Anda di halaman 1dari 14

SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

TRANSFUSI DARAH

A. Definisi
Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat
(donor) ke orang sakit (resipien) yang diberikan secara intravena melalui pembuluh
darah(1). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah.
Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama berdasarkan
sumbernya,yaitu transfusi allogenic dan transfusi autologus. Transfusi allogenic adalah
darah yang disimpan untuk transfusi berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan
transfusi autologus adalah darah yang disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang
diambil 3 unit beberapa hari sebelumnya, dan setelah 3 hari ditransferkan kembali ke
pasien(2).
Transfusi darah masif
Perdarahan masif ialah perdarahan lebih dari sepertiga volum darah dalam waktu
lebih dari 24 jam.Definisi dari transfusi darah masif masih belum jelas dan banyak
versi, seperti (2):
1. Transfusi darah sebanyak lebih dari 1-2 kali volum darah dalam waktu lebih
dari 24 jam.
2. Transfusi darah lebih besar dari 50% volum darah dalam waktu singkat
(misalnya, 5 unit dalam 1 jam untuk berat 70 kg)
Transfusi Sangat Darurat
Bagi pasien dengan perdarahan hebat, waktu yang diperlukan untuk uji silang lengkap
terlalu lama atau tidak tersedia darah dengan golongan yang sama. Pilihan yang dapat
diberikan adalah PRC golongan O tanpa uji silang (donor universal). Jika PRC O tidak
ada, untuk resipien AB dapat diberikan golongan A atau B. Pasien bukan golongan O
yang sudah mendapat transfusi O sebanyak > 4 unit, jika perlu transfusi lagi dalam
jangka 2 minggu, masih harus tetap diberi golongan O, kecuali telah dibuktikan bahwa
titer anti A dan anti-B nya telah turun <1/200. Berbeda dengan di Barat, hampir seluruh
populasi Indonesia Rhesus (+) maka semua unit O dapat digunakan. (5)

B.Tujuan Transfusi Darah


 Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
 Memperbaiki volume darah tubuh
 Memperbaiki kekebalan
 Memperbaiki masalah pembekuan

C. Indikasi Transfusi Darah

1
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr% atau Ht <30%


Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung Hb <10 g/dl(2)
2. Pada pembedahan mayor kehilangan darah >20% volume darah(2)
3. Pada bayi anak yang kehilangan darah >15%, dengan kadar Hb yang normal
Pada bayi anak, jika kehilangan darah hanya 10-15% dengan kadar Hb normal
tidak perlu transfusi darah, cukup dengan diberi cairan kristaloid atau koloid,
sedang >15% perlu transfusi karena terdapat gangguan pengangkutan Oksigen.
(2)

4. Pada orang dewasa yang kehilangan darah sebanyak 20%, dengan kadar Hb
normal
Kehilangan darah sampai 20% dapat menyebabkan gangguan faktor
pembekuan(2)
Kebutuhan transfusi dapat ditetapkan pada saat prabedah berdasarkan nilai
hematokrit dan EBV. EBV pada neonatus prematur 95 ml/kgBB, fullterm 85 ml/kgBB,
bayi 80 ml/kgBB dan pada dewasa laki-laki 75 ml/kgBB, perempuan 65 ml/kgBB.
Untuk menentukan jumlah perdarahan yang diperlukan agar Hct menjadi 30%
dapat dihitung sebagai berikut:
1. EBV
2. Estimasi volume sel darah merah pada Hct prabedah
3. Estimasi volume sel darah merah pada Hct 30% prabedah (RBCV%)
4. Volume sel darah merah yang hilang (RBCV lost = RBCV preop – RBCV 30%)
5. Jumlah darah yang boleh hilang = RBCV lost x 3
Transfusi dilakukan jika perdarahan melebihi nilai RBCV lost x 3

Selain cara diatas, terdapat pendapat mengenai penggantian cairan akibat pendarahan
sebagai berikut:
Berdasarkan berat ringannya perdarahan:
1. Perdarahan ringan, perdarahan sampai 10% EBV, 10-15% cukup diganti
dengan cairan elektrolit
2. Perdarahan sedang, perdarahan 10-20% EBV, 15-30% dapat diganti dengan
cairan kristaloid dan koloid
3. Perdarahan berat, perdarahan 20-50% EBV, >30%, harus diganti dengan
transfusi darah.

D. Darah dan Komponen Darah


Darah terdiri dari dua komponen(3)
1. Korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah Eritrosit, Lekosit,
Trombosit.
2. Plasma Darah adalah cairan darah.
Fungsi Umum Darah (3):
1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)

2
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)


3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)
4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)
Darah asal katanya dari bahasa Yunani haima artinya darah. Seseorang yang
membutuhkan sejumlah besar darah dalam waktu yang segera (misalnya karena
perdarahan hebat), bisa menerima darah lengkap untuk membantu memperbaiki
volume cairan dan sirkulasinya.Darah lengkap juga bisa diberikan jika komponen darah
yang diperlukan tidak dapat diberikan secara terpisah.
Komponen darah yang paling sering ditransfusikan adalah packed red blood cells
(PRC), yang bisa memperbaiki kapasitas pengangkut oksigen dalam darah.Komponen
ini bisa diberikan kepada seseorang yang mengalami perdarahan atau penderita
anemia berat.Yang jauh lebih mahal daripada PRC adalah frozen-thawed red blood
cells, yang biasanya dicadangkan untuk transfusi golongan darah yang
jarang.Beberapa orang yang membutuhkan darah mengalami alergi terhadap darah
donor. Jika obat tidak dapat mencegah reaksi alergi ini, maka harus diberikan sel darah
merah yang sudah dicuci.
Jumlah trombosit yang terlalu sedikit (trombositopenia) bisa menyebabkan
perdarahan spontan dan hebat. Transfusi trombosit bisa memperbaiki kemampuan
pembekuan darah. Faktor pembekuan darah adalah protein plasma yang secara
normal bekerja dengan trombosit untuk membantu membekunya darah.Tanpa
pembekuan, perdarahan karena suatu cedera tidak akan berhenti.Faktor pembekuan
darah yang pekat bisa diberikan kepada penderita kelainan perdarahan bawaan,
seperti hemofilia atau penyakit von Willebrand.
Plasma juga merupakan sumber dari faktro pembekuan darah.Plasma segar
yang dibekukan digunakan pada kelainan perdarahan, dimana tidak diketahui faktor
pembekuan mana yang hilang atau jika tidak dapat diberikan faktor pembekuan darah
yang pekat. Plasma segar yang dibekukan juga digunakan pada perdarahan yang
disebabkan oleh pembentukan protein faktor pembekuan yang tidak memadai, yang
merupakan akibat dari kegagalan hati.
Meskipun jarang, sel darah putih ditransfusikan untuk mengobati infeksi yang
mengancam nyawa penderita yang jumlah sel darah putihnya sangat berkurang atau
penderita yang sel darah putihnya tidak berfungsi secara normal.Pada keadaan ini
biasanya digunakan antibiotik.Antibodi (imunoglobulin), yang merupakan komponen
darah untuk melawan penyakit, juga kadang diberikan untuk membangun kekebalan

3
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

pada orang-orang yang telah terpapar oleh penyakit infeksi (misalnya cacar air atau
hepatitis) atau pada orang yang kadar antibodinya rendah.

E.Macam Transfusi Darah


Selama transfusi tubuh akan menerima “whole blood” atau komponen darah seperti:
 Sel darah merah : sel yang membawa oksigen menuju dan dari jaringan atau
organ
 Platelet : sel yang dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan
 Plasma : bagian cairan darah yang membantu pembekuan darah
Macam-macam transfusi darah:
1. Darah Lengkap/ Whole Blood (WB)
Diberikan pada penderita yang mengalami perdarahan akut, syok hipovolemik,
bedah mayor dengan perdarahan >1500 ml. Darah lengkap ada 3 macam, yaitu:
a) Darah segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai <48 jam sesudah
pengambilan(2). Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor
pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi
eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat
karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan
waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak.
b) Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan < 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor
pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan
kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
c) Darah Simpan
Darah yang disimpan antara 6-35 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap
saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya
ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan
transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb
terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal
ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan
asam laktat tinggi.

2. Packed Red Cell


PRC berasal dari darah lengkap yang disedimentasikan selama penyimpanan,
atau dengan sentrifugasi putaran tinggi. Sebagian besar (2/3) dari plasma

4
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

dibuang.(1) Satu unit PRC dari 500 ml darah lengkap volumenya 200-250 ml
dengan kadar hematokrit 70-80%, volume plasma 15-25 ml, dan volume
antikoagulan 10-15 ml. Mempunyai daya pembawa oksigen dua kali lebih besar
dari satu unit darah lengkap. Waktu penyimpanan sama dengan darah lengkap. (4,7)
Secara umum pemakaian PRC ini dipakai pada pasien anemia yang tidak
disertai penurunan volume darah, misalnya pasien dengan anemia hemolitik,
anemia hipoplastik kronik, leukemia akut, leukemia kronik, penyakit keganasan,
talasemia, gagal ginjal kronis, dan perdarahan-perdarahan kronis yang ada tanda
“oksigen need” (rasa sesak, mata berkunang, palpitasi, pusing, dan gelisah). PRC
diberikan sampai tanda oksigen need hilang. Biasanya pada Hb 8-10 gr/dl.(4,7)
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau
1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. (4,7)
Keuntungan transfusi PRC dibanding darah lengkap : (7)
1. Kemungkinan overload sirkulasi menjadi minimal
2. Reaksi transfusi akibat komponen plasma menjadi minimal.
3. Reaksi transfusi akibat antibodi donor menjadi minimal.
4. Akibat samping akibat volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal.
5. Meningkatnya daya guna pemakaian darah karena sisa plasma dapat dibuat
menjadi komponen-komponen yang lain.
Kerugian PRC adalah masih cukup banyak plasma, lekosit, dan trombosit
yang tertinggal sehingga masih bisa terjadi sensitisasi yang dapat memicu
timbulnya pembentukan antibodi terhadap darah donor. Untuk mengurangi efek
samping komponen non eritrosit maka dibuat PRC yang dicuci (washed PRC).
Dibuat dari darah utuh yang dicuci dengan normal saline sebanyak tiga kali untuk
menghilangkan antibodi. Washed PRC hanya dapat disimpan selama 4 jam pada
suhu 4oC, karena itu harus segera diberikan.

3. Leukosit/Granulosit konsentrat
Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang
tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian antibiotik, kualitas
Leukosit menurun. Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan metode
pemutaran melalui hemonetic –30. Dengan alat ini darah dari donor dilakukan
pemutaran terus-menerus, memisahkan dan mengumpulkan buffy coat yang

5
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

banyak mengandung granulosit limfosit dan platelet kemudian dicampur dengan


larutan sitrat sebagai antikoagulan yang akhirnya dilarutkan dalam plasma. (7)
Indikasi :
1. Penderita neutropenia dengan febris yang tinggi yang gagal dengan
antibiotik
2. Anemia aplastik dengan lekosit kurang dari 2000/ml
3. Penyakit-penyakit keganasan lainnya.
Kapan saat yang tepat untuk pemberian transfusi granulosit, masih belum
pasti. Umumnya para klinisi menganjurkan pemberian transfusi granulosit pada
penderita neutropenia dengan panas yang tinggi dan gagal diobati dengan
antibiotik yang adekuat lebih dari 48 jam. Efek pemberian transfusi granulosit
tampak dari penurunan suhu badan penderita terjadi pada 1-2 jam setelah
transfusi.
4. Trombosit
Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi
trombosit. Komponen ini didapat dari darah segar dengan metode pemutaran
dengan waktu tertentu, sehingga akhirnya didapat konsentrat platelet yang
volumenya 25-40 ml/unit yang berisi minimal 5,5×1010 platelet dan beberapa sel
darah merah yang tercampur di dalamnya bersama plasma untuk
mempertahankan pH di atas 6 selama waktu penyimpanan. Dengan satu unit
konsentrat platelet biasanya akan menaikkan jumlah platelet sebesar 9.000-11.000
/m3 luas badan. Sehingga untuk keadaan trombositopenia yang berat dibutuhkan
sampai 8-10 unit.
5. Plasma biasa dan Plasma Segar Beku
Dari 250 ml darah utuh diperoleh 125 ml plasma. Plasma banyak digunakan untuk
mengatasi gangguan koagulasi yang tidak disebabkan oleh trombositopenia,
mengganti plasma yang hilang, defisiensi imunoglobulin dan overdosis obat
antikoagulans (warfarin,dsb).(12) Plasma tersedia dalam berbagai bentuk sediaan
sebagai berikut :
 Plasma segar (Fresh Plasma)
Dari darah utuh segar (<6 jam). Berisi semua faktor pembekuan (juga faktor
labil) dan trombosit. Harus diberikan dalam 6 jam. (2,7)
 Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma)
Didapat dari pemisahan darah segar (darah donor kurang dari 6 jam) dengan
metode pemutaran, kemudian dibekukan dan disimpan pada temperatur –
30oC. Karena dibuat dari darah segar, maka hampir semua faktor-faktor

6
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

pembekuan masih utuh selama penyimpanan –30oC kecuali trombosit. Tapi bila
disimpan pada temperatur 4oC, maka semua faktor pembekuan yang labil itu
(7)
akan rusak menjadi plasma biasa. . Kriteria pemberian Fresh Frozen Plasma :
(7)

a. Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan


bedah
atau kauter.
b. Peningkatan PT atau PTT minimal 1,5 kali dari normal.
c. Hitung trombosit lebih besar dari 70.000/mm3 (untuk menjamin bahwa
trombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan).

ASA merekomendasikan pemberian FFP dengan mengikuti petunjuk berikut : (7)


a. Segera setelah terapi warfarin
b. Untuk koreksi defisiensi faktor koagulasi yang mana untuk faktor yang
spesifik
tidak tersedia.
b. Untuk koreksi perdarahan mikrovaskuler sewaktu terjadi peningkatan
>1,5 kali nilai normal PT atau PTT
d. Untuk koreksi perdarahan sekunder mikrovaskuler yang meningkat
akibat
defisiensi faktor koagulasi pada pasien yang ditransfusi lebih dari satu
unit
volume darah dan jika PT dan PTT tidak dapat diperoleh saat
dibutuhkan.
e. FFP sebaiknya diberikan dalam dosis yang diperhitungkan mencapai
suatu
konsentrasi plasma minimum 30% (biasanya tercapai dengan pemberian
10-15
ml/kg), kecuali setelah pemberian warfarin yang mana biasanya cukup
antara
5-8 ml/kg.
f. FFP dikontraindikasikan untuk peningkatan volume plasma atau
konsentrasi
albumin.

2. Plasma biasa (Plasma Simpan)


Mengandung faktor stabil fibrinogen, albumin, dan globulin. Didapat dari dari darah
lengkap yang telah mengalami penyimpanan. Dari 250 cc darah lengkap diperoleh
125 cc plasma. Dapat bertahan selama 2 bulan pada suhu 4oC. Indikasi : (6,7)
a. Untuk mengatasi keadaan shok (sebelum darah datang).
b. Memperbaiki volume sirkulasi darah.
c. Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar yang luas.
d. Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang
misalnya fibrinogen, albumin, dan globulin.

7
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

Plasma diberikan pada kehilangan plasma misalnya dengue hemoragik


fever, atau luka bakar yang luas. Dosis pemberian tergantung keadaan klinis.
Umumnya diberikan 10-15 ml/kgBB/hari. Hati-hati pada orang tua, karena
kemungkinan terjadinya payah jantung atau overload sirkulasi. Indikasi ini
sekarang tidak dianjurkan lagi karena lebih aman menggunakan terapi larutan
koloid atau albumin yang bebas resiko transmisi penyakit. (6,7)

F.Penggolongan dan Pengumpulan Darah


Penggolongan Darah(3)
Berdasarkan sistem antigen telah dikenal lebih dari 20 golongan darah. Untuk
kepentingan klinik hanya dikenal dua sistem penggolongan darah yaitu sistem ABO
dan sistem Rh. Golongan darah yang dimiliki seseorang bergantung pada ada tidaknya
protein spesifik yang disebut antigen, pada sel darah merah.
Petugas kesehatan perlu mengetahui golongan darah yang dimiliki seseorang,
karena tidak semua golongan darah kompatibel satu sama lain. Hal ini untuk
mencegah reaksi penolakan dari tubuh saat dilakukan trasfusi. Sistem penggolongan
darah ABO membagi golongan darah menjadi golongan A,B,AB dan O. Jika seseorang
bergolongan darah A, maka ia dapat menerima golongan darah A dan O. Jika
seseorang bergolongan darah B, maka ia dapat menerima golongan darah B dan O.
Jika seseorang bergolongan darah AB, maka ia dapat menerima golongan darah
A,B,AB,dan O. Jika seseorang bergolongan darah O, maka ia hanya dapat menerima
golongan darah O. Oleh sebab itu orang bergolongan darah O sering disebut donor
universal, sedangkan orang bergolongan darah B sering disebut resipien universal.
Penggolongan darah juga dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
yang disebut Rhesus pada permukaan sel darah merah seseorang. Jika kandungan
tersebut ditemukan pada permukaan sel darah merah seseorang, maka orang tersebut
Rh(+), jika tidak ada maka disebut Rh(-). Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat
menerima darah dengan Rh(+) atau Rh(-). Sedangkan orang dengan Rh(-), hanya bisa
menerima darah dengan Rh (-) saja. Oleh karena itu darah Rh(-) sering disediakan
untuk operasi-operasi darurat dimana tidak ada waktu lagi untuk melakukan
pengecekan golongan darah seseorang.
Pengumpulan Darah (1,3)
Darah yang tersedia di bank darah dikumpulkan dari para pendonor sukarela.
Sebelum donor darah dilakukan maka pendonor akan dilakukan pemeriksaan
kesehatan untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita. Hanya pendonor
yang dapat melewati pemeriksaan ini yang dapat mendonorkan darahnya.

8
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

Darah donor yang telah diambil selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap


penyakit berbahaya dan golongan darahnya. Jika ditemukan suatu masalah maka
darah tersebut akan dibuang. Biasanya donor tidak diperbolehkan menyumbangkan
darahnya lebih dari 1x setiap 2 bulan. Darah yang telah lolos seleksi selanjutnya
dipisahkan komponen darahnya lalu disimpan atau dikirim untuk segera digunakan.
Darah yang tersimpan di bank darah tidak dapat disimpan dalam waktu lama, hal ini
menyebabkan bank darah dalam hal ini PMI sangat membutuhkan para pendonor
sukarela guna mencukupi keperluan darah yang kian hari kian meningkat.
Standard unit pengambilan darah hanya sekitar 0,48 Lt. Darah segar yang sudah
diambil disimpan dalam kantung plastik yang sudah mengandung bahan pengawet dan
komponen anti pembekuan. Sejumlah kecil contoh dari penyumbang diperiksa untuk
mencari adanya penyakit infeksi seperti HIV AIDS, hepatitis, ataupun sifilis. Darah yang
didinginkan dapat digunakan dalam waktu 35 hari. Pada keadaan tertentu misalnya
pada pengawetan golongan darah yang jarang, sel darah merah bisa dibekukan dan
disimpan sampai selama 10 tahun.
Pada transfusi darah dengan golongan darah yang tidak cocok dapat
membahayakan bagi resipien, oleh karena itu sebagai tindakan pencegahan sebelum
dimulainya transfusi dilakukan pengetesan dengan mencampurkan setetes darah
donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya cocok, tehnik ini disebut
cross-matching.

G. Cara Penyimpanan
Darah donor sebelum disimpan untuk diberikan pada resipien harus dibebaskan
dari pelbagaimacam penyakit yang mungkin dapat menulari resipien seperti hepatitis B
atau C, sifilis, malaria, HIV-1 atau HIV-2, virus human T-cell lymphotropic(HTLV-1 dan
HTLV-2). Darah simpan supaya awet dan tidak membeku perlu disimpan dalam lemari
pendingin dengan suhu sekitar 1o-6oC diberi pengawet.
Selama penyimpanan, eritrosit akan mengalami serangkaian perubahan-
perubahan biokimiawi dan struktural yang akan mempengaruhi viabilitas dan fungsinya
setelah transfusi. Perubahan seperti itu dikenal sebagai storage lesion. Kebutuhan
energi eritrosit disediakan oleh jalur metabolik glikolitik dan heksosemonofosfat.
Produk akhirnya adalah laktat yang akan menurunkan pH dan laju glikolisis dan
menurunkan kadar ATP dan 2,3 DPG (6).
Adenosin trifosfat diperlukan untuk mempertahankan viabilitas eritrosit. Apabila
kadar ATP intraseluler menurun, terjadi kehilangan lipid membran, membran menjadi

9
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

kaku, dan bentuknya berubah dari cakram menjadi sferis. ATP juga penting untuk
proses fosforilasi glukosa dan mempertahankan pompa Na-K. Kekurangan ATP
menyebabkan kalium keluar sel dan natrium masuk sel sehingga fragilitas osmotik dan
lisis sel meningkat.(6,7)
Interaksi antara molekul hemoglobin dan 2,3-DPG akan memfasilitasi pelepasan
O2 sehingga kurva disosiasi O2 bergeser ke kanan.(11) Deplesi 2,3-DPG
menyebabkan kurva disosiasi bergeser ke kiri, sehingga meningkatkan afinitas
hemoglobin terhadap terhadap oksigen sehingga oksigenasi jaringan menjadi
menurun. ((6,7)
Setelah transfusi, eritrosit donor yang rusak segera disingkirkan oleh tubuh
resipien. Eritrosit yang dapat melewati 24 jam pertama setelah transfusi akan
mempunyai kelangsungan hidup yang normal. Kriteria viabilitas yang adekuat dari
darah yang disimpan apabila kelangsungan hidup eritrosit sebanyak 70 % setelah 24
jam pasca transfusi. Dengan antikoagulan yang ada saat ini tujuan tersebut dapat
dicapai.
Selain perubahan pada eritrosit, maka selama penyimpanan darah juga akan
terjadi penurunan daya fagositik lekosit (nol setelah hari keempat), penurunan aktivitas
trombosit (nol setelah hari kedua), dan kehilangan faktor pembekuan (4 jam untuk
fibrinogen dan AHF). Darah tidak boleh beku, karena darah beku dapat menyebablan
hemolisis dan menimbulkan reaksi transfusi hebat.

H. Tehnik Transfusi Darah


Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah serta kecocokan
antara darah donor dan penderita. Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus
dengan jarum besar #16-18. Jarum yang terlalu kecil (# 23-25) dapat menyebabkan
hemolisis.(6,7)
Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk
menghalangi bekuan fibrin dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku memiliki
saringan dan ukuran pori-pori 170 mikron. Pada keadaan normal, sebuah transfusi set
dapat digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah. (8,9) Vena terbaik untuk kanulasi darah
adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada lengan atas. Dalam keadaan darurat
dapat dilakukan venaseksi untuk menjamin kelancaran dan kecepatan transfusi
Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika ada tanda-
tanda hemolisis (warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang belum akan
ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es.

10
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik. Jangan


menggunakan larutan lain karena dapat merugikan. Larutan dekstrose dan larutan
garam hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan lain yang
mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi. Jangan menambahkan obat
apapun ke dalam darah yang ditransfusikan. Obat-obatan memiliki pH yang berbeda
sehingga dapat menyebabkan hemolisis, lagipula bila terjadi reaksi transfusi akan sulit
untuk menentukan apakah hal itu terjadi akibat obat atau akibat darah yang
ditransfusikan.(4,7)
Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat, maka
dibutuhkan darah hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan aritmia
ventrikel bahkan kematian. Menghangatkan darah dengan air hangat hendaknya pada
suhu 37-39oC. Karena bila lebih 40oC, eritrosit akan rusak. Pada 100 ml pertama
pemberian darah lengkap hendaknya diteliti dengan hati-hati dan diberikan perlahan-
lahan untuk kemungkinan deteksi dini reaksi transfusi. (4)
Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang bisa
tercapai adalah 60 ml permenit(7). Laju transfusi tergantung pada status kardiopulmoner
resipien. Jika status kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-15 ml/kgBB
dalam waktu 2-4 jam. Jika tidak ada hemovolemia maka batas aman transfusi adalah 1
ml/kgBB/jam (1 unit kurang lebih 3 jam) atau 1000 ml dalam 24 jam. (7) Tetapi jika
terdapat gagal jantung yang mengancam maka tidak boleh ditransfusikan melebihi 2
ml/kgBB/jam. Karena darah adalah medium kultur yang ideal untuk bakteri, sebaiknya
transfusi satu unit darah tidak boleh melewati 5 jam karena meningkatnya resiko
proliferasi bakteri. (7)
Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang dibutuhkan
transfusi yang cepat sampai 6-7 bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi tampak
membaik dikurangi hingga 1 bag tiap 15 menit. Tidak dianjurkan memberi obat
antihistamin , antipiretika, atau diuretika secara rutin sebelum transfusi untuk
mencegah reaksi. Reaksi panas pada dasarnya adalah tanda bahaya bahwa sedang
terjadi reaksi transfusi. Diuretika hanya diperlukan pada pasien anemia kronis yang
perlu transfusi sampai 20 ml/kgBB dalam 24 jam. (7)
Cara-cara Meningkatkan Kecepatan Transfusi : (7)
1. Letakkan botol darah setinggi mungkin. Peningkatan 2 kali menyebabkan
kecepatan transfusi meningkat 2 kali pula.
2. Pergunakan jarum atau kanula sebesar mungkin.
3. Dengan memompakan darah meningkatkan tekanan udara dalam botol.

11
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

4. Dengan memompakan darah-darah yang berada di dalam kateter bawah.

I. Komplikasi Transfusi
1) Reaksi Hemolitik(2)
Kekerapan 1:6000 akibat destruksi eritrosit donor oleh antibodi resipien dan
sebaliknya.Jika jumlah transfusi <5% volum darah, reaksi tak begitu gawat. Pada
pasien sadar ditandai oleh demam, menggigil, nyeri dada,panggul dan mual. Pada
pasien dalam anestesi ditandai oleh demam, takikardi tak jelas asalnya, hipotensu,
perdarahan merembes di daerah operasi, syok, spasme bronkus dan selanjutnya
Hb-uria, ikterus, dan “renal shut down”.
2) Infeksi(2)
- Virus : hepatitis, HIV-AIDS, CMV
- Bakteri : stafilokok, yesteria, citrobakter
- Parasit : malaria
3) Lain-lain(2)
Demam, urtikaria, anafilaksis, edema paru non kardial, purpura, intoksikasi sitrat,
hiperkalemia, asidosis.

J. Penanggulangan Reaksi Transfusi(2)


a. Hentikan transfusi
b. Naikkan tekanan darah dengan koloid, kristaloid, jika perlu tambah vasokonstriktor,
inotropik.
c. Berikan oksigen 100%
d. Diuretika manitol 50 mg atau furosemid (lasix) 10-20 mg
e. Antihistamin
f. Steroid dosis tinggi
g. Jika perlu ‘exchange transfusion’
h. Periksa analisa gas dan pH darah

12
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

Pemberian albumin plasma

a. Albumin dan Fungsi albumin


Albumin merupakan salah satu jenis protein globular yang memiliki peran
utama dalam keseimbangan cairan dengan cara mengatur tekanan osmotik di
dalam darah. Albumin menjaga keberadaan air dalam plasma darah sehingga
bisa mempertahanan volume darah. Bila jumlah albumin turun maka akan
terjadi penimbunan cairan dalam jaringan (edema) misalnya bengkak di kedua
kaki. Atau bisa terjadi penimbunan cairan dalam rongga tubuh misalnya di perut
yang disebut ascites.
b. Salah satu fungsi hati adalah mensintesis sebagian besar protein serum yaitu
albumin dan alfa globulin (Price, S.A & Wilson, L.M., 2002). Ketika hati
mengalami gangguan yang mengakibatkan kinerja dari hati terhambat, maka
sintesis albumin yang diperlukan tubuh juga terganggu sehingga kebutuhan
albumin tubuh tidak terpenuhi. Oleh karena itu perlu diberikan tindakan medis
berupa penambahan albumin plasma.
c. Hipoalbuminemia, ketika hati mengalami gangguan sehingga sintesis albumin
yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Maka tubuh akan mengalami
kekurangan albumin (hipoalbuminemia) yang akan mengakibatkan penurunan
tekanan osmotic koloid dan berakhir pada asites. Tindakan pemberian albumin
plasma bertujuan untuk memenuhi kebutuhan albumin tubuh dan menghindari
akibat yang ditimbulkan oleh kekurangan albumin.
d. Implikasi dan peran perawat dalam pemberian albumin
o Memonitoring kadar albumin dengan hasil tes laboratorium dari sample
darah klien dan memastikan menuju dan tetap dalam rentang normal
(2,0-3,5 g/dl)
o Memonitoring kadar albumin dalam urin dengan tes sample urin klien,
memastikan tidak ada albumin dalam urin, karena bila ada berarti ada
kemungkinan terjadi kelebihan atau pun gangguan pada ginjal
o Perhatikan cara pemberiannya
o Kecepatan infuse
 Pada infus albumin 20% kecepatan maksimal adalah 1 ml/menit
 Pada infus albumin 5% kecepatan maksimal adalah 2-4
ml/menit

13
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7

o Pada tindakan parasentesis volume besar (>5 liter)


 Dosis albumin yang diberikan adalah 6-8 gram per 1 liter cairan
asites yang dikeluarkan.
 Cara pemberian adalah 50% albumin diberikan dalam 1 jam
pertama (maksimum 170 ml/jam) dan sisanya diberikan dalam
waktu 6 jam berikutnya.

14

Anda mungkin juga menyukai