Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

NAMA : KHUSNUL KHATIMAH

NIM : A.18.10.031

PEMBIMBING

Amirullah,S.Kep,Ns,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

T.A 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang

menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di

dunia. Diperkirakan kenaikan kasus hipertensi terutama di negara

berkembang mengalami peningkatan 80% pada tahun 2025, dari jumlah 639

juta kasus akan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus. Prediksi ini didasarkan

pada angka penderita hipertensi serta jumlah pertambahan penduduk saat

ini. Paling sedikit, sepertiga orang dengan penyakit hipertensi tidak ditangani

dengan benar. Hal ini masih ditambah dengan tidak adanya keluhan dari

sebagian besar penderita hipertensi. Sehingga jutaan orang berisiko

mengalami serangan jantung dan stroke (Kowalski, 2010).

Sejalan dengan bertambahnya usia 6,0% laki-laki dan 11,6% wanita yang

sudah berhenti menstruasinya beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua bagian yaitu

hipertensi primer serta hipertensi sekunder. Hipertensi primer penyebabnya

belum diketahui, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit

yang lain. Seluruh jumlah penderita hipertensi lebih kurang 95% merupakan

hipertensi primer, dan yang 5% merupakan penderitahipertensi sekunder.


Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat

diketahui (Padila, 2013).

Jumlah keseluruhan kasus hipertensi di Indonesia menunjukkan bahwa

pada daerah pedesaan masih banyak penderita hipertensi yang belum

terjangkau oleh layanan kesehatan, berkisar antara 6% sampai dengan 15%.

Tetapi ada pula wilayah jawa tengah dengan angka yang rendah (1,8%),

Survey Penyakit jantung yang dilakukan oleh Boedhi Darmojo, menemukan

jumlah hipertensi tanpa atau dengan penyakit jantung sebesar 33,3% dimana

81 orang dari 243 orang tua berusia diatas 50 tahun keatas

(Ardiansyah,2012).

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan

tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur

di Indonesia. Jumlah individu yang mengalami hipertensi sering dijumpai

pada orang yang berkulit hitam dibandingkan dengan orang yang berkulit

putih. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang

menyebabkan kenaikan tekanan diatas normal yaitu 140/90 mmHg. Hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan jumlah

keseluruhan kasus hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Gunawan,

2013).

Berdasarkan data diruang AB Rumah Sakit Umum Daerah Boyolali,

diperoleh data pada bulan Januari hingga Maret 2014 terdapat 215 pasien

yang menjalani rawat inap, 30% diantaranya menderita hipertensi.

Mengingat banyaknya kasus yang mengalami hipertensi serta pentingnya


penanganan secara serius, maka penulis ingin membuat Asuhan

Keperawatan pada Ny.A dengan hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit

hipertensi, rumusan masalah penulis adalah “Bagaimana asuhan keperawatan

pada Ny.A dengan gangguan sistem kardiovaskuler : hipertensi?

C.Tujuan Penulisan

1.Tujuan Umum

Penulis mampu mengetahui dan menggambarkan asuhan keperawatan

terhadap pasien Ny.A dengan gangguan sistem kardiovaskuler : Hipertensi

sesuai standart keperawatan

2 .Tujuan Khusus

a. Mampu menggambarkan pengkajian pada Ny.A dengan gangguan sistem

kardiovaskuler : Hipertensi

b. Mampu menganalisa data pada Ny.A dengan gangguan sistem

kardiovaskuler :Hipertensi

c. Mampu menggambarkan diagnosa keperawatan pada Ny.A dengan

gangguan sistem kardiovaskuler :Hipertensi

d. Mampu menggambarkan penyusunan perencanaan keperawatan pada

Ny.A dengan gangguan sistem kardiovaskuler :Hipertensi

e. Mampu meggambarkan implementasi pada Ny.A dengan gangguan sistem

kardiovaskuler : Hipertensi
f. Mampu menggambarkan evaluasi pada Tn.D dengan gangguan sistem

kardiovaskuler : Hipertensi

D.Manfaat Penulisan

1.Manfaat bagi Penulis : Dapat melakukan perawatan dengan pasien

hipertensi pada saat penulis menjadi seorang perawat.

2.Manfaat bagi Universitas: Bermanfaat bagi Universitas sebagai salah satu

informasi untuk menambah bacaan dan bagi adik tingkat untuk menambah

pengetahuan.
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

dan angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri

(Ruhyanudin, 2007 ).

Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di

populasi sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada

dewasa muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin

bisa bermanfaat ( Gleadle, 2005 ).

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri.

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan

yang abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan

stroke, aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih,

2007).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh

darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah,

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas

dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika


seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam

waktu yang lama( Saraswati,2009).

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan

pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World

Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90

mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani,

2007).

Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)


Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding
pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari
jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan
besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir
masuk kembali ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan
adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

B. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder
yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga
erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor
makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi
garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang
mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola
makan, merokok (M.Adib,2009).

C. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula

jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing

ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia

ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan

dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons

rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya


menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang

kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan

oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan

sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung

menurun dan tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi

oleh reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi.

Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas.

Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi

perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan

pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai

umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi

vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga

berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan

penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras

untuk memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon

monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat

merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses


aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat

meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan

darah berperan dalam menaikan tekanan darah.

Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah

garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga

tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka

didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon

epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin, 2007).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula

jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan

hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan

jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol


dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu:

Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau

mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung

berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging

(tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki

gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara

lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah

merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak

napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan

(keluar darah dari hidung).

E. PATHWAYS
Obesitas

Menghasilkan
hormon epinefrin
dan norepinefrin
F. KOMPLIKASIH

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam

jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ

yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.Komplikasi yang dapat terjadi pada

penderita hipertensi yaitu : (Aspiani,2014)

Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak

dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan

darah tinggi.

Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus

yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis

dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi

ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel

terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.

Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita

hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan

berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu

lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak

nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung. Ginjal tekanan darah tinggi bisa

menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat

ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk

melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.

G. PENATALAKSANAAN

1. Terapi tanpa obat

a. Mengendalikan berat badan

Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk

menurunkan berat badannya sampai batas normal.

b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)

mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6

gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,

magnesium, dan kalium yang cukup).

c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok

diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan

kerja jantung.

d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.

e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar

kolesterol darah tinggi.

f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.

Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama

tekanan darahnya terkendali.

g. Teknik-teknik mengurangi stress

Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara

menghambat respon stress saraf simpatis.

h. Manfaatkan pikiran

Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita

duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara

otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur

gerakannya.

2. Terapi dengan obat

a. Penghambat saraf simpatis

Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga

mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,

dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg

(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker

Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya

menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),

atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg

(concor).

c. Vasodilator

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh

darah.

d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor

Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg

(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).

e. Calsium Antagonis

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat

kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,

codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).

f. Antagonis Reseptor Angiotensin II

Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada

reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :

valsartan (diovan).

g. Diuretic

Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga

volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung


menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,

2009; Muttaqin, 2009).

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah

Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh

hipertensi.

2. Glukosa darah

Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.

3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum

Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.

4. EKG

Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.

5. Hemoglobin/Hematokrit

Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti

hiperkoagulabilitas, anemia.

6. BUN/kreatinin

Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat

diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).

8. Kalium serum

Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau

menjadi efek samping terapi diuretic.

9. Kalsium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.


10. Kolesterol dan trigliserida serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan

plak atero matosa (efek kardiovaskuler).

11. Pemeriksaan tiroid

Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.

12. Kadar aldosteron urin/serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).

13. Urinalisa

Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya

diabetes.

14. Asam urat

Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.

15. Foto dada

Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau

takik aorta, pembesaran jantung.

16. CT Scan

Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000;

John, 2003; Sodoyo, 2006).


KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Keperawatan

a. Aktifitas/Istirahat

Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat

2) Perubahan irama jantung

3) Takipnea

b. Sirkulasi

Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan

penyakit serebrovaskuler.

Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah

diperlukan untuk diagnosis.

2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.

3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi

perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)

4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),

kemerahan.

c. Integritas ego

Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau

marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)


2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang berkaitan

dengan pekerjaan)

Tanda: 1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian tangisan

yang meledak

2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor mata),

gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau

riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).

e. Makanan/Cairan

Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,

tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,

telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.

2) Mual, muntah

3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)

4) Riwayat penggunaan diuretik

Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas

2) Adanya oedema

f. Neurosensori

Gejala: 1) Keluhan pening/pusing

1) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan

menghilang secara spontan setelah beberapa jam)

2) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh

3) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)


4) Episode epistaksis

g. Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala: 1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)

2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis

pada arteri ekstremitas bawah)

3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya

4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)

h. Pernafasan

Gejala: 1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja

2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal

3) batuk dengan atau tanpa sputum

4) riwayat merokok

Tanda: 1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan

2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)

3) Sianosis

i. Keamanan

Gejala: 1) gangguan koordinasi atau cara berjalan

2) episode parestesia unilateral transion

3) hipotensi postural

j. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala: 1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.

2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau alkohol

(Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007).


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges, 2000 ; Nathea,

2008) adalah sebagai berikut:

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh

darah.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih

sehubungan dengan kebutuhan metabolik.

5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,

harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.

6. Kurang pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya berhubungan dengan

kurangnya informasi.

C. RENCANA TINDAKAN

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi

pembuluh darah.

Intervensi:

a. Observasi tekanan darah

Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih

lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.

b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer


Rasional: Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin

teramati/palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun,

mencerminkan efek dari vasokontriksi.

c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.

Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya

hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi

ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat

mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau

gagal jantung kronik).

d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler

lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.

e. Catat adanya demam umum/tertentu.

Rasional: dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau

vaskuler.

f. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas/keributan

ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.

Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan

relaksasi.

g. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.

Rasional: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat

efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.

h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti

hipertensi, diuretik.

Rasional: Menurunkan tekanan darah.


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan

antara suplai dan kebutuhan O2.

a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter:

frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD,

dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing

atau pingsan.

Rasional: Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress,

aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung.

b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan

kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada

aktivitas dan perawatan diri.

Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat

aktivitas individual.

c. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen

miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang

ada.

Rasional: Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada

kerja jantung.

d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,

menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.

Rasional: teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan

sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

e. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.

Rasional: Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas

dan mencegah kelemahan.


3. Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler

serebral.

Intervensi:

a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.

Rasional: Meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi.

b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya:

kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.

Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan

menghambat/memblok respon simpatik, efektif dalam

menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

c. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit

kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang, dan membungkuk.

Rasional: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit

kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.

d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

Rasional: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan

yang memperberat kondisi klien.

e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah

makan.

Rasional: menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan.

f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,

diazepam dll.

Rasional: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf

simpatis.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan

berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik.

Intervensi:

a. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan

kegemukan.

Rasional: Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena

disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung

berkaitan dengan massa tumbuh.

b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,

garam dan gula sesuai indikasi.

Rasional: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis

dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan

komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung,

kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra

vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk

hipertensi.

c. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.

Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu

harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka

program sama sekali tidak berhasil.

d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.

Rasional: mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.

Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk

menyesuaikan/penyuluhan.
e. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk

kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat

makanan dimakan.

Rasional: memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan

dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan

perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol

perubahan.

f. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan

kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan

kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan).

Rasional: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting

dalam mencegah perkembangan aterogenesis.

g. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.

Rasional: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan

diet individual.

5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,

harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.

Intervensi:

a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya:

kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi

dalam rencana pengobatan.

Rasional: Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang,

mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang

diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).


b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan

konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak

mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.

Rasional: Manifestasi mekanisme koping maladaptife mungkin merupakan

indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu

utama TD diastolik.

c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi

untuk mengatasinya.

Rasional: pengenalan terhadap stressor adalah langkah

pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor)

d. Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi

maksimum dalam rencana pengobatan.

Rasional: keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang

berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat

menigkatkan kerjasama dalam regiment terapiutik.

e. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan

seperti: apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?.

Rasional: Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap

pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras,

kebutuhan untuk kontrol dan fokus keluar dapat mengarah pada

kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal.

f. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup

yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan

diri/keluarga.
Rasional: Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara

realistis untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan

kurangnya informasi.

Intervensi:

a. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang

dapat diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola

hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan

teratur) pola hidup penuh stress.

Rasional: Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam

menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.

b. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.

Rasional: Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan

sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal

klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan

prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan

pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan

dipertahankan.

c. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.

Rasional: Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit

hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.

d. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi

(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat

lanjut) melalui pendkes.


Rasional: Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses

penyakit hipertensi (Doenges, 2000; Ncithea, 2008).


BAB III

PENUTUP

Bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari pemberian

asuhan keperawatan keluarga Ny.A dengan gangguan sistem kardiovaskuler : Hipertensi

pada keluarga Ny. A

A.Kesimpulan

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90

mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama jantung,stroke,

gagal ginjal (Brunner & Suddart, 2002).

Setelah melakukan asuhan keperawatan dan melakukan pengkajian

baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan

kesimpulan sebagai berikut :

1.Diagnosa keperawatan menurut SLKI ada 6 diagnosa. Setelah

dilakukan pengkajian dan analisa kasus diagnosa yang muncul

yaitu Nyeri akut ,risiko penurunan curah jantung dan intoleransi

aktivitas

2.Intervensi yang muncul tidak sepenuhnya dijadikan intervensi

oleh penulis pada pengelolaan klien dan keluarga karena situasi

dan kondisi klien dan keluarga serta situasi dan kondisi serta

kebijakan dari pihak yang terkait.


B .Saran

Klien dan Keluarga

Senantiasa meningkatkan kualitas kesehatan dengan

memanfaatkan tempat–tempat pelayanan kesehatan yang ada

disekitar serta melaksanakan dan membantu asuhan

keperawatan yang diberikan semaksimal mungkin.


DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.

Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Gleadle, J. (2005). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi

Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


RESUME JURNAL

Hari/Tanggal : 26 Desember 2020


Jam : 13.00
Nama Preceptee : KHUSNUL KHATIMAH

1. Judul : Terapi relaksasi dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi

2.Pengarang :

Rita Dwi Hartanti, Desnanda Pandu Wardana, Rifqi Ari Fajar

STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

3.Populasi dan sampel : Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan hipertensi di

Desa Kesesi Kecamatan Kesesi KabupatenPekalongan dengan jumlah sampel sebanyak 20

responden. Teknikpengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non-random (non

probability) Sampling dengan menggunakan metode purposive sampling.

4.Intervensi : pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi di Desa Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan.

5. Comparation : rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan terapi relaksasi nafas

dalam yaitu 156,46mmHg dan rata-rata tekanan darah sistolik setelah diberikan

terapi relaksasi nafas dalam yaitu 138 mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum

diberikan terapi relaksasi nafas dalam yaitu 93mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik

setelah diberikan terapi relaksasi nafas dalam yaitu 86,46mmHg. Terjadi

penurunan tekanan darah respondensetelah diberikan terapi relaksasi nafas dalam,yaitu

tekanan darah sistolik sebesar 18,46 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 6,54

mmHg.

6.Out come : analisis statistik menggunakan paired sample T-test didapatkan nilai ρvalue

tekanan darah sistolik 0,001 dan ρvalue tekanan darah diastolik 0,001. Hal ini berarti bahwa
nilai ρvalue lebih kecil dari nilai α 5% (0,05), sehingga H0 ditolak, yang berarti ada pengaruh

terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi .

7.Critical thinking :

a. Kelebihan : dapat memberikan pengetahuan baru bagi klien untuk dapat mengalihkan

rasa sakit yang di rasakannya dengan terapi nafas dalam ini.

b.Kekurangan : Jurnal ini telah menjelaskan dengan baik bagaimana latihan nafas dalam

dapat membantu menurunkan tekanan darah dan meminimalkan rasa sakit,kekurangannya

mungkin bisa di lihat dari segi kepatuhan klien untuk dapat menerapakan kembali

bagaimana latihan nafas dalam yang telah di edukasikan.


ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

I. DATA UMUM

Identitas Pasien

a.       Identitas Klien

Nama                                 :  Ny.A

Jenis Kelamin                    :  Perempuan

Umur                                 :  60 Tahun

Status Perkawinan              :  Kawin

Agama                               :  Islam

Pendidikan                           :  SMA

Pekerjaan                           :  Pensiun

Alamat                              :  Lingk.darincing kec Rilau ale

Tanggal Pengkajian           : 26 Desember 2020

Tanggal Operasi                :  -

Diagnosa Keperawatan     :  Hipertensi

b.      Penanggung Jawab

Nama                                 :  Tn.D

Hubungan dengan Pasien :  anak

Pekerjaan                           :  PNS

Umur                                 :  25 Tahun

Alamat                              : Lingk.darincing kec rilau ale


 

II. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien merasa kesehatannya makin menurun.Karena tekanan darahnya selalu tinggi.Bila

tekanan darahnya naik,Klien merasa pusing, , leher dan tengkuk terasa tegang, Klienn

mengatakan sulit beraktivitas.

III. Riwayat Masa Lalu

 Klien pernah dirawat dirumah sakit dengan kasus yang sama, klien dirawat dan diberi obat

untuk proses penyembuhan.

IV. Riwayat Kesehatan Keluarga

 Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita klien adalah faktor

keturunan dari ibu karena sebelum klien menderita hipertensi ibu klien juga pernah menderita

hipertensi, ibu klien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.

V. Riwayat Keadaan Psikososial

1. Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya, klien sangat

optimis untuk cepat sembuh dan klien selalu berharap dan berdoa kepada Allah SWT, klien

memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan saudara.

2. Komunikasih : Klien sangat kooperatif bila di ajak berkomunikasih Kelihatannya juga

pasien sangat terbuka dan ramah.

3. Klien dapat menjawab pertanyaan mengenai tanggal, hari,tempat, waktu, alamat, umur,

Kapan lahir,Prisiden indonesia,prisiden sebelumnya,nama ayah dan ibunya.

4. Test aspek kognitif : Klien dapat menjawab tentang tempat,waktu dan orang.

VI. Pemeriksaan Fisik


TD       :  170/110 mmHg
Pols     :  90 x/i
RR       :  22 x/i
Temp   :  350c
Keadaan umum           :  Lemah
Penampilan                  :  Klien kurang rapi dan bersih
Kesadaran                  :  Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan
prevalensi 15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaannya
TB                               :  160 cm
BB                               :  54 Kg
VII. Pengkajian Pola Fungsional
- Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe
-Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak
dijumpai
-Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan
-Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya
peradangan dan pendarahan
-Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun
peradangan
-Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
-Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 110x/i, bunyi jantung berirama, tidak
adanya dijumpai nyeri pada dada
-Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
-Ekstremilasi
Klien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan klien sulit beraktivitas,
sebagian aktivitas Klien dibantu oleh keluarga .
  Pola Kebiasaan

a. Nutrisi
1) Sebelum Sakit pola makan biasa  3 x 1 hari, makanan kesukaan  yang
berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
2) Setelah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis 1/3 porsi
dengan diet M2, Klien dilarang makan makanan yang banyak mengandung
minyak dan lemak.
b. Eliminasi
BAB       :    
1) Sebelum Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek
2) Setelah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek
BAK      :    
1) Sebelum Sakit BAK 5-6 x sehari
2) Setelah Sakit BAK 4-5 x sehari
c. Pola Istirahat
a. Sebelum Sakit klien  tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2 jam,
b. Setelah Sakit tidur malam  + 8 jam pada siang hari Klien juga cukup ttidur
c. Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala Ibu rumah tangga yang tiap waktu dirumah dan aktif
melakukan kegiatan.tapi semenjak sakit klien terlalu lemah dan tidak mampu
melaksanakan aktivitas seperti biasa
- Personal Hygine
Sebelum sakit klien  mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit kepala bersih,
sikat gigi 2 x sehari.

f. Klafikasi Data

Data subjektif Data objektif


- Klien mengatakan kepala pusing, - Klien tampak meringis kesakitan,
dan  leher terasa tegang dan panas bila kondisi badan lemah
tekanan darah naik - Tekanan darah 170/110 mmhg
-Klien mengeluh nyeri pada - Nadi 90x/menit
ekstremitas bawah dengan skala nyeri - Rr 22x/menit
ringan(0-4) - Suhu 37°c
- Merasa tidak nyaman setelah - Perilaku yang bersifat hati-hati
aktivitas terutama bila melangkah dan
- Merasa lemah menggerakkan kaki.
- Klien mengeluh pusing - Aktivitas di bantu oleh keluarga.

g. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Ds: adanya Degenerasi sel-sel , Nyeri akut
keluhan nyeri pada jaringan dan
ekstremitas bawah imunitas~adanya
dengan skala nyeri pencedera
ringan(0-4) fisiologis~distensi jaringan
Do: perilaku yang oleh akumulasi
bersifat hati-hati cairan/proses
terutama bila inflamasi/destruksi
melangkah dan sendi~nyeri
menggerakkan kaki
Vasokontraksi Penuruan curah
Ds: Tekanan darah arteriol~Peningkatan jantung
mencapai 170/110 perifer~Hipertrofi
mmhg, tengkuk ventrikel kiri akibat
terasa panas peningkatan kerja
bilatekanan darah jantung~Dc
naik kiri~penurunan curah
DO: Do :tampak jantung
meringis kesakitan,
kondisi badan
lemah.
TD : 170/100
mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C

Ds : merasa tidak Kelemahan fisik Intoleransi


nyaman setelah aktivitas
melakukan
aktivitas,merasa
lemah,klien
mengeluh pusing
Do: aktivitas di
bantu oleh keluarga

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1.Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


2.Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload.
3.intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

E. RENCANA INTERVENSI

Tujuan/kriteria hasil Intervensi


1.setelah dilakukan a. Kaji skala nyeri
tindakankeperawatan b. Anjurkan tirah baring selama fase akut
diharapkan nyeri c. Berikan tindakan nonfarmakologis,salah satunya terapi relaksasi
berkurang d. Anjurkan mengurangi aktivitas yang dapat meningkatkan sakit
kepala.

2.Setelah dilakukan
tindakan keperawatan a. Pantau tekanan darah
b. Catat denyut nadi sentral dan perifer
di harapkan tidak
c. Auskultasi terus jantung dan bunyi nafas
terjadi penurunan
d. Amati warna kulit,kelembapan,suhu,dan waktu pengisian
curah jantung. kapiler
e. Pertahankan pembatasan aktivitas.
3.Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
di harapkan dapat 1. Kaji tingkat kemampuan klien melakukan aktivitas
melakukan aktivitas 2. Motivasi klien untuk melakukan aktivitas ringan.
sesuai dengan 3. Ajari klien teknik penghematan energi.
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
kemampuan.

Anda mungkin juga menyukai