Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN Tn.

D DENGAN MASALAH
KESEHATAN HIPERTENSI PADA Tn. M. DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS TEGALGUBUG

Disusun Oleh:

YULITA KASTERA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS CENDRAWASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JAYAPURA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah yang maha kuasa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Hipertensi“ dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun
tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas kelompk keperawatan
komunitas.
Dengan segala kerendahan hati Penulis selaku penyusun tugas ini menyadari
bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan tugas yang serupa dimasa yang akan datang.
Demikian, Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat,
selebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Cirebon, Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I_PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Makalah

BAB II_PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Epidemiologi
C. Etiologi
D. Faktor Predisposisi
E. Patofisiologi
F. Manifestasi Klinis
G. Klasifikasi
H. Komplikasi
I. Pemeriksaan Penunjang
J. Penatalaksanaan

BAB III_ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
B. Klafikasi data
C. Analisa data
D. Diagnosis nanda nic noc
E. Rencana intervensi

BAB IV _PENUTUP
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat,
mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang
menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas
(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka


kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai
penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6
% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Saat ini
terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan  lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain
dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan
dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan),
kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi
kadar lemaknya.

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan


ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50
tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan
komplikasinya. Obesitas merupakan ciri dari populasi  penderita hipertensi.
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas
lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas
tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis
meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam.
Tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita
hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun
memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

            Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia


30 tahun atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa
dimulai lebih awal. Pada tahap awal, tekanannya mungkin naik secara
berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika mengendarai mobil
jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau tekanannya
mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada
kasus-kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika
angkanya terletak diatas kesasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi
perbatasan” namun, jika angkanya diatas normal secara konsisten,
penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil” hipertensi kronis bisa
memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah
sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang sangat tinggi,
dari 200/120 samapi 250-140. (Hans p. wolf. 2006 : h 63)

B. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah hipertensi ini antara lain :
1. Memahami dan menjelaskan definisi hipertensi.
2. Memahami dan menjelaskan gejala hipertensi.
3. Memahami dan menjelaskan penyebab hipertensi.
4. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi.
5. Memahami dan menjelaskan Pengobatan hipertensi.
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.

Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg

dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi

peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita

yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi

140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi

jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih

besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80

mmHg untuk Diastolik.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang

lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih

rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang

dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi,

biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya

terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga

kali dalam jangka beberapa minggu.

B.     Epidemiologi
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di

Amerika Serikat. Sekitar seperempat jumlah pendududk dewasa menderita

hipertensi, dan insidennya lebih tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah usia

remaja.

Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan sisanya

mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu.

C.    Etiologi

Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90%

diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat

ditentukan penyebab medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah

dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder).

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum

diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh

hipertensi).

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari

adanya penyakit lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa

perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama

menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada

sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat

tertentu (misalnya pil KB).


Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu

tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau

norepinefrin (noradrenalin).

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1. Penyakit Ginjal

- Stenosis arteri renalis

- Pielonefritis

- Glomerulonefritis

- Tumor-tumor ginjal

- Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

- Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

- Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

2. Kelainan Hormonal

- Hiperaldosteronism

- Sindroma Cushing

- Feokromositoma

3. Obat-obatan

- Pil KB

- Kortikosteroid

- Siklosporin

- Eritropoietin

- Kokain

- Penyalahgunaan alkohol

- Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)


4. Penyebab Lainnya

-          Koartasio aorta

-          Preeklamsi pada kehamilan

-          Porfiria intermiten akut

-          Keracunan timbal akut

Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :

- Peningkatan kecepatan denyut jantung

- Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama

- Peningkatan TPR yang berlangsung lama

D.    Faktor Predisposisi

Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal

seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada

penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita

Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran

didalam terjadinya Hipertensi.

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,

kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan

ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara

stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis

adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah

saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah

secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti,
akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan

dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang

dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi

Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan

terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan

hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan

membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita

obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang

mempunyai berat badan normal.

E.     Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar

dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan

vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias

terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi.

F.     Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala

yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah

kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,

maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala

berikut:

- Sakit kepala

- Kelelahan

- Mual
- Muntah

- Sesak nafas

- Gelisah

- Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati

hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

G.    Klasifikasi

      Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel
berikut:
Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-150 90-99
stage I
Hipertensi >150 >100
stage II
(Arif Muttaqin, 2009).    
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub group: Perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110
Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90
Sub group: Perbatasan 140-149 <90
(Andy Sofyan, 2012)
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori Sistol (mmHg) Dan/Atau Diastol (mmHg)
Normal <120 Dan <180
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tahap II ≥160 Atau ≥100
Hipertensi Sistol ≥140 Dan <90
Terisolasi
(Andy Sofyan, 2012)
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of

High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *


Kategori Sistolik Diastolik
(mmhg) (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan

sistolik dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah

kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan

atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah

skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang

lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih

rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang

dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi,

biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya

terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga

kali dalam jangka beberapa minggu.

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg

atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik

masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan

tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan

diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara

perlahan atau bahkan menurun drastis.

Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-

induced hypertension, PIH ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena

hipertensinya reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari

kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume

darah meningkat secara drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah

diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap hormon-hormon

vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada

kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak

terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga

peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan
tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang

mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan

dapat menyebabkan kejang,koma, dan kematian.

H.    Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM

POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) 

adalah diantaranya:

- Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient

ischemic attack (TIA).

- Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard

acut (IMA).

- Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.

- Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

 I.    Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran

USU, Abdul Madjid (2004), meliputi:

- Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi

bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau

mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah

perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah

puasa, kolesterol total, HDL, LDL.

- Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP

(dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan


pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH  dan

ekordiografi.

- Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose

(DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang

meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi:

kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid

(menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan

disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)

- Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan

J.      Penatalaksanaan

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,

karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat

memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah

raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi

asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam

lewat kulit).

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)

2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan

darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-

kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi


diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk

mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh

2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan

penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit

dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai

pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada

pengobatan farmakologis.

3. Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat

mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45

menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar

saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter. 

1. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh

(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh

obatannya adalah Hidroklorotiazid.


2. Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis

(saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah :

Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

3. Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya

pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang

telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.

Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada

penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala

hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi

sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang

tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)

sehingga pemberian obat harus hati-hati.

4. Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini

adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan

terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.

5. Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat

Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).

Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping
yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan

lemas.

6. Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara

menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan

obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang

mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

7. Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat

Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya

pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah

Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit

kepala, pusing, lemas dan mual.

Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko

terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien
a.       Identitas Pengkajian
Nama                                 :  Tn.M
Jenis Kelamin                    :  Laki-laki
Umur                                 :  60 Tahun
Status Perkawinan              :  Kawin
Agama                               :  Islam
Pendidikan                           :  SMA
Pekerjaan                           :  Pensiun
Alamat                              :  Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan
Tanggal Masuk                  :  16 April 2012
No.Register                       :  06-46-47
Ruangan/Kamar                :  Mengkudu (K2B2)
Golongan Darah                :  O
Tanggal Pengkajian           :  17 April 2012
Tanggal Operasi                :  -
Diagnosa Keperawatan     :  Hipertensi

b.      Penanggung Jawab
Nama                                 :  Tn.D
Hubungan dengan Pasien :  anak
Pekerjaan                           :  PNS
Umur                                 :  25 Tahun
Alamat                              :  Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan
2. Keluhan Utama
 Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai,
sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn mengkudu
dengan keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa
tegang, pasien mengatakan sulit beraktivitas.
4. Riwayat Masa Lalu
 Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus
yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien
adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu
pasien juga pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat
penyakit hipertensi.
6. Riwayat Keadaan Psikososial
Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya, pasien
sangat optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa kepada
Allah SWT, pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan
saudara.
Genogram
   Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah
meninggal, orang tua laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit
kanker hati, sedangkan ibu pasien meninggal karena penyakit hipertensi, dari
hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10 jumlah saudara pasien, dari
kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai beriku :
anak pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak perempuan
tersebut meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak
ketiga laki-laki adalah pasien yang menderita penyakit hipertensi yang
dirawat dirumah sakit umum Dr.RM.Djoelham. Anak keempat perempuan,
anak kelima adalah laki-laki dan meninggal karena penyakit stroke, anak
keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-laki, anak
kesembilan laki-laki dan anak kesepuluh perempuan. Anak kesepuluh ini
meninggal karena menderita penyakit stroke.
            Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-
laki yang sudah menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan,
mereka tinggal dalam satu rumah terkecuali anak pertama yang sudah
berumah tangga. Sementara riwayat sang istri pasien, kedua orang tuanya itu
sudah meninggal dan orang tua laki-laki dari istri meninggal dikarenakan
menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara istri pasien ada delapan,
belum ada yang meninggal dari delapan saudara pasien tersebut.
7. Pemeriksaan Fisik
TD       :  170/100 mmHg
Pols     :  90 x/i
RR       :  22 x/i
Temp   :  350c
Keadaan umum           :  Lemah
Penampilan                  :  Pasien kurang rapi dan bersih
Kesadaran                  :  Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal
(dengan prevalensi 15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaannya
TB                               :  178 cm
BB                               :  94 Kg
Ciri Tubuh                   :  Gemuk
8. Pengkajian Pola Fungsional
a. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat
ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta
baik tidak dijumpai
c. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan
bau-bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai
adanya peradangan dan pendarahan
e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan
maupun peradangan
f. Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g. Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung
berirama, tidak adanya dijumpai nyeri pada dada
h. Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i. Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit
beraktivitas, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j.        Pola Kebiasaan
1) Nutrisi
 Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa  3 x 1 hari,
makanan kesukaan  yang berlemak, sedangkan makanan pantangan
tidak ada.
 Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang
disajikan habis 1/3 porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan
makanan yang banyak mengandung minyak dan lemak.
2) Eliminasi
BAB       :    
 Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi
lembek
 Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi
lembek
BAK      :    
 Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari
 Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari
3) Pola Istirahat
 Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  tidur malam + 8 jam dan tidur
siang + 1-2 jam,
 Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang
hari pasientidak bisa tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang
nyaman, sehingga klien tampak kusam dan pucat.
4) Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit
dirumah dan jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya
sebentar adanya hospitalisasi suasana dirumah sakit tidak terlaksana
optimal karena badrest
5) Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari
sekali kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6) Therapy
Infus RL                           : 20 gtt/i
Furosemide                       : 1 amp/12 jam
Amlodepine                      : 2 x 10 mg
Dulculax syrp                    : 3 x 1
Cotrimoxazole                   : 3x4 80 mg
B.Laxadine                       : 3x1
Ludios                               : 2x1
Sohobion                           : 2x1

9. Data Penunjang
       Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :
No Kimia Darah Hasil Normal Unit
1 Bil.total 1,35 <1 Mg/dL
2 Bil.Direk 0,59 <0,25 Mg/Dl
3 SGOT 30,5 <37 U/I
4 SGPT 38,4 <40 U/I
5 Ureum 27,2 10-15 Mg/dL
6 Kreatinim 1,08 0,6-11 Mg/dL
7 Uric acid 7,8 3,4-70 Mg/dL
8 Cholesterol total 129 <200 Mg/dL
9 Mglyceride 93 <150 Mg/dL
10 HDL 38 >55 Mg/dL
11 LDL 72 <150 Mg/dL
No Gula Darah Hasil Normal
1 Puasa 75-115
2 2 Jam pp <120
3 dd random 92
4 serologi

B. Klafikasi Data

Data subjektif Data objektif


 Pasien mengatakan kepala pusing,  Px tampak meringis kesakitan,
dan  leher terasa tegang kondisi badan lemah.
 Pasien mengatakan tidak selera  pasien tampak lemah, Makanan
makan yang di sajikan habis 1/3 porsi
 Pasien mengatakan susah tidur  pasien tampak pucat, mata cekung,
 pasien mengatakan kedua kakinya tidur malam + 2 jam  pasien susah
susah digerakkan tidur siang
 aktivitas pasiens di bantu oleh
keluarga dan perawat
 TD  : 170/100 mmHg
 Pols  :  90 x/i
 RR    : 22 x/i
 Temp : 370C

C. Analisa Data
NO DATA PENYEBAB MASALAH
DS:    Pasien
1 mengatakan kepala Peningkatan Gangguan rasa nyaman
pusing, dan  leher terasa tekanan darah nyeri
tegang.
DO: : Px tampak meringis
kesakitan, kondisi badan
lemah.
    TD    : 170/100 mmHg
    Pols  :  90 x/i
    RR    : 22 x/i
    Temp : 370C
D
2 S:  Pasien mengatakan tidak Perubahan jenis Gangguan  pola  nutrisi
selera makan diet
DO: pasien tampak lemah,
Makanan yang di sajikan
habis 1/3 porsi
3 DS:  Pasien mengatakan Efek Gangguan istirahat
susah tidur Hospitalisasi tidur
DO: pasien tampak pucat, mata
cekung, tidur malam + 2
jam  pasien susah tidur
siang
4   : pasien mengatakan kedua kelemahan fisik Gangguan pola
kakinya susah digerakkan aktivitas
Do  : aktivitas pasiens di bantu
oleh keluarga dan perawat
D. DIAGNOSIS NANDA NIC NOC

SASARA DOMAIN KELAS KODE RUMUSAN


N DIAGNOSA
Komunitas Domain 1 : Kelas 2 : 00188 Perilaku kesehatan
Promosi Manajemen cenderung beresiko
keshatan kesehatan
00099 Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan

E. RENCANA INTERVENSI KOMUNITAS


Data DIAGNOSA NANDA Tujuan NOC NIC
Masalah Kesehatan Kelas 2; Manajemen Berkurangnya perilaku Prevensi Primer Prevensi Primer:
Risiko Hipertensi Kesehatan berisiko munculnya
Lansia :  Perilaku kesehatan Hipertensi dan Domain IV Pengetahuan Domain 3: Perilaku
 Lansia memiliki cenderung berisiko meningkatnya kesehatan dan perilaku. Kelas S; Edukasi klien
penurunan (00188). efektifitas  5510:Pendidikan
 Ketidakefektifan pemeliharaan Kelas S; Pengetahuan kesehatan
kondisi fisik. kesehatan
pemeliharaan kesehatan kesehatan pada Lansia.  5520:Memfasilitasi
 Lansia umumnya (00099). Level 3: Intervensi pembelajaran
memiliki  1837: pengetahuan  5604 Pengajaran
penurunan fungsi manjemen hipertensi kelompok
kognitif dan  1847: Pengetahuan;  5618:Pengajaran
manajemen sakit kronik . prosedur/tindakan
psikomotor
 1803: Pengetahuan; proses
 Dari berbagai penyakit . Domain 7; Komunitas
penelitian  1805: Pengetahuan; perilaku Kelas C; Promosi
epidemiologis sehat . kesehatan komunitas
yang dilakukan di  1823: Pengetahuan; promosi  8750: Pemasaran
Indonesia kesehatan . sosial di masyarakat
 1854: Pengetahuan; diet (351).
menunjukan 1,8 –
sehat
28,6 % penduduk
 1855: Pengetahuan; gaya
yang berusia hidup sehat.
diatas 20 tahun  1843: Pengetahuan:
adalah penderita manajemen nyeri
hipertensi  1840: pengetahun : diet yang
disarankan
Prevensi sekunder Prevensi Sekunder

Domain IV; Pengetahuan Domain 3; Perilaku


kesehatan dan perilaku. Kelas O; Terapi
perilaku
Kelas Q; Perilaku sehat Level 3; Intervensi
Level 3: Intervensi  4310: Terapi aktifitas
 1600:Kepatuhan perilaku .  4350:Manajemen
 1621:Kepatuhan perilaku; perilaku
diet sehat.  4360:Modifikasi
 1602:Perilaku promosi perilaku
kesehatan .
 1603:Pencarian perilaku Domain 4; Keamanan
sehat Kelas V; Manajemen
 1605: kontrol nyeri resiko
 1606:Partisipasi dalam  Manajemen
pengambilan keputusan lingkungan (6480).
perawatan kesehatan .  Manajemen
 1608:Kontrol gejala . lingkungan; keamanan
(6486).
Kelas R; Health Beliefs  Surveilance (6650).
 1704:Health beliefs;  Monitor TTV (6680)
perceived threat
 1705:Orientasi kesehatan Domain 6; Sistem
kesehatan
Kelas FF; Manajemen Kelas Y; Mediasi
kesehatan terhadap sistem
 3107: manajemen diri : kesehatan
Hipertensi.  7320:Manajemen
kasus
Kelas T; Kontrol resiko dan  7400:Panduan sistem
keamanan kesehatan
 1902:Kontrol resiko .
 1908:Deteksi faktor resiko. Kelas A; Manajemen
 1934:Keamanan dan sistem kesehatan
kesehatan serta perawatan  7620:Pengontrolan
lingkungan. berkala
 1910:Keamanan lingkungan  7726:Preceptor;
rumah. peserta didik

Domain V; Kesehatan yang Domain 7: Komunitas,


dirasakan. Kelas D; Manajemen
Kelas U; Kesehatan dan resiko komunitas.
Kualitas Hidup Level 3: Intervensi
 2008:Status kenyamanan.  6489: Manajemen
 2009:Status kenyamanan; lingkungan;
lingkungan . komunitas.
 2006:Status kesehatan  8880: perlindungan
individu . lingkungan yang
 2000:Kualitas hidup berisiko

Kelas V; Status gejala


 2109:Tingkatan
ketidaknyamanan .
 1306:Nyeri; Tingkat Respon
fisik
 2102:Level nyeri.
 2103:Tingkatan gejala .
Kelas EE; Kepuasan terhadap
perawatan
 3014:Kepuasan klien .
 3015:Kepuasan manajemen
kasus .
 3007:Kepuasan terhadap
lingkungan fisik
 3010:Kepuasan terhadap
keamanan
 3015:Kepuasan manajemen
kasus
 3003:Kepuasan
keberlanjutan perawatan
 3016: Kepuasan manajemen
nyeri
 3007:Kepuasan ; lingkungan
fisik
 3011:Kepuasan klien ;
kontrol gejala

Domain VI; Kesehatan


keluarga
Kelas Z; Kualitas hidup
keluarga
 2606:Status kesehatan
keluarga

Kelas X; Family well being.


 2600: Koping keluarga .
 2602:Fungsional keluarga .
 2606:Status kesehatan
keluarga .
 2605:artisipasi keluarga
dalam perawatan .

Domain VII; Kesehatan


komunitas
Kelas BB; Well Being
komunitas
 2700:Kompetensi komunitas
 2701:Status kesehatan
komunitas

Kelas CC; Proteksi kesehatan


komunitas.
 2806: Respon komunitas
terhadap disaster/KLB
 2807:Efektifitas skrining
kesehatan komunitas
 2808:Efektifitas program
komunitas
 2802:Kontrol resiko
komunitas; penyakit
menular

Prevensi Tersier; Prevensi Tersier


Domain VI; Kesehatan
keluarga Domain 5; Keluarga
Kelas Z; Kualitas hidup Kelas X; Perawatan
keluarga siklus kehidupan.
 2605:Partisipasi tim  7040: Dukungan
kesehatan dalam terhadap caregiver
keluarga .  7140: Dukungan
keluarga
 Identi8fikasi resiko :
Genetik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi
sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial
(hampir 90 % dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari
kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn
E. Doenges, dkk, 1999).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari
120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan
tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya
tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Daftar Pustaka

Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta

:EGC

http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tingg

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf

diakses tgl 14-10-17 jam 09.20

www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312017/bab2.pdf diakses tgl 14-

10-17 jam 15.00

Anda mungkin juga menyukai