Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

OBAT ANTI HIPERTENSI

Dosen pengampu :
Dewi Yuliana Idris, S.Si.,Apt.,M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok X

1. Rini Marpindi :180323147


2. Wisnu Wardana :180323146
3. Wiwin Windawati :170322106
4.Yenti Lasroha: 170322109

JL.KUBAH PUTIH RT.001/14 JATIBENING,PONDOK GEDE


TELP.021-8690 1352,FAX.(021)8690 5637
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1


A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 2
C. TUJUAN .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
A. DEFINISI HIPERTENSI ....................................................................................... 4
B. Tanda Dan Gejala Hipertensi ................................................................................ 5
C. Klasifikasi Hipertensi ............................................................................................. 6
D. Patofisiologi Hipertensi .......................................................................................... 8
E. Masalah Epidemiologi Hipertensi ....................................................................... 10
F. Diagnosis Hipertensi ............................................................................................. 10
G. Komplikasi Hipertensi.......................................................................................... 11
H. Pencegahan Hipertensi ......................................................................................... 12
I. Pengobatan Hipertensi ......................................................................................... 15
J. Efek Samping Obat............................................................................................... 16
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 17
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 17
B. SARAN .................................................................................................................. 17
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang
menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan
beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan
penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab kematian di dunia adalah
penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80% kematian ini
terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. Penyakit tidak menular
adalah penyakit kronis dengan durasi yang panjang dengan proses penyembuhan
atau pengendalian kondisi klinisnya yang umumnya lambat
Indonesia juga mengalami eskalasi penyakit tidak menular yang dramatis.
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2013 menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan secara bermakna, diantaranya prevalensi penyakit stroke meningkat
dari 8,3 per mil pada 2007 menjadi 12,1 per mil pada 2013. Lebih lanjut diketahui
bahwa 61 persen dari total kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler,
kanker, diabetes dan PPOK. Tingginya prevalensi bayi dengan BBLR (10%, tahun
2013) dan lahir pendek (20%, tahun 2013), serta tingginya stunting pada anak balita
di Indonesia (37,2%, 2013) perlu menjadi perhatian oleh karena berpotensi pada
meningkatnya prevalensi obese yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian
penyakit tidak menular. Dengan demikian, penanggulangan penyakit tidak menular
juga perlu mengintegrasikan dengan upaya-upaya yang mendukung 1000 hari
pertama kehidupan (1000 HPK).
Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) Angka memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan
terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025
mendatang, diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia terkena hipertensi.
Prosentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara
berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases 2010 dari
WHO menyebutkan, 40 persen negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan Afrika

1
memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara
kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35 persen. Di kawasan Asia
Tenggara, 36 persen orang dewasa menderita hipertensi.
Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap
tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi.
"Untuk pria maupun wanita terjadi peningkatan jumlah penderita, dari 18 persen
menjadi 31 persen dan 16 menjadi 29 persen, (WHO, 2013). Di Indonesia, angka
penderita hipertensi mencapai 5,3% pada tahun 2015 dan penyakit tersebut
menduduki posisi ke-5 tingkat nansional penyebab kematian pada provinsi sulawesi
tenggara hipertensi menduduki posisi ke-2 penyakit penyebab kematian dengan
jumlah kasus 19.743.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa definisi dari hipertensi?
2. Apa saja tanda dan gejala hipertensi?
3. Apa saja klasifikasi dari hipertensi?
4. Bagaimana patofisiologi hipertensi?
5. Bagaimana masalah epidemiologi hipertensi?
6. Bagaimana diagnosis hipertensi?
7. Apa saja komplikasi hipertensi?
8. Bagaimana cara pencegahan hipertensi?
9. Bagaimana pengobatan hipertensi?

C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari hipertensi
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi
3. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
4. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi
5. Untuk mengetahui masalah epidemiologi hipertensi
6. Untuk mengetahui diagnosis hipertensi

2
7. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi
8. Untuk mengetahui cara pencegahan hipertensi
9. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI HIPERTENSI
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
didalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-
satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah
kita secara teratur.
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang
berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, hipertensi diartikan sebagai keadaan dimana tekanan darah
meningkat. Tekanan darah merupakan ukuran kekuatan darah saat menekan
dinding pembuluh darah arteri, pembuluh nadi yang menghantarkan darah ke
seluruh tubuh.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai
tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca
seratus dua puluh per delapan puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat

4
duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic
mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi,
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang
dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara
perlahan atau bahkan menurun drastis. Hipertensi maligna adalah hipertensi yang
sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-
6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-
anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada
dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan
darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling
rendah pada saat tidur malam hari.

B. Tanda Dan Gejala Hipertensi


Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai
tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh
orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan
pemeriksaan kesehatan, atau pada saat mengadakan pemeriksaan untuk asuransi
jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan itu
adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi (Knight, 2006).
Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah apabila
terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu kerja keras. Ini
menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh sehingga tenaganya
sudah berkurang yang ditandai dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak
dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),

5
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil(edema pada
diskus optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2006).
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan
orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar,
dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut
sesungguhnyadapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan
darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk
meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur
tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung
beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan
mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).

C. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,
hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik
berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi
(denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan
tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya
lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan
pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh
darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.
Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam
keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan
peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor

6
yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan
Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti
obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi
hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II. (Tabel 2.1)
Tabel 2 1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

Tekanan Darah Tekanan Darah


Klasifikasi Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 –139 80 –89
Hipertensi derajat I 140 –159 90–99
Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100

Tabel 2 2 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH

Tekanan Darah Tekanan Darah


Klasifikasi Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Hipertensi berat ≥ 180 ≥ 110


Hipertensi sedang 160 –179 100 –109
Hipertensi ringan 140 –159 90 –99
Hipertensi perbatasan 120 –149 90 –94
Hipertensi sistolik perbatasan 120 –149 < 90
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 < 90
Normotensi < 140 < 90
Optimal < 120 < 80

7
D. Patofisiologi Hipertensi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek
kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera.
Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur
jumlah cairan tubuhyang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
1. Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses
multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk
deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan
berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini
disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan
memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah,
pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi
endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer
2. Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme
(ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diureti Hormon (ADH) dan rasa haus. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

8
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.
3. Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

9
E. Masalah Epidemiologi Hipertensi
Masalah epidemiologi hipertensi antara lain:
1. Orang
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi
daripada wanita. Tekanan darah cenderung meningkat dengan
bertambahnya usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun
sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun. Orang yang
memiliki gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara
lain minum minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.
2. Tempat
Hipertensi bisa terjadi dimana saja. Bagaimanapun, biasa sering
muncul pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika
Hispanik.
3. Waktu
Penyakit hipertansi bisa terjadi setiap saat karena sifatnya yang tidak
menular dan penyakit ini tergolong penyakit yang terjadi akibat genetic,
gaya hidup, lingkungan dan pola makan.

F. Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat Menggunakan
sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran
dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak
tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung.
Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan tidak
mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah
misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol dan sebagainya.
Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni:
1. Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh
mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak,
apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain-lain.

10
2. Mengisolasi penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab
spesifiknya.
3. Pencarian faktor risiko tambahan
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor
risiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.
4. Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan
dasar, seperti kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG
(electrocardiography) dan rontgen.
5. Tes khusus
Tes yang dilakukan antara lain adalah :
a. X-ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna
yang digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan
adrenal.
b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat
electroencefalografi (EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG
atau EKG).

G. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai
target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal.
Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi
rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita
akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa
penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari
kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain
adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down
regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam

11
dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ
target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi
transforming growth factor-β (TGF-β).
Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah:
1. Jantung
2. Hipertrofi ventrikel kiri
3. Angina atau infark miokardium
4. Gagal jantung
5. Otak
6. Stroke atau transient ischemic attack
7. Penyakit ginjal kronis
8. Penyakit arteri perifer
9. Retinopati

H. Pencegahan Hipertensi
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap
hipertensi. Pada umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau
keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi. Tidak semua
penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila hipertensinya tergolong ringan
maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup sehari-hari.
Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat baik
agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Usaha pencegahan juga
bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi parah,
tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter.Agar
terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang
baik (Stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara menghindari faktor risiko
hipertensi.
1. Pola makan
Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah.
Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang

12
rendah lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya akan buah, sayur, serta
produk susu rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat menurunkan
tekanan darah. Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah yang tinggi,
secara garis besar ada empat macam diet, yaitu :
a. Diet rendah garam
Ada tiga macam diet rendah garam (sodium) yaitu :
1) Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 gram sodium perhari, senilai
dengan 3,75-7,5 gram garam dapur.
2) Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium perhari,
seniali 1,25-3,75 gram garam dapur.
3) Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau
kurang dari 1,25 gram garam dapur perhari.Tujuan diet rendah garam
untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air dalam jaringan
tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah
garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah
komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi, baik
kalori, protein, mineral maupun vitamin yang seimbang.
b. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan
menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam mengatur diet ini antara lain sebagai
berikut :
1) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega terutama
goreng-gorengan atau makanan yang digoreng dengan minyak.
2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea food
(udang, kepiting), minyak kelapa dan kelapa (santan).
3) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam
seminggu.
4) Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.
5) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis, seperti sirup,
dodol, kue, dan lain-lain.

13
6) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan
nangka. Selain itu, juga harus memperhatikan gabungan makanan
yang dikonsumsi karena perlu disesuaikan dengan kadar kolesterol
darah.
c. Diet tinggi serat
Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari
mengkonsumsi makanan berserat tinggi. Beberapa contoh jenis
bahan makanan yang mengandung serat tinggi yaitu :
1) Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing,papaya,
mangga, apel, semangka dan pisang.
2) Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang,
kacang panjang, daun singkong, tomat, wortel, touge.
3) Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau,
kacang kedelai, kacang merah, dan biji-bijian.
4) Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.
d. Diet rendah kalori bagi yang kegemukan
Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko tinggi
terkena hipertensi. Demikian juga orang yang berusia diatas usia 40 tahun.
Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan pembatasan asupan
kalori, hal yang harus diperhatikan yaitu :
1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25
2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi
3) Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang
2. Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk
menetralisir tekanan darah.
3. Pola aktivitas
Tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu :
bejalan kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari
yang lebih aktif baik fisik maupun mental memerlukan energi / kalori yang
lebih banyak. Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap

14
tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga
bentuk dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.

I. Pengobatan Hipertensi
1. Umum
Setelah diagnose hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut
golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan
dasar yaitu :
a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang
telah diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi,
misalnya menghilangkan obesitas, menghentikan kebiasaan merokok,
alkohol, dan mengurangi asupan garam serta rileks.
b. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang telah
terbukti kegunaannya dan keamanannya bagi penderita. Obat-obatan
yang digunakan pada hipertensi adalah :
1) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone
2) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol
3) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril
4) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin
5) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine
6) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine
7) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.
8) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa,
guanabens Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang
jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda-tanda dan
penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini dan
terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana
yang canggih.

15
J. Efek Samping Obat
a. Efek samping yang umumnya terjadi dalam
penggunaan furosemide adalah:

1. Pusing.
2. Vertigo.
3. Mual dan muntah.
4. Penglihatan buram.
5. Diare.
6. Konstipasi.

b. Kenali Efek Samping dan Bahaya Captopril


1. Pusing atau limbung, terutama saat bangkit berdiri
2. Batuk kering.
3. Gangguan pada indera pengecap.
4. Detak jantung meningkat (takikardia).
5. Ruam kulit.
6. Sakit dada.
7. Hipotensi.
8. Rambut rontok

c. Beberapa efek samping lain yang dapat terjadi akibat


konsumsi amlodipine adalah:
1. Merasa lelah.
2. Pusing.
3. Mual.
4. Pembengkakan tungkai.
5. Jantung berdeba

d. Efek samping yang mungkin terjadi setelah


menggunakan clonidine meliputi:
1. Gangguan pada kulit.
2. Mulut kering.
3. Penurunan tingkat kesadaran.
4. Sakit kepala.
5. Kelelahan.
6. Mengantuk.
7. Pusing.
8. Hipotensi atau penurunan tekanan darah

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang
menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan
beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan
penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab kematian di dunia adalah
penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80% kematian ini
terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di
dunia dan menurut data yang di keluarkan oleh Litbang tahun 2015 pada tingkat
nasional penyakit hipertensi menduduki peringkat ke-5 penyakit penyebab
kematian terbesar di indonesia dengan persentase 5,3% dan pada provinsi
sulawesi tenggara penyakit hipertensi menurut data yang di keluarkan oleh dinas
kesehatan prov. Sulawesi tenggara 2015 menduduki peringkat-2 dengan jumlah
kasus 19.743.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu
yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita
sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur
tekanan darah kita secara teratur.

B. SARAN
Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya kita
menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi, mengatur pola makan, mengatur pola aktivitas dan mengatur pola istrahat.
Jika sudah terkena penyakit hipertensi sebaiknya kita menghindari berbagai macam
makanan dan minuman seperti Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak,
ginjal, paru, minyak kelapa,gajih), Makanan yang diolah dengan menggunakan
garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan keringyangasin), Makanan
dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan
dalam kaleng, soft drink), Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah,

17
abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang), Susu full
cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang
tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit
ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,
tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium
dan Alkohol serta makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA


Press.
Dinkes sulawesi tenggara. 2015. Profil Kesehatan sulawesi tenggara. Dinkes sulawesi
tenggara. kendari.
http://gustiaanggriana909.blogspot.co.id/2015/12/makalah-hipertensi.html diakses pada
tanggal 4 april 2017
http://rositaerni.blogspot.co.id/2015/10/makalah-hipertensi.html diakses pada tanggal 4
april 2017
menteri kesehatan republik indonesia. 2017. rencana aksi nasional penanggulangan
penyakit tidak menular tahun 2015-2019. Menteri kesehatan republik indonesia.
Jakarta
Nurarif, Amin Huda danKusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA jilid 1. Jakarta : Mediaction
Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

19

Anda mungkin juga menyukai