Anda di halaman 1dari 36

LITERATURE REVIEW

EFEKTIVITAS SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH


PADA PENDERITA HIPERTENSI

Oleh :
RADIAH ILHAM
NIM : P1337420820001

Tugas Mata Kuliah : Elektif Keperawatan Penyakit Kronik


Dosen Pengampu : Dr. Sudirman, MN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER TERAPAN
PROGRAM PASCASARJANA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga tugas yang berjudul “Literature Review : Efektivitas Senam Hipertensi

Terhadap ” ini dapat tersusun hingga selesai tepat pada waktunya.

Saya menyadari bahwa Literature Review ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu saya

mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk Literature Review ini. Agar

supaya Literature Review ini nantinya dapat menjadi Literature Review yang lebih

baik lagi.

Makassar, 22 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri disebut tekanan darah.

Tekanan darah terbagi menjadi dua yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik.

Tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang terjadi saat ventrikel berkontraksi.

Tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat disebut tekanan diastolik

(WHO, 2016). Normal tekanan darah orang dewasa adalah berkisar dari 100/60

sampai 140/90 dan rata-ratanya adalah 120/80. Tekanan darah juga digambarkan

sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik (Hernawan & Rosyid,

2017).

Otak adalah pengontrol tekanan darah di dalam tuuh, otak dibantu oleh

sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Bagian

sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk

menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan

khusus semua organ adalah serabut syaraf (Hayens, 2016). Semua informasi tentang

tekanan darah diproses oleh otak dan hasil dari keputusan dikirim melalui saraf

menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan

mengembang atau mengempisnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat berfungsi

secara otomatis (Fauzan, 2016).

Akhirnya tekanan darah dikontrol dengan berbagai proses fisiologis yang

bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang menentukan darah mengalir

di sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar bisa berfungsi

dengan baik. Jika salah satu mekanisme tersebut mengalami gangguan, maka dapat

terjadi hipertensi (Fauzan, 2016).

Perubahan yang menyertai proses perkembangan menuju tahap lanjut usia


dapat menjadikan sumber masalah dan keputusasaan ketika seorang lanjut usia tidak

memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan tersebut. Dengan adanya

perubahan yang dialami lanjut usia, seperti perubahan pada fisik, psikologis,

spiritual, dan psikososial menyebabkan lanjut usia mudah mengalami peningkatan

tekanan darah (Lumempouw et al., 2016).

Tekanan darah adalah salah satu perubahan fisik oleh lansia dan dapat

mengancam kesehatan. Salah satu dampak perubahan fisik yang dialami oleh

seseorang ketika memasuki periode masa tuanya (lansia) adalah peningkatan tekanan

darah. Tingginya tekanan darah umumnya diakibatkan oleh tekanan ekonomi atau

kemiskinan, selain itu tekanan darah juga dapat mengakibatkan berbagai penyakit

kronis bagi lansia (Lumempouw et al., 2016).

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 jumlah

kasus hipertensi sebanyak 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin

tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah perkiraan 1,15 miliar kasus atau sekitar 29%

dari total penduduk dunia. Hipertensi menyumbang 51% kematian akibat stroke dan

45% kematian akibat jantung koroner (Kemenkes RI, 2019).

Menurut hasil Riskesdas tahun 2018 kejadian hipertensi di Indonesia berada

dalam peringkat ke 6 dari 10 kategori penyakit tidak menular kronis. Prevalensi

kejadian hipertensi di Indonesia yang didapatkan dari hasil pengukuran tekanan

darah mengalami peningkatan dari 25,8% pada tahun 2013 menjadi 34,7%.

Hipertensi seringkali ditemukan pada lansia dan dibuktikan dengan hasil studi

tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan Komnas

Lansia di 10 Provinsi tahun 2012, prevalensi hipertensi pada lansia mencapai 38,8%

(Kemenkes RI, 2019).

Rusaknya dinding pembuluh nadi dan cepatnya proses penebalan

(aterosklerosis) serta sempitnya pembuluh-pembuluh nadi akan mempertinggi faktor


risiko hipertensi . Hipertensi dapat berkembang menjadi penyakit serius seperti gagal

jantung kronik, stroke, serta pengecilan volume otak, sehingga kemampuan fungsi

kognitif dan intelektual seorang penderita hipertensi akan berkurang Kondisi

tersebut salah satunya dapat dicegah dengan berolah raga. Olah raga sangat

berpengaruh bagi penderita hipertensi dalam meningkatkan imunitas tubuh setelah

latihan secara teratur, dan juga dapat mencegah kegemukan, mengatur kadar glukosa

darah, menormalkan tekanan darah, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin serta

meningkatkan kemampuan kerja. Seperti halnya, olah raga dapat menurunkan

kolesterol total, membantu memperbaiki profil lemak darah, Low Density

Lipoprotein (LDL), trigliserida dan menaikkan High Density Lipoprotein (HDL)

serta menurunkan tekanan darah dan memperbaiki sistem hemostatis (Deiby, 2016).

Khusus lansia, olah raga yang digunakan adalah senam lansia. Senam lansia

dapat mencegah kehilangan fungsional organ dan juga dapat menurunkan berbagai

risiko penyakit sepert9 hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit arteri coroner.

Senam lansia juga sangat penting untuk para lanjut usia untuk menjaga kesehatan

tubuh mereka. Senam lansia merupakan olah raga yang ringan, mudah dilakukan dan

tidak memberatkan pada lansia. Senam lansia yang dilakukan secara teratur dapat

menurunkan tekanan darah tinggi. Hal ini disebabkan karena aktivitas fisik akan

mengurangi lemak tubuh, dimana lemak tubuh ini berhubungan dengan tekanan

darah tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mencoba meninjau kembali

beberapa artikel untuk mengetahui lebih mendalam terkait efektivitas senam lansia

terhadap penurunan tekanan darah.


B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan data dan uraian di latar belakang banyak sekali penderita

hipertensi di dunia. Maka disini akan dijelaskan salah satu self management pada

penderita hipertensi yaitu dengan melakukan senam hipertensi.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan literatur review ini untuk mengetahui lebih mendalam terkait efektivitas

senam lansia terhadap tekanan darah tekanan darah pada penderita hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah yang mengakibatkan

peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan darah ≥140/90 mmHg

(Kemenkes.RI, 2014). Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko

terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan(Aisyiyah

Nur Farida, 2012). Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika

yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5

juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.

Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing

individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala penyakit hipertensi

adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar,

mudah Ielah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan

mimisan(Kemenkes.RI, 2014) .

Menurut WHO, hipertensi didefinisikan sebagai keadaan tekanan darah sistolik

≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Menurut Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood

Pressure (JNC VII) hipertensi diklasifikasikan seperti berikut

Sistolik (mmHg)
Tabel 2.1 Klasifikasi
Hipertensi Menurut JNC
VII 2003
8

Klasifikasi

Tekanan Darah
Tekanan Darah
TekananDarah

Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120- 80-89


139
Hipertensi Stage 90-99
140-
1 159 ≥100

Hipertensi Stage ≥160


2

B. Batasan Hipertensi

Berbagai macam batasan tingginya tekanan darah yang dikatakan sebagai

hipertensi. Batasan yang digunakan oleh WHO adalah TDS > 160 mmHg atau TDD

>95 mmHg. Berdasarkan tingginya nilai tekanan darah, maka Hipertensi dibedakan

menjadi :

1. Hipertensi ringan : TDD 90-110

2. Hipertensi sedang : TDD 110-130

3. Hipertensi berat : >130

Sesuai penjelasan diatas WHO menggunakan tekanan diastolik dalam

menentukan ada tidaknya Hipertensi. Penentuan batasan hipertensi ini sangat penting

karena perubahan tingginya hipertensi sangat mempengaruhi perhitungan prevalensi

dalam populasi (Bustan, 2007).

Pudiastuti (2011) mengungkapkan, pada awalnya diperkirakan bahwa kenaikan


pada tekanan darah diastolik merupakan suatu faktor yang lebih penting daripada

peningkatan sistolik, namun sekarang diketahui bahwa pada orang-orang yang berumur

50 tahun lebih hipertensi sistolik mewakili suatu risiko yang lebih besar.

C. Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan :

1. Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan

dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola

makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi (Kemenkes.RI, 2014).

2. Hipertensi Sekunder

Prevalensi hipertensi sekunder sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.

Penyebab hipertensi sekunder yaitu ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin dan obat.

D. Patofisiologi

Dimulai dengan arterosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah

perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah

disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat

gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan

baban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya

pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam

sistem sirkulasi (Bustan,2007).

E. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi yang terjadi bertahun-tahun tanpa ada upaya untuk mengontrol bisa

merusak berbagai organ vital tubuh yaitu, otak, jantung, ginjal,mata, kaki
1. Otak

Secara patologi anatomi dalam otak kecil akan dijumpai adanya odema,

perdarahan kecil-kecil sampai infark kacil dan nekrosis fibrinoid arteriod.

Hipertensi yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan penyumbatan atau

terputusnya pembuluh darah pada pada otak. Tekanan darah tinggi secara

signifikan meningkatkan peluang untuk mengalami stroke. Faktanya, tekanan

darah tinggi adalah faktor risiko paling penting untuk stroke. Ditaksir bahwa 70%

dari semua stroke terjadi pada orang-orang yang menderita tekanan.

2. Jantung

Selama bertahun-tahun, ketika arteri menyempit dan menjadi kurang lentur

sebagai akibat hipertensi, jantung semakin sulit memompakan darah secara efisien

ke seluruh tubuh. Beban kerja yang meningkat akhirnya merusak jantung dan

menghambat kerja jantung, kemungkinan akan terjadi serangan jantung. Ini terjadi

jika arteri koronaria menyempit, kemudian darah menggumpal. Kondisi ini

berakibat pada bagian otot jantung yang bergantung pada arteri koronaria mati.

3. Ginjal

Hipertensi yang tidak terkontrol juga bisa memperlemah dan

mempersempit pembuluh darah yang menyuplai ginjal. Hal ini bisa menghambat

ginjal untuk berfungsi secara normal.

4. Mata

Pembuluh darah pada mata akan terkena dampaknya, yang terjadi adalah

penebalan, penyempitan atau sobeknya pembuluh darah pada mata. Kondisi

tersebut bisa menyebabkan hilangnya penglihatan.


5. Kaki

Pembuluh darah di kaki juga bisa rusak akibat dari hipertensi yang tak

terkontrol. Dampaknya, darah yang menuju kaki menjadi kurang dan

menimbulkan berbagai keluhan.

F. Pengobatan Hipertensi

Tujuan utama pengobata penderita hipertensi adalah tercapainya penurunan

maksimum risiko total morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Hal ini memerlukan

pengobatan semua faktor risiko reversible yang ditemukan seperti merokok, peningkatan

kolesterol, diabetes mellitus dan pengobatan.

G. Strategi Manajemen Penatalaksaan Hipertensi

1. Non farmakologis

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan

darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan

kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko

kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal,

yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut,

tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko

kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi

(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015).

Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
a) Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan

memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat

yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan

dislipidemia.

b) Mengurangi asupan garam. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2


gr/ hari

c) Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/

hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah.

d) Mengurangi konsumsi alkohol. konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari

pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan

darah.

e) Berhenti merokok.

2. Terapi farmakologi

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien

hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6

bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.

Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga

kepatuhan dan meminimalisasi efek samping,

yaitu :

a. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal

b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya

c. Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia

55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid.

d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i)

dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)


e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi

f. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.

H. Epidemiologi Hipertensi

Secara global prevalensi tertinggi peningkatan tekanan darah usia ≥18 tahun pada

tahun 2014 terdapat di Afrika sebesar 30% dan terendah terdapat di Amerika yaitu

sebesar 18%. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan

prevalensi hipertensi sebesar 24% setelah Bhutan (27,7%), Timor Leste (26%), Nepal

(25,9%), India (25,9%) dan Bangladeshn(25,1%), sedangkan prevalensi hipetensi

terendah yaitu Srilanka sebesar 21,6%) (WHO, 2015).

Prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia berdasarkan pengukuran pada umur

≥18 tahun menurut hasil Riskesdas 2013 terdapat di Bangka Belitung (30,9%) dan

prevalensi kejadian hipertensi terendah terjadi di Papua (16,8%). Dilihat secara Nasional

prevalensi kejadian hipertensi pada tahun 2013 di provinsi Bali sebesar 19,9%

(Kemenkes.RI, 2014). Epidemiologi hipertensi berdasarkan orang dapat diklasifikasikan

menurut umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Semakin tinggi umur maka

prevalensi hipertensi akan cenderung meningkat (Kemenkes RI, 2013).

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan wawancara (apakah pernah

didiagnosis tenaga kesehatan dan minum obat hipertensi) mengalami peningkatan yaitu

dari 7,6% pada tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun2013 (Kementrian Kesehatan RI,

2013).

Tingginya penderita Hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta bangsa Indonesia

tetapi hanya 4% yang merupakan controlled hypertension. Sebagai gambaran umum


masalah hipertensi sebagai berikut :

1. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa sebagai suatu proses degeratif hipertensi

tentu hanya ditemukan pada golongan dewasa. Sebagai suatu proses degenerative

hipertensi hanya ditemukan pada golongan dewasa. Ditemukan peningkatan

prevalensi menurut peningkatan usia.

2. Hampir 50% penderita tidak menyadari gejala hipertensi sehingga mereka

berpotensi untuk menderita hipertensi yang lebih berat karena tidak menjaga

pola makan dan menghindari faktor risiko.

3. Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, karena itu hipertensi banyak terabaikan

sampai menjadi ganas ( Hipertensi maligna).

4. Sebanyak 90% hipertensi esensial, yaitu hipertensi yang tidak diketahui dengan

jelas penyebabnya, dalam artian sulit untuk mencari bentuk intervensi dan

pengobatannya.

Prevalensi hipertensi di Provinsi Bali juga mengalami peningkatan berdasarkan

wawancara menurut hasil Riskesdas Tahun 2013.

Prevalensi hipertensi tertinggi di Provinsi Bali saat ini masih tinggi karena dari

sepuluh besar penyakit di puskesmas menduduki rangking ke dua (Dinas Kesehatan

Provinsi Bali, 2015). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar hipertensi

tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur (Dinas Kesehatan Kota

Denpasar, 2016). Sementara itu berdasarkan Laporan Sepuluh Besar Penyakit di

Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2016, penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas 1 Denpasar Timur mengalami Peningkatan dari 1.326 kasus pada tahun 2015

menjadi 1.621 kasus pada tahun 2016 (Puskesmas 1 Denpasar Timur, 2016). Sepuluh
besar penyakit yang ada dipuskesmas 1 denpasar timur tahun 2016 dapat dilihat pada

tabel 2.2

Tabel 2.2 Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2016

No Penyakit Jumlah Kasus Persentase (%)

1. Acute Nasopharynggitis 5.864 23.78

2. Hypertension 4.272 17.32

3. Acute Pharynggitis 3667 14.87

4. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus 2.921 11.84

5. Other Surgical Follow Care 2.497 10.12

6. Fever, Unpescified 2.062 8.36

7. Gastritis and Duodenitis 1.328 5.38

8. Chronic Apical Periodonitis 964 3.9

9. Allergic Contact Dermatitis 748 3.03

10. Pulpitis 328 1.33

Jumlah 24.651 100.00

(Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2016)

I. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi dapat dibedakan menjadi

dua faktor yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

1.9.1 Faktor Yang Tidak Dapat Dimodifikasi

1. Umur

Semakin bertambahnya umur akan meningkatkan faktor risiko hipertensi karena

anatomi tubuh yang dimulai mengalami perubahan, dimana arteri akan kehilangan

kelenturan yang mengakibatkan pembuluh darah menjadi kaku dan sempit sehingga
tekanan darah akan meningkat (Kemenkes RI, 2012). Penelitian kasus control yang

dilakukan di Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa faktor umur merupakan faktor

risiko hipertensi dengan OR=11,34 (Nurarima, 2012). Demikian juga hasil penelitian

yang dilakukan di kelurahan motoboi kecil, Kecamatan Kotamobagu Selatan didapatkan

nilai OR=5,263 analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur

dengan kejadian hipertensi, hal ini berarti semakin bertambahnya umur maka peluang

untuk terjadinya hipertensi 5,263 kali dibandingkan usia yang lebih muda (Dedullah

Fardya Rilie Malonda S.H Nancy Joseph S.Baren Woodford, 2013)

2. Jenis Kelamin

Pria memiliki prevalensi sedikit lebih tinggi menderita hipertensi bila

dibandingkan wanita ( WHO, 2014). Hal itu berlaku untuk umur dibawah 50 tahun,

karena bila sudah memasuki umur 50 tahun, wanita memiliki risiko yang lebih besar

untuk mengalami hipertensi daripada pria, yang disebabkan karena menurunnya

hormone estrogen yang berperan didalam memberikan perlindungan terhadap penyakit

jantung dan pembuluh darah termasuk tekanan darah tinggi.

Penelitian kasus control yang melibatkan 106 responden di Kabupaten Rembang

menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki merupakan faktor risiko terkena hipertensi

dengan OR=3,051 hal ini berarti laki-laki berisiko terkena hipertensi 3,051 kali

dibandingkan dengan perempuan(Nurarima, 2012). Penelitian mengenai hipertensi juga

dilakukan di cikarang barat, 2012 mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

tekanan darah di Puskesmas Telaga Murni diperoleh nilai OR=1,81 secara statistik jenis

kelamin tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi(Febby & Prayitno, 2013).


3. Riwayat Keluarga
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga

tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi. Hipertensi dikaitkan pula dengan faktor

riwayat keluarga dimana bila ayah atau ibu mempunyai penyakit hipertensi besar

kemungkinan akan menurun kepada anak-anaknya dengan perkiraan sebesar 30% dan

bila baik ayah maupun ibu menderita hipertensi maka anak-anaknya berisiko terkena

hipertensi sebesar 50%. Risiko menderita hipertensi essensial semakin tinggi bila baik

ayah maupun ibu mengidap penyakit sebelumnya (Widyningtyas,2009).

Hasil penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas Airmadidi Kabupaten

Minahasa Utara Tahun 2014 berdasarkan uji chi square didapat nilai OR 17.71, hasil ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan hipertensi.

Orang yang mempunyai anggota keluarga hipertensi berisiko 17.71 kali lebih besar

dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai anggota keluarga menderita

hipertensi (Talumewo C Merlisa Ratag T Buda Prang D Jantje, 2014) . Namun Sebuah

penelitian lain dengan rancangan cross sectional di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta

Tahun 2009 didapatkan nilai p= 0.158 dengan α = 0.05, karena nilai p lebih besar dari

nilai α, dan Chi Square hitung 1.992 < Chi Square tabel 3,481, berarti secara statistik

tidak ada hubungan antara riwayat keluarga menderita hipertensi dengan kejadian

hipertensi(Yeni, Djannah, & Solikhah, 2014).

1.9.2 Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi

1. Obesitas

Timbulnya berbagai penyakit seperti obesitas biasanya diikuti oleh keadaan antara

lain hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung seperti arterioklerosis, jantung koroner
(Pudiastuti,2011). Berat badan berlebihan merupakan suatu bahaya terhadap kesehatan.

Sebanyak 85% dari semua pengidap diabetes dan 60% dari semua orang yang mengidap

hipertensi adalah orang-orang yang kelebihan berat badan. Penyebab utama dari semua

kelebihan berat badan adalah terlalu banyak.

Penelitian cross sectional yang dilakukan di puskesmas Tegal Murni, Cikarang

Barat pada Tahun 2012 dengan 75 responden didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang

bermakna antara IMT dengan hipertensi (p<0,05) dengan nilai OR 51,1 hal ini berarti

orang yang mengalami obesitas 51.1 kali lebih berisiko terkena hipertensi dibandingkan

dengan orang yang tidak obesitas. Penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan

antara berat badan dengan kejadian hipertensi (Febby & Prayitno, 2013)

Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan pada laki-laki dewasa di

Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar didapatkan hasil pada uji

MC Nemar didapatkan nilai OR=2.66. (Astiari , 2016).

2. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang

disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan atau

resistensi insulin (Bustan,2007). Kadar gula yang tinggi dan berkepanjangn dapat

berakibat naiknya tekanan darah. Kadang tanda pertama yang tampak pada penderita

Diabetes Melitus adalah Hipertensi. Konsentrasi gula yang tinggi dan konstan yang

terserap dalam aliran darah pada akhirnya tidak hanya menyebabkan Hipertensi yang

konstan, tetapi mungkin juga melemahkan kekuatan pangkreas dalam menghasilkan

insulin (Windyningtyas,2009). penelitian case control yang dilakukan pada laki-laki

dewasa di Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar didapatkan


hasil pada uji MC Nemar didapatkan nilai OR = 1.2, CI 95% 0.3051-4.9705, p=0,76.

Secara statistik diabetes mellitus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian

hipertensi (Astiari , 2016).

3. Alkohol

Alkohol adalah suatu zat yang dosis rendah mempunyai efek mengguntungkan

misal menurunkan kejadian infark miokard, strok, batu kantong empedu dan

kemungkinan penyakit Alzheimer, akan tetapi bila konsumsi lebih dari dua gelas standar

sehari dapat menyebabkan problem kesehatan pada beberapa sistem, pemakain 3 gelas

atau lebih dapat perhari akan menimbulkan kenaikan tekana darah tergantung dosis

etanolnya. Konsumsi dalam jumlah besar dan berulang-ulang seperti pada

penyalahgunaan alkohol dapat memperpendek harapan hidup baik laiki-laki maupun

perempuan, pada semua kelompok kultur dan tingkat social ekonomi (Budiman, 2009).

Penelitian case control di puskesmas Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara dengan uji

chi-square didapat nilai OR 4.545 ini berarti orang yang mengonsumsi alkohol memiliki

risiko 4,54 kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak mengkonsumsi alkohol

(Talumewo C Merlisa Ratag T Buda Prang D Jantje, 2014)

Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

payangan, Kabupaten Gianyar pada tahun 2016 dengan uji MC Nemar didapatkan hasil

OR= 0.66. ini berarti secara statistik konsumsi alkohol tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kejadian hipertensi (Astiari, 2016).

4. Merokok

Rokok mengandung zat racun seperti tar, nikotin dan karbon monoksida. Zat

beracun tersebut akan menurunkan kadar oksigen ke jantung, meningkatkan tekanan


darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), peningkatan

gumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah coroner. Hasil penelitian dari

Kartika pada masyarakat pedesaan di Kabupaten Rembang tahun 2012 menunjukkan

hasil bahwa merokok berhubungan dengan terjadinya hipertensi dengan nilai OR=9.537.

Sebuah Penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas Baturiti II terhadap

hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki umur 40 tahun

keatas, berdasarkan analisis chi square diperoleh nilai OR 2.925 (Widya, 2012).

Penelitian case control kejadian hipertensi pada pasien di Wilayah Kerja Puskesmas

Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2014 dengan uji chi square diperoleh hasil

nilai OR= 4.362 . orang yang mempunyai kebiasaan merokok berisiko 4.362 kali lebih

besar menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Hal tersebut

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi

(Talumewo C Merlisa Ratag T Buda Prang D Jantje, 2014).

5. Aktivitas Fisik

Berapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan

darah karena aktivitas fisik yang teratur dapat melebarkan pembuluh darah sehingga

tekanan darah menjadi normal. Semakin ringan aktivitas fisik semakin meningkat risiko

terjadinya hipertensi (Aripin,2015).

Orang yang kurang berolahraga atau kurang aktif bergerak dan yang kurang

bugar, memiliki risiko menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi meningkat 20-50%

dibandingkan mereka yang aktif dan bugar (Windyningtyas,2009).

Penelitian case control yang dilakukan di Kabupaten Sleman Tahun 2013

terhadap 50 responden, menunjukkan hasil bahwa aktivitas fisik yang kurang dapat
meningkatkan risiko terkena hipertensi dengan OR= 4,9 . Namun pada Penelitian

Artiyaningrum,2014 di Puskesmas Kedungmundu kota semarang didapatkan nilai

OR=1.338. secara statistik aktivitas olahraga tidak berpengaruh terhadap kejadian

hipertensi.

6. Konsumsi Makanan Asin

Garam memiliki sifat mengikat cairan sehingga mengkonsumsi garam dalam

jumlah yang berlebihan secara terus-menerus dapat berpengaruh secara langsung

terhadap peningkatan tekanan darah. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan

konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat, untuk menormalkannya

cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat

menyebabkan meningkatnya volume darah kemudian berdampak timbulnya hipertensi.

Penelitian case control pada laki-laki dewasa di Puskesmas Payangan, Kecamatan

Payangan Kabupaten Gianyar didapatkan hasil pada uji MC Nemar diperoleh nilai OR=

1.6. secara statistik konsumsi garam tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kejadian hipertensi.

7. Stres

Stres merupakan suatu keadaan ketegangan fisik dan mental/kondisi yang dapat

dialami oleh seseorang yag dapat mempengaruhi emosi, proses berfikir dan dapat

menyebabkan ketegangan. Hasil Penelitian Widyartha,2016 di wilayah kerja unit

pelaksana teknis Puskesmas Kuta Utara Kabupaten Badung menunjukkan hasil bahwa

pada tingkat stress sedang diperoleh nilai Crude OR=6.15 dan pada tingkat stress berat

nilai Crude OR=11.39. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat stres maka

semakin besar pula risiko untuk menderita hipertensi. Penelitian di Puskesmas


Kedungmundu kota semarang didapatkan nilai OR=6.333. secara statistik stress

berpengaruh terhadap kejadian hipertensi (Artiyaningrum, 2015).


BAB III
METODE PENELITIAN

A. LITERATURE REVIEW

Dalam melakukan penelitian ilmiah harus dilakukan teknik penyusunan yang

sistematis untuk memudahkan langkah-langkah yang akan diambil. Begitu pula yang

dilakukan penulis dalam penelitian ini, langkah pertama yaitu dengan melakukan studi

literatur pada buku-buku yang membahas tentang efektivitas senam lansia terhadap

tekanan darah pada penderita hipertensi, jurnal, maupun penelitian yang telah dilakukan

yang berkaitan dengan efektivitas senam lansia terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi.

B. Sumber Data

Data sekunder dalam studi literatur ini adalah data yang bersumber dari literatur

maupun referensi-referensi yang ada.

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a) Kriteria inklusi:

1. Artikel yang dipublikasikasikan pada periode 2011-2021

2. Dipublikasikan pada laman jurnal terakreditasi misalnya Jurnal Media

Keperawatan, Sinta, Scopus, Doaj, dll

3. Jumlah populasi dan sampel representatif

b) Kriteria ekslusi

1. Artikel literature review


D. Metode Pencarian Jurnal

1. Metode pencarian untuk mengidentifikasi penelitian

Strategi penelusuran jurnal penelitian menggunakan PICOS. Penelusuran

dimulai dari 22 Januari sampai dengan 05 Februari 2021 dari Google Scholar.

Strategi pencarian menggunakan dua komponen utama yaitu senam lansia dan

tekanan darah pada hipertensi sebagai kata kunci. Jurnal yang dicari menggunakan

bahasa inggris dan bahasa Indonesia dengan tahun yang dibatasi dari 2011 sampai

dengan tahun 2021 diharapkan mendapatkan informasi yang update serta, kontak

dengan peneliti tidak dilakukan. penelitian yang didapatkan di identifikasi secara

manual dan pencarian sitasi/citation untuk mendapatkan judul yang relevan.

2. Kata kunci

Kata kunci yang digunakan dalam penelitian literatur review ini adalah

“Efektivitas senam lansia terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi”

3. Komponen PICOS

Komponen dari PICOS (Pasien/populasi, Intervensi, Control/comparator, Outcome

dan Studi Desain) sebagai berikut :

P = Penderita Hipertensi

I = Senam Lansia

C=-

O = Tekanan darah

S = Quasi eksperimen dan randomized control trial (RCT), kohort, study


SINTESIS GRID

Tabel 3.1 Sintesis Grid

No. Peneliti Judul Tujuan Penelitian Metode Desain Responden Hasil Penelitian
Penelitian
1. ( Aji, Wahyu Pengaruh Senam Untuk mengetahui Desain penelitian 14 Hasil rata-rata pengukuran tekanan darah
Pamungkas Bayu, Lansia Terhadap pengaruh senam lansia yang digunakan pre- responden sistolik pada 14 responden sebelum
2015) Tekanan Darah Pada terhadap tekanan eksperiment dengan dan setelah dilakukan senam lansia di
Lansia Penderita darah pada lansia one group pretest POSYANDU lansia Dusun Banaran 8,
Hipertensi Di penderita hipertensi di posttest. Subyek Playen Gunung kidul didapatkan hasil
Posyandu Lansia POSYANDU Banaran penelitian adalah sebelum dilakukan 171,2 mmHg dan
Dusun Banaran 8 8 Playen lanjut usia penderita sesudah dilakukan 166,07 mmHg sedangkan
Playen Gunungkidul Gunungkidul hipertensi di hasil rata-rata pengukuran tekanan darah
POSYANDU diastolik didapatkan hasil sebelum
Banaran 8 Playen dilakukan 94,64 mmHg dan sesudah
Gunungkidul dilakukan 89,28 mmHg. Hasil uji statistik
Dan menggunakan dengan paired t-test menunjukkan nilai p
purposive sampling. (value) tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah dilakukan senam lansia didapatkan
p value 0,024 dan tekanan darah diastolik
sebelum dan sesudah dilakukan senam
lansia didapatkan p value 0,010 dengan taraf
signifikasi 0,05 (p<0,05)
2. ( Hernawan, Totok Pengaruh Senam Penelitian ini Penelitian ini adalah 20 Hasil dari penelitian ini adalah tekanan
Rosyid, Fahrun Hipertensi Lansia bertujuan untuk penelitian kuantitatif respondent darah sebelum pemberian intervensi
Nur, 2017) terhadap Penurunan mengetahui pengaruh dengan rancangan sebagian besar adalah prehypertension
Tekanan Darah senam hipertensi preexperiment design (39%), tekanan darah setelah pemberian
Lansia dengan lansia terhadap One Group Pre test- intervensi senam hipertensi sebagian besar
Hipertensi di Panti penurunan tekanan post test. adalah normal (56%), danterdapat pengaruh
Wreda Darma Bhakti darah lansia dengan senam hipertensi terhadap tekanan darah
Kelurahan Pajang hipertensi di Panti lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta Wredha Darma Bhakti Pajang Surakarta (p-value = 0,001).
Kelurahan Pajang
Surakarta
3. (Sumartini et al., Pengaruh Senam Tujuan penelitian ini Metode penelitian ini 30 Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
2019) Hipertensi Lansia adalah untuk menggunakan metode Respondent tekanan darah sistolik sebelum senam
Terhadap Tekanan mengetahui pengaruh rancangan pra- hipertensi lansia 151,80 mmHg, diastolik
Darah Lansia Dengan senam hipertensi eksperimen, one 94,73 mmHg dan rata-rata tekanan darah
Hipertensi Di lansia terhadap group pretest- sistolik sesudah senam hipertensi lansia
Wilayah Kerja tekanan darah lansia posttest. Sampel 137,13 mmHg, diastolik 90,27 mmHg. Hasil
Puskesmas dengan hipertensi di dengan metode uji paired sampel t-test didapatkan þ= 0,000
Cakranegara wilayah kerja purposive sampling. <  α=0,05 sehingga H0 ditolak H1 diterima.
Kelurahan Turida Puskesmas Pengumpulan data Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada
Tahun 2019 Cakranegara dengan observasi pengaruh yang signifikan senam hipertensi
Kelurahan Turida tekanan darah lansia terhadap tekanan darah lansia dengan
Tahun 2019. sebelum dan sesudah hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
intervensi, yang Cakranegara Kelurahan Turida Tahun 2019.
dilakukan dua kali Saran bahwa senam hipertensi lansia dapat
seminggu selama menjadi alternatif senam yang dapat
empat minggu. Data diberikan pada lansia yang mengikuti
tekanan darah program Prolanis maupun kegiatan olahraga
dianalisa lain.
menggunakan paired
sampel t-test dengan
α < 0,05.
4, (Tulak & Munawira Pengaruh Senam Penelitian ini bersifat 36 Hasil penelitian diuji dengan menggunakan
Umar, 2017) Lansia Terhadap kuantitatif pre respondent paired-samples test yang diperoleh nilai
Penurunan Tekanan eksperimen dengan P<0,05 yang berarti ada pengaruh senam
Darah Lansia rancangan pretest- lansia terhadap penurunan tekanan darah.
Penderita Hipertensi postest design. Data Lanjut usia adalah suatu proses yang alami
Di Puskesmas Wara dikumpulkan dengan dari tumbuh kembang. Tekanan darah
Palopo lembar observasi, adalah daya yang diperlukan agar darah
sampel diperoleh dapat mengalir di dalam pembuluh darah
dengan cara total dan beredar mencapai semua jaringan tubuh
sampling. manusia. Hipertensi atau tekanan darah
tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri
secara terus menerus lebih dari satu periode.
Senam lansia merupakan suatu bentuk
olahraga aerobic yang bermanfaat bagi para
lanjut usia. Senam lansia yang teratur dapat
membantu menjaga keseimbangan tekanan
darah. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh senam lansia
terhadap penurunan tekanan darah lansia
penderita hipertensi di Puskesmas Wara
Palopo
5. (Anwari et al., 2018) Pengaruh Senam Anti Penelitian ini Penelitian ini adalah 16 Hasil dari penelitian ini adalah tekanan
Hipertensi Lansia bertujuan untuk penelitian kuantitatif respondent darah sebelum pemberian intervensi
Terhadap Penurunan mengetahui pengaruh dengan rancangan sebagian besar adalah prehypertension
Tekanan Darah senam anti hipertensi preexperiment design (87,5%), tekanan darah setelah pemberian
Lansia Di Desa lansia terhadap One Group Pre test- intervensi senam hipertensi sebagian besar
Kemuningsari Lor penurunan tekanan post test. adalah normal (87,5%), dan terdapat
Kecamatan Panti darah lansia dengan Pengumpulan data pengaruh senam anti hipertensi terhadap
Kabupaten Jember hipertensi di Desa menggunakan tekanan darah lansia di Desa Kemuningsari
Kemuningsari Lor Sphygmomanometer Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember (p-
Kecamatan Panti air raksa, sedangkan value = 0,001).
Kabupaten Jember. analisis data
menggunakan uji
Wilcoxon Signed
Rank Test.
6. (Johan, 2011) Pengaruh Senam Tujuan penelitian Penelitian ini 44 Hasil penelitian didapatkan (59,1%) yang
Yoga Terhadap untuk mengetahui menggunakan desain Respondent tidak mengalami kejadian inkontinensia
Penurunan Tekanan pengaruh senam kegel quasi – eksperiment urine setelah senam kegel dengan tipe stress
Darah Pada Lansia terhadap perubahan tanpa kelompok : 29,5% menjadi 9,1%, tipe urgency 22,7%
Yang Mengalami tipe inkontinensia kontrol dengan menjadi 13,6%, tipe overflow 15,9%
Hipertensi Di urine pada lansia di pendekatan one group menjadi 4,5%, tipe functional 13,6%
Wilayah Kerja Panti Sosial Tresna pretest – posttest. menjadi 6,8%, tipe latrogenic 18,2%
Puskesmas Air menjadi 6,8%. Diperoleh perubahan tipe
Dingin Padang Tahun inkontinensia urine sebelum (pretest) senam
2011 kegel dengan standar deviasi 1,491.
Sedangkan perubahan tipe inkontinensia
urine sesudah senam dengan standar deviasi
1,361. Hasil uji statistik didapatkan nilai p =
0,000, sedangkan nilai alpha 0,05 berarti
terlihat adanya perbedaan yang signifikan
perubahan tipe inkontinensia urine
responden sebelum dan sesudah senam
kegel. Dari hasil penelitian ini pentingnya
memberikan penyuluhan tentang senam
kegel dan menerapkan pelaksanaan senam
kegel pada lansia yang menderita
inkontinensia urine.
7. (Ferawati et al., Pengaruh Senam Tujuan penelitian ini Jenis penelitian 30 Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa
2020) Aerobik Low Impact adalah untuk adalah Pra Respondent Tekanan darah sistole sebelum senam
Terhadap Perubahan mengetahui pengaruh eksperimental dengan aerobik low impact rata-rata dengan tekanan
Tekanan Darah senam aerobik low rancangan penelitian darah 162,19 mmHg dan diastole dengan
Lansia Hipertensi impact terhadap one grup pretest- rata-rata tekanan darah 92,09 mmHg.
perubahan tekanan posttest. Teknik Tekanan darah sistole setelah senam aerobik
darah pada lansia sampling dengan low impact rata-rata dengan tekanan darah
dengan Hipertensi di purposive sampling. 155,91 mmHg dan diastole dengan rata-rata
Posyandu Lansia Instrument yang tekanan darah 88,31 mmHg. Hasil uji
Desa Campurejo digunakan yaitu analisis dengan paired t test didapatkan nilai
Kabupaten Spignomanometer asymp. Sig (2-tailed) 0,000 (p 0,05) untuk
Bojonegoro dan stetoskop. tekanan darah sistolik dan 0,000 (p 0,05)
Analisa data untuk tekanan darah diastolik. Pemberian
menggunakan uji t senam Aerobic Low Impact efektif terhadap
berpasangan (paired t penurunan tekanan darah lansia Hipertensi
test) di posyandu lansia di Desa Campurejo
Kabupaten Bojonegoro
8. (Bradley Pradana Senam Lansia dan
Pangaribuan & Senam Aerobik,
Berawi, 2016) terhadap Penurunan
Tekanan Darah
pada Lanjut Usia
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsalam, S., Olarewaju O., Olugblenga-Bello A., Abdus-salam I., 2014. Sociodemographic Correlates of Modifiable Risk Factor for

Hypertension in a Rural Local Government Area of Oyo State South West Nigeria. International Journal of Hypertension [ cited :2017

Mei 28] Available from: hhtp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4281460.

Aisyiyah Nur Farida. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada empat Kabupaten/Kota dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi.

Anggraeny,R., Wahiduddin, Rismayanti. 2013. ‘‘Faktor Risiko Aktivitas Fisik, Merokok, Dan Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian

Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pattigollong Kota Makassar”(Jurnal Penelitian). Bagian Epidemiologi Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.

Aripin. 2015. “Pengaruh Aktivitas Fisik, Merokok, Dan Riwayat Penyakit Dasar Terhadap Terjadinya Hipertensi Di Puskesmas Sempu

Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015” (tesis). Denpasar:Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.

Artiyaningrum, B. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali pada Penderita yang Melakukan

Pemeriksaan Rutin di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2014 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Astiari,T. 2016. ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Laki- Laki Dewasa Di Puskesmas Payangan, Kecamatan

Payangan, Kabupaten Gianyar Tahun 2016” (skripsi). Denpasar: Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas
Udayana.

Bustam. 2007 .Epidemiologi Penyakit Tidak Menular . Jakarta. PT Rineka Cipta Dedullah Fardya Rilie Malonda S.H Nancy Joseph S.Baren

Woodford. 2013. Hubungan

Antara Faktor Risiko Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di Kelurahan Motoboi Kecil Kecamatan Kotamobagu

Selatan Kota Kotamobagu.

Dinas Kesehatan Kota Denpasar. 2016. Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2015.Denpasar

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2015. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Profil Kesehatan Provinsi Bali, 142.

Febby, A. D. H., & Prayitno, N. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni , Jurnal

Ilmiah Kesehatan, Vol.5 No.1; Jan 2013.

Kemenkes.RI. 2014. Pusdatin Hipertensi. Infodatin, (Hipertensi), Hal 1–7.

Kementerian Kesehatan RI.2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/ (diakses 5

Januari 2017)

Mahmudi, A.2012. ‘‘Hubungan Stress Dengan Kejadian Tingkat Hipertensi Di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu’’ (skripsi).Bengkulu:

STIKES Dehasen.

Mannan, H., Wahiduddin, Rismayanti.2013‘‘Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten

Jenepoto Tahun 2012”(Artikel Penelitian) Makassar: Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unuversitas Hasanuddin.
Martati, S., Hiswani, Jemadi.2013. ‘‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon

Kabupaten Samosir Tahun 2013 (Artikel Penelitian). Departemen Epidemiologi FKM USU

Nurarima, A. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang, 1–26.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia 2015. 2015. Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular.

Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskuler, 1, 1–2.

Pudiastuti.2011. Penyakit Pemicu stroke . Yogyakarta. Nuha Medika

Puskesmas I Denpasar Timur. 2016. Laporan Tahunan Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2016. Denpasar.

Rahayu, H. 2012. Universitas Indonesia Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Rw 01 Srengseng Sawah , Kecamatan Jagakarsa Kota

Jakarta Selatan Universitas Indonesia Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Rw 01.

Rehanun, 2014.‘‘Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Sopir Angkutan di Wilayah Ungaran Kabupaten

Semarang”.(Artikel Penelitian). Stikes Ngudi Waluyo Ungaran.

Sapitri, N., Suryanto, & Butar-Butar, W. R. 2016. Analisis faktor risiko kejadian hipertensi pada masyarakat di pesisir Sungai Siak

Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Jom FK, Vol.3 No.1

Sugiharto Aris, 2007. ‘‘Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah).

Semarang. Universitas Diponegoro.


Talumewo C Merlisa Ratag T Buda Prang D Jantje. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien di

wilayah kerja puskesmas airmadidi kabupaten minahasa utara.

Waas.L, Ratag T Budi, J. M. L. U. 2014. Hipertensi di setiap Puskesmas se-Provinsi Sulawesi Utara Melalui data, 6.

Wahyuni, ika puji., 2013. “faktor risiko penyakit hipertensi pada laki-laki di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo, Kecamatan

Kartoharjo,Kota Madiun” (skripsi). Ponorogo. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah.

WHO. 2015. Global Health Observatory (GHO) data : Raised blood pressure,Situation and Trends. Available at:

http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_text/en/(diakses 1

februari 2017)

Widya,M. 2012. “Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Umur 40 Tahun Keatas di Wilayah Kerja

Puskesmas Baturiti II tahun 2012”. (skripsi). Denpasar: Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.

Widyartha J.2016. “Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Puskesmas Kuta Utara Kabupaten Badung

2016” (Tesis). Denpasar:Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.

Windyningtyas, M. 2009. “Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Laki- Laki Dewasa Di Puskesmas Petang I Kabupaten

Badung Tahun 2009” (skripsi). Denpasar: Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.

Yeni, Y., Djannah, S. N., & Solikhah, S.2014. Faktorfaktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Masyarakat

(Journal of Public Health), Vol.4 No.2

Yohanes, S. 2015. ‘‘Hubungan Antara Diabetes Melitus Dengan Kejadian Hipertensi Di Kecamatan Pontianak Selatan” (Artikel Penelitian).

Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura. vol 3, no 1 (2015). urnal.untan.ac.id/ index.php/jfk/article/view/8721

Anda mungkin juga menyukai