HIPERTENSI
Pembimbing:
dr. Tety Suratika, Sp.PD, M.Kes
Disusun Oleh:
Alifka Vadya Masyita
(2019730114)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia -Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Refreshing dengan judul “Hipertensi”. Laporan
Refreshing ini penulis ajukan untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Stase Interna di RSUD
Sayang Cianjur.
Penulis menyadari laporan Refreshing ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan laporan selanjutnya. Atas selesainya
laporan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada dr. Tety Suratika, Sp.PD, M.Kes yang telah memberikan persetujuan dan
pembimbingan. Dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil’alamin laporan Refreshing ini
telah selesai dan semoga bermanfaat bagi semua pihak serta semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan dengan balasan yang terbaik.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Etiologi
1
Mekanisme regulasi tekanan darah terkadang tidak dapat berfungsi dengan
semestinya atau tidak mampu mengkompensasi perubahan yang terjadi.
Tekanan darah dapat menjadi terlalu tinggi (hipertensi) atau terlalu rendah
(hipotensi). Etiologi Hipertensi primer (esensial) ini merupakan hipertensi yang
tidak diketahui penyebab pastinya. Mayoritas pasien hipertensi merupakan
hipertensi primer (90%). Orang-orang memiliki kecenderungan genetik
memiliki hipertensi primer yang dapat dipercepat atau diperburuk dengan
beberapa faktor yang berkontribusi, seperti obesitas, merokok, stress, atau pola
makan (Mancia et al., 2018).
1.4 Klasifikasi
2
• Semua umur <140 <90
dengan CKD
dengan/tanpa DM
MAP = cardiac output x total resistensi perifer atau MAP = diastol + 1/3
sistol
3
1.6 Manisfestasi Klinis
4
Dilansir dari Kementerian dan Kesehatan Indoneisa, keluhan yang biasa
terjadi pada penderita hipertensi (Kemenkes RI, 2016), antara lain :
a. Sakit kepala
b. Jantung berdebar-debar
c. Pusing kepala
d. Gelisah
e. Rasa sakit di dada
f. Mudah lelah
g. Penglihatan kabur
Namun, perlu diingat bahwa gejala-gejala ini tidak selalu terkait dengan
hipertensi dan dapat muncul dalam kondisi medis lainnya. Oleh karena itu,
sangat penting untuk menjaga tekanan darah dalam batas normal dengan
melakukan pola hidup sehat dan mengikuti pengobatan jika diperlukan
5
meningkatkan tekanan darah. Namun setelah memasuki menopause
perempuan memiliki resiko lebih besar yang mana disebabkan karena
faktor hormonal.
c. Usia
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya
umur resiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Pada kelompok usia
lanjut hipertensi hanya ditemukan berupa kenaikan tekanan darah sistolik
yang diakibatkan karena perubahan struktur pada pembuluh darah besar.
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
a. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for
Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria
dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan
17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT (status gizi normal menurut
standar internasional) Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat
menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah,
yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf
simpatis dan sistem renin angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal.
b. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin
akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung
memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.
c. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih
otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan
pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya
aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya
6
risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.
d. Komsumsi garam berlebih
Konsumsi natrium berlebih menyebabkan kosentrasi natrium di
dalam carian ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan
yang berada di intraseluler ditarik keluar yang mengakibatkan volume
cairan ekstraseluler meningkat. Volume cairan meningkat ini
menyebabkan meningkatnya volume darah dan terjadilah hipertensi.
e. Kebiasaan Merokok
Zat-zat berbahaya dari rokok merusak lapisan endotel pembuluh
darah arteri, zat tersebut mengakibatkan proses aterosklerosis dan
tekanan darah yang tinggi. Merokok juga meningkatkan denyut jantung,
sehingga kebutuhan oksigen otot-otot jantung jantung bertambah.
f. Displidemia
Kolesterol merupakan komponen penting pada terjadinya
aterosklerosis, yang kemudian meningkatkan tahanan perifer pembuluh
darah sehingga tekanan darah meningkat.
1.8 Dignosis
7
5. Leher kaku
6. Penglihatan kabur
7. Rasa sakit di dada
8. Mudah lelah
9. Impotensi (tidak spesifik).
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada penderita hipertensi secara
umum dapat ditemukan pemeriksaan fisik berupa pasien tampak sehat
namun terlihat sakit-ringan apabila terjadi komplikasi hipertensi ke organ
lain. Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VIII. Pasien dengan
hipertensi wajib diperiksa status neurologis dan pemeriksaan jantung
(tekanan vena jugular, batas jantung, dan ronki). Pemeriksaan tekanan
darah sebaiknya dilakukan dalam keadaan tenang dan telah istirahat
duduk sekitar 5 menit dan tidak berbicara saat diperiksa tekanan darah,
kandung kemih sebaiknya dikosongkan dengan buang 5 air kecil dan
hindari mengkonsumsi kopi, alkohol dan merokok (PDHI, 2021)
(Muhadi, 2016).
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk hipertensi bertujuan untuk
mengidentifikasi penyebab hipertensi dan melihat dampak hipertensi
pada organ tubuh lainnya. Beberapa pemeriksaan yang biasanya
dilakukan adalah:
1. Analisis urine: Tes urine dapat membantu mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, atau diabetes.
2. Pemeriksaan darah: Pemeriksaan darah meliputi tes fungsi ginjal,
kadar gula darah, kolesterol, dan elektrolit.
3. Elektrokardiogram (EKG): Tes EKG dapat membantu mengidentifikasi
kerusakan jantung atau masalah irama jantung yang dapat terkait
dengan hipertensi.
4. Pemeriksaan mata: Pemeriksaan mata dapat membantu
mengidentifikasi kerusakan pada pembuluh darah retina yang dapat
terkait dengan hipertensi.
8
5. Pemeriksaan pencitraan: Pemeriksaan pencitraan seperti CT scan, MRI,
atau USG dapat membantu mengidentifikasi kerusakan pada organ
tubuh lainnya yang dapat terkait dengan hipertensi.
9
BAB II
TATALAKSANA
10
b. Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-
20 mmhg penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pingang 94 cm untuk pria
dan 80 cm untuk wanita. indeks massa tubuh <25 kg/m2 . Rekomendasi
penurunan berat badan meliputi nasihat mengurangi asupan kalori dan juga
meningkatkan aktivitas fisik.
c. Olahraga teratur atau melakukan aktifitas fisik teratur
Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan
pengobatan hipertensi, sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas
kardiovaskular. Olahraga teratur dengan intensitas dan durasi ringan
memiliki efek penurunan TD lebih kecil dibandingkan dengan latihan
intensitas sedang atau tinggi, sehingga pasien hipertensi disarankan untuk
berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas
sedang (seperti: berjalan, joging, bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per
minggu. Olahraga atau melalukan aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan
darah sistolik 4-9 mmHG.
d. Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga
status merokok harus ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan
penderita hipertensi yang merokok harus diedukasi untuk berhenti merokok.
e. Pembatasan komsumsi alkohol
Pembatasan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah
sistolik 2-4 mmHG. Maksimum 2 minuman standar/ hari: 1 oz atau 30 Ml
ethanol misaln bir 24 oz wine 10 oz atau 3 oz 80-proof whiskey untuk pria
dan 1 minuman standar/hari untuk wanita.
2.2 Farmakologi
11
ini adalah dengan menggunakan terapi obat kombinasi pada sebagian besar
pasien, untuk mencapai tekanan darah sesuai target. Bila tersedia luas dan
memungkinkan, maka dapat diberikan dalam bentuk pil tunggal
berkombinasi (single pill combination), dengan tujuan untuk meningkatkan
kepatuhan pasien terhadap pengobatan (PDHI, 2021).
12
2. Penyekat reseptor beta adrenergik (β-Blocker)
Efek dari golonga β-Blocker antara lain menurunkan frekuensi
denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah
jantung, menghambat sekresi renin dengan penurunan angiotensin II,
dan efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis. Atenolol
merupakan obat yang sering dipilih karena penetrasinya ke SSP minimal
sehingga kurang menimbulkan efek samping sentral, jenis lainnya ada
metoprolol, labetalol, dan karvedilol.
3. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEi)
ACE Inhibitor menghambat perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi
aldosteron. Vasodilatasi secara langsung menurunkan tekanan darah
sedangkan pengurangan aldosteron akan menyebabkan ekskresi air dan
natirum dan retensi kalium. Obat yang bisa ditemukan adalah kaptopril
yang paling banyak digunakan. Efek ACE Inhibitor efektif untuk
hipertensi ringan, sedang, dan berat.
4. Penghambat reseptor angoitensin (ARB)
Reseptor angiotensin II terdiri dari dua kelompok yaitu AT1 dan
AT2. AT1 terdapat di otot polos pembuluh darah, otot jantung, dan di
ginjal, otak, dan kelenjar adrenal. AT1 memperantai semua efek
fisiologi angiotensin II terutama pada homeostasis. Reseptor AT2
terdapat di medula adrenal dan juga di SSP. Losartan merupakan obat
golongan ARB yang selektif pada AT1 yang menghambat semua efek
angiotensin II seperti vasokonstriksi dan sekresi aldosteron.ARB sangat
efektif untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan
kadar renin yang tinggi seperti hipertensi renovaskular dan hipertensi
genetik.
13
amtagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol , sedangkan
vena kurang dipengaruhi. Antagonis kalsium terbukti sangat efektif
pada hipertensi dengan kadar renin yang rendah seperti pada usia lanjut.
14
tinggi dan berisiko sangat tinggi, pasien usia sangat lanjut (≥80 tahun)
atau ringkih.
5. Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi
atau ARB), CCB, dan diuretik jika TD tidak terkontrol oleh kombinasi
duaobat.
6. Penambahan spironolakton untuk pengobatan hipertensi resisten,
kecuali ada kontraindikasi.
7. Penambahan obat golongan lain pada kasus tertentu bila TD belum
terkendali dengan kombinasi obat golongan di atas.
Kombinasi dua penghambat RAS tidak direkomendasikan (PDHI,
2021).
15
Hipertensi PERHI tahun 2019, disepakati bahwa target tekanan darah
adalah <140/90 mmHg, tidak tergantung kepada jumlah penyakit penyerta
dan nilai risiko kardiovaskularnya.
Pada Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021 ini, disepakati
target tekanan darah seperti tercantum pada diagram berikut ini:
16
2.5 Gambar Algoritma Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC VIII
17
BAB III
3.1 Komplikasi
a. Otak
18
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang
meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya akan berkurang.
Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Ensefalopati juga dapat
terjadi terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi dengan onset cepat.
Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler, sehingga mendorong cairan masuk ke dalam ruang intertisium di
seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan neuron-neuron di
sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan kematian.
b. Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami
arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak
mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen miokardium
yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia jantung, yang pada
akhirnya dapat menjadi infark.
c. Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan
glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unitunit fungsional ginjal,
sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian
ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar
melalui urin sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan
osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada
hipertensi kronik.
d. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut
19
berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan.
Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah
iskemik optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah
yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada
arteri dan vena retina. Penderita retinopati hipertensif pada awalnya tidak
menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium
akhir.
3.2 Prognosis
20
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI Ed-6. Farmakologi dan Terapi. Ed-
6. Jakarta: Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
22