Pertama-tama kami panjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia_Nya kami diberikan kesehatan dan kesempatan sehinnga bisa
meyelesaikan makalah epidemiologi ini tepat pada waktunya.
Tak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Di dalam makalah ini kami menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi.
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya pada
diri kami sendiri.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang menimbulkan
kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan beban pembiayaan
kesehatan sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan penanggulangan, Pada tingkat global,
63% penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa
per tahun, 80% kematian ini terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. Penyakit
tidak menular adalah penyakit kronis dengan durasi yang panjang dengan proses
penyembuhan atau pengendalian kondisi klinisnya yang umumnya lambat. Berikut 10 besar
penyakit penyebab kematian di dunia menurut . Menurut World Health Organization (WHO)
2011 :
1. Penyakit jantung koroner
2. Stroke
3. Infeksi saluran napas bawah
4. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
5. Diare
6. HIV/AIDS
7. Kanker paru
8. Diabetes melitus
9. Kecelakaan lalu lintas
10. Prematuritas
Indonesia juga mengalami eskalasi penyakit tidak menular yang dramatis. Hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2013 menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan secara
bermakna, diantaranya prevalensi penyakit stroke meningkat dari 8,3 per mil pada 2007
menjadi 12,1 per mil pada 2013. Lebih lanjut diketahui bahwa 61 persen dari total kematian
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes dan PPOK. Tingginya prevalensi
bayi dengan BBLR (10%, tahun 2013) dan lahir pendek (20%, tahun 2013), serta tingginya
stunting pada anak balita di Indonesia (37,2%, 2013) perlu menjadi perhatian oleh karena
berpotensi pada meningkatnya prevalensi obese yang erat kaitannya dengan peningkatan
kejadian penyakit tidak menular. Dengan demikian, penanggulangan penyakit tidak menular
juga perlu mengintegrasikan dengan upaya-upaya yang mendukung 1000 hari pertama
kehidupan (1000 HPK). Berikut 10 besar penyakit tidak menular di indonesia menurut
litbangkes 2015 :
1. penyakit pembuluhdarah otak (21%)
2. penyakit jantung iskemik (12.9%)
3. diabetes mellitus(6.7%)
4. TBC (5.7%)
5. hipertensi dengan komplikasinya(5.3%)
6. penyakit saluran napas bawah kronik (4.9%)
7. penyakit hati (2.7%)
8. kecelakaantransportasi (2.6%)
9. pneumonia (2.1%)
10. diare (1.9%)
berikut 10 besar penyakit penyebab kematian di sulawesi tenggara menurut dinkes prov.sultra
tahun 2015
hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) Angka memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29
persen warga dunia terkena hipertensi. Prosentase penderita hipertensi saat ini paling banyak
terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases
2010 dari WHO menyebutkan, 40 persen negara ekonomi berkembang memiliki penderita
hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan Afrika memegang posisi puncak
penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara kawasan Amerika menempati posisi
buncit dengan 35 persen. Di kawasan Asia Tenggara, 36 persen orang dewasa menderita
hipertensi.
Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini
menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi. "Untuk pria maupun wanita
terjadi peningkatan jumlah penderita, dari 18 persen menjadi 31 persen dan 16 menjadi 29
persen, (WHO, 2013). Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 5,3% pada tahun
2015 dan penyakit tersebut menduduki posisi ke-5 tingkat nansional penyebab kematian pada
provinsi sulawesi tenggara hipertensi menduduki posisi ke-2 penyakit penyebab kematian
dengan jumlah kasus 19.743.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa definisi dari hipertensi?
2. Apa saja tanda dan gejala hipertensi?
3. Apa saja klasifikasi dari hipertensi?
4. Bagaimana patofisiologi hipertensi?
5. Bagaimana masalah epidemiologi hipertensi?
6. Bagaimana diagnosis hipertensi?
7. Apa saja komplikasi hipertensi?
8. Bagaimana cara pencegahan hipertensi?
9. Bagaimana pengobatan hipertensi?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari hipertensi
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi
3. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
4. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi
5. Untuk mengetahui masalah epidemiologi hipertensi
6. Untuk mengetahui diagnosis hipertensi
7. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi
8. Untuk mengetahui cara pencegahan hipertensi
9. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
3) Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah.
MASALAH EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI
Masalah epidemiologi hipertensi antara lain:
1. Orang
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki
meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia
lebih dari 55 tahun. Orang yang memiliki gaya hidup tidak sehat yang dapat
meningkatkan hipertensi, antara lain minum minuman beralkohol, kurang berolahraga,
dan merokok.
2. Tempat
Hipertensi bisa terjadi dimana saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul pada etnik
Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
3. Waktu
Penyakit hipertansi bisa terjadi setiap saat karena sifatnya yang tidak menular dan
penyakit ini tergolong penyakit yang terjadi akibat genetic, gaya hidup, lingkungan dan
pola makan.
2.6 DIAGNOSIS HIPERTENSI
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat Menggunakan
sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran
dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak
tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung. Pengukuran
dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan tidak mengonsumsi makanan dan
minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda, makanan
tinggi kolesterol, alkohol dan sebagainya.
Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni:
1. Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh mana
penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak, apakah arteri
dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain-lain.
2. Mengisolasi penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab spesifiknya.
3. Pencarian faktor risiko tambahan
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor risiko
tambahan yang tidak boleh diabaikan.
4. Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar, seperti
kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan rontgen.
5. Tes khusus
Tes yang dilakukan antara lain adalah :
a. X-ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna yang
digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan adrenal.
b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat electroencefalografi
(EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).
Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien
hipertensi adalah:
1. Jantung
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau infark miokardium
c. Gagal jantung
2. Otak
a. Stroke atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang
menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan
beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan
penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab kematian di dunia adalah penyakit
tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80% kematian ini terjadi di negara
berpenghasilan menengah dan rendah.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di dunia dan
menurut data yang di keluarkan oleh Litbang tahun 2015 pada tingkat nasional penyakit
hipertensi menduduki peringkat ke-5 penyakit penyebab kematian terbesar di indonesia
dengan persentase 5,3% dan pada provinsi sulawesi tenggara penyakit hipertensi
menurut data yang di keluarkan oleh dinas kesehatan prov. Sulawesi tenggara 2015
menduduki peringkat-2 dengan jumlah kasus 19.743.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya
cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara
teratur.
3.2 SARAN
Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya kita menerapkan
pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, mengatur
pola makan, mengatur pola aktivitas dan mengatur pola istrahat. Jika sudah terkena
penyakit hipertensi sebaiknya kita menghindari berbagai macam makanan dan minuman
seperti Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa,gajih), Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
crackers, keripikdan makanan keringyangasin), Makanan dan minuman dalam kaleng
(sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), Makanan
yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering,
telur asin, selai kacang), Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta
sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing),
kuning telur, kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus
sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram
natrium dan Alkohol serta makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
DAFTAR PUSTAKA