Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA BINAAN

Ny. T dengan Hipertensi di Dsn. Sumber Sekar

Untuk Memenuhi Tugas Study Profesi Departemen Gerontik

Disusun Oleh :
Rahmawatus S
0810720053

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan pada lansia binaan yaitu Ny. T dengan
hipertensi di Dsn. Sumber Sekar.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas dalam departemen gerontik, sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan pada waktunya. Dan tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ny. T sebagai lansia binaan yang telah bersedia dilakukan home visit
dua kali dalam seminggu.
2. Ns. Kumboyono, M.Kep., Sp. Kom; Ns. Niko Dima, S. Kep selaku preseptor
akademik
3. Ns. Dyah Nurkhodimah, S.Kep selaku preseptor klinik
4. Seluruh keluarga besar Puskesmas Wisata Dau
5. Seluruh kolega dalam tim gerontik yang selalu memberi dukungan
Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap semoga
m a k a l a h i n i dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya.

Malang, Oktober 2012

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer),
karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut
seringkali dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari
akan datangnya penyakit (Sustrani, 2006).
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena
jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang
berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke
(perdarahan otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya
kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun
tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated
systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada
lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang
berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi
sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk
orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke,
gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar
dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007)
Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari
keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding,
yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi mengubah darah yang keluar dari jantung
menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak terputus
dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah yang dalam (diastolik) (Wolff ,
2008).
Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18% dan 25% pada
kelompok umur 60-69, 70-79, 80-89, dan diatas 90 tahun. HST lebih sering
ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian di Rotterdam,
Belanda ditemukan: dari 7983 penduduk berusia diatas 55 tahun, prevalensi
hipertensi (160/95mmHg) meningkat sesuai dengan umur, lebih tinggi pada
perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%). Di Asia, penelitian di kota Tainan,
Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas tahun
dengan kriteria hipertensi berdasarkan The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC
VI),ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1% dan
perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1%
(laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah
29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kclompok ini, adanya
riwayat keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks masa tubuh merupakan
faktor risiko hipertensi (Kuswardhani, 2007).
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia.
Sebagai hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur
harapan hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia
tersebut sering diikiuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah
kesehatan lain pada kelompok ini. Hipertensi sebagai salah satu penyakit
degeneratif yang sering dijumpai pada kelompok lansia (Abdullah.2005).
Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan
26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi
29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara
maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia
(Andra,2007).
Umur Harapan Hidup (UHH, proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun
ke atas pada tahun 1980 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000
meningkat menjadi 9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan
meningkat menjadi 12%, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal
ini secara demografi struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur
penduduk yang semakin menua (ageing population). Peningkatan UHH akan
menambah jumlah lanjut usia (lansia) yang akan berdampak pada pergeseran pola
penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degenerasi. Prevalensi
penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular
cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM) dapat
digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama
(common underlying risk faktor) seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus,
penyakit paru obstruktif kronik, dan kanker tertentu. Faktor risiko tersebut antara
lain mengkonsumsi tembakau, konsumsi tinggi lemak kurang serat, kurang olah
raga, alkohol, hipertensi, obesitas, gula darah tinggi, lemak darah tinggi
Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, di
kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan
29% wanita menderita hipertensi, 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan
stroke, 1,2% diabetes, 1,3% laki-laki dan 4,6% wanita mengalami kelebihan berat
badan (obesitas), dan yang melakukan olah raga 3 kali atau lebih per minggu
hanya 14,3%. Laki-laki umur 25-65 tahun yang mengkonsumsi rokok sangat
tinggi yaitu sebesar 54,5%, dan wanita sebesar 1,2%
(http://www.dinkesjatengprov.go.id/ dinkes08/screeningdinkes.pdf).
Berdasarkan keterangan diatas maka peneliti menganggap perlu untuk melakukan
pengelolaan tekanan darah pada Ny. T dengan melakukan home visite selama 3 minggu.

1.2 Tujuan
1. Tekanan darah klien dalam batas normal
2. Klien dan keluarga memahami pentingnya pengontrolan tekanan darah
3. Klien dapat menunjukkan pengontrolan tekanan darah secara mandiri

1.3 Manfaat
 Untuk klien:
1. Memahami pentingnya pengontrolan tekanan darah
2. Mengetahui dan dapat menerapkan cara-cara pengontrolan darah untuk
meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian lansia

 Untuk Perawat:
1. Mengetahui beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada lansia
dengan hipertensi
2. Sebagai masukkan intervensi dalam mengelola lansia dengan hipertensi secara
holistik

BAB II
TINJAUAN TEORI

I. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)

II. KLASIFIKASI
Klasifikasi Menurut JNC VIII

Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan


menjadi 2 golongan besar yaitu :

a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak


diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.

III. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti


penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
 Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
 Kegemukan atau makan berlebihan
 Stress
 Merokok
 Minum alkohol
 Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
 Glomerulonefritis
 Pielonefritis
 Nekrosis tubular akut
 Tumor
b. Vascular
 Aterosklerosis
 Hiperplasia
 Trombosis
 Aneurisma
 Emboli kolestrol
 Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
 DM
 Hipertiroidisme
 Hipotiroidisme
d. Saraf
 Stroke
 Ensepalitis
 SGB
e. Obat – obatan
 Kontrasepsi oral
 Kortikosteroid

IV. PATOFISIOLOGI / PATHWAY


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan


structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi


palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi
oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
PATHWAY

V. TANDA DANGEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien


yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi

VII. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat


Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
 Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
 Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
 Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan
 Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
 Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
 Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks
4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi
agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang
dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT
OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
 Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
 Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
- Dosis obat pertama dinaikkan
- Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
- Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika ,
beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
 Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
- Obat ke-2 diganti
- Ditambah obat ke-3 jenis lain
 Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
- Ditambah obat ke-3 dan ke-4
- Re-evaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil
pengukuran tekanan darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai
mengenai tekanan darahnya
3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat
sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas
4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya,
tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur
memakai alat tensimeter
5. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan
lebih dahulu
6. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup
penderita
7. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
8. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita
atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
9. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi
misal 1 x sehari atau 2 x sehari
10. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi,
efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
11. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis
atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan
efektifitas maksimal
12. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
13. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih
sering
14. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan
pelaksanaan pengobatan hipertensi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
PENGKAJIAN PSIKOGERONTIK

Nama : Ny. T
Jenis kelamin : (1) laki-laki (2) perempuan
Umur : (1) elderly (60-74) (2) old (75-90) (3) very old (>90)
Alamat : Dsn Sumber Sekar
Statua menikah : (1) menikah (2) tidak menikah (3) janda (4) duda
Agama : (1) Islam (2) Protestan (3) Hindu (4) Katolik
(5) Budha
Suku : (1) Jawa (2) Madura (3) lain-lain, sebutkan
Tingkat pendidikan : (1) tidak tamat (2) tamat SD (3) SMP (4) SMU
(5) PT (6) tidak sekolah
Riwayat pekerjaan : Pedagang, saat ini tidak bekerja

1. Masalah emosional
2. Tingkat kerusakan intelektual
3. Identifikasi aspek kognitif

1. Masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah klien mengalami susah tidur? iya
b. Apakah klien merasa gelisah? tidak
c. Apakah klien murung atau menangis sendiri? tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir? tidak

Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika lebih dari 1 atau sama


dengan jawaban 1 ya

Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan, terjadi 1 kali dalam 1
bulan? Sudah lama
b. Ada masalah atau banyak pikiran? Tidak ada masalah
c. Ada gangguan atau masalah dengan orang lain? tidak
d. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter? tidak
e. Cenderung mengurung diri? tidak
Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban ya, maka masalah
emosional ada atau ada gangguan emosional

2. Tingkat kerusakan intelektual


Dengan menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire)
Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar di bawah ini:
NO. PERTANYAAN BENAR SALAH

1. Tanggal berapa hari ini? √

2. Hari apa sekarang? √

3. Apa nama tempat ini? √

4. Dimana alamat Anda? √

5. Berapa nomor rumah Anda? Tidak ada


nomer rumah

6. Kapan Anda lahir? Tidak tahu

7. Siapa presiden Indonesia? √

8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya? √

9. Siapa nama ibu Anda? √

10. Kurangi 3 dari tiap 20 dan tetap pengurangan 3 dari √


setiap angka baru, semua secara menurun.

Jumlah 4 4

Interpretasi:
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : fungsi intelektual kerusakan berat

3. Identifikasi masalah kognitif  Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental


Status Exam)

NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN

1 Orientasi 5 2 Menyebutkan dengan benar:


waktu  Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
Orientasi 5 1 Dimana sekarang Anda berada?
 Negara
tempat
 Propinsi
 Kabupaten
2. Registrasi 3 3 Sebukan 3 nama objek (kursi, meja, kertas)
Kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab:
1. kursi
2. meja
3.kertas

3. Perhatian 5 1 Meminta klien berhitung mulai dari 100,


dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 tingkat:
1. Hanya bisa hingga 1 tingkat
kalkulasi

4. Mengingat 3 2 Meminta klien untuk menyebutkan objek


pada poin 2
1.kursi
2.meja

5. Bahasa 9 7 Menanyakan pada klien tentang benda


(sambil menunjuk benda tersebut:
1. lemari
2. kasur

Meminta klien untuk mengulangi kata berikut


“tak ada jika, dan, atau, tetapi”.
Klien menjawab tidak ada jika, dan, atau,
tetapi

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut


yang terdiri dari 3 langkah. Ambil ballpoint di
tangan Anda, ambil kertas, menulis saya mau
tidur.
1. ambil ballpoint
2. ambil kertas
3. tidak bisa menulis
Perintahkan klien untuk hal berikut (bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1 poin)
‘tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk menulis atau
kalimat dan menyalin gambar
1. Klien tidak bisa menulis atau
menggambar
Total nilai 30 16

METHOD SCORE INTERPRETATION

Single Cutoff <24 Abnormal

Range <21 Increased odds of dementia


>25 Decreased odds of dementia

Education 21 Abnormal for 8th grade education


<23 Abnormal for high school education
<24 Abnormal for college education

Severity 24-30 No cognitive impairment


18-23 Mild cognitive impairment
0-17 Severe cognitive impairment

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Cukup


Kesadaran : CM
TTV & status gizi:
Suhu : 36,6 oC RR: 21 x/mnt
TD : 180/100 mmHg BB: - kg
Nadi : 80 x/menit TB: - cm

Pemeriksaan Fisik
Kepala:
Warna : beruban
Kebersihan : bersih
Distribusi : Sedang
Kerontokan : Ya
Keluhan : Ya
Klien mengeluh pusing dengan skala nyerinya 5 dari 1-10. Klien
mengatakan tidak bisa tidur saat malam hari

Mata:
Bentuk : Simetris
Konjungtiva : Tidak
Sclera : Tidak
Strabismus : Tidak
Penglihatan : Kabur
Peradangan : Tidak
Riwayat katarak : Tidak
Keluhan : Tidak

Hidung:
Bentuk : Simetris
Peradangan : Tidak
Penciuman : Tidak
Keluhan lain : Tidak

Mulut dan tenggorokan:


Kebersihan : Baik
Mukosa : lembab
Peradangan/stomatitis : Tidak
Gigi/Geligi : Tidak
Radang gusi : Tidak
Kesulitan mengunyah : Tidak
Kesulitan menelan : Tidak

Telinga:
Bentuk : Simetris
Kebersihan : Sedang
Peradangan : Tidak
Pendengaran : Tidak
Keluhan lain : tidak

Leher:
Posisi Trakea : Simetris
Pembesaran kel.tiroid : Tidak
JVD : Tidak
Kaku kuduk : Tidak;

Dada:
Bentuk dada : Normal chest
Retraksi : Tidak
Wheezing : Tidak
Ronchi : Tidak
Suara jantung tambahan : Tidak
Ictus cordis : ICS 5 MCL
Abdomen:
Bentuk : simetris
Nyeri tekan : tidak
Kembung : tidak
Supel : Ya
Bising usus : ada, frekuensi: 10 x/mnt
Massa : Tidak

Genitalia/anus:
Kebersihan : baik/cukup/sedang
Hemoroid : tidak
Hernia : tidak

Ekstremitas:
Massa/tonus otot :5

Tonus/Kekuatan otot
(0) lumpuh
(1) ada kontraksi otot
(2) melawan gravitasi dengan sokongan
(3) melawan gravitasi dengan tapi tidak ada tahanan
(4) melawan gravitasi dengan tahanan

Postur tubuh : skifosis


Gaya berjalan : membungkuk
Rentang gerak : maksimal
Deformitas : tidak
Tremor : tidak
Edema kaki : tidak
Flebitis : tidak
Klaudikasi : tidak

Integumen:
Kebersihan : baik
Warna : coklat terang
Kelembaban : lembab
Gangguan pada kulit : gatal didaerah bawah mata
PENGKAJIAN ADL

Modifikasi dari Barthel Index

NO. AKTIVITAS SKOR

1. Makan 10
0= tidak mampu
5= dengan bantuan
10= mandiri

2. Mandi 5
0= dengan bantuan
5= madiri

3. Kebersihan diri 5
0= dengan bantuan
5= madiri

4. Berpakaian 10
0= dengan bantuan
5= butuh bantuan pada setengah aktivitas
10= mandiri

5. Mengontrol defekasi 10
0= inkontinen (termauk pemberian enema)
5= occasional
10= kontinen

6. Mengontrol kemih 10
0= inkontinen (termasuk kateter)
5= occasional
10= kontinen

7. Penggunaan toilet 10
0= dengan bantuan
5= butuh bantuan pada beberapa aktivitas
10= mandiri

8. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya, termasuk 15


duduk di tempat tidur
0= tidak mampu. Tidak ada keseimbangan
5= dengan bantuan mayor (1/2 orang), dapat duduk
10= dengan bantuan minor (verbal/fisik)
15= mandiri

9. Mobilitas 15
0= tidak mampu. <50m
5= ketergantungan kursi roda, termasuk pegangan. >50m
10= berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal/fisik). >50m
15= mandiri (bisa dengan bantuan, misal tongkat). >50m

10. Naik turun tangga 5


0= dengan bantuan
5= butuh bantuan
10= mandiri

Interpretasi
0-20 : ketergantungan penuh
21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung
62-90 : ketergantungan moderat
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri
PENGKAJIAN POSISI DAN KESEIMBANGAN (SULLIVAN)

NO. TES KOORDINASI KETERANGAN NILAI

1. Berdiri dengan potur normal Klien dapat 4


berdiri tegak

2. Berdiri dengan potur normal, menutup mata Klien hilang 4


keseimbangan
setelah menutup
mata 6 detik

3. Berdiri dengan kaki rapat Klien mampu 4


berdiri dengan
merapatkan kaki

4. Berdiri pada satu kaki Klien tidak 3


mampu berdiri
dengan 1 kaki

5. Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi netral Klien tidak 3


mampu berdiri
dengan penuh
setelah fleksi

6. Berdiri, lateral, dan fleksi trunk Klien tidak 3


mampu berdiri
dengan penuh
setelah fleksi

7. Berjalan, tempatkan tumit salah satu kaki di depan jari Klien tidak 3
kaki yang lain mampu
melakukanya
dengan seimbang
penuh

8. Berjalan sepanjang garis lurus Klien mampu 4


berjalan dengan
lurus

9. Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai Klien mampu 4


mengikuti
gambar di lantai

10. Berjalan menyambung Klien mampu 4


berjalan
menyambung

11. Berjalan mundur Klien tidak 4


mampu berjalan
mundur tanpa
sempoyongan

12. Berjalan mengikut lingkaran Klien mampu 4


berjalan
melingkar

13. Berjalan pada tumit Klien tidak 3


mampu berjalan
dengan tumit
tanpa bantuan

14. Berjalan dengan ujung kaki Klien tidak 3


mampu berjalan
dengan tumit

JUMLAH 50
Keterangan:
4= mampu melakukan aktivitas dengan lengkap
3= mampu melakukan aktivitas dengan bantuan
2= mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal
1= tidak mampu melakukan aktivitas

Nilai:
42-54 = mampu melakukan aktivitas
28-41 = mampu melakukan aktivitas dengan sedikit bantuan
14-27 = mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal
14 = tidak mampu melakukan aktivitas
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK II

I. Data Inti (demografi)  Rp 500.000-Rp. 1.000.000


A. Data khusus  Lebih dari Rp. 1.000.000
1. Nama Lansia : Ny. T 2. Kebiasaan menabung
2. Umur : 76 Tahun  Ya
3. Jenis kelamin : Perempuan  Tidak
4. Alamat : Dsn. Sumber Sekar
5. Tingkat pendidikan: II. Lingkungan Fisik
 Tidak sekolah 1. Perumahan
 SD a. Kepemilikan: ()sewa ()numpang ()milik sendiri
 SMP b. Jenis: ()permanen ()semi permanen ()tidak permanen
 SMU c. Lantai: ()tanah ()papan ()tegel/semen
 PT d. Ventilasi: ()baik ()cukup ()kurang
6. Pekerjaan : e. Jendela dibuka setiap hari: ()ya ()tidak
 PNS f. Penerangan: ()baik ()cukup ()kurang
 TNI/POLRI g. Luas kamar tidur: ()memenuhi syarat
 Pensiunan (disesuaikan antara luas kamar tidur dan jumlah penghuni)
 Petani h. Luas rumah 15 x 7 m2
 Buruh 2. Halaman rumah
a. Pemanfaatan pekarangan: ()ya ()tidak
 Tidak bekerja
b. Jenis pemanfaatan pekarangan:
 Lainnya
()sayuran ()buah-buahan
7. Suku :
()tanaman ()lain-lain, sebutkan
 Jawa 3. Pembuangan
 Madura a. Lokasi BAB:
 Lain-lain ()sungai ()WC
8. Agama : ()sembarang tempat ()Lain-lain, sebutkan..
 Islam b. Kepemilikan jamban: ()ya ()tidak
 Protestan c. Bila ya, jenis jamban:
 Katolik ()leher angsa ()kakus duduk ()cubluk
 Hindu d. Jarak dengan sumber air: ()<10m ()>10m
 Budha e. Kondisi jamban: ()terawat ()tidak terawat
4. Sumber air:
B. Data sosial ekonomi a. Penyediaan air bersih
1. Penghasilan rata-rata perbulan: ()PDAM ()mata air()sumur pompa
 Kurang dari Rp. 500.000 ()sumur gali ()sungai ()beli
b. Penyediaan air minum:  Perawat/bidan
()PDAM ()mata air()sumur pompa b. Pemanfaatan sarana kesehatan
()sumur gali ()sungai ()beli. Mis.air isi ulang  Ya
c. Pengelolaan air minum: ()dimasak ()tidak dimasak  Tidak
5. Tempat penampungan air c. Bila tidak, alasannya
a. Jenis tempat penampungan air  Sulit dijangkau
()bak ()gentong ()ember ()lain-lain, sebutkan....  Biaya
b. Kondisi: ()tertutup ()terbuka  Lain-lain, sebutkan.....
c. Pengurasan: ()ya ()tidak 2. Masalah kesakitan
d. Bila ya, berapa kali dalam seminggu: ()2x ()3x ()>3x a. Apakah menderita penyakit 1 tahun terakhir
e. Kondisi air: ()berbau ()berwarna ()berasa ()tidak bau, warna,
 Ya
rasa
 Tidak
b. Bila ya, sebutkan
6. Pembuangan sampah dan limbah
a. Cara pembuangan sampah  dibuang di tempat sampah  Asma
b. Tempat pembuangan sampah  di depan rumah ada yang  Tekanan darah tinggi
mengangkut  Reumatik
c. Bila ada  Tulang keropos
d. Pembuangan air limbah  got  TBC
e. Kondisi saluran limbah  bersih  Kencing manis
f. Binatang yang banyak berkeliaran di sekitar tempat sampah   Katarak
ayam  Penyakit kulit
g. Apakah di lingkungan sering banjir  tidak ada  Lain-lain, sebutkan........
c. Sebelum dibawa ke pusat kesehatan, tindakan apa yang
7. Kandang ternak biasanya dilakukan
a. Kepemilikan kandang ternak: ()ya ()tidak  Beli obat bebas
b. Bila ya, letak kandang ternak: o Jika menggunakan obat bebas, obat apa yang
()dalam rumah()luar rumah digunakan, dalam sehari berapa kali minum
c. Kondisi: ()terawat ()tidak terawat obat, jika kondisi tidak membaik apa yang
dilakukan............
III. Status Kesehatan  Minum jamu
1. Sarana kesehatan  Lainnya, sebutkan ke bidan dan diberi obat
a. Sarana kesehatan terdekat d. Upaya ke pusat kesehatan yang mana jika sakit
 Rumah sakit  Ke rumah sakit
 Posyandu  Ke dokter praktek
 Puskesmas  Ke dukun
 Balai pengobatan  Ke puskesmas
 Dokter praktek
 Ke perawat/bidan n. Harapan terhadap posyandu lansia...................
 Lain-lain, sebutkan.......
e. Sarana transportasi yang mudah untuk menuju pusat kesehatan
 Angkot
 Mobil pribadi
 Becak
 Sepeda motor
 Jalan kaki
f. Penggunaan waktu senggang
 Berkebun
 Senam
 Jogging
 Lain-lain, sebutkan berdiam diri di rumah
g. Adakah kelompok usila
 Ya
 tidak
h. Bila ya, adakah kegiatan
 Ya, sebutkan tapi klien tidak mengetahui
 tidak
i. Apakah mengetahui tentang kader lansia
 Ya
 tidak
j. Apakah sudah ada kader lansia
 Ya
 tidak
k. Apakah mengetahui tentang posyandu lansia
 Ya
 tidak
l. Apakah mengikuti kegiatan posyandu lansia
 Ya
 tidak
m. Jika tidak, alasan tidak mengikuti kegiatan posyandu lansia
 Sibuk kerja
 Malas
 Tidak tertarik dengan kegiatan posyandu
 Lain-lain, sebutkan...........
LEMBAR KUISIONER PENGUKURAN DEPRESI PADA LANSIA

Isilah Data dibawah ini :

1. No. Responden :
2. Umur : 76 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : tidak bekerja
5. Pendidikan Terakhir : tidak sekolah
I. Petunjuk Pengisian
 Berilah tanda “ ” pada kotak sesuai dengan jawaban anda
 Jawaban “ya” jika anda benar-benar setuju dengan apa yang dikatakan

dalam pertanyaan
 Jawaban “Tidak” jika anda benar-benar tidak setuju atau kurang setuju

dengan apa yang dikatakan dalam pertanyaan.

Jawaban
No. Pertanyaan Skor
Ya Tidak
1. Apakah anda merasa puas dengan kehidupan yang

dijalani sekarang?
2. Pernahkah anda mengalami penurunan dalam aktifitas

dan hobi anda?


3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda hampa?
4. Apakah anda sering bosan?
5. Apakah anda sering bersemangat setiap waktu?
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan menimpa

anda?
7. Apakah anda merasa senang dalam hari-hari anda ?
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya(sering lemas,

capek)?
9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah, daripada

pergi keluar atau melakukan suatu kegiatan baru?


10. Apakah anda merasa memiliki banyak permasalahan

dengan daya ingat anda?


11. Apakah anda berpikir sangat membahagiakan bisa

menjalani kehidupan sekarang?


12. Apakah anda merasa kurang berharga sebagai diri anda
sekarang ini?
13. Apakah anda merasa bertenaga?
14. Apakah anda merasa bahwa situasi anda sekarang

kurang bisa diharapkan?


15. Apakah anda berpikir bahwa kebanyakan orang lebih

baik dari anda?


Total Skor

3.2 Analisa Data

No. Data Etiologi Problem


1. DS: Hipertensi Nyeri akut
 klien mengeluh nyeri 
kepa, leher dan bahu Vasokonstriksi arteri
dengan skala nyeri 5 
dari 1-10 Gangguan perfusi
 klien mengatakan 
punya darah tinggi Nyeri kepala, leher
DO: belakang dan bahu
 TD: 180/100 mmHg 
Nyeri akut
3. DS: Hipertensi Inefektif menejemen
 klien mengatakan  kesehatan diri
punya darah tinggi Kurangnya informasi
sejak lama tentang hipertensi
 klien mengatakan 
jarang sekali periksa Ketidakpatuhan pada
dan minum obat pengobatan
DO: 
 TD: 180/100 mmHg Tidak terkontrolnya
tekanan darah

Inefektif menejemen
kesehatan diri

3.3 Rencana Keperawatan

NAMA KLIEN : Ny. T


NO. REG :-
USIA : 76 th
TANGGAL PENGKAJIAN : 20 September 2012

N Tgl Dx Kep Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


o
1 20 Nyeri Setelah  klien  kaji respon verbal dan
sept akut dilakukan mengatakan non verbal klien
intervensi nyeri terhadap nyeri
keperawatan berkurang  monitor TTV klien
selama 1x 30 (< 5 dari 1- sebelum dan setelah
menit nyeri 10) terapi
klien  wajah klien  ajarkan napas dalam
berkurang tampak pada klien
hingga hilang rileks  ajarkan relaksasi otot
 klien dapat progresif terutama pada
mendemons bahu, leher dan
trasikan punggung
terapi  beri massase pada leher
relaksasi dan bahu
 TD: <  dorong klien untuk
180/100 mendemonstrasikan
mmHg terapi relaksasi
 Nadi: 60-  libatkan keluarga untuk
100 x/menit mendorong klien
 RR: 18- berlatih terapi relaksasi
20x/ menit setiap bangun tidur dan
akan tidur
2 20 Ketidake Setelah  Klien dapat Catat usia klien, kognitif,
sept fektifan dilakukan mengidentifik emosional, fisik, dan

Manajem tindakan asi kegiatan status perkembangan

en keperawatan pemeliharaan dan tingkat


kesehatan ketergantungan
Kesehata selama 3x24
Perhatikan apakah
yang
n Diri jam ketidakefektifan ini
diperlukan
ketidakefektif  Klien terkait dengan situasi
an menyatakan onset akut / tiba-tiba,
manajemen pemahaman atau penyakit
kesehatan diri tentang faktor progresif /kronis.
Kaji kemampuan klien dan
klien dapat yang
keinginan untuk belajar
berkontribusi
terpenuhi.
terhadap serta nilai kemampuan
klien dalam
situasi saat
ini. berkomunikasi.
Kaji keinginan klien/
 Klien
tingkat kemampuan
menyatakan
pemahaman untuk memenuhi
kebutuhan
atas
kebutuhan pemeliharaan
kesehatan, serta
kesehatan
sendiri dalam perawatan diri
ADL.
tingkat
Menentukan tingkat
kemampuan.
 Klien dapat perilaku adaptif,
pengetahuan, dan
mengadopsi keterampilan tentang
perubahan pemeliharaan
gaya hidup kesehatan, lingkungan,
yang dan keamanan.
Memantau kepatuhan
mendukung
terhadap rejimen
tujuan
kesehatan pengobatan yang
diresepkan untuk
individu.
memecahkan masalah
kesulitan dalam
kepatuhan dan
mengubah rencana
perawatan sebagai
kebutuhan.
3.4 Implementasi Keperawatan

Tgl Dx Jam Implementasi Evaluasi Tanda


Tangan
22 1 13.00  mengkaji respon S:
sept verbal dan non  klien mengatakan
verbal klien nyeri berkurang
terhadap nyeri O:
 memonitor TTV  wajah klien
klien sebelum dan tampak rileks
setelah terapi  klien dapat
 mengajarkan napas mendemonstrasika
dalam pada klien n terapi relaksasi
 mengajarkan  TD: 180/100
relaksasi otot mmHg
progresif terutama  Nadi: 72 x/menit
pada bahu, leher  RR: 18x/ menit
dan punggung A:
 memberi massase Masalah teratasi
pada leher dan bahu sebagian
 mendorong klien P:
untuk Lanjutkan intervensi
mendemonstrasikan intervensi
terapi relaksasi
 melibatkan
keluarga untuk
mendorong klien
berlatih terapi
relaksasi setiap
bangun tidur dan
akan tidur
22 2 13.30  Mengkaji usia klien, S: klien mengatakan
sept kognitif, emosional, mengerti ttg penjelasan
fisik, dan status penyakit hipertensi
perkembangan dan O: klien melakukan
tingkat perubahan gaya hidup
ketergantungan yang mendukung
 Memperhatikan tujuan kesehatan
apakah individu.
ketidakefektifan ini A: masalah teratasi
terkait dengan sebagian
P: lanjutkan intervensi
situasi onset akut /
tiba-tiba, atau
penyakit progresif /
kronis.
 Mengkaji
kemampuan klien
dan keinginan untuk
belajar serta nilai
kemampuan klien
dalam
berkomunikasi.
 Mengkaji keinginan
klien/ tingkat
kemampuan untuk
memenuhi
kebutuhan
pemeliharaan
kesehatan, serta
perawatan diri
ADL.
 Menentukan tingkat
perilaku adaptif,
pengetahuan, dan
keterampilan
tentang
pemeliharaan
kesehatan,
lingkungan, dan
keamanan.
 Memantau
kepatuhan terhadap
rejimen pengobatan
yang diresepkan
untuk memecahkan
masalah kesulitan
dalam kepatuhan
dan mengubah
rencana perawatan
sebagai kebutuhan.
3.5 Evaluasi
3.5.1 Evaluasi Keperawatan
Nama Klien : Ny T
No. Reg : -
Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
4 oktober 2012 Nyeri Akut S:
 klien mengatakan kepala tidak nyeri
lagi
O:
 wajah klien tampak rileks
 klien dapat mendemonstrasikan
terapi relaksasi
 TD: 140/80 mmHg
 Nadi: 84 x/menit
 RR: 18x/ menit
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
4 oktober 2012 Ketidakefektifan Manajemen S:
Kesehatan Diri  Klien mengatakan sudah mengurangi
garam
 Klien mengatakan sudah melakukan
penatalaksanaan hipertensi
O:
 TD 140/80 mmHg
 RR: 18x/menit
 Nadi: 84x/ menit
 Klien dapat mengidentifikasi kegiatan
pemeliharaan kesehatan yang
diperlukan
 Klien menyatakan pemahaman tentang
faktor yang berkontribusi terhadap
situasi saat ini.
 Klien menyatakan pemahaman atas
kebutuhan kesehatan sendiri dalam
tingkat kemampuan.
 Klien dapat mengadopsi
perubahan gaya hidup yang
mendukung tujuan kesehatan
individu.

3.5.2 Evaluasi Sumatif


Setelah perawat melakukan home visite pada klien selama 3 minggu dengan 6
kali home visite maka didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Untuk nyeri akut yang dialami klien, perawat telah mengajarkan napas dalam dan
klien mampu mendemonstrasikannya dengan baik. Selain itu perawat juga
mengajarkan klien relaksasi progresif terutama pada area bahu dan leher untuk
mengurangi kekakuan dan nyeri yang dirasakan klien, dan klien juga telah
mampu mengikuti dan mempraktekkan dengan sangat tepat setiap gerakan.
Setelah itu perawat juga telah memberikan massase bahu dan leher, setelah
dimassase klien mengatakan sudah tidak kaku dan pusing lagi, wajah klien juga
tampak lebih rileks.
2. Pada home visite 2 perawat memberikan tindakan perawatan nonfarmakologi,
yaitu teh rosella. Setelah 3 minggu (home visit 5) didapatkan penurunan tekanan
darah pada klien, dari 180/100 menjadi 140/80.
3. Tekanan Darah klien yang fluktuatif mendorong perawat untuk memberikan
informasi pada klien tentang hipertensi terutama untuk diet hipertensi. Klien
mengatakan setelah diberi tahu perawat menjadi mengerti apa yang boleh
dilakukan dan apa yang tidak boleh.
BAB IV
PEMBAHASAN

3.1 Hasil dan Analisa


Dari hasil home visite 1 terlihat bahwa setelah diberikan terapi relaksasi yang
merupakan gabungan dari napas dalam, relaksasi progresif dan massase tidak hanya nyeri
klien yang berkurang tetapi tekanan darah klien juga mengalami penurunan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Miller dan Perry (1990) dalam Zuriah (2010) yang
mendiskripsikan teknik Relaksasi pernafasan yang digunakan dengan mudah, pelan,
berirama bermanfaat untuk menurunkan nyeri melalui arteri koroner, teknik ini secara
statistik digunakan di Eksperimental group dapat menurunkan sistolik dan diastolik
tekanan darah. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Karyono (1995) melaporkan
bahwa relaksasi dapat menurunkan tekanan darah systolic dan diastolic pada pasien
hipertensi. Terapi relaksasi digunakan sebagai terapi untuk hipertensi karena di dalam
terapi relaksasi terkandung unsur penenangan diri yang dapat menstabilkan tekanan
darah. Selain itu relaksasi juga merupakan salah satu cara untuk menghilangkan stres
sebagai salah satu penyebab hipertensi. oleh karena itu relaksasi sangat disarankan bagi
penderita hipertensi disamping berbagai upaya pengobatan lain (Dalimartha, 2008).
Tekanan darah klien 180/100 mmHg. Hal ini mendorong perawat untuk
memberikan terapi non farmakologi yang dapat membantu menurunkan tekanan
darah. Klien tidak mau berobat ke tenaga kesehatan dan tidak meminum obat
secara teratur. Bila tekanan darah tetap tidak terkontrol maka akan membahayakan
klien. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yatim (2007) bahwa Tekanan darah
tinggi, atau hipertensi, telah menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama
yang diderita oleh hampir satu milyar orang di seluruh dunia. Hipertensi
merupakan penyakit kronis yang bisa mengakibatkan berbagai komplikasi seperti:
penyakit ginjal, jantung, otak, syaraf, dan kerusakan hati. Hibiscus sabdariffa
memiliki banyak efek terapeutik dan banyak digunakan sebagai agen antioksidan
serta mengatasi gangguan pencernaan dan hiperkolesterolemia.
Untuk mengotrol tekanan darah klien dalam batas normal, perawat
memberikan dosis Hibiscus sabdariffa (McKay et al., 2011):
 1,25 GRAM per 240 mL air matang.
 Diminum 3x sehari selama 6 minggu
 Teh diminum dalam waktu kurang dari 12 jam setelah disedu.
 Dapat disajikan dalam bentuk panas maupun dingin

Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman rosella membuatnya


populer sebagai tanaman obat tradisional. Kandungan vitamin dalam bunga rosella
cukup lengkap, yaitu vitamin A,C,D,B1, dan B2. bahkan, kandungan vitamin C-nya
(asam askorbat) diketahui 3 kali lebih banyak dari anggur hitam, 9 kali dari jeruk
sitrus, 10 kali dari buah belimbing, dan 2,5 kali dari jambu biji. Vitamin C merupakan
salah satu antioksidan penting. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kandungan
antioksidan pada teh rosella sebanyak 1,7 mmol/prolox (Widyanto dan Nelistya,
2008).
Hasil penelitian sama dengan hasil intervensi yang dilakukan oleh perawat.
Bahwa setelah mengonsumsian selama 3 minggu tekanan darah pasien mendekati
angka normal. Yang awalnya 180/100 menjadi 140/80.

3.2 Hambatan
Hambatan yang terjadi selama binaan pada klien tidak terlalu berarti antara lain:
1. Klien tidak mau berobat ke tenaga kesehatan
dan tidak mau meminum obat secara teratur. Sehingga tidak mudah dalam
melakukan pengontrolan tekanan darah.
2. Terkadang klien tidak merasa pusing saat TD
naik. Hal tersebut mengakibatkan susahnya mengenali tanda-tanda terjadinya
hipertensi mayor.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hipertensi merupakan masalah mayoritas pada lansia. Penanganan hipertensi
yang serius dapat meningkatkan keberhasilan pengontrolan darah. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk pengontrolan tekanan darah analah terapi farmakologis obat anti
hipertensi oral. Selain itu terapi non farmakologis juga memegang peranan penting antara
lain dapat dilakukan dengan diet hipertensi, olah raga seperti jalan kaki. Selain itu terapi
relaksasi juga terbukti dapat mengontrol hipertensi. Penggunaan bahan alami seperti teh
rosella, cincau hijau, mahkota dewa dan seledri juga dapat meningkatkan keberhasilan
penurunan dan pengontrolan tekanan darah.

5.2 Saran
1. Penyadaran pada klien dan keluarga tentang pentingnya pengontrolan tekanan
darah pada hipertensi sangat diperlukan untuk keberhasilan terapi hipertensi
2. Penggunaan terapi non farmakologis seperti terapi relaksasi, diet hipertensi dan
penggunaan bahan alami dapat digunakan untuk mendukung terapi farmakologis
sehingga didapatkan hasil yang lebih optimal
DAFTAR RUJUKAN

Diane L. McKay, Oliver Chen, Edward Saltzman, and Jeffrey B. Blumberg.


Hibiscus Sabdariffa L. Tea (Tisane) Lowers Blood Pressure in
Prehypertensive and Mildly Hypertensive Adults. J. Nutr. 140: 298–303,
2010.

GAVRILA PINASTHIKA. 2011. PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN


KELOPAK KERING BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa)
TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA PREHIPERTENSI DAN
HIPERTENSI GRADE 1 YANG DIEDUKASI GAYA HIDUP SEHAT.
Jakarta. Diakses tanggal 26 september 2012 jam 20.04.

Yatim, UH, editors. Prevalensi Hipertensi di Indonesia. Peringatan Hari Hipertensi


Sedunia. 2007; Juni 17. Jakarta.

Gunawan, Lanny. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Kanisius,


Yogyakarta.
Kuswardhani,Tuty.2007. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia.
(http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/penatalaksanaan%20hipertensi%20pada
%20usia%20lanjut.pdf.), diakses 22 september 2012.

Anda mungkin juga menyukai