Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

ERGONOMI PADA AKTIFITAS ANGKATANGKUT


Oleh :

Arif Munzir, S.Ked 0818011006


Sulaiman, S.Ked 0918011022
Hanif Fakhruddin, S.Ked
0918011047
Tri Agung Sanjaya, S.Ked 0918011100

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
NOVEMBER 2014

Pendahuluan

Perkembangan teknologi saat ini begitu


pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada berbagai lapangan
pekerjaan.

Peralatan dan teknologi menunjang dalam


meningkatkan produktivitas berbagai jenis
pekerjaan. Disisi lain akan terjadi dampak
negatif bila kita kurang waspada menghadapi
bahaya potensial yang mungkin timbul

Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan


terjadinya Penyakit Akibat Kerja. Penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan dan
Kecelakaan
Akibat
Kerja
yang
dapat
menyebabkan kecacatan atau kematian.

Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua


pihak dengan cara penyesuaian antara
pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan
ergonomik.

Ergonomi

istilah ergonomi pertama kali digunakan


oleh sekelompok ilmuwan Inggris di tahun
1950, yang berasal dari kata Yunani, yaitu
ergos = kerja, nomos = norma.

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari


perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian
ergonomi ialah manusia pada saat bekerja
dalam lingkungan.

Menurut Depkes RI, 2005 upayanya antara


lain berupa menyesuaikan ukuran tempat
kerja dengan dimensi tubuh agar tidak
melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban bertujuan agar sesuai dengan
kebutuhan tubuh manusia

Metode Ergonomi

1. Diagnosis,
dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi
tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik
checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan
sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.

2. Treatment
pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada
saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi
meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli
furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.

3. Follow-up
dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit,
angka kecelakaan dan lain-lain.

Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi
berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi
tulang belakang vertikal dan berat badan
tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja
sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai
dengan
ukuran
anthropometrinya.
Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

3. Tata letak tempat kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan
aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku
secara internasional lebih banyak digunakan
daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban
yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung
dsbnya.
Beban
yang
terlalu
berat
dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot
dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Kerja Fisik

Kerja fisik sering pula disebut kerja otot. Ototototlah yang menjadi sebab gerakan tubuh,
otot-otot menduduki sekitar 45% dari berat
tubuh.

Dalam hal ini khususnya kerja otot statis, untuk


kerja otot statis dipilih suatu sikap tangan
vertikal yang sedang mengangkat suatu beban
otot mampu berkontraksi secara kontinyu. Oleh
karena itu apabila pembebanan berlebih pada
kerja statis dapat mengakibatkan kelelahan
otot (Sumamur, 1994).

Selain itu dalam pengangkatan sikap kerja


membungkuk juga perlu diperhatikan. Sikap kerja
membungkuk dapat mengakibatkan timbulnya
nyeri pinggang biasanya terjadi karena kegiatan
fisik yang cukup berat dengan membungkuk atau
memutar badan.

Dapat pula terjadi pada kegiatan yang melampui


batas atau gerakan yang dipaksakan dapat
menimbulkan nyeri pinggang terutama gerakan
mendadak. Beban yang lebih berat pada otot-otot
ligamen sering pula menimbulkan nyeri pinggang
(Yishay , 2005).

1.

2.

3.

Beberapa cara pencegahan Low back pain


(nyeri pinggang bawah) :
Tidak
mengangkat
beban
dengan
membungkuk kedepan.
Cara mengangkat yang benar yaitu dengan
menekuk lutut dan pinggul, kemudian
berjongkok
untuk
mengangkat
beban
tersebut. Kemudian berdiri dengan punggung
lurus, beban didekatkan dengan tubuh dan
ketika menunurunkan beban yang ditekuk
adalah lutut.
Jika harus memindahkan beban tanpa
mengangkat hendaknya obyek dipindahkan
cara didorong, bila memungkinkan hendaknya
alat bantu mekanik (Amundson, 2005).

Menurut Neuman (2006), prinsip kerja secara


ergonomis agar terhindar dari kelelahan dan resiko
cedera otot dengan cara :
1.

2.

3.

4.

Gunakan tenaga seevisien mungkin, beban yang


tidak
perlu
harus
dikurangi/
dihilangkan,
perhitungkan gaya berat jika perlu gunakan
pengukit
Sikap berdiri, duduk, jongkok hendaknya sesuai
dengan prinsip ergonomi
Panca indera dapat digunakan sebagai alat
kontrol, bila lelah harus istirahat(jangandipaksa)
dan apabila lapar/ haus segera makan/ minum
(jangan ditahan)
Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur
lebih dari jumlah maximum yang diperbolehkan.

Sebelum memilih program intervensi ergonomi


perlu dilakukan proses dan analisis ergonomi
untuk untuk mengidentifikasi permasalahan
ergonomi disuatu lingkungan kerja.

Evaluasi ergonomi meliputi beberapa hal yaitu


analisis lingkungan kerja, postur kerja, jenis
pekerjaan, pengangkatan dan pengangkutan,
faktor-faktor bahaya, tingkat resiko/bahaya,
tindakan koreksi, dan lainnya (Pusat Kesehatan
Kerja, 2005).

Angkat-Angkut

Angkat-angkut
adalah
kegiatan
dimana
dilakukan pemindahan bahan atau barang dari
satu tempat ketempat lain (Suwarso, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan


mengangkat dan mengangkut adalah sebagai
berikut: Beban yang diperkenankan, jarak
angkut, dan intensitas pembebanan, kondisi
lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang
licin, kasar, naik, turun, ketrampilan bekerja,
peralatan kerja, ukuran beban yang akan
diangkat (Sumamur, 1984).

Klasifikasi Angkat-Angkut
Jenis-jenis cara mengangkat dan mengangkut menurut
Occupational Safety and Health Administration OSHA,
diklasifikasikan menjadi lima yaitu :
Mengangkat atau menurunkan (Lifting atau Lowering)
Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke
tempat yang lebih tinggi yang masih dapat dijangkau
oleh tangan. Kegiatan lainya adalah menurunkan barang.
Mendorong atau menarik (Pus atau Pull)
Kegiatan
mendorong
adalah
kegiatan
menekan
berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan
untuk memindahkan obyek. Sedangakan yang dimaksud
kegiatan menarik merupakan kebalikan dari pengertian
di atas.

Memutar (Twisting)
Kegiatan
memutar merupakan kegiatan yang
memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi,
sementara tubuh bagian bawah berada dalam posisi
tetap. Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam
keadaan tubuh yang diam
Membawa (Carrying)
Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang
atau mengambil barang dan memindahkanya. Berat
benda menjadi berat total pekerja.
Menahan (Holding)
Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi
diam (statis).

1.

2.

3.

4.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan


dalam kegiatan angkat-angkut yaitu :
Semua rintangan hendaknya disingkirkan
sebelum pekerjaa dimulai
Tinggi maksimum tempat pengangan dari
lantai tidak lebih dari 35cm
Jika suatu beban harus diangkut dari
permukaan
lantai
dianjurkan
agar
menggunakan alat mekanis atau katrol,
beban yang akan diangkut harus berada
sedekat mungkin dengan tubuh
Punggung harus lurus agar bahaya
kerusakan
terhadap
discus
dapat
dihindarkan (sumamur, 2009).

1.
2.

3.
4.
5.

6.

7.

Dari berbagai masalah ergonomi dalam sistem kerja bongkar


muat, yang paling dominan adalah aktivitas angkat.
Untuk mencegah terjadinya efek cedera pada anggota tubuh
yang rawan (seperti pinggang dan punggung), maka aktivitas
tersebut harus dilakukan dengan teknik mengangkat yang
benar. Secara garis besar teknik tersebut adalah sebagai
berikut dibawah ini :
Pegangan terhadap bahan yang diangkat harus tepat
Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan
dalam posisi lurus
Posisi tulang belakang harus tetap lurus
Dagu segera ditarik setelah kepala bisa ditegakkan
Posisi kaki meregang untuk membagi momentum dalam
posisi mengangkat
Berat badan di manfaatkan untuk menarik dan mendorong
sedangkan gaya untuk gerakan dan perimbangan
Beban diusahakan sedekat mungkin tehadap garis vertical
yang melalui pusat gravitasi tubuh (Tarwaka, 2004).

1.

2.

3.

4.

5.

Menurut Bambang (2008), cara untuk mengurangi resiko


cedera yang mungkin timbul saat mengangkat beban
yaitu :
Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas
kemampuan dan jangan mengangkat beban dengan
gerakan cepat dan tiba-tiba.
Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh.
Karena makin dekat beban, makin kecil pengaruhnya
dalam memberi tekanan pada punggung, bahu dan
lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk
menstabilkan tubuh.
Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat
mulai mengangkat dan usahakan beban seimbang.
Tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai sudut
paling nyaman.
Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak
membungkuk, menyamping atau miring.
Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi
setengah jongkok dengan sudut paling nyaman.

Tabel. Batasan Pemindahan Material


Level

Batasan angkat(kg)

16

16-25

Tindakan
Tidak perlu tindakan khusus
Tidak perlu alat dalam mengangkat,
ditekankan pada metode angkat

25-34

Tidak perlu alat untuk mengangkut pilih job


redesign(rancangan ulang pada tipe
pekerjaan)

>34

Harus dengan alat bantu mekanis

1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.

Apabila terjadi kesalahan dalam proses pengangkatan


ataupun pengangkutan dapat terjadi berbagai keluhan
ataupun cedera otot.
Kekuatan otot dan keluhan otot merupakan salah satu
indikator untuk evaluasi penerapan ergonomi, adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot dan
menimbulkan keluhan otot adalah (Amundson, 2005).:
Posisi kerja yang tidak alamiah,
Pengulangan pekerjaan pada satu jenis otot,
Penggunaan tenaga yang berlebihan,
Posisi kerja yang statis,
Terjadi kontak langsung dengan lingkungan atapun
peralatan kerja,
Metode/cara kerja yang digunakan,
Jam kerja yang terlalu panjang

Penerapan
ergonomi
didalam
pekerjaan
mengangkat dan mengangkut dengan benar
dapat mengurangi berbagai resiko cedera serta
dapat mengurangi beban kerja.

Beban kerja seharusnya tidak melebihi 30-40%


kemampuan maksimum seorang pekerja dalam
waktu 8 jam sehari, untuk mengukur waktu
kemampuan
kerja
maksimum
digunakan
pengukuran denyut nadi, yang diusahakan tidak
melebihi 30-40 kali permenit diatas denyut nadi
sebelum bekerja (Tarwaka, dkk,2004).

Menurut Tarwaka, dkk (2004) pengukuran denyut


nadi untuk mengetahui berat pembebanan yang
diberikan, dengan mengetahui presentase
CVL(cardiovaskulair load) dengan rumus :

100 x (Denyut nadi kerja Denyut nadi istirahat)


%CVL=
Denyut nadi maksimum Denyut nadi istirahat

Denyut nadi maksimum dihitung sesuai dengan


ketentuan wanita (220 umur), Laki-laki (200
umur).

Tabel . Kategori Beban Kerja Berdasarkan


Denyut Jantung/Nadi.
Kategori beban kerja

Denyut jantung

Ringan

75-100

Sedang

100-125

Berat

125-150

Sangat berat

150-175

Sangat berat sekali

>175

Tabel . Prentase Berat Sesuai Dengan


Frekuensi Angkat
Frekuensi angkat

Presentase berat yang boleh diangkat

Satu kali dalam 30 menit

95 kg

Satu kali dalam 25 menit

85 kg

Satu kali dalam 15-20 menit

66 kg

Satu kali dalam 10-15 menit

50 kg

Satu kali dalam 5 menit

< 50 kg

Kelelahan/Fatique

Kelelahan
adalah
suatu
mekanisme
perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan
lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan
setelah istirahat (Tarwaka,dkk,2004).

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya


kelelahan kerja adalah : Intensitas dan
lamanya kerja fisik dan mental, problem fisik,
faktor
lingkungan
(iklim,
penerangan,
kebisingan,
getaran),
faktor
kondisi
kesehatan, gizi/ nutrisi, circadian rhytm
( Tarwaka, dkk, 2004).

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka


umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus
waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya,
beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai
berikut (Depkes, 2005):

1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana
masih
dapat
dikompensasi
dan
diperbaiki
performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu
berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan
tidur yang cukup.

2. Kelelahan yang patologis


Kelelahan
ini tergabung dengan penyakit yang
diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat
gejalanya.

3. Psikologis dan emotional fatique


Kelelahan ini adalah bentuk yang umum.
Kemungkinan
merupakan
sejenis
mekanisme melarikan diri dari kenyataan
pada penderita psikosomatik. Semangat
yang baik dan motivasi kerja akan
mengurangi angka kejadiannya di tempat
kerja.

4. Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan,


meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan,
akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan
mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya
terjadi :
Lingkungan
harus bersih dari zat-zat kimia.
Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak
ada gangguan bising
Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak
dan istirahat yang cukup saat makan siang.
Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
Tempo kegiatan tidak harus terus menerus
Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus
sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.

Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam


peningkatan semangat kerja.
Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di
tempat kerja.
Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua
pekerja
Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi
misalnya;

Pekerja remaja
Wanita hamil dan menyusui
Pekerja yang telah berumur
Pekerja shift
Migrant.

Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol


dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.

Penerapan Ergonomi di tempat kerja


bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu
dalam keadaan sehat, nyaman, selamat,
produktif dan sejahtera. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan,
kemampuan dan kerjasama yang baik dari
semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA
1.

2.

3.

Departemen kesehatan RI. 2005. ERGONOMI. Pusat Kesehatan Kerja


Departemen
Kesehatan
RI.
Jakarta.
Available
at
www.depkes.go.id/../Ergpnomi.pdf (diakses pada tanggal 15 November
2014).
Sulissingtyas, Bungsu. 2009. Pengaruh Pekerjaan Angkat-Angkut
Terhadap Kelelahan Kerja Pada Waktu Aktivitas Pengisian Acetic Acid
Kedalam Jerigen Di Unit Filling Pt. Indo Acidatama Tbk, Kemiri
Kebakkramat Karanganyar. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret. Surakarta
Santoso, Mursid Wahyu. 2011. Pengaruh Angkat Angkut Terhadap
Kelelahan Otot Tangan Karyawan Unit Logistik Pt Indo Acidatama
Tbk Kemiri Kebakkramat Di Karanganyar. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. Surakarta

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai