TRANFUSI DARAH
Oleh :
Preceptor :
A. Latar Belakang
Tranfusi darah merupakan salah satu bagian penting dalam pelyanan kesehatan modern. Bila
digunakan degan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat
kesehatan. Indikasi tepat transfuse darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi
yang menyebabkan morbiditas da mortalitas bermakna yang tidak dapat diatasi dengan cara lain.
Tranfusi darah adalah salah satu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi
Tranfusi darah memang merupakan upaya untuk menyelamatkan kehidupan dalam banyak
hal, dalam bidang pediatri misalnya dalam perawatan neonates prematur, anak dengan keganasan,
anak dengan kelainan defisiensi atau kelainan komponen darah, dan transplantasi organ. Namun
tranfusi bukanlah tanpa resiko, meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk memperlancar
tindakan tranfusi, namun efek samping reaksi tranfusi atau infeksi akibat tranfusi tetap mungkin
terjadi. Maka bila diingat dan dipahami mengenai keamanannya, indikasinya perlu diperketat. 2,8
dengan pemberian darah lengkap (whole blood). Prinsip ini lebih ditekankan lagi di bidang ilmu
kesehatan anak karena bayi maupun anak yang sedang tumbuh sebaiknya tidak diganggu sistem
tranfusi darah bagi anak dan remaja serupa dengan orang dewasa, tetapi neonates dan bayi
Darah yang semula dikategorikan sebagai jaringan tubuh, saat ini telah dimasukkan
sebagai suatu organ tubuh terbesar yang beredar dalam sistem kardiovaskuler, tersusun
yaitu materi biologis yang hidup dan bersifat multiantigenik, terdiri dari sel darah merah,
sel darah putih dan keeping trombosit, yang kesemuanya dihasilkan dari sel induk yang
senantiasa hidup dalam sumsum tulang. Ketiga jenis sel darah ini memiliki masa hidup
terbatas dan akan mati jika masa hidupnya berakhir. Agar fungsi organ darah tidak ikut
mati, maka secara berkala pada waktu-waktu tertentu, ketiga butiran darah tersebut akan
a. Sebagai organ transportasi, khususnya oksigen (O2), yang dibawa dari paru-paru dan
diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut sisa pembakaran (CO2) dari
jaringan untuk dibuang keluar melalui paru-paru. Fungsi pertukaran O2 dan CO2 ini
dilakukan oleh hemoglobin, yang terkandung dalam sel darah merah. Protein plasma
berbagai jenis mikroba pathogen dan antigen asing. Tranfusi darah adalah salah satu
rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai
upaya pengobatan.Mekanisme pertahanan ini dilakukan oleh leukosit (granulosit dan
pembuluh darah. Fungsi ini dilakukan oleh mekanisme fibrinolisis, khususnya jika
Apabila terjadi pengurangan darah yang cukup bermakna dari komponen darah
korpuskuler maupun non korpuskuler akibat kelainan bawaan ataupun karena penyakit yang
didapat, yang tidak dapat diatasi oleh mekanisme homeostasis tubuh dalam waktu singkat
maka diperlukan penggantian dengan tranfusi darah, khususnya dari komponen yang
diperlukan.3,8
Tranfusi darah adalah suatu rangkain proses pemindahan darah donor ke dalam
sirkulasi dari resipien sebagai upaya pengobatan. Bahkan sebagai upaya untuk
menyelamatkan kehidupan. Berdasarkan asal darah yang diberikan tranfusi dikenal dengan
Homologous tranfusi (berasal dari darah orang lain) dan Autologous tranfusi (berasal dari
diri sendiri).6,2
kedokteran, dapat dipisah- pisahkan dengan suatu proses dan ditransfusikan secara terpisah
sesuai kebutuhan.3 Darah dapat pula disimpan dalam bentuk komponen-komponen darah
yaitu: eritrosit, leukosit, trombosit, plasma dan factor- factor pembekuan darah dengan
dibandingkan dengan pemberian darah lengkap (whole blood). Dasar pemikiran penggunaan
komponen darah: (1) lebih efisien, ekonomis, memperkecil reaksi transfusi, (2) lebih
rasional, karena (a) darah terdiri dari komponen seluler maupun plasma yang fungsinya
sangat beragam, serta merupakan materi biologis yang bersifat multiantigenik, sehingga
pemberiannya harus memenuhi syarat- syarat variasi antigen minimal dan kompatibilitas
yang baik, (b) transfusi selain merupakan live saving therapy tetapi juga replacement therapy
sehingga darah yang diberikan haruslah safety blood. Kelebihan terapi komponen
dibandingkan dengan terapi darah lengkap: (1) disediakan dalam bentuk konsentrat sehingga
mengurangi volume transfusi, (2) resiko reaksi imunologik lebih kecil, (3) pengawetan, (4)
penularan penyakit lebih kecil, (5) aggregate trombosit dan leukosit dapat dihindari, (6)
pasien akan memerlukan komponen yang diperlukan saja, (7) masalah logistic lebih mudah,
normal, misalnya pada anemia karena perdarahan, trauma bedah, atau luka bakar
luas.
b. Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya pada
a. Anemia karena perdarahan, biasanya digunakan batas Hb 7-8 g/dL. Bila telah turun
hingga 4,5 g/dL, maka penderita tersebut telah sampai kepada fase yang
membahayakan.
c. Anemia aplastik
pemberian darahmilik pasien lain. Untuk menghindari berbagai kesalahan, maka perlu
diperhatikan :
b. Identitas dan jumlah darah dalam kemasan dicocokkan dengan formulir permintaan
darah
c. Tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan suhu harus diperiksa sebelumnya,
Sebaiknya 1unit darah diberikan dalam waktu 1-2 jam tergantung status
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga
mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume
darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml.
Dapat bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan
jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht
meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap
ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti
Indikasi :
1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari
Ket :
1. Darah Segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan.
termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik.
Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan
golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan
2. Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor.
Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan
3. Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari. Keuntungannya mudah
tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang
kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis.
70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml.
Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.(3)
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah
Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume
jenuh adalah:
berkurang
Indikasi: :
1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
Dicuci)
Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang
menetap.
Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan saline,
sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human
plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi
selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai
jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma
dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu
diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Berikan antipiretik, karena
komponen ini bisa menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi,
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien
trombositopenia.
dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.
Transfusi Trombosit
BB x 1/13 x 0.3
Macam sediaan:
Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar.
5) Plasma
jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.(3) Macam sediaan plasma
adalah:
1).Plasma cair
Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed
red cell.
Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).
Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung
dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan
perdarahan (hemostasis).(3)
150-220 ml. Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun.
terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah masif,
setelah terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hepar. Setiap unit FFP
Indikasi :
pembekuan
7). Cryopresipitate
mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. (2) Suhu simpan -
18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam
waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi. Satu
kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen,
Indikasi :
Hemophilia A
8 ). Albumin
sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan
∆ albumin x BB x 0.8
dibawah 6 g/dl atau kehilangan darah dengan cepat >30% - 40% volume darah,
maka umumnya pengobatan terbaik adalah dengan transfusi sel darah
SDM juga diindikasikan pada anemia kronik yang tidak responsive terhadap
akan menjalani pembedahan segera (darurat), bila kadar Hb < 6g/dL>Ada juga
transfusi darah yang secara khusus dilakukan pada neonatus, dapat dilakukan
dengan darah lengkap segar, dapat pula dengan sel darah merah pekat(SDMP)
respon adekuat dengan terapi sinar. Indikasi yang lebih jarang adalah DIC /
Pilihan produk eritrosit untuk anak dan remaja adalah suspensi standar
eritrosit yang dipisahkan dari darah lengkap dengan pemusingan dan disimpan
ml/KgBB.5,7
didasarkan atas makin anemis seorang resipien, maka sedikit jumlah darah yang
diberikan per et mal dalam suatu seri tranfusi darah dan makin lambat pula jumlah
berikut :
Bila yang digunakan sel darah merah pekat (packed red cells), maka
adalah dengan tetesan. Makin rendah Hb awal makin lambat tetesannya dan makin
sedikit volume sel darah merah yang diberikan. Jika menggunakan packed red cells
tunggal, atau dari darah donor dengan cara/ melalui tromboferesis. Komponen ini
masih mengandung sedikit sel darah merah, leukosit, dan plasma. Komponen ini
Indikasi transfusi trombosit pada anak dan bayi dapat dilihat pada tabel 3.4
berikut ini.
perdarahan tambahan
ini sebagai profilaksis pada pasien tanpa perdarahan terutama menjadi kontroversi
banyak ahli memilih transfusi pada batas 5-10x109/L untuk penderita tanpa
komplikasi.
pembekuan yang tergantung vitamin K, yang disintesis di hati, seperti factor VII,
IX, X, serta protrombin. Sebagian ada pula yang mengandung proteinC. Komponen
hemofilia yang mengandung inhibitor factor VIII dan pada beberapa kasus
defisiensi factor VII dan X. Dosis yang dianjurkan adalah 80-100 unit/kgBB setiap
24 jam.2,3
12) Imunoglobulin
Komponen ini merupakan konsentrat larutan materi zat anti dari plasma, dan
yang baku diperoleh dari kumpulan sejumlah besar plasma. Komponen yang
hiperimun didapat dari donor dengan titer tinggi terhadap penyakit seperti varisela,
imunodefisiensi, pengobatan infeksi virus tertentu, atau infeksi bakteri yang tidak
dapat diatasi hanya dengan antibiotika dan lain-lain. Dosis yang digunakan adalah
1-3 ml/kgBB.8,9
13). Transfusi darah autologus
terlebih dahulu, untuk kemudian ditransfusikan lagi. Hal ini sebagai pilihan jika
pasien memiliki zat anti dan tak ada satu pun golongan darah yang cocok, juga jika
pasien berkeberatan menerima donor orang lain. Meski demikian, tetap saja tidak
lepas sama sekali dari efek samping dan reaksi transfusi seperti terjadinya
infeksi.4,5
Ada beberapa jenis reaksi transfusi dan gejalanya bermacam-macam serta dapat
saling tumpang tindih. Oleh karena itu, apabila terjadi reaksi transfusi, maka langkah
umum yang pertama kali dilakukan adalah menghentikan transfusi, tetap memasang infus
untuk pemberian cairan NaCl 0,9% dan segera memberitahu dokter jaga dan bank darah.6,
ketidakcocokan golongan darah ABO (antibodi jenis IgM yang beredar) dan sekitar 90%-
nya terjadi karena kesalahan dalam mencatat identifikasi pasien atau unit darah yang akan
diberikan.2,3
Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHA adalah demam dengan atau tanpa
menggigil, mual, sakit punggung atau dada, sesak napas, urine berkurang, hemoglobinuria,
dan hipotensi. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi renjatan (shock), koagulasi
intravaskuler diseminata (KID), dan/atau gagal ginjal akut yang dapat berakibat
kematian.2,3
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
Reaksi transfusi hemolitik lambat (RTHL) biasanya disebabkan oleh adanya antibodi
yang beredar yang tidak dapat dideteksi sebelum transfusi dilakukan karena titernya
rendah. Reaksi yang lambat menunjukkan adanya selang waktu untuk meningkatkan
Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHL adalah demam, pucat, ikterus, dan
karena hemolisis berjalan lambat dan terjadi ekstravaskuler, tetapi dapat pula terjadi
seperti pada RTHA. Apabila gejalanya ringan, biasanya tanpa pengobatan. Bila terjadi
hipotensi, renjatan, dan gagal ginjal, penatalaksanaannya sama seperti pada RTHA.6,9
a. Demam
karena antibodi resipien bereaksi dengan leukosit donor. Demam timbul akibat
aktivasi komplemen dan lisisnya sebagian sel dengan melepaskan pirogen endogen
hipotalamus. Dapat pula terjadi demam akibat peranan sitokin (IL-1b dan IL-6).
b. Reaksi alergi
Reaksi alergi (urtikaria) merupakan bentuk yang paling sering muncul, yang
tidak disertai gejala lainnya. Reaksi alergi ini diduga terjadi akibat adanya bahan
terlarut di dalam plasma donor yang bereaksi dengan antibodi IgE resipien di
c. Reaksi anafilaktik
Reaksi yang berat ini dapat mengancam jiwa, terutama bila timbul pada
pasien dengan defisiensi antibodi IgA atau yang mempunyai IgG anti IgA dengan
permeabilitas vaskuler dan konstriksi otot polos terutama pada saluran napas yang
dapat berakibat fatal. Gejala dan tanda reaksi anafilaktik biasanya adalah
renjatan.
Penatalaksanaannya adalah :
hipoksia, berikan oksigen dengan kateter hidung atau masker atau bila perlu melalui
intubasi.2,3
5. Efek samping lain dan resiko lain transfusi
dengan volume darah yanglebih besar daripada volume darah resipien dalam waktu
24 jam. Pada keadaan ini dapat terjadi hipotermia bila darah yang digunakan tidak
1) Hepatitis virus
Penularan virus hepatitis merupakan salah satu bahaya/ resiko besar pada
hepatitis. Sekitar 90% kejadian hepatitis pasca transfusi disebabkan oleh virus
darah, yaitu dengan rasio 1:670.000, meski telah diupayakan penyaringan donor
atau pasien dengan imunodefisiensi. Transfusi sel darah merah rendah leukosit
GVHD merupakan reaksi/ efek samping lain yang mungkin terjadi pada
pasien dengan imunosupresif atau pada bayi premature. Hal ini terjadi oleh
karena limfosit donor bersemai (engrafting) dalam tubuh resipien dan bereaksi
dengan antigen penjamu. Reaksi ini dapat dicegah dengan pemberian komponen
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam
sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan, pemikiran dasar pada transfusi adalah
cairan intravaskuler dapat diganti atau disegarkan dengan cairan pengganti yang sesuai dari
luar tubuh. Darah didalam tubuh memiliki beberapa peran penting, diantaranya sebagai
volume peredaran darah yang normal, untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau
kimia darah. Transfusi darah merupakan bentuk terapi yang dapat menyelamatkan jiwa.
Berbagai bentuk upaya telah dan hampir dapat dipastikan akan dilaksanakan, agar transfusi
menjadi makin aman, dengan resiko yang makin kecil. Meskipun demikian, transfusi darah
belum dapat menghilangkan secara mutlak resiko dan efek sampingnya. Menyadari hal ini,
maka perlu kiranya mereka yang terlibat dalam praktek transfusi darah mempunyai
medicine).
DAFTAR PUSTAKA
1. Strauss RG, Transfusi Darah dan Komponen Darah, dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak
(Nelson Textbook of Pediatrics), 1996, Jakarta, EGC, volume 2, Edisi 15, halaman: 17271732
2. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua, Jakarta :
3. Ramelan S, Gatot D, Transfusi Darah Pada Bayi dan Anak dalam Pendidikan Kedokteran
berkelanjutan (Continuing Medical Education) Pediatrics Updates, 2005, Jakarta, IDAI cabang
4. Sudarmanto B, Mudrik T, AG Sumantri, Transfusi Darah dan Transplantasi dalam Buku Ajar
Hematologi- Onkologi Anak, 2005, Jakarta, Balai Penerbit IDAI, halaman: 217-225
5. Hoffbrand, A.V. Kapita selekta Hematologi; oleh A.V Hoffbrand dan J.E. Pettit; alih bahasa,
http://www.palangmerah.org/pelayanan transfusi.asp.
7. Sudoyo AW, Setiohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat. Jakarta :
.8. Gary, R Strange, William R, Steven L, 2002, Pediatric Emergency Medicine, 2nd edition.
10. Dr. Husein Alatas. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Jakarta, Bagian Ilmu