TRANSFUSI DARAH
A. Definisi
Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat
(donor) ke orang sakit (resipien) yang diberikan secara intravena melalui pembuluh
darah(1). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah.
Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama berdasarkan
sumbernya,yaitu transfusi allogenic dan transfusi autologus. Transfusi allogenic adalah
darah yang disimpan untuk transfusi berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan
transfusi autologus adalah darah yang disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang
diambil 3 unit beberapa hari sebelumnya, dan setelah 3 hari ditransferkan kembali ke
pasien(2).
Transfusi darah masif
Perdarahan masif ialah perdarahan lebih dari sepertiga volum darah dalam waktu
lebih dari 24 jam.Definisi dari transfusi darah masif masih belum jelas dan banyak
versi, seperti (2):
1. Transfusi darah sebanyak lebih dari 1-2 kali volum darah dalam waktu lebih
dari 24 jam.
2. Transfusi darah lebih besar dari 50% volum darah dalam waktu singkat
(misalnya, 5 unit dalam 1 jam untuk berat 70 kg)
Transfusi Sangat Darurat
Bagi pasien dengan perdarahan hebat, waktu yang diperlukan untuk uji silang lengkap
terlalu lama atau tidak tersedia darah dengan golongan yang sama. Pilihan yang dapat
diberikan adalah PRC golongan O tanpa uji silang (donor universal). Jika PRC O tidak
ada, untuk resipien AB dapat diberikan golongan A atau B. Pasien bukan golongan O
yang sudah mendapat transfusi O sebanyak > 4 unit, jika perlu transfusi lagi dalam
jangka 2 minggu, masih harus tetap diberi golongan O, kecuali telah dibuktikan bahwa
titer anti A dan anti-B nya telah turun <1/200. Berbeda dengan di Barat, hampir seluruh
populasi Indonesia Rhesus (+) maka semua unit O dapat digunakan. (5)
1
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
4. Pada orang dewasa yang kehilangan darah sebanyak 20%, dengan kadar Hb
normal
Kehilangan darah sampai 20% dapat menyebabkan gangguan faktor
pembekuan(2)
Kebutuhan transfusi dapat ditetapkan pada saat prabedah berdasarkan nilai
hematokrit dan EBV. EBV pada neonatus prematur 95 ml/kgBB, fullterm 85 ml/kgBB,
bayi 80 ml/kgBB dan pada dewasa laki-laki 75 ml/kgBB, perempuan 65 ml/kgBB.
Untuk menentukan jumlah perdarahan yang diperlukan agar Hct menjadi 30%
dapat dihitung sebagai berikut:
1. EBV
2. Estimasi volume sel darah merah pada Hct prabedah
3. Estimasi volume sel darah merah pada Hct 30% prabedah (RBCV%)
4. Volume sel darah merah yang hilang (RBCV lost = RBCV preop – RBCV 30%)
5. Jumlah darah yang boleh hilang = RBCV lost x 3
Transfusi dilakukan jika perdarahan melebihi nilai RBCV lost x 3
Selain cara diatas, terdapat pendapat mengenai penggantian cairan akibat pendarahan
sebagai berikut:
Berdasarkan berat ringannya perdarahan:
1. Perdarahan ringan, perdarahan sampai 10% EBV, 10-15% cukup diganti
dengan cairan elektrolit
2. Perdarahan sedang, perdarahan 10-20% EBV, 15-30% dapat diganti dengan
cairan kristaloid dan koloid
3. Perdarahan berat, perdarahan 20-50% EBV, >30%, harus diganti dengan
transfusi darah.
2
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
3
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
pada orang-orang yang telah terpapar oleh penyakit infeksi (misalnya cacar air atau
hepatitis) atau pada orang yang kadar antibodinya rendah.
4
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
dibuang.(1) Satu unit PRC dari 500 ml darah lengkap volumenya 200-250 ml
dengan kadar hematokrit 70-80%, volume plasma 15-25 ml, dan volume
antikoagulan 10-15 ml. Mempunyai daya pembawa oksigen dua kali lebih besar
dari satu unit darah lengkap. Waktu penyimpanan sama dengan darah lengkap. (4,7)
Secara umum pemakaian PRC ini dipakai pada pasien anemia yang tidak
disertai penurunan volume darah, misalnya pasien dengan anemia hemolitik,
anemia hipoplastik kronik, leukemia akut, leukemia kronik, penyakit keganasan,
talasemia, gagal ginjal kronis, dan perdarahan-perdarahan kronis yang ada tanda
“oksigen need” (rasa sesak, mata berkunang, palpitasi, pusing, dan gelisah). PRC
diberikan sampai tanda oksigen need hilang. Biasanya pada Hb 8-10 gr/dl.(4,7)
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau
1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. (4,7)
Keuntungan transfusi PRC dibanding darah lengkap : (7)
1. Kemungkinan overload sirkulasi menjadi minimal
2. Reaksi transfusi akibat komponen plasma menjadi minimal.
3. Reaksi transfusi akibat antibodi donor menjadi minimal.
4. Akibat samping akibat volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal.
5. Meningkatnya daya guna pemakaian darah karena sisa plasma dapat dibuat
menjadi komponen-komponen yang lain.
Kerugian PRC adalah masih cukup banyak plasma, lekosit, dan trombosit
yang tertinggal sehingga masih bisa terjadi sensitisasi yang dapat memicu
timbulnya pembentukan antibodi terhadap darah donor. Untuk mengurangi efek
samping komponen non eritrosit maka dibuat PRC yang dicuci (washed PRC).
Dibuat dari darah utuh yang dicuci dengan normal saline sebanyak tiga kali untuk
menghilangkan antibodi. Washed PRC hanya dapat disimpan selama 4 jam pada
suhu 4oC, karena itu harus segera diberikan.
3. Leukosit/Granulosit konsentrat
Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang
tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian antibiotik, kualitas
Leukosit menurun. Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan metode
pemutaran melalui hemonetic –30. Dengan alat ini darah dari donor dilakukan
pemutaran terus-menerus, memisahkan dan mengumpulkan buffy coat yang
5
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
6
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
pembekuan masih utuh selama penyimpanan –30oC kecuali trombosit. Tapi bila
disimpan pada temperatur 4oC, maka semua faktor pembekuan yang labil itu
(7)
akan rusak menjadi plasma biasa. . Kriteria pemberian Fresh Frozen Plasma :
(7)
7
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
8
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
G. Cara Penyimpanan
Darah donor sebelum disimpan untuk diberikan pada resipien harus dibebaskan
dari pelbagaimacam penyakit yang mungkin dapat menulari resipien seperti hepatitis B
atau C, sifilis, malaria, HIV-1 atau HIV-2, virus human T-cell lymphotropic(HTLV-1 dan
HTLV-2). Darah simpan supaya awet dan tidak membeku perlu disimpan dalam lemari
pendingin dengan suhu sekitar 1o-6oC diberi pengawet.
Selama penyimpanan, eritrosit akan mengalami serangkaian perubahan-
perubahan biokimiawi dan struktural yang akan mempengaruhi viabilitas dan fungsinya
setelah transfusi. Perubahan seperti itu dikenal sebagai storage lesion. Kebutuhan
energi eritrosit disediakan oleh jalur metabolik glikolitik dan heksosemonofosfat.
Produk akhirnya adalah laktat yang akan menurunkan pH dan laju glikolisis dan
menurunkan kadar ATP dan 2,3 DPG (6).
Adenosin trifosfat diperlukan untuk mempertahankan viabilitas eritrosit. Apabila
kadar ATP intraseluler menurun, terjadi kehilangan lipid membran, membran menjadi
9
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
kaku, dan bentuknya berubah dari cakram menjadi sferis. ATP juga penting untuk
proses fosforilasi glukosa dan mempertahankan pompa Na-K. Kekurangan ATP
menyebabkan kalium keluar sel dan natrium masuk sel sehingga fragilitas osmotik dan
lisis sel meningkat.(6,7)
Interaksi antara molekul hemoglobin dan 2,3-DPG akan memfasilitasi pelepasan
O2 sehingga kurva disosiasi O2 bergeser ke kanan.(11) Deplesi 2,3-DPG
menyebabkan kurva disosiasi bergeser ke kiri, sehingga meningkatkan afinitas
hemoglobin terhadap terhadap oksigen sehingga oksigenasi jaringan menjadi
menurun. ((6,7)
Setelah transfusi, eritrosit donor yang rusak segera disingkirkan oleh tubuh
resipien. Eritrosit yang dapat melewati 24 jam pertama setelah transfusi akan
mempunyai kelangsungan hidup yang normal. Kriteria viabilitas yang adekuat dari
darah yang disimpan apabila kelangsungan hidup eritrosit sebanyak 70 % setelah 24
jam pasca transfusi. Dengan antikoagulan yang ada saat ini tujuan tersebut dapat
dicapai.
Selain perubahan pada eritrosit, maka selama penyimpanan darah juga akan
terjadi penurunan daya fagositik lekosit (nol setelah hari keempat), penurunan aktivitas
trombosit (nol setelah hari kedua), dan kehilangan faktor pembekuan (4 jam untuk
fibrinogen dan AHF). Darah tidak boleh beku, karena darah beku dapat menyebablan
hemolisis dan menimbulkan reaksi transfusi hebat.
10
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
11
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
I. Komplikasi Transfusi
1) Reaksi Hemolitik(2)
Kekerapan 1:6000 akibat destruksi eritrosit donor oleh antibodi resipien dan
sebaliknya.Jika jumlah transfusi <5% volum darah, reaksi tak begitu gawat. Pada
pasien sadar ditandai oleh demam, menggigil, nyeri dada,panggul dan mual. Pada
pasien dalam anestesi ditandai oleh demam, takikardi tak jelas asalnya, hipotensu,
perdarahan merembes di daerah operasi, syok, spasme bronkus dan selanjutnya
Hb-uria, ikterus, dan “renal shut down”.
2) Infeksi(2)
- Virus : hepatitis, HIV-AIDS, CMV
- Bakteri : stafilokok, yesteria, citrobakter
- Parasit : malaria
3) Lain-lain(2)
Demam, urtikaria, anafilaksis, edema paru non kardial, purpura, intoksikasi sitrat,
hiperkalemia, asidosis.
12
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
13
SUPERVISI PSIK UB KELOMPOK 7
14