Transfusi darah adalah tindakan memindahkan darah atau komponennya ke dalam sistim
pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa ditransfusikan ke dalam tubuh
seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel darah putih. Transfusi darah adalah
suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan atau menambah komponen darah yang hilang
atau terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi.
Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama berdasarkan
sumbernya,yaitu transfusi allogenic dan transfusi autologus. Transfusi allogenic adalah darah
yang disimpan untuk transfusi berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan transfusi autologus
adalah darah yang disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa
hari sebelumnya, dan setelah 3 hari ditransferkan kembali ke pasien.
2.1 TUJUAN TRANSFUSI DARAH
Tujuan dari transfusi darah atara lain :
Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma).
Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada
klien anemia.
Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi (misalnya: faktor pembekuan untuk
membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Meningkatkan oksigenasi jaringan.
Memperbaiki fungsi Hemostatis.
2.2 INDIKASI TRANSFUSI DARAH
Dalam pedoman WHO disebutkan :
1. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat.
2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang/kurang.
Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai komponen
darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah, granulosit,
trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein dan faktor-faktor pembekuan.
Indikasi transfusi darah dan komponen-konponennya adalah :
Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan.
Anemia kronis.
Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.
Plasma loss atau hipoalbuminemia.
Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja.
Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan
transfusi jika Hb<8 gr/dl.
2.3. JENIS TRANSFUSI DARAH
Darah lengkap (whole blood)
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga mempunyai
kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah sesuai kantong
darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam suhu
42C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara
bersamaan. Hb meningkat 0,90,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah
lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif,
meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan
golongan ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti
dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi.
Indikasi :
Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari volume darah
total.
Rumus kebutuhan whole blood
Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload berkurang
Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.
Indikasi: :
Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
Hemoglobin <8 gr/dl.
Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya empisema, atau
penyakit jantung iskemik)
Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.
Dapat disebutkan bahwa :
Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE
Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL
Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai batas
TOLERABLE atau OPTIMAL
Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci)
Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang menetap.
Washed red cell
Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan saline, sisa plasma
terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma. Kelemahan
washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan
yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia
dan exchange transfusion.(3) Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma
Plasma cair
Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red cell.
Plasma kering (lyoplylized plasma)
Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).
Fresh Frozen Plasma
Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada suhu
-60C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis).(3)
Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan, dengan volume 150-220 ml. Suhu
simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan
faktor pembekuan bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam
waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma
(faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah
masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya
dapat menaikan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa.
Sama dengan PRC, saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu
sesuai suhu tubuh.
Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan
koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Perlu
dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.
Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.
Indikasi :
-
Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang mengancam
nyawa.
- Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi massif
-
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor pembekuan XIII,
faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan
karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A.
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan infus,
pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu
kamar. (2)
Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam
waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi. Satu kantong (30 ml)
mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII
Indikasi :
-
Hemophilia A
Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari plasma.
Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100
ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa
Rumus Kebutuhan Albumin
albumin x BB x 0.8
2.4 GOLONGAN DARAH DAN CARA PENGUMPULAN DARAH
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis
karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan
darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).
-
Sistem ABO
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung
dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A atau O.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga,
orang dengan golongan darah B hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan
darah B atau O
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan
golongan darah AB dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun
dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB tidak dapat
mendonorkan darah kecuali pada sesama AB.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor
universal. Namun, orang dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama
O
-
Sistem Rhesus
Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah merah kera Macacca rhesus
kepada marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti serum. Anti serum yang didapat
ternyata bereaksi dengan sel-sel darah merah. ,antigen-Rh yang ditemukan dalam darah kera
Macaca rhesus oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 itu juga ditemukan dalam darah
manusia.
Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia dibedakan atas dua
kelompok, yaitu :
1.Rhesus positif, bila dalam darah merahnya terdapat faktor Rh pada permukaan sel darah
merahnya
2.Rhesus negatif, bila dalam darah merahnya tidak terdapat faktor Rh pada permukaan sel
darah merahnya
Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+) atau Rh(-). Sedangkan
orang dengan Rh(-), hanya bisa menerima darah dengan Rh (-) saja. Oleh karena itu darah
Rh(-) sering disediakan untuk operasi-operasi darurat dimana tidak ada waktu lagi untuk
melakukan pengecekan golongan darah seseorang.
Untuk dapat menyumbangkan darah, seorang donor darah harus memenuhi syarat sebagai
berikut:[1]
calon donor harus berusia 17-60 tahun,
berat badan minimal 50 kg
kadar hemoglobin >12,5 gr%
Darah segar yang diambil disimpan dalam kantong plastik yang sudah mengandung bahan
pengawet dan komponen anti pembekuan.
Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari adanya penyakit
infeksi seperti AIDS, hepatitis virus dan sifilis. Darah yang didinginkan dapat digunakan
dalam waktu selama 42 hari. Pada keadaan tertentu, (misalnya untuk mengawetkan golongan
darah yang jarang), sel darah merah bisa dibekukan dan disimpan sampai selama 10 tahun.
Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya, maka darah yang
disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya; apakah golongan A, B, AB
atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan pencegahan berikutnya, sebelum
memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipien
untuk memastikan keduanya cocok: teknik ini disebut cross-matching.
Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau tidak sesuainya
darah donor dengan darah resipien. Dilakukan sebelum
transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah.
Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu:
Crossmatch mayor : mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan serum
resipien (aglutinin resipien)
Crossmatch minor : mencampur eritrosit resipien (aglutinongen resipien) dengan serum
donor (aglutinin donor)
Cara menilai basil pemeriksaan adalah sebagai berikut:
-
Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi
eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi
darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan
hasil Crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipien
sehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu
minor terjadi aglutinasi, maka Crossmatch minor harus diulangi dengan menggunakan serum
donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ini ternyata tidak menghasilkan aglutinasi,
maka transfusi darah masih dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor tersebut. Bila
pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah
donor
itu tidak dapat ditransfusikan.
2.5 PROSES TRANSFUSI DARAH
Jelaskan prosedur kepada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan transfusi
sebelumnya dan catatan reaksi ,jika ada.
Minta klien untuk melaporkan gejala berikut: Menggigil, sakit kepala, gatal dan kemerahan
dengan segera.
Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persetujuan / informed concern.
Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
Buat jalur IV dengan kateter besar (diameter 18-G atau 19-G).
Gunakan selang infus yang mempunyai filterGantungkan wadah larutan NaCl 0,9% untuk
diberikan setelah menginfuskan/ pemberian transfusi darah.
Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta darah bila
anda telah siap menggunakannya.
Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran produk darah dan klien :
Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darah dan informasi pada kantong itu
sendiri.
Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada catatan klien.
Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter.
Periksa tanggal kadaluarsa pada kantong darah.
Periksa darah terhadap adanya bekuan / gumpalan darah.
Tanyakan nama klien dan periksa / cocokkan dengan gelang tangannya/gelang nama.
Dapatkan data dasar tanda-tanda vital klien.
Mulai untuk mentransfusikan darah :
Utamakan / isi jalur IV dengan 0,9 % normal saline.
Mulai transfusi dengan lambat melalui tetesan pertama pada filter.
Atur kecepatan tetesan 2 ml/menit pada 15 menit pertama transfusi dan tetap bersama
klien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram / suntik jalur IV dengan normal
saline secara lambat dan beritahu dokter dan bank darah.
Monitor tanda-tanda vital :
Dapatkan tanda vital klien setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfusi dan
setiap jam untuk yang berikutnya mengikuti kebijakan institusi/rumah sakit.
Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal, dispnea, bintikbintik merah di kulit.
12 Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan.
13. Lanjutkan mengobservasi terhadap reaksi samping / efek samping transfusi.
14. Catat pemberian darah dan produk darah. Catat cairan yang digunakan mengikuti
kebijakan rumah sakit / institusi.
Bila transfusi sudah selesai (complete), Kembalikan kantong plastik dan selangnya ke bank
darah.
2.6 REAKSI TRANSFUSI DAN PENCEGAHANNYA
Pada umumnya komplikasi transfusi ini dibagi menjadi :
I. Reaksi imunologi
II. Reaksi non imunologi
I. REAKSI IMUNOLOGI
A. REAKSI TRANSFUSI HEMOLITIK
Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang terjadi tetapi serius dan terdapat
pada satu diantara dua puluh ribu penderita yang mendapat transfusi.
Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien. Hal ini bisa terjadi dengan cara reaksi transfusi
hemolitik segera dan reaksi transfusi hemolitik lambat
Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai pelaksana, misalnya salah
memasang label atau membaca label pada botol darah.
Tanda-tanda reaksi hemolitik lain ialah menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan
vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi,
hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan
ikterus. Pada penderita yang teranestesi hal ini sukar untuk dideteksi dan memerlukan
perhatian khusus dari ahli anestesi, ahli bedah dan lain-lain.
Tanda-tanda yang dapat dikenal ialah takhikardi, hemoglobinuri, hipotensi, perdarahan yang
tiba-tiba meningkat, selanjutnya terjadi ikterus dan oliguri.
Terapi reaksi transfusi hemolitik : pemberian cairan intravena dan diuretika. Cairan
digunakan untuk mempertahankan jumlah urine yang keluar. Diuretika yang digunakan
ialah :
Manitol 25 %, sebanyak 25 gr diberikan secara intravena kemudian diikuti pemberian 40
mEq Natrium bikarbonat.
Furosemid
Bila terjadi hipotensi penderita dapat diberi larutan Ringer laktat, albumin dan darah yang
cocok. Bila volume darah sudah mencapai normal penderita dapat diberi vasopressor. Selain
itu penderita perlu diberi oksigen. Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan dialysis.
B. REAKSI TRANSFUSI NON HEMILITIK
1. Reaksi transfusi febrile
Tanda-tandanya adalah sebagai berikut : Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual.
2. Reaksi alergi
a. Anafilaksis : Keadaan ini terjadi bila terdapat protein asing pada darah transfusi.
b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita
sembab.
Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus disetop.
II. REAKASI NON IMUNOLOGI
a. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.
b. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi
c. Virus hepatitis, Malaria, sifilis, virus CMG dan virus Epstein-Barr parasit serta bakteri.
e. AIDS
Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama transfusi, dilakukan beberapa
tindakan pencegahan. Setelah diperiksa ulang bahwa darah yang akan diberikan memang
ditujukan untuk resipien yang akan menerima darah tersebut, petugas secara perlahan
memberikan darah kepada resipien, biasanya selama 2 jam atau lebih untuk setiap unit darah.
Karena sebagian besar reaksi ketidakcocokan terjadi dalam15 menit pertama, , maka pada
awal prosedur, resipien harus diawasi secara ketat.
Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadi reaksi
ketidakcocokan, maka transfusi harus dihentikan.