atau mekanisme patofisiologi yang tidak diketahui
penyebabnya (hipertensi primer atau esensial). Hipertensi sekunder bernilai kurang
dari 10% kasus hipertensi, pada umumnya kasus tersebut disebabkan oleh penyakit
ginjal kronik atau renovaskuler. Kondisi lain yang dapat menyebabkan hipertensi
sekunder antara lain feokromasitoma, sindrom Cushing, hipertiroid, hiperparatiroid,
aldosterone primer kehamilan, destruktif sleep apnea, dan kerusakan aorta.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

5
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit
urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

E. MANIFESTASI KLINIK
Penderita hipertensi primer yang sederhana pada umumnya tidak disertai gejala.
Penderita hipertensi sekunder dapat disertai gejala suatu penyakit. Penderita
feokromasitoma dapat mengalami sakit kepala paroksimal, berkeringat, takikardia,
palpitasi, dan hipotensi ortostati. Pada aldosteronemia primer yang mungkin terjadi
adalah gejala hipokalemia, kram otot, dan kelelahan. Penderita hipertensi sekunder
pada sindrom Cushing dapat terjadi peningkatan berat badan, poliuria, edema,
menstruasi irregular, jerawat atau kelelahan otot.

F. FAKTOR RISIKO HIPERTENSI


Faktor-faktor ini dapat diklasifikan menjadi faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan
faktor yang dapat dimodifikasi.
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
Faktor tidak dapat dimodifikasi yang mempengaruhi kejadian hipertensi terdiri
dari:

6
a. Riwayat keluarga
Menurut Bare dan Smeltzer (2001), kejadian hipertensi khususnya hipertensi
primer sangat dipengaruhi oleh faktor riwayat keluarga. Menurut depkes
(2006), faktor keturunan ini berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam
dan renin membran sel (Kartikawati, 2008).
b. Umur
Menurut Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa seseorang rentan
mengalami hipertensi pada umur 30-50 tahun, dimana hipertensi yang biasa
dialami adalah hipertensi primer. 50-60% pasien yang berumur di atas 60 tahun
mempunyai tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Isolated systolic hypertension
biasanya terjadi pada umur di atas 50 tahun.
c. Jenis kelamin
Davis (2004) menyatakan bahwa laki-laki berisiko lebih besar menderita
hipertensi dibandingkan perempuan pada usia di bawah 55 tahun. Menurut
Miller dan Shintani (1993), hormon-hormon yang dihasilkan oleh tubuh
perempuan membantu perempuan dalam melawan penyakit jantung. Akan
tetapi, risiko kejadian hipertensi akan lebih besar pada perempuan pada usia di
atas 75 tahun yang salah satunya disebabkan oleh faktor menopause.
d. Etnis
Menurut Black dan Hawks (2005), statistik mortalitas mengindikasikan bahwa
tingkat kematian dari terendah sampai tertinggi pada dewasa akibat hipertensi
adalah sebagai berikut; wanita berkulit putih yaitu 4,7%, selanjutnya laki-laki
berkulit putih yaitu 6,3%, laki-laki berkulit hitam yaitu 22.5%, dan wanita
berkulit hitam yaitu 29,3%. Alasan tingginya prevalensi hipertensi pada ras
kulit hitam belum diketahui secara jelas, tetapi peningkatan ini dipengaruhi
oleh kadar renin yang rendah, sensitivitas terhadap vasopressin yang lebih
tinggi, masukan garam yang lebih banyak, dan stress lingkungan yang lebih
tinggi.

7
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
Faktor yang dapat dimodifikasi yang mempengaruhi kejadian hipertensi terdiri
dari:
a. Stress
Seseorang yang berada dalam kondisi stress telah terjadi proses fisiologis
dimana sistem saraf simpatis teraktivasi yang selanjutnya dapat menstimulus
pengeluaran hormon adrenalin dan kortisol. Respon fisiologis ini menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. (Braverman & Braverman,
2006)
b. Obesitas
Peningkatan Indek Massa Tubuh (IMT) berkaitan erat dengan peningkatan
tekanan darah baik pada laki-laki maupun perempuan (Sihombing, 2009).
Individu yang mengalami obesitas lebih berisiko menderita hipertensi
dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami obesitas (Roslina, 2008)
c. Nutrisi
Nutrisi adalah salah faktor yang dapat dimodifikasi untuk mengendalikan
kejadian hipertensi. Pola makan yang tinggi kalori, natrium dan lemak, tetapi
rendah protein dapat meningkatkan tekanan darah (Braverman & Braverman,
2006).
d. Konsumsi zat berbahaya
Konsumsi zat berbahaya ini meliputi rokok, konsumsi alkohol berlebih, dan
obat-obatan terlarang. Penggunaan substansi ini secara terus-menerus dapat
membuat tekanan darah cenderung tinggi (Bonow, Libby, Mann, & Zipes,
2008).
e. Riwayat diabetes melitus
Seorang penderita DM mempunyai kadar gula darah yang tinggi yang
meningkatkan kekentalan darah. Kondisi ini menyebabkan jantung bekerja
lebih keras untuk memompa darah dan berakibat pada peningkatan tekanan
darah (Kartikawati, 2008).

8
G. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung yang bisa mengenai jantung, otak, ginjal, arteri perifer, dan mata.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut
dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena
efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor AT1 angiotensin
II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap
garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan
pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β)
(Yogiantoro, 2006).

H. DIAGNOSIS
1. Evaluasi hipertensi
Ada 3 tujuan evaluasi pasien dengan hipertensi:
a. Menilai gaya hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular atau
penyakit penyerta yang mungkin dapat mempengaruhi prognosis sehingga
dapat memberi petunjuk dalam pengobatan
b. Mencari penyebab tekanan darah tinggi
c. Menentukan ada tidaknya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular.

Data diperoleh dari anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu
dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin dan prosedur
diagnostik lainnya. Pemeriksaan fisik termasuk pengukuran tekanan darah yang
benar, pemeriksaan funduskopi, perhitungan BMI (body mass index) yaitu berat
badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (meter kuadrat), auskultasi arteri karotis,
abdominal, dan bruit arteri femoralis; palpasi pada kelenjar tiroid; pemeriksaan
lengkap jantung dan paru-paru; pemeriksaan abdomen untuk melihat pembesaran
ginjal, massa intra abdominal, dan pulsasi aorta yang abnormal; palpasi ektremitas
bawah untuk melihat adanya edema dan denyut nadi, serta penilaian neurologis.

9
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum memulai terapi
antihipertensi adalah urinalysis, kadar gula darah dan hematokrit; kalium, kreatinin,
dan kalsium serum; profil lemak (setelah puasa 9 – 12 jam) termasuk HDL, LDL,
dan trigliserida, serta elektrokardiogram. Pemeriksaan opsional termasuk
pengukuran ekskresi albumin urin atau rasio albumin / kreatinin. Pemeriksaan yang
lebih ekstensif untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi tidak diindikasikan
kecuali apabila pengontrolan tekanan darah tidak tercapai. (3)

I. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
1. Terapi Non- farmakologi
Penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk memodifikasi
gaya hidup, termasuk : penurunan berat badan jika kelebihan berat badan,
mengurangi asupan garam (natrium) hingga lebih kecil sama dengan 2,4 g/ hari
(6g/hari NaCl), melakukan aktivitas fisik (olahraga), mengurangi konsumsi
alkohol, dan merokok. Penderita yang didiagnosis hipertensi tahap 1 dan tahap 2
sebaiknya ditempatkan pada terapi modifikasi gaya hidup dan terapi obat secara
bersamaan.
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
a. Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak
asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain
penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.
b. Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak
merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula
pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan
kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga
bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi
derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 g/ hari.

10
c. Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30-60 menit/ hari,
minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap
pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya
harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki
tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
d. Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi
pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari
semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup,
terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas/hari pada pria atau
1 gelas/hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian
membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam
penurunan tekanan darah.
e. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek
langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah
satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya
dianjurkan untuk berhenti merokok. (1,3)

11
Gambar 1. Skema modifikasi gaya hidup (3)

2. Terapi Farmakologi Hipertensi


Terapi hipertensi menggunakan beberapa obat antihipertensi, berikut beberapa
obat antihipertensi yang lazim digunakan dalam terapi awal hipertensi.
A. First Line
1. Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan eksresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadinya
penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain itu beberapa golongan

12
diuretik juga bekerja dalam menurunkan resistensi perifer sehingga
menambah efek hipotensinya. Golongan obat diuretik terbagi menjadi 3
bagian yaitu :
a. Diuretik Tiazid
1) Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dengan menghambat transport Na-Cl di tubuli
distalis awal ginjal sehingga ekskresi Na dan Cl meningkat.
2) Efek samping
Pada pemakaian jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
peningkatan LDL-kolesterol dan trigliserida.
3) Interaksi obat
Penggunaan bersamaan dengan NSAID terutama Indometacin dapat
menurunkan efektifitass kerja dari diuretic thiazid.
4) Indikasi
Hipertensi dan Edema. Tiazid dengan dosis rendah misalnya
bendroflumetiazid (bendrofluazid) 2,5 mg sehari, menimbulkan efek
penurunan tekanan darah yang maksimal atau hampir maksimal,
dengan gangguan biokimia yang sangat kecil. Dosis yang lebih tinggi
menyebabkan perubahan yang tajam atas kadar kalium, natrium, asam
urat, glukosa, dan lipid plasma, tanpa meningkatkan pengendalian
tekanan darah
5) Kontraindikasi dan Peringatan
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dapat memperburuk
fungsi ginjal, gangguan hati berat, dan hypokalemia. Penggunaan
tiazid harus dihentikan sebelum melakukan test untuk fungsi
paratiroid. Tiazid juga menunjukkan peningkatan eksresi magnesium
urin yang dapat mengakibatkan hipomagnesemia.

13
Berikut merupakan contoh obat golongan diuretik tiazid :

N Nama Dagang dan


Nama Dosis Bentuk Sediaan Pabrik Harga
o Generik
Biscor Plus Tablet salut selaput Dexa  Rp
(Kombinasi Bisoprolol) (2,5mg + 6,25mg) Medica 3.231,-/tab
Hyzaar (Kombinasi Tablet salut selaput Merck Sharp
 -
losartan) (50 mg + 12,5 mg) & Dohme
Edema : 12,5- Tablet salut selaput  Rp
25mg sehari Lodoz (Kombinasi Merck Sharp
(2,5mg + 6,25mg dan 12.610,-/ta
1 Hidroklortiazid Hipertensi : 12,5- Bisoprolol) & Dohme
5mg + 6,25mg) b
25mg sehari (dosis
awal) Tablet salut selaput
Co Diovan (Kombinasi Novartis
(80mg+12,5mg dan - 
Valsartan) Indonesia
160mg+12,5mg)

Kaptabs (Kombinasi Tablet salut selaput


-   -
Irbesartan) (300mg + 12,5mg )

Edema : 50mg
Novartis
2 Klortaidon sehari Hipertensi : Hygroton Tablet (50mg)  -
Indonesia
25-50mg sehari

Actavis
Aldapres Kapsul (2,5mg)  -
Indonesia

Bioprexum Plus  Rp


Tablet salut selaput (5mg Servier
(Kombinasi 13.768,-/ta
+ 12,5mg ) Indonesia
2,5mg sehari pada Perindropil) b
3 Indapamid
pagi hari Rp
Tablet salut selaput Darya Varia
Natrilix 12.453,-/ta
2,5mg Laboratoria

Preterax (Kombinasi Tablet (2mg + Darya Varia
 -
Perindropil) 0,625mg ) Laboratoria
Edema : 5-10mg di
pagi hari;
4 Metolazon  - -  -  - 
Hipertensi : 5mg di
pagi hari
Edema : 40-80mg
di pagi hari; Merck Sharp
5 Sipamid Diurexan Tablet (20mg)  -
Hipertensi : 20mg & Dohme
di pagi hari

14
b. Loop Diuretik (Diuretik kuat)
a) Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dengan menghambat transport Na, K, Cl di bagian tebal
naik jerat Henle
b) Efek samping
Sangat umum: gangguan elektrolit, dehidrasi, hipovolemia, hipotensi,
peningkatan kreatinin darah. Umum: hemokonsentrasi, hiponatremia,
hipokloremia, hipokalemia, peningkatan kolesterol darah, peningkatan
asam urat darah, gout, enselopati hepatik pada pasien dengan penurunan
fungsi hati, peningkatan volume urin. Tidak umum: trombositopenia, reaksi
alergi pada kulit dan membran mukus, penurunan toleransi glukosa dan
hiperglikemia, gangguan pendengaran, mual, pruritus, urtikaria, ruam,
dermatitis bulosa, eritema multiformis, pemfigoid, dermatitis eksfoliatif,
purpura, fotosensitivitas. Jarang:  eosinofilia, leukositopenia, anafilaksis
berat dan reaksi anafilaktoid, parestesia, vakulitis, muntah, diare, nefritis
tubulointerstisial, demam. Sangat jarang: anemia hemolitik, anemia
aplastik, agranulositosis, tinnitus, pankreatitis akut, kolestasis intrahepatik,
peningkatan transaminase. Tidak diketahui frekuensinya: hipokalsemia,
hipomagnesemia, alkalosis metabolik, trombosis, sindroma Stevens-
Johnson, nekrolisis epidermal toksik, pustulosis eksantema generalisata
akut (Acute Generalized Exanthematous Pustulosis/AGEP), reaksi obat
dengan eosinofilia dan gejala sistemik (Drug Reaction with Eosinophilia
and Systemic Symptom/DRESS), peningkatan natrium urin, peningkatan
klorida urin, peningkatan urea darah, gejala gangguan fungsi mikturisi,
nefrokalsinosis dan/atau nefrolitiasis pada bayi prematur, gagal ginjal,
peningkatan risiko persistent ductus arteriosus pada bayi prematur usia
seminggu, nyeri lokal pada area injeksi.

15
c) Interaksi obat
Glukokortikoid, karbenoksolon, atau laksatif: meningkatkan deplesi kalium
dengan risiko hipokalemia. Antiinflamasi non-steroid (AINS), probenesid,
metotreksat, fenitoin, sukralfat: mengurangi efek dari furosemid. Glikosida
jantung: meningkatkan sensitivitas miokardium. Obat yang dapat
memperpanjang interval QT: meningkatkan risiko aritmia ventrikular.
Salisilat: meningkatkan risiko toksisitas salisilat. Antibiotik aminoglikosida,
sefalosporin, dan polimiksin: meningkatkan efek nefrotoksik dan ototoksik.
Sisplastin: memungkinkan adanya risiko kerusakan pendengaran. Litium:
meningkatkan efek litium pada jantung dan neurotoksik karena furosemid
mengurangi eksresi litium. Antihipertensi: berpotensi menurunkan tekanan
darah secara drastis dan penurunan fungsi ginjal. Probenesid, metotreksat:
menurunkan eliminasi probenesid dan metotreksat. Teofilin: meningkatkan
efek teofilin atau agen relaksan otot. Antidiabetik dan antihipertensi
simpatomimetik: menurunkan efek obat antidiabetes dan antihipertensi
simpatomimetik. Risperidon: hati-hati penggunaan bersamaan. Siklosporin:
meningkatkan risiko gout. Media kontras: risiko pemburukan kerusakan
ginjal. Kloralhidrat: mungkin timbul panas, berkeringat, gelisah, mual,
peningkatan tekanan darah dan takikardia.
d) Indikasi
Udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi tambahan pada
udem pulmonari akut dan udem otak yang diharapkan mendapat onset
diuresis yang kuat dan cepat.
e) Kontraindikasi
gagal ginjal dengan anuria, prekoma dan koma hepatik, defisiensi elektrolit,
hipovolemia, hipersensitivitas.
f) Peringatan
Diuretika kuat menghambat resorpsi cairan dari ascending limb of the loop
of Henle dalam tubulus ginjal dan merupakan diuretika yang kuat.
Hipokalemia dapat terjadi, dan perlu hati-hati untuk menghindari hipotensi.

16
Jika terdapat pembesaran prostat, dapat terjadi retensi urin. Risiko ini
kemungkinan terjadinya kecil bila pada awalnya digunakan diuretika dosis
kecil dan tidak terlalu poten.

Berikut merupakan contoh obat golongan Diuretik kuat :

N Nama Dagang
Nama Dosis Bentuk Sediaan Pabrik Harga
o dan Generik
Oral 1-5mg pada
pagi hari ; Injeksi
Tablet (0,5; 1; 2
1 Bumetamid Intravena 1-2mg ;  Bumex -  - 
mg)
Intramuskular 1-
5mg
Classic Tablet (40mg) Kalbe Farma  -

Diurefo Tablet (40mg)  -  -


Cairan Injeksi
Diuvar Lucas Djaya - 
(10mg/mL)
Farsiretic Tablet (40mg) Ifars  Rp 349,-/tab
United Dico
Furomed Tablet (40mg)  -
Udem pada dewasa Citas
40mg perhari ; Otto
2 Furosemid Cairan Injeksi
Oliguria 250mg Furosix Pharmaceutic  -
sehari (10mg/mL)
asl Inds
Cairan Injeksi
Impugan Phapros  Rp 44.770,-
(10mg/mL)
Pharos
Naclex Tablet (40mg)  -
Indonesia
Injeksi
Silax Ethica  -
(10mg/mL)
Uresix Injeksi (10mg/mL) Kalbe Farma  Rp 1.275/tab
Oral untuk edema
5-20g sehari ; Oral
3 Torasemid Demadex  -  - - 
untuk hipertensi
2,5-5mg sehari

c. Diuretik hemat kalium


a) Mekanisme kerja
Menghambat pertukaran sodium dan kalium di ginjal atau menghalangi
hormon aldosterone.

17
b) Efek samping
Gangguan saluran cerna,Gangguan menstruasi, mulut kering, ruam kulit;
sedikit penurunan tekanan darah, hiperkalemia, hiponatremia; juga
dilaporkan fotosensitivitas dan gangguan darah; triamteren ditemukan pada
batu ginjal.
c) Interaksi obat
Penggunaan bersamaan analgesik :diuretik meningkatkan risiko
nefrotoksisitas AINS, juga memberikan efek antagonis terhadap efek
diuretik;dapat meningkatkan risiko hiperkalemia jika diuretik hemat kalium
dan antagonis aldosteron diberikan bersama AINS; indometasin dan
ketorolak memberikan efek antagonis terhadap efek diuretik; meningkatkan
risiko hiperkalemia jika diuretik hemat kalium dan antagonis aldosteron
diberikan bersama indometasin; terkadang dilaporkan penurunan fungsi
ginjal jika triamteren diberikan bersama. Indometasin- hindari penggunaan
secara bersamaan; asetosal memberikan efek antagonis terhadap efek
diuretik spironolakton; meningkatkan risiko toksisitas jika penghambat
karbonik anhidrase diberikan bersama asetosal dosis besar. Suplemen
kalium tidak boleh diberikan bersama diuretika hemat kalium. Juga penting
untuk diingat bahwa pemberian diuretika hemat kalium pada seorang
pasien yang menerima suatu penghambat ACE atau antagonis reseptor
angiotensin II dapat menyebabkan hiperkalemia berat.
d) Indikasi
Edema, konversi kalium dengan tiazid dan diuretika kuat.
e) Kontraindikasi
Hiperkalemia dan gagal ginjal
Peringatan
f) Dapat menyebabkan urin menjadi warna biru, Kehamilan dan menyusui,
Gangguan ginjal, Diabetes mellitus, Usia lanjut.

18
Berikut contoh obat golongan Diuretik Hemat Kalium :

N Nama Dagang dan


Nama Dosis Bentuk Sediaan Pabrik Harga
o Generik

Lorinid (Kombinasi Tablet Salut Selaput Actavis


 -
Amilorid dengan Amilorid) (2,5mg+25mg) Indonesia
Dosis awal 10-
1 Hidroklorid
20mg sehari. Lorinid mite
a Tablet Salut Selaput Actavis  Rp
(Kombinasi dengan
(2,5mg+25mg) Indonesia 1.937,-/tab
Amilorid)
150-250 mg
2 Triamteren sehari  - -  -  - 

2. Beta bloker (β-bloker)


a) Mekanisme kerja
Golongan obat ini menghambat adrenoseptor beta (beta bloker)
menghambat adrenoreseptor beta di jantung, pembuluh darah perifer,
bronkus, pankreas, dan hati.
b) Interaksi obat
Jika diberikan bersamaan dengan barbiturate, Beta bloker : menurunkan
konsentrasi plasma metoprolol dan timolol; dapat menurunkan
konsentrasi plasma propranolol. Jika diberikan dengan Fluvoksamin, Beta
bloker: Sitalopram dan esitalopram meningkatkan konsentrasi plasma dari
metoprolol; paroksetin dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari
metoprolol (meningkatkan efek); fluvoksamin meningkatkan konsentrasi
plasma propranolol. Jika diberikan bersamaan dengan pelemas otot, Beta
bloker : meningkatkan efek hipotensi apabila baklofen diberikan bersama
Beta bloker; dapat meningkatkan efek hipotensi dan bradikardi apabila
tizanidin diberikan bersama Beta bloker; propanolol meningkatkan efek
pelemas otot.
c) Efek samping obat
Beta bloker dapat menyebabkan efek lelah, rasa dingin di kaki dan tangan
(lebih jarang terjadi pada beta bloker yang memiliki aktivitas

19
simpatomimetik intrinsik), dan gangguan tidur dengan mimpi buruk
(jarang terjadi pada beta bloker yang larut dalam air)
d) Kontraindikasi
Asma, gagal jantung yang tak terkendali, bradikardi yang nyata,
hipotensi, sindrom penyakit sinus, blok AV derajat dua atau tiga, syok
kardiogenik; feokromositoma.

Berikut contoh obat golongan beta-bloker :

Nama
N Bentuk
Nama Dosis Dagang dan Pabrik Harga
o Sediaan
Generik
Selektif Kardiovaskular

Hipertensi Dosis awal


400mg sehari ; Untuk
Angina dosis awal 400 mg
1 Asebutolol  Sectral  - -  - 
sehari ; Untuk Angina berat
1,2g sehari ; Untuk
Aritmia 0,4-1,2g Sehari

Tablet (50mg,
Betablok Kalbe Farma  Rp 1.778,-/tab
100mg)
Gracia
Cardiva Tablet (50 mg)  -
Pharmindo
Iternolol Tablet (50mg) Interbat  -
Tablet (50mg,
Hiblok Nufarindo  
Oral (Hipertensi 50mg/hari, 100mg)
Angina 100mg/hari, Nif-Ten
2 Atenolol Aritmia 50-100mg/hari) Kapsul
(Kombinasi    
Injeksi Intravena (Aritmia (50mg+20mg)
Nifedipin)
2,5-10mg)
Boehringer
Tenormin Tablet (50mg) Ingelheim-  
Indonesia
Tablet Salut
Selaput Sandoz
Zumablok  
(50mg, Indonesia
100mg)
Oral (Hipertensi 50mg/hari, Tablet Salut
Novartis
Metoprolol Angina 50-100mg/hari, Lopresor Selaput  
3 Indonesia
Tartrat Aritmia 50mg/hari, (100mg)
Profilaksis Migrain 100- Metoprolol Tablet (50mg,    

20
(Generik) 100mg)
Boehringer
200mg) Seloken Tablet (50mg) Ingelheim-  
Indonesia
Hipertensi dan Angina 5mg Tablet Salut
B-Beta Dexa Medica
4 Bisoprolol sehari pada pagi hari Selaput (5mg)  
Tablet Salut
Bisoprolol
Selaput (2,5
(Generik)
      dan 5 mg)    
Yarindo
Bisorin Tablet (5mg)
      Farmatama  
Tablet Salut Gracia
Carbisol
      Selaput (5mg) Pharmindo  
Tablet Salut
Selaput Merck Sharp
Concor
(1,25;2,5;5 dan & Dome
      10 mg)  
Tablet Salut
Probeta Erlimpex
      Selaput (5mg)  
Non- Kardio Sektif
Hipertensi 80-240mg/hari ;
Tablet (40 dan
Angina 40-160mg/hari ; Farmagard
80mg)
1 Nadolol Aritmia 40-160mg/hari    
Tablet (10 dan
Blocard Dupa
40mg)  
Tablet Salut
Farmadral Selaput (10
dan 40mg)    
Tablet Salut
Propanolol Inderal gula (10 dan
Hipertensi 80-320mg/hari ;
2 Hidroklori 40mg)    
Angina 80-240 mg/hari Tablet
da
Liblok (10,20,dan 40
mg) Holi Pharma  
Propanolol Tablet (10 dan
(Generik) 40 mg)    
Tablet (40 dan Actavis
Pronolol
80mg) Indonesia  

3. Penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-Inhibitor)


a) Mekanisme kerja

21
Penghambat ACE bekerja dengan cara menghambat konversi angiotensin
I menjadi angiotensin II. Obat-obat golongan ini efektif dan pada
umumnya dapat ditoleransi dengan baik.
b) Efek samping
Pada pasien dengan stenosis arteri ginjal bilateral yang berat atau stenosis
arteri ginjal unilateral berat (hanya satu ginjal yang berfungsi),
penghambat ACE mengurangi atau meniadakan filtrasi glomerulus
sehingga menyebabkan gagal ginjal yang berat dan progresif. ACE
Inhibitor dapat menimbulkan batuk kering.
c) Interaksi obat
Kaptopril digunakan dengan glikosida jantung : kaptopril dapat
meningkatkan konsentrasi plasma digoksin. Kaptopril digunakan dengan
agen sitotoksik (Azatioprin) dapat meningkatkan risiko leukopenia jika
kaptopril digunakan bersamaan azatioprin. Ketika digunakan dengan
antasida, dapat menurunkan absorpsi semua penghambat ACE; antasida
menurunkan absorpsi kaptopril, enalapril dan fosinopril.
d) Indikasi
Hipertensi; pengobatan gagal jantung simptomatik (tambahan);
pencegahan gagal jantung simtomatik dan pencegahan kejadian iskemia
koroner pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri. Hipertensi ringan
sampai sedang (sendiri atau dengan terapi tiazid) dan hipertensi berat
yang resisten terhadap pengobatan lain; gagal jantung kongestif
(tambahan); setelah infark miokard; nefropati diabetik (mikroalbuminuri
lebih dari 30 mg/hari) pada diabetes tergantung insulin.
e) Kontraindikasi
Penghambat ACE dikontraindikasikan pada pasien yang hipersensitif
terhadap penghambat ACE (termasuk angioedema) dan pada pasien yang
diduga atau dipastikan menderita penyakit renovaskuler. Penghambat
ACE tidak boleh digunakan pada wanita hamil

22
f) Peringatan
Wanita Hamil, Pasien menderita renovaskuler

Berikut contoh obat golongan ACE-Inhibitor :


Nama Dagang dan
No Nama Dosis Bentuk Sediaan Pabrik Harga
Generik
Co-Renitec Merck Sharp
Tablet
(Kombinasi HCT) & Dohme
hipertensi,
Enalapril Maleat Tablet
digunakan sendiri,
(Generik) (5 dan 10 mg)
dosis awal 5 mg
Meipril Tablet (5mg)
Enalapril sekali sehari ; pada
1 Tablet (5 dan
Maleat hipertensi berat Renacardon
dapat ditingkatkan 10mg)
sampai maksimal 40 Tablet (10 dan Merck Sharp
Renitec
mg sekali sehari. 20mg) & Dohme
Coronet
Tenaten Tablet (10mg)
Crown
Dosis awal 5 mg Tablet (2,5;5; dan Tanabe
2 Imidapril Tanapress
sehari 10mg) Indonesia
Tablet (12,5 dan
Captensin Kalbe Farma
25 mg)
Tablet (12,5 dan
Acepress Bernofarm
25 mg)
Tablet (12,5 ; 25;
Hipertensi : 12,5 Dexacap Dexa Medica
dan 50 mg)
sampai 50 mg
3 Kaptopril sehari; Hipertensi Kaptabs (12,5 dan
Lotensin Kimia farma
berat 100-150mg 25 mg)
sehari
Otto
Otoryl Tablet (25mg) Pharmaceutical
lnds

Tablet (12,5 ; 25;


Kaptopril (Generik)
dan 50 mg)
Tablet Salut
Pfizer
4 Kuinapril 10-40 mg sehari Acupril Selaput (5,10, dan
Indonesia
20 mg)

23
Kaptabs (5 dan
Inhitril Bernofarm
10mg)

Tablet (5 dan
Interpil Interbat
10mg)
Lisinopril Tablet (5 dan
Dosis awal 2,5 mg (Generik) 10mg)
sehari. Dosis Tablet (5 dan
5 Lisinopril Noperten Dexa Medica
Penunjang 5-20mg 10mg)
sehari
Tablet (10 dan Merck Sharp
Prinivil
20mg) & Dohme
Tablet (5 dan Actavis
Tensiphar
10mg) Indonesia
Tablet (5 dan Boehringer
Zsetril
10mg) Ingelheim
Dosis awal 7,5 mg
Tablet Salut Glaxo
sehari. Dosis
6 Moeksipril Univasc Selaput (7,5 dan Wellcome
Penunjang 15-30mg
15 mg) Indonesia
sehari
Tablet (5
Coveram mg+5mg ;
Servier
(Kombinasi 5 mg+10 mg;
Indonesia
7 Perindopril Hipertensi 4-8mg Amlodipin) 10 mg+5 mg;
10 mg+10 mg)
Preterax Tablet Darya Varia
Cadoril Kaptabs (4mg) Dexa Medica
Tablet (2,5 mg;
Pharos
Anexia 5 mg;
Indonesia
10 mg)
Tablet (2,5 mg; Aventis
Cardace 5 mg; Indonesia
10 mg) Pharma
Tablet (1,25mg;
2,5 mg;
Hyperil Dexa Medica
8 Ramipril Hipertensi 5-10mg 5 mg;
10 mg)

Tablet (1,25mg;
Aventis
2,5 mg;
Triatec Indonesia
5 mg;
Pharma
10 mg)
Tablet (2,5 mg;
Actavis
Vivace 5 mg;
Indonesia
10 mg)

24
hipertensi: dosis
awal 500 mcg sekali Kapsul (0,5 dan 2 Abott
sehari, ditingkatkan Gopten
mg) Indonesia
dengan interval
9 Trandolapril waktu 2-4 minggu,
dosis lazim 1-2 mg Kapsul lepass
sekali sehari; Tarka (Kombinasi lambat (2 Abott
maksimal 4 mg Verapamil) mg+180 mg dan Indonesia
sehari; 4 mg+ 240 mg)

4. Antagonis reseptor angiotensin II (ARB )


a) Mekanisme Kerja
Berikatan dengan reseptor angiotensin II pada otot pembuluh darah,
kelenjar adrenal dan jaringan lain sehingga efek angiotensin II
(vasokontriksi dan produksi aldosterone yang tidak terjadi akan
mengakibatkan terjadi penurunan pembuluh darah)
b) Indikasi
Hipertensi, gagal jantung kongestif
c) Kontra indikasi
Hipersensitif; kehamilan dan menyusui
d) Efek samping
Diare, rash, kenaikan asam urat, gout, batu ginjal, angioedema, anemia,
hyperkalemia, sakit kepala, nasopharingitis, pusing, lemah, infeksi saluran
nafas bagian atas, nyeri punggung dan batuk.
e) Peringatan dan Perhatian
Pasien yang menggunakan diuretik, diet rendah natrium atau dehidrasi
(dosis petama terjadi hipotensi) renal arteri stenosis, pasien dengan risiko
kerusakan ginjal, monitor secara rutin kadar kalium dalam plasma dan
fungsi ginjal, diabetes militus dan gagal jantung, angioedema kepala dan
leher.

Berikut contoh obat golongan Angiotensin II Receptor Blocker (ARB) :


Nama Nama Kekuatan Pabrik Dosis (mg) Sediaan Harga

25
Generik Dagang Pemberian
Losartan Acetensa
Pratapa
Kalsium Nirmala
Angioten Kalbe Farma
Merck Sharp
Cozaar & Dohme-
England
50 mg sekali
sehari
Insaar Interbat Tablet salut
selaput
Koinsar Harsen

Sartaxal Sandoz
50 mg sekali
sehari dapat
Losartan Tensar Kimia Farma
ditingkatkan
hingga 100 mg
Irbesartan Aprovel 75 mg 150-300 mg Tablet salut
Sanofi
150 mg Synthelabo selaput
300 mg Combiphar
Fritens 150 mg Dankos Tablet
300 mg Laboratories
Iretensa 150 mg Fahrenhit
Pratapa
Nirmala
Irvell 150 mg Novell
300 mg Pharmaceutical
Kandesartan Blopress 16 mg Takeda hipertensi awal Tablet
Indonesia 1 kali sehari 4
mg maks 16
mg/hari.
Pasien dengan
gangguan
ginjal sedang-
barat dan
gangguan hati
ringan-sedang:
awal 1 kali
sehari 2 mg
Olmesartan Olmetec 10 mg Pfizer 10-20 mg Tablet salut
Medoksomil 20 mg Indonesia selaput
40 mg
Telmisartan Carditel 40 mg Fahrenheit 40-80 mg Tablet
Pratapa

26
Nirmala
Micardis 20 mg Boehringer
40 mg Ingelheim
80 mg
Valsartan Diovan 40 mg Novartis untuk Tablet salut
Biochemie hipertensi 80 selaput
mg 1x /hari
dapat
ditingkatkan
sampai 160
mg/hari atau
dapat ditambah
diuretic jika
tekanan darah
belum dapat
terkontrol

5. Calcium channel blocker (CCB)


a) Mekanisme kerja : antagonis kalsium menghambat arus masuk ion kalsium
melalui saluran lambat membran sel yang aktif. Golongan ini
mempengaruhi sel miokard jantung, dan sel otot polos pembuluh darah,
sehingga mengurangi kemampuan kontraksi miokard, pembentukan dan
propagasi impuls elektrik dalam jantung dan tonus vaskuler sistemik atau
coroner.
b) Indikasi : hipertensi, iskemia miokard.
c) Kontra indikasi : Hipersensitif; kehamilan dan menyusui.
d) Efek samping : pusing, sakit kepala, kelelahan, mual, mulut kering, tekanan
darah rendah, sembelit/diare, ruam, edema, bradikardia.
e) Peringatan dan Perhatian : tidak boleh dikombinasi dengan penyekat beta.

Berikut merupakan contoh obat golongan Calcium Channel Blocker (CCB) :


Nama Generik Nama Dagang Kekuatan Dosis
Amlodipine 5 mg 5-10 mg Tablet
Amdixal Sandoz
10 mg
5 mg Pfizer
Norvask
10 mg Indonesia
Tensivask 5 mg Dexa Medica
10 mg

27
Abdisic 30 mg Tablet Tunggal
30 mg Tablet salut
Carditen Dankos
60 mg selaput
Cardyne 30 mg Pyridam
Coronet
Cazer 30 mg
Crown
30 mg
Cordizem Kimia Farma
60 mg Tablet
Diltiazem Dilatrop 30 mg Tropica Mas
Hidro- Dilmen 60 mg 100-200 mg Sanbe Farma
klorida 30 mg
Dilso 30 Soho
60 mg
60 mg Mepha’Ltd-
Diltan SR Kapsul
90 mg Switzerland
30 mg Tablet Pratapa
Farmabes
5 mg/mL Cairan injeksi Nirmala
Tanabe
Herbesser 30 mg Tablet Indonesia

Herbesser 100 mg Kapsul


CD 200 mg
10 mg Serbuk injeksi
50 mg
Herbesser 60 mg Tablet pelepasan
SR 90 mg lambat
180 mg
Kaldisser 90 mg Kalbe
90 SR
Kaldisser 180 mg
180 SR
Lanodil 30 mg Pertiwi
60 mg Agung
Racordil 30 mg Rama
60 mg
Zentoris 30 mg Zenith
60 mg
Zumabes 60 mg Sandoz
Felodipin Munobal 5 mg 5-10 mg Tablet Aventis
10 mg
Nirmadil 5 mg Tablet salut Fahrenheit
selaput Pratapa
Nirmala
Plendil Er 2,5 mg Tablet pelepasan Astra
5 mg lambat Pharmaceutic
10 mg als-Australia

28
Isradipin Dynacirc 2,5 mg 2,5-5 mg Tablet Novartis
Lasidipin Lacipil - 2-4 mg Tablet salut Glaxo
selaput Wellcome
Tens 2 mg Boehringer
4 mg Ingelheim
Lerkanidi- Zanidip 10 mg 10-20 mg Tablet Combiphar
pin 20 mg
Nifedipin Adalat 5 mg 10-40 mg Tablet salut Bayer
10 mg selaput Indonesia
Adalat 10 mg Tablet pelepasan
Retard 20 mg lambat
Adalat 30 mg
Oros 60 mg
Calcianta 5 mg Tablet salut Armoxindo
10 mg selaput
Carvas 10 mg Meprofarm
Coronipin 5 mg Dexa Medica
10 mg
Farmalat 5 mg Tablet Pratama
10 mg Tablet salut Nirmala
selaput
Fedipin 10 mg Tablet Medikon
Prima
Ficor 10 mg Otto
Inicard 10 mg Tablet salut Indofarma
Kemolat 10 mg selaput Phyto Kemo
Nifecard 10 mg Phapros Ind
Nifecard 20 mg
Retard
Nifedin 10 mg Sanbe Farma
Nidilat 5 mg Kapsul lunak Sanofi
10 mg
Niprocor - Tablet Yekatria
Notensil 10 mg Tablet salut Sandoz
selaput
Pincard 10 mg Tablet Lapi
Pinelat 10 mg Tablet salut Pharos Ind
selaput
Ramanif 5 mg Tablet Rama
10 mg
Vasdalat 5mg Tablet salut Kalbe Farma
10 mg selaput
Vasdalat 30 mg
OD
Vasdalat 20 mg

29
Retard
Vasika 10 mg Ikapharmain
do
Vasoner 10 mg Harsen

Xepalat 5 mg Tablet Metiska


10 mg
Zendalat 5 mg Tablet salut Zenith
10 mg selaput
Nikardipin Loxen 20 mg Hipertensi Tablet Novartis
akut 2- Indonesia
Loxen 40 mg 10mcg/kg Tablet pelepasan
Retard bb/menit lambat
Perdipine 1 mg/mL Penurunan Injeksi Astelas
tekanan Farma
darah cepat Indonesia
Safcard 20 mg 10-30 Tablet salut gula Phapros
Vasodine 20 mg mcg/kg Tablet salut Tempo Scan
bb/menit selaput Pacific
Hipertensi
darurat 0,5
mcg/kg
bb/mnt
Nimodipin Ceremax 30 mg 60-360 mg Tablet salut Dankos
1 mg/jam – selaput Laboratories
0,2 mg/mL 500 mg/jam Infus
jika
Cerpotrop 30 mg BB<70kg Tablet salut Ikapharmain
atau tekanan selaput do
Nimotop 30 mg darah tidak Bayer
stabil Indonesia

a) SECOND LINE
1. Alfa 2 (Adrenolitik sentral)
a) Anti adrenergik ke.rja sentral bekerja menurunkan aktivitas saraf
simpatis. Obat golongan ini merupakan pilihan utama bagi pasien
hipertensi yang memiliki aktivitas saraf simpatis yang tinggi seperti
takikardi, gelisah, hyperhidrosis. Obat golongan ini bekerja dengan cara
mencegah pelepasan noradrenalin dari saraf adrenergik pasca ganglion.

30
Obat-obat golongan ini tidak mengendalikan tekanan darah pada posisi
berbaring dan dapat menyebabkan hipotensi postural. Karena itu, obat-
obat ini sudah jarang sekali digunakan, tetapi mungkin masih diperlukan
bersama terapi lain pada hipertensi yang resisten.
b) Indikasi
Hipertensi bersama diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek
segera
c) Kontraindikasi
Depresi, penyakit hati aktif, feokromasitoma, porfiria
d) Efek samping
Gangguan saluran cerna, stomatis, mulut kering, sedasi, depresi,
mengantuk, diare, retensi cairan, gangguan ejakulasi, kerusakan hati,
anemia hemolitik, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus,
ruam kulit, hidung tersumbat
e) Peringatan
Riwayat gangguan hati; gangguan ginjal; hasil positif
uji Coomb langsung yang dapat terjadi pada hingga 20% pasien (bisa
mempengaruhi blood cross-matching); mempengaruhi hasil uji
laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal; disarankan
untuk melakukan hitung darah dan uji fungsi hati; riwayat depresi.

Berikut contoh obat Alfa 2 :

Golonga Nama Nama Pabrik Dosis (mg) Sediaan Harga


n Obat Generik Dagang
Alfa 2 Reserpin Serpasil Novartis 0,05-0,10 mg Tablet Rp
(Adreno sebagai obat lini 787.00,-/ta
Indonesia
litik kedua yang b
sentral) ditambahkan 1-2
minggu setelah
pemberian
tiazid/diuretika

31
sebagai obat lini
pertama.
Sebagai dosis
awal dapat
digunakan 0,25
mg selama 1
minggu
Methyldopa Dopamet Actavis Oral 250 mg 2-3 Tablet Rp
kali perhari, 2.669,-/tab
Indonesia
secara bertahap
dinaikkan
dengan selag
waktu 2 hari
atau lebih dosis
maksimum
sehari 3 g
Clonidin Catapres Boehringer oral, 50-100 Tablet, Rp
mcg 3 kali Parentera 6.825,-/tab
Ingelheim
sehari dinaikkan l
setiap hari kedua
atau ketiga;
dosis maksimum
sehari biasanya
1,2 mg.

Injeksi
intravena
lambat perlahan,
150-300 mcg;
maksimum 750
mcg dalam 24
jam.

2. Penghambat adrenoreseptor alfa (α-Bloker)


Mekanisme kerja dari α1-blocker bekerja dengan cara memblokade
adrenoreseptor α1 pada otot polos pembuluh darah sehingga menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah sehingga menurunkan resistensi perifer dan
menurunkan tekanan darah.

32
Berikut contoh obat-obat α-Bloker :

Golongan Nama Nama Dosis Sediaan Pabrik Harga


Obat Generik Dagang
Alfa Doksazosin Cardura 1 – 4 mg Tablet Pfizer
Blocker Indonesia Rp
18.017/tab
Terazosin Hytroz 1 – 2 mg Tablet Dexa Medica
Rp
11.475/tab
Indoramin Baratol 25 – 50 Tablet - -
mg
Prazosin Redupress 0,5 – 1 mg Kapsul PT Pfizer -
Hidroklorida Indonesia

1. Vasodilator
a) Mekanisme kerja
Melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah dapat mengalir lebih
lancer, mempengaruhi otot-otot pada dinding pembuluh darah arteri
maupun vena.
b) Efek samping
Meningkatnya denyut jantung (takikardia), retensi cairan (edema), mual,
muntah, pusing, nyeri kepala
c) Interaksi obat

d) indikasi
e) Kontraindikasi
f) Peringatan

33
Berikut contoh obat-obat vasodilator :

Nama Nama Pabrik Dosis Pemberian Sediaan Harga


Generik Dagang (mg)

Eminox PT Rp.80.000,-
-
Minoxidil Derma 50 mg -
XP
Hidralazi Ser-Ap- 25 mg, Tablet Rp
Oral 4.795,-/tab
n Es 50 mg

BAB III
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa terapi pada pasien hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu terapi non-
farmakologi dan farmakologi. Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan memodifikasi
gaya hidup seperti penurunan berat badan, adopsi pola makan DASH, diet rendah sodium,
olahraga teratur, dan berhenti merokok. Terapi farmakologi terbagi menjadi dua, yaitu lini

34
pertama yang terdiri dari diuretik, angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI),
angiotensin receptor blocker (ARB), calcium channel blocker (CCB), dan ß-blocker serta lini
kedua yang terdiri dari α1-blocker, α2 agonist central, inhibitor adrenergic, dan vasodilator.

DAFTAR PUSTAKA

1. Muhadi. 2016, JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi


Dewasa, CDK, 43(1): 54
2. AHA (American Heart Association). Cardiovascular Disease : A Costly Burden For
America Projections Through 2035. The American Heart Association Office of Federal
Advocacy : Washington DC; 2017.

35
3. Sugiharto Aris, Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade IIPada Masyarakat(Studi Kasus
Di Kabupaten Karanganyar). Universitas Diponegoro Semarang. 2007
4. Lusiane Adam. Determinan Hipertensi Pada Lanjut Usia. JamburaHealth and Sport
Journal. 2019
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Jakarta. 2013
6. Chobanion A. V, Bakris G.L. and Black H.R., The Seventh Report of the Joint
National Committee on : Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure, 7th ed (JNC 7)., NIH Publication, United State of America. 2004
7. Dennison-himmelfarb C., Handler J. and Lackland D.T., Evidence-Based Guideline for
the Management of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members
Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). 2014

36

Anda mungkin juga menyukai