Oleh :
RADIAH ILHAM
NIM : P1337420820001
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
Saya menyadari bahwa Literature Review ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk Literature Review ini. Agar
supaya Literature Review ini nantinya dapat menjadi Literature Review yang lebih
baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tekanan darah terbagi menjadi dua yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik.
Tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang terjadi saat ventrikel berkontraksi.
Tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat disebut tekanan diastolik
(WHO, 2016). Normal tekanan darah orang dewasa adalah berkisar dari 100/60
sampai 140/90 dan rata-ratanya adalah 120/80. Tekanan darah juga digambarkan
sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik (Hernawan & Rosyid,
2017).
Otak adalah pengontrol tekanan darah di dalam tuuh, otak dibantu oleh
sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Bagian
sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk
menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan
khusus semua organ adalah serabut syaraf (Hayens, 2016). Semua informasi tentang
tekanan darah diproses oleh otak dan hasil dari keputusan dikirim melalui saraf
dengan baik. Jika salah satu mekanisme tersebut mengalami gangguan, maka dapat
perubahan yang dialami lanjut usia, seperti perubahan pada fisik, psikologis,
Tekanan darah adalah salah satu perubahan fisik oleh lansia dan dapat
mengancam kesehatan. Salah satu dampak perubahan fisik yang dialami oleh
seseorang ketika memasuki periode masa tuanya (lansia) adalah peningkatan tekanan
darah. Tingginya tekanan darah umumnya diakibatkan oleh tekanan ekonomi atau
kemiskinan, selain itu tekanan darah juga dapat mengakibatkan berbagai penyakit
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 jumlah
kasus hipertensi sebanyak 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin
tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah perkiraan 1,15 miliar kasus atau sekitar 29%
dari total penduduk dunia. Hipertensi menyumbang 51% kematian akibat stroke dan
darah mengalami peningkatan dari 25,8% pada tahun 2013 menjadi 34,7%.
Hipertensi seringkali ditemukan pada lansia dan dibuktikan dengan hasil studi
tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan Komnas
Lansia di 10 Provinsi tahun 2012, prevalensi hipertensi pada lansia mencapai 38,8%
jantung kronik, stroke, serta pengecilan volume otak, sehingga kemampuan fungsi
tersebut salah satunya dapat dicegah dengan berolah raga. Olah raga sangat
latihan secara teratur, dan juga dapat mencegah kegemukan, mengatur kadar glukosa
serta menurunkan tekanan darah dan memperbaiki sistem hemostatis (Deiby, 2016).
Khusus lansia, olah raga yang digunakan adalah senam lansia. Senam lansia
dapat mencegah kehilangan fungsional organ dan juga dapat menurunkan berbagai
risiko penyakit sepert9 hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit arteri coroner.
Senam lansia juga sangat penting untuk para lanjut usia untuk menjaga kesehatan
tubuh mereka. Senam lansia merupakan olah raga yang ringan, mudah dilakukan dan
tidak memberatkan pada lansia. Senam lansia yang dilakukan secara teratur dapat
menurunkan tekanan darah tinggi. Hal ini disebabkan karena aktivitas fisik akan
mengurangi lemak tubuh, dimana lemak tubuh ini berhubungan dengan tekanan
darah tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mencoba meninjau kembali
beberapa artikel untuk mengetahui lebih mendalam terkait efektivitas senam lansia
hipertensi di dunia. Maka disini akan dijelaskan salah satu self management pada
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan literatur review ini untuk mengetahui lebih mendalam terkait efektivitas
senam lansia terhadap tekanan darah tekanan darah pada penderita hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hipertensi
peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan darah ≥140/90 mmHg
Nur Farida, 2012). Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika
yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5
juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing
individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala penyakit hipertensi
mimisan(Kemenkes.RI, 2014) .
≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Menurut Joint National
Sistolik (mmHg)
Tabel 2.1 Klasifikasi
Hipertensi Menurut JNC
VII 2003
8
Klasifikasi
Tekanan Darah
Tekanan Darah
TekananDarah
Diastolik (mmHg)
B. Batasan Hipertensi
hipertensi. Batasan yang digunakan oleh WHO adalah TDS > 160 mmHg atau TDD
>95 mmHg. Berdasarkan tingginya nilai tekanan darah, maka Hipertensi dibedakan
menjadi :
menentukan ada tidaknya Hipertensi. Penentuan batasan hipertensi ini sangat penting
peningkatan sistolik, namun sekarang diketahui bahwa pada orang-orang yang berumur
50 tahun lebih hipertensi sistolik mewakili suatu risiko yang lebih besar.
C. Penyebab Hipertensi
1. Hipertensi Esensial
dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola
2. Hipertensi Sekunder
Penyebab hipertensi sekunder yaitu ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin dan obat.
D. Patofisiologi
perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah
gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan
baban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya
E. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang terjadi bertahun-tahun tanpa ada upaya untuk mengontrol bisa
merusak berbagai organ vital tubuh yaitu, otak, jantung, ginjal,mata, kaki
1. Otak
Secara patologi anatomi dalam otak kecil akan dijumpai adanya odema,
terputusnya pembuluh darah pada pada otak. Tekanan darah tinggi secara
darah tinggi adalah faktor risiko paling penting untuk stroke. Ditaksir bahwa 70%
2. Jantung
sebagai akibat hipertensi, jantung semakin sulit memompakan darah secara efisien
ke seluruh tubuh. Beban kerja yang meningkat akhirnya merusak jantung dan
menghambat kerja jantung, kemungkinan akan terjadi serangan jantung. Ini terjadi
berakibat pada bagian otot jantung yang bergantung pada arteri koronaria mati.
3. Ginjal
mempersempit pembuluh darah yang menyuplai ginjal. Hal ini bisa menghambat
4. Mata
Pembuluh darah pada mata akan terkena dampaknya, yang terjadi adalah
Pembuluh darah di kaki juga bisa rusak akibat dari hipertensi yang tak
F. Pengobatan Hipertensi
maksimum risiko total morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Hal ini memerlukan
pengobatan semua faktor risiko reversible yang ditemukan seperti merokok, peningkatan
1. Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko
kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal,
yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut,
tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko
kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
a) Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan
dislipidemia.
c) Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/
d) Mengurangi konsumsi alkohol. konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari
pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan
darah.
e) Berhenti merokok.
2. Terapi farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.
Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
yaitu :
b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
c. Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia
H. Epidemiologi Hipertensi
Secara global prevalensi tertinggi peningkatan tekanan darah usia ≥18 tahun pada
tahun 2014 terdapat di Afrika sebesar 30% dan terendah terdapat di Amerika yaitu
sebesar 18%. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan
prevalensi hipertensi sebesar 24% setelah Bhutan (27,7%), Timor Leste (26%), Nepal
≥18 tahun menurut hasil Riskesdas 2013 terdapat di Bangka Belitung (30,9%) dan
prevalensi kejadian hipertensi terendah terjadi di Papua (16,8%). Dilihat secara Nasional
prevalensi kejadian hipertensi pada tahun 2013 di provinsi Bali sebesar 19,9%
menurut umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Semakin tinggi umur maka
didiagnosis tenaga kesehatan dan minum obat hipertensi) mengalami peningkatan yaitu
dari 7,6% pada tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun2013 (Kementrian Kesehatan RI,
2013).
1. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa sebagai suatu proses degeratif hipertensi
tentu hanya ditemukan pada golongan dewasa. Sebagai suatu proses degenerative
berpotensi untuk menderita hipertensi yang lebih berat karena tidak menjaga
3. Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, karena itu hipertensi banyak terabaikan
4. Sebanyak 90% hipertensi esensial, yaitu hipertensi yang tidak diketahui dengan
jelas penyebabnya, dalam artian sulit untuk mencari bentuk intervensi dan
pengobatannya.
Prevalensi hipertensi tertinggi di Provinsi Bali saat ini masih tinggi karena dari
Provinsi Bali, 2015). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar hipertensi
tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur (Dinas Kesehatan Kota
Puskesmas 1 Denpasar Timur mengalami Peningkatan dari 1.326 kasus pada tahun 2015
menjadi 1.621 kasus pada tahun 2016 (Puskesmas 1 Denpasar Timur, 2016). Sepuluh
besar penyakit yang ada dipuskesmas 1 denpasar timur tahun 2016 dapat dilihat pada
tabel 2.2
Tabel 2.2 Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas 1 Denpasar Timur Tahun 2016
dua faktor yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
1. Umur
anatomi tubuh yang dimulai mengalami perubahan, dimana arteri akan kehilangan
kelenturan yang mengakibatkan pembuluh darah menjadi kaku dan sempit sehingga
tekanan darah akan meningkat (Kemenkes RI, 2012). Penelitian kasus control yang
risiko hipertensi dengan OR=11,34 (Nurarima, 2012). Demikian juga hasil penelitian
nilai OR=5,263 analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur
dengan kejadian hipertensi, hal ini berarti semakin bertambahnya umur maka peluang
untuk terjadinya hipertensi 5,263 kali dibandingkan usia yang lebih muda (Dedullah
2. Jenis Kelamin
dibandingkan wanita ( WHO, 2014). Hal itu berlaku untuk umur dibawah 50 tahun,
karena bila sudah memasuki umur 50 tahun, wanita memiliki risiko yang lebih besar
menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki merupakan faktor risiko terkena hipertensi
dengan OR=3,051 hal ini berarti laki-laki berisiko terkena hipertensi 3,051 kali
tekanan darah di Puskesmas Telaga Murni diperoleh nilai OR=1,81 secara statistik jenis
tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi. Hipertensi dikaitkan pula dengan faktor
riwayat keluarga dimana bila ayah atau ibu mempunyai penyakit hipertensi besar
kemungkinan akan menurun kepada anak-anaknya dengan perkiraan sebesar 30% dan
bila baik ayah maupun ibu menderita hipertensi maka anak-anaknya berisiko terkena
hipertensi sebesar 50%. Risiko menderita hipertensi essensial semakin tinggi bila baik
Minahasa Utara Tahun 2014 berdasarkan uji chi square didapat nilai OR 17.71, hasil ini
Orang yang mempunyai anggota keluarga hipertensi berisiko 17.71 kali lebih besar
hipertensi (Talumewo C Merlisa Ratag T Buda Prang D Jantje, 2014) . Namun Sebuah
Tahun 2009 didapatkan nilai p= 0.158 dengan α = 0.05, karena nilai p lebih besar dari
nilai α, dan Chi Square hitung 1.992 < Chi Square tabel 3,481, berarti secara statistik
tidak ada hubungan antara riwayat keluarga menderita hipertensi dengan kejadian
1. Obesitas
Timbulnya berbagai penyakit seperti obesitas biasanya diikuti oleh keadaan antara
lain hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung seperti arterioklerosis, jantung koroner
(Pudiastuti,2011). Berat badan berlebihan merupakan suatu bahaya terhadap kesehatan.
Sebanyak 85% dari semua pengidap diabetes dan 60% dari semua orang yang mengidap
hipertensi adalah orang-orang yang kelebihan berat badan. Penyebab utama dari semua
Barat pada Tahun 2012 dengan 75 responden didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang
bermakna antara IMT dengan hipertensi (p<0,05) dengan nilai OR 51,1 hal ini berarti
orang yang mengalami obesitas 51.1 kali lebih berisiko terkena hipertensi dibandingkan
dengan orang yang tidak obesitas. Penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan
antara berat badan dengan kejadian hipertensi (Febby & Prayitno, 2013)
Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar didapatkan hasil pada uji
2. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang
disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan atau
resistensi insulin (Bustan,2007). Kadar gula yang tinggi dan berkepanjangn dapat
berakibat naiknya tekanan darah. Kadang tanda pertama yang tampak pada penderita
Diabetes Melitus adalah Hipertensi. Konsentrasi gula yang tinggi dan konstan yang
terserap dalam aliran darah pada akhirnya tidak hanya menyebabkan Hipertensi yang
Secara statistik diabetes mellitus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian
3. Alkohol
Alkohol adalah suatu zat yang dosis rendah mempunyai efek mengguntungkan
misal menurunkan kejadian infark miokard, strok, batu kantong empedu dan
kemungkinan penyakit Alzheimer, akan tetapi bila konsumsi lebih dari dua gelas standar
sehari dapat menyebabkan problem kesehatan pada beberapa sistem, pemakain 3 gelas
atau lebih dapat perhari akan menimbulkan kenaikan tekana darah tergantung dosis
perempuan, pada semua kelompok kultur dan tingkat social ekonomi (Budiman, 2009).
Penelitian case control di puskesmas Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara dengan uji
chi-square didapat nilai OR 4.545 ini berarti orang yang mengonsumsi alkohol memiliki
risiko 4,54 kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak mengkonsumsi alkohol
payangan, Kabupaten Gianyar pada tahun 2016 dengan uji MC Nemar didapatkan hasil
OR= 0.66. ini berarti secara statistik konsumsi alkohol tidak memiliki pengaruh yang
4. Merokok
Rokok mengandung zat racun seperti tar, nikotin dan karbon monoksida. Zat
gumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah coroner. Hasil penelitian dari
hasil bahwa merokok berhubungan dengan terjadinya hipertensi dengan nilai OR=9.537.
hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki umur 40 tahun
keatas, berdasarkan analisis chi square diperoleh nilai OR 2.925 (Widya, 2012).
Penelitian case control kejadian hipertensi pada pasien di Wilayah Kerja Puskesmas
Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2014 dengan uji chi square diperoleh hasil
nilai OR= 4.362 . orang yang mempunyai kebiasaan merokok berisiko 4.362 kali lebih
besar menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Hal tersebut
5. Aktivitas Fisik
darah karena aktivitas fisik yang teratur dapat melebarkan pembuluh darah sehingga
tekanan darah menjadi normal. Semakin ringan aktivitas fisik semakin meningkat risiko
Orang yang kurang berolahraga atau kurang aktif bergerak dan yang kurang
bugar, memiliki risiko menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi meningkat 20-50%
terhadap 50 responden, menunjukkan hasil bahwa aktivitas fisik yang kurang dapat
meningkatkan risiko terkena hipertensi dengan OR= 4,9 . Namun pada Penelitian
hipertensi.
Payangan Kabupaten Gianyar didapatkan hasil pada uji MC Nemar diperoleh nilai OR=
1.6. secara statistik konsumsi garam tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kejadian hipertensi.
7. Stres
Stres merupakan suatu keadaan ketegangan fisik dan mental/kondisi yang dapat
dialami oleh seseorang yag dapat mempengaruhi emosi, proses berfikir dan dapat
pelaksana teknis Puskesmas Kuta Utara Kabupaten Badung menunjukkan hasil bahwa
pada tingkat stress sedang diperoleh nilai Crude OR=6.15 dan pada tingkat stress berat
nilai Crude OR=11.39. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat stres maka
A. LITERATURE REVIEW
sistematis untuk memudahkan langkah-langkah yang akan diambil. Begitu pula yang
dilakukan penulis dalam penelitian ini, langkah pertama yaitu dengan melakukan studi
literatur pada buku-buku yang membahas tentang efektivitas senam lansia terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi, jurnal, maupun penelitian yang telah dilakukan
yang berkaitan dengan efektivitas senam lansia terhadap tekanan darah pada penderita
hipertensi.
B. Sumber Data
Data sekunder dalam studi literatur ini adalah data yang bersumber dari literatur
a) Kriteria inklusi:
b) Kriteria ekslusi
dimulai dari 22 Januari sampai dengan 05 Februari 2021 dari Google Scholar.
Strategi pencarian menggunakan dua komponen utama yaitu senam lansia dan
tekanan darah pada hipertensi sebagai kata kunci. Jurnal yang dicari menggunakan
bahasa inggris dan bahasa Indonesia dengan tahun yang dibatasi dari 2011 sampai
dengan tahun 2021 diharapkan mendapatkan informasi yang update serta, kontak
2. Kata kunci
Kata kunci yang digunakan dalam penelitian literatur review ini adalah
3. Komponen PICOS
P = Penderita Hipertensi
I = Senam Lansia
C=-
O = Tekanan darah
No. Peneliti Judul Tujuan Penelitian Metode Desain Responden Hasil Penelitian
Penelitian
1. ( Aji, Wahyu Pengaruh Senam Untuk mengetahui Desain penelitian 14 Hasil rata-rata pengukuran tekanan darah
Pamungkas Bayu, Lansia Terhadap pengaruh senam lansia yang digunakan pre- responden sistolik pada 14 responden sebelum
2015) Tekanan Darah Pada terhadap tekanan eksperiment dengan dan setelah dilakukan senam lansia di
Lansia Penderita darah pada lansia one group pretest POSYANDU lansia Dusun Banaran 8,
Hipertensi Di penderita hipertensi di posttest. Subyek Playen Gunung kidul didapatkan hasil
Posyandu Lansia POSYANDU Banaran penelitian adalah sebelum dilakukan 171,2 mmHg dan
Dusun Banaran 8 8 Playen lanjut usia penderita sesudah dilakukan 166,07 mmHg sedangkan
Playen Gunungkidul Gunungkidul hipertensi di hasil rata-rata pengukuran tekanan darah
POSYANDU diastolik didapatkan hasil sebelum
Banaran 8 Playen dilakukan 94,64 mmHg dan sesudah
Gunungkidul dilakukan 89,28 mmHg. Hasil uji statistik
Dan menggunakan dengan paired t-test menunjukkan nilai p
purposive sampling. (value) tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah dilakukan senam lansia didapatkan
p value 0,024 dan tekanan darah diastolik
sebelum dan sesudah dilakukan senam
lansia didapatkan p value 0,010 dengan taraf
signifikasi 0,05 (p<0,05)
2. ( Hernawan, Totok Pengaruh Senam Penelitian ini Penelitian ini adalah 20 Hasil dari penelitian ini adalah tekanan
Rosyid, Fahrun Hipertensi Lansia bertujuan untuk penelitian kuantitatif respondent darah sebelum pemberian intervensi
Nur, 2017) terhadap Penurunan mengetahui pengaruh dengan rancangan sebagian besar adalah prehypertension
Tekanan Darah senam hipertensi preexperiment design (39%), tekanan darah setelah pemberian
Lansia dengan lansia terhadap One Group Pre test- intervensi senam hipertensi sebagian besar
Hipertensi di Panti penurunan tekanan post test. adalah normal (56%), danterdapat pengaruh
Wreda Darma Bhakti darah lansia dengan senam hipertensi terhadap tekanan darah
Kelurahan Pajang hipertensi di Panti lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti
Surakarta Wredha Darma Bhakti Pajang Surakarta (p-value = 0,001).
Kelurahan Pajang
Surakarta
3. (Sumartini et al., Pengaruh Senam Tujuan penelitian ini Metode penelitian ini 30 Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
2019) Hipertensi Lansia adalah untuk menggunakan metode Respondent tekanan darah sistolik sebelum senam
Terhadap Tekanan mengetahui pengaruh rancangan pra- hipertensi lansia 151,80 mmHg, diastolik
Darah Lansia Dengan senam hipertensi eksperimen, one 94,73 mmHg dan rata-rata tekanan darah
Hipertensi Di lansia terhadap group pretest- sistolik sesudah senam hipertensi lansia
Wilayah Kerja tekanan darah lansia posttest. Sampel 137,13 mmHg, diastolik 90,27 mmHg. Hasil
Puskesmas dengan hipertensi di dengan metode uji paired sampel t-test didapatkan þ= 0,000
Cakranegara wilayah kerja purposive sampling. < α=0,05 sehingga H0 ditolak H1 diterima.
Kelurahan Turida Puskesmas Pengumpulan data Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada
Tahun 2019 Cakranegara dengan observasi pengaruh yang signifikan senam hipertensi
Kelurahan Turida tekanan darah lansia terhadap tekanan darah lansia dengan
Tahun 2019. sebelum dan sesudah hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
intervensi, yang Cakranegara Kelurahan Turida Tahun 2019.
dilakukan dua kali Saran bahwa senam hipertensi lansia dapat
seminggu selama menjadi alternatif senam yang dapat
empat minggu. Data diberikan pada lansia yang mengikuti
tekanan darah program Prolanis maupun kegiatan olahraga
dianalisa lain.
menggunakan paired
sampel t-test dengan
α < 0,05.
4, (Tulak & Munawira Pengaruh Senam Penelitian ini bersifat 36 Hasil penelitian diuji dengan menggunakan
Umar, 2017) Lansia Terhadap kuantitatif pre respondent paired-samples test yang diperoleh nilai
Penurunan Tekanan eksperimen dengan P<0,05 yang berarti ada pengaruh senam
Darah Lansia rancangan pretest- lansia terhadap penurunan tekanan darah.
Penderita Hipertensi postest design. Data Lanjut usia adalah suatu proses yang alami
Di Puskesmas Wara dikumpulkan dengan dari tumbuh kembang. Tekanan darah
Palopo lembar observasi, adalah daya yang diperlukan agar darah
sampel diperoleh dapat mengalir di dalam pembuluh darah
dengan cara total dan beredar mencapai semua jaringan tubuh
sampling. manusia. Hipertensi atau tekanan darah
tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri
secara terus menerus lebih dari satu periode.
Senam lansia merupakan suatu bentuk
olahraga aerobic yang bermanfaat bagi para
lanjut usia. Senam lansia yang teratur dapat
membantu menjaga keseimbangan tekanan
darah. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh senam lansia
terhadap penurunan tekanan darah lansia
penderita hipertensi di Puskesmas Wara
Palopo
5. (Anwari et al., 2018) Pengaruh Senam Anti Penelitian ini Penelitian ini adalah 16 Hasil dari penelitian ini adalah tekanan
Hipertensi Lansia bertujuan untuk penelitian kuantitatif respondent darah sebelum pemberian intervensi
Terhadap Penurunan mengetahui pengaruh dengan rancangan sebagian besar adalah prehypertension
Tekanan Darah senam anti hipertensi preexperiment design (87,5%), tekanan darah setelah pemberian
Lansia Di Desa lansia terhadap One Group Pre test- intervensi senam hipertensi sebagian besar
Kemuningsari Lor penurunan tekanan post test. adalah normal (87,5%), dan terdapat
Kecamatan Panti darah lansia dengan Pengumpulan data pengaruh senam anti hipertensi terhadap
Kabupaten Jember hipertensi di Desa menggunakan tekanan darah lansia di Desa Kemuningsari
Kemuningsari Lor Sphygmomanometer Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember (p-
Kecamatan Panti air raksa, sedangkan value = 0,001).
Kabupaten Jember. analisis data
menggunakan uji
Wilcoxon Signed
Rank Test.
6. (Johan, 2011) Pengaruh Senam Tujuan penelitian Penelitian ini 44 Hasil penelitian didapatkan (59,1%) yang
Yoga Terhadap untuk mengetahui menggunakan desain Respondent tidak mengalami kejadian inkontinensia
Penurunan Tekanan pengaruh senam kegel quasi – eksperiment urine setelah senam kegel dengan tipe stress
Darah Pada Lansia terhadap perubahan tanpa kelompok : 29,5% menjadi 9,1%, tipe urgency 22,7%
Yang Mengalami tipe inkontinensia kontrol dengan menjadi 13,6%, tipe overflow 15,9%
Hipertensi Di urine pada lansia di pendekatan one group menjadi 4,5%, tipe functional 13,6%
Wilayah Kerja Panti Sosial Tresna pretest – posttest. menjadi 6,8%, tipe latrogenic 18,2%
Puskesmas Air menjadi 6,8%. Diperoleh perubahan tipe
Dingin Padang Tahun inkontinensia urine sebelum (pretest) senam
2011 kegel dengan standar deviasi 1,491.
Sedangkan perubahan tipe inkontinensia
urine sesudah senam dengan standar deviasi
1,361. Hasil uji statistik didapatkan nilai p =
0,000, sedangkan nilai alpha 0,05 berarti
terlihat adanya perbedaan yang signifikan
perubahan tipe inkontinensia urine
responden sebelum dan sesudah senam
kegel. Dari hasil penelitian ini pentingnya
memberikan penyuluhan tentang senam
kegel dan menerapkan pelaksanaan senam
kegel pada lansia yang menderita
inkontinensia urine.
7. (Ferawati et al., Pengaruh Senam Tujuan penelitian ini Jenis penelitian 30 Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa
2020) Aerobik Low Impact adalah untuk adalah Pra Respondent Tekanan darah sistole sebelum senam
Terhadap Perubahan mengetahui pengaruh eksperimental dengan aerobik low impact rata-rata dengan tekanan
Tekanan Darah senam aerobik low rancangan penelitian darah 162,19 mmHg dan diastole dengan
Lansia Hipertensi impact terhadap one grup pretest- rata-rata tekanan darah 92,09 mmHg.
perubahan tekanan posttest. Teknik Tekanan darah sistole setelah senam aerobik
darah pada lansia sampling dengan low impact rata-rata dengan tekanan darah
dengan Hipertensi di purposive sampling. 155,91 mmHg dan diastole dengan rata-rata
Posyandu Lansia Instrument yang tekanan darah 88,31 mmHg. Hasil uji
Desa Campurejo digunakan yaitu analisis dengan paired t test didapatkan nilai
Kabupaten Spignomanometer asymp. Sig (2-tailed) 0,000 (p 0,05) untuk
Bojonegoro dan stetoskop. tekanan darah sistolik dan 0,000 (p 0,05)
Analisa data untuk tekanan darah diastolik. Pemberian
menggunakan uji t senam Aerobic Low Impact efektif terhadap
berpasangan (paired t penurunan tekanan darah lansia Hipertensi
test) di posyandu lansia di Desa Campurejo
Kabupaten Bojonegoro
8. (Bradley Pradana Senam Lansia dan
Pangaribuan & Senam Aerobik,
Berawi, 2016) terhadap Penurunan
Tekanan Darah
pada Lanjut Usia
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsalam, S., Olarewaju O., Olugblenga-Bello A., Abdus-salam I., 2014. Sociodemographic Correlates of Modifiable Risk Factor for
Hypertension in a Rural Local Government Area of Oyo State South West Nigeria. International Journal of Hypertension [ cited :2017
Aisyiyah Nur Farida. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada empat Kabupaten/Kota dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi.
Anggraeny,R., Wahiduddin, Rismayanti. 2013. ‘‘Faktor Risiko Aktivitas Fisik, Merokok, Dan Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pattigollong Kota Makassar”(Jurnal Penelitian). Bagian Epidemiologi Fakultas
Aripin. 2015. “Pengaruh Aktivitas Fisik, Merokok, Dan Riwayat Penyakit Dasar Terhadap Terjadinya Hipertensi Di Puskesmas Sempu
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015” (tesis). Denpasar:Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.
Artiyaningrum, B. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali pada Penderita yang Melakukan
Pemeriksaan Rutin di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2014 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Astiari,T. 2016. ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Laki- Laki Dewasa Di Puskesmas Payangan, Kecamatan
Payangan, Kabupaten Gianyar Tahun 2016” (skripsi). Denpasar: Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas
Udayana.
Bustam. 2007 .Epidemiologi Penyakit Tidak Menular . Jakarta. PT Rineka Cipta Dedullah Fardya Rilie Malonda S.H Nancy Joseph S.Baren
Antara Faktor Risiko Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di Kelurahan Motoboi Kecil Kecamatan Kotamobagu
Dinas Kesehatan Kota Denpasar. 2016. Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2015.Denpasar
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2015. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Profil Kesehatan Provinsi Bali, 142.
Febby, A. D. H., & Prayitno, N. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni , Jurnal
Kementerian Kesehatan RI.2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/ (diakses 5
Januari 2017)
Mahmudi, A.2012. ‘‘Hubungan Stress Dengan Kejadian Tingkat Hipertensi Di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu’’ (skripsi).Bengkulu:
STIKES Dehasen.
Mannan, H., Wahiduddin, Rismayanti.2013‘‘Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten
Jenepoto Tahun 2012”(Artikel Penelitian) Makassar: Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unuversitas Hasanuddin.
Martati, S., Hiswani, Jemadi.2013. ‘‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon
Kabupaten Samosir Tahun 2013 (Artikel Penelitian). Departemen Epidemiologi FKM USU
Nurarima, A. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang, 1–26.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia 2015. 2015. Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular.
Puskesmas I Denpasar Timur. 2016. Laporan Tahunan Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2016. Denpasar.
Rahayu, H. 2012. Universitas Indonesia Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Rw 01 Srengseng Sawah , Kecamatan Jagakarsa Kota
Jakarta Selatan Universitas Indonesia Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Rw 01.
Rehanun, 2014.‘‘Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Sopir Angkutan di Wilayah Ungaran Kabupaten
Sapitri, N., Suryanto, & Butar-Butar, W. R. 2016. Analisis faktor risiko kejadian hipertensi pada masyarakat di pesisir Sungai Siak
Sugiharto Aris, 2007. ‘‘Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah).
Waas.L, Ratag T Budi, J. M. L. U. 2014. Hipertensi di setiap Puskesmas se-Provinsi Sulawesi Utara Melalui data, 6.
Wahyuni, ika puji., 2013. “faktor risiko penyakit hipertensi pada laki-laki di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo, Kecamatan
Kartoharjo,Kota Madiun” (skripsi). Ponorogo. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah.
WHO. 2015. Global Health Observatory (GHO) data : Raised blood pressure,Situation and Trends. Available at:
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_text/en/(diakses 1
februari 2017)
Widya,M. 2012. “Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Umur 40 Tahun Keatas di Wilayah Kerja
Puskesmas Baturiti II tahun 2012”. (skripsi). Denpasar: Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.
Widyartha J.2016. “Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Puskesmas Kuta Utara Kabupaten Badung
Windyningtyas, M. 2009. “Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Laki- Laki Dewasa Di Puskesmas Petang I Kabupaten
Badung Tahun 2009” (skripsi). Denpasar: Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.
Yeni, Y., Djannah, S. N., & Solikhah, S.2014. Faktorfaktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Yohanes, S. 2015. ‘‘Hubungan Antara Diabetes Melitus Dengan Kejadian Hipertensi Di Kecamatan Pontianak Selatan” (Artikel Penelitian).