Anda di halaman 1dari 8

II.1.

Definisi
Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam
peredaran darah penerima (resipien).(2) Definisi lain adalah sutu proses
pekerjaan memindahkan darah dari orang yang sehat kepada oarang
yang sakit.(3)
Darah tersusun dari komponen-komponen eritrosit, leukosit, trombosit
dan plasma yang mengandung faktor pembekuan. Pemberian
komponen darah yang diperlukan saja dapat dibenarkan daripada
pemberian whole blood yang lengkap, prinsip ini lebih ditekankan lagi
pentingnya di bidang pediatri dikarenakan bayi maupun anak yang
sedang tumbuh tidak perlu diganggu sistem imunologisnya oleh
antigen yang tidak diperlukan. Pemberian whole blood hanya dilakukan
atas indikasi anemia pasca perdarahan yang akut dan untuk transfusi
tukar.(2)
II.2. Macam-macam bentuk sediaan darah dan komponen darah
a. Darah lengkap (whole blood)
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah
lengkap juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan
labil (V, VIII). Volume darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu
antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam suhu
42C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit
dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,90,12 g/dl dan Ht
meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap.(6)
b. Sel darah merah
Packed red cell
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma
secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit
menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu
150-300 ml. Suhu simpan 42C. Lama simpan darah 24 jam dengan
sistem terbuka.(3)
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah
dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain.
Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama
talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan
lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi
jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di
atas 8 g%.
Dosis transfusi darah didasarkan atas makin anemis seseorang
resipien, makin sedikit jumlah darah yang diberikan per et mal di
dalam suatu seri transfusi darah dan makin lambat pula jumlah tetesan
yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi gagal
jantung. Dosis yang dipergunakan untuk menaikkan Hb ialah dengan
menggunakan rumus empiris:
Kebutuhan darah (ml) = 6 x BB (kg) x kenaikan Hb yang diinginkan.
Penurunan kadar Hb 1-2 hari pasca transfusi, maka harus dipikirkan
adanya auto immune hemolytic anemia. Hal ini dapat dibuktikan

dengan uji coombs dari serum resipien terhadap eritrosit resipien


sendiri atau terhadap eritrosit donor. Keadaan demikian pemberian
washed packed red cell merupakan komponen pilihan disamping
pemberian immuno supressive (prednison, imuran) terhadap resipien.(2)
Red cell suspension
Dibuat dengan cara mencampur packed red cell dengan cairan pelarut
dalam jumlah yang sama.
Washed red cell
Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali
dengan saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita
yang tak bisa diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu
bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan
yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan
aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion.(3)
Darah merah pekat miskin leukosit
Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 42C, berguna untuk
meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan
transfusi. Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas
dan alergi.(6)
c. Suspensi granulosit/leukosit pekat
Kandungan utama berupa granulosit dengan volume 50-80 ml. Suhu
simpan 202C. Lama simpan harus segera ditransfusikan dalam 24
jam.(6)
Transfusi granulosit diberikan bila penderita nutropenia dengan panas
tinggi telah gagal diobati dengan antibiotik yang tepat lebih dari 48
jam. Transfusi granulosit diberikan kepada para penderita leukemia,
penyakit keganasan lainnya serta anemia aplastik yang jumlah
leukositnya 2000/mm3 atau kurang dengan suhu 39C atau lebih.
Donor dari keluarga terdekat akan memperkecil kemungkinan reaksi
transfusi. Bila tidak diperoleh donor yang cocok golongan ABO-nya
maka dapat dipilih donor golongan O. Komponen suspensi granulosit
harus diberikan segera setelah pembuatan dan diberikan secara
intravena langsung atau dengan tetesan cepat. Efek pemberian
transfusi granulosit ini akan tampak dari penurunan suhu, bukan dari
hitung leukosit penderita. Penurunan suhu terjadi sekitar 1-3 hari
pasca transfusi.(2)
d. Suspensi trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan
yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit
yang berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte
antibody pada penderita. (3)
Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan
karena trombositopenia. Indikasi pemberian komponen trombosit ialah
setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah
trombositnya kurang dari 50.000/mm3. misalnya perdarahan pada

trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam


berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian
sitostatika terhadap tumor ganas. Splenektomi pada hipersplenisme
penderita talasemia maupun hipertensi portal juga memerlukan
pemberian suspensi trombosit prabedah. Komponen trombosit
mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari.(2)
Macam sediaan:
Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)
Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah
segar. Penyimpanan 34C sebaiknya 24 jam.
Platelet Concentrate (trombosit pekat)
Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan
202C. Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan
post transfusi pada dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping
berupa urtikaria, menggigil, demam, alloimunisasi Antigen trombosit
donor.(6)
Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada
Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan
pletelet concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma yang
diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan 48-72 jam.(3)
e. Plasma
Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi
darah (hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang
seperti albumin pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis,
menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari
plasma seperti globulin.(3)
Plasma diperlukan untuk penderita hiperbilirubinemia. Komponen
albumin di dalam plasma yang diperlukan untuk mengikat bilirubin
bebas yang toksis terhadap jaringan otak bayi. Tindakan ini biasanya
mendahului suatu tindakan transfusi tukar. Dosis yang diperlukan ialah
35 ml/kgbb. Penggunaan sebagai plasma expander pada renjatan,
substitusi protein pada kesulitan masukan oral jarang dilakukan.(2)
Macam sediaan plasma adalah:
Plasma cair
Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada
pembuatan packed red cell.
Plasma kering (lyoplylized plasma)
Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3
tahun).
Fresh Frozen Plasma
Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung
dibekukan pada suhu -60C. Pemakaian yang paling baik untuk
menghentikan perdarahan (hemostasis).(3)
Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan labil, dengan
volume 150-220 ml. Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan

lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan


labil bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada.
Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping
berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.(6)
Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII atau
anti hemophilic globulin (AHG), faktor pembekuan XIII, faktor Von
Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan
perdarahan karena kurangnya AHG di dalam darah penderita hemofili
A. AHG tidak bersifat genetic marker antigen seperti granulosit,
trombosit atau eitrosit, tetapi pemberian yang berulang-ulang dapat
menimbulkan pembentukan antibodi yang bersifat inhibitor terhadap
faktor VIII. Karena itu pemberiannya tidak dianjurkan sampai dosis
maksimal, tetapi sesuai dosis optimal untuk suatu keadaan klinis.(2)
Pembuatannya dengan cara plasma segar dibekukan pada suhu -60C,
kemudian dicairkan pada suhu 4-6C. Akibat proses pencairan terjadi
endapan yang merupakan cryoprecipitate kemudian dipisahkan segera
dari supernatant plasma.(3)
Setiap kantong kriopresipitat mengandung 100-150 U faktor VIII. Cara
pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak
melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair,
sebab komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. (2)
Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun,
ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping
berupa demam, alergi.
Heated plasma
Plasma dipanaskan pada suhu 60C selama 10 jam. Bahaya hepatitis
berkurang. Heated plasma mengandung albumin 88%, globulin 12%,
NaCL 0,06%, coprylic acid Na 0,02%, Na acetyl tuphtophen 0,02%,
natrium cone 50 mEq/L
Albumin
Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen
dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian
diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20%
mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa
II.3. Manfaat komponen darah
Komponen darah diberikan melalui transfusi dimaksudkan agar
transfusi tepat guna, pasien memperoleh hanya komponen darah yang
diperlukan, mengurangi reaksi transfusi, mengurangi volume transfusi,
meningkatkan efisiensi penggunaan darah, serta memungkinkan
penyimpanan komponen darah pada suhu simpan optimal.(6)
II.4. Indikasi (1,5)
a. Sel darah merah
Indikasi satu-satunya untuk transfusi sel darah merah adalah
kebutuhan untuk memperbaiki penyediaan oksigen ke jaringan dalam
jangka waktu yang singkat.

kehilangan darah yang akut, jika darah hilang karena trauma


atau pembedahan, maka baik penggantian sel darah merah
maupun volume darah dibutuhkan.
Transfusi darah prabedah diberikan jika kadar Hb 80 g/L atau
kurang.
Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun, seperti
penderita penyakit keganasan, artritis reumatoid, atau proses
radang menahun yang tidak berespon terhadap hematinik perlu
dilakukan transfusi.
Gagal ginjal, anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal
diobati dengan transfusi sel darah merah maupun dengan
eritropoetin manusia rekombinan.
Gagal sumsum tulang karena leukemia, pengobatan sitotoksik,
atau infiltrat keganasan membutuhkan transfusi sel darah merah
dan komponen lain.
Penderita yang tergantung transfusi seperti pada talasemia
berat, anemia aplastik dan anemia sideroblastik membutuhkan
transfusi secara teratur.
Penyakit sel bulan sabit, beberapa penderita ini juga
membutuhkan transfusi secara teratur, terutama setelah stroke.
Indikasi lain untuk transfusi pengganti pada penyakit hemolitik
neonatus, malaria berat karena plasmodium falciparum dan
septikemia meningokokus.
b. Indikasi untuk transfusi trombosit adalah :
Gagal sumsum tulang yang disebabkan oleh penyakit atau
pengobatan mielotoksik.
Kelainan fungsi trombosit, yaitu berupa kelainan fungsi trombosit
yang diturunkan seperti pada penyakit Glanzmann, sindrom
Bernard-Soulier, dan defisiensi tempat penyimpanan trombosit.
Penderita defek fungsi trombosit yang didapat, sekunder
terhadap mieloma, paraproteinemia dan uremia.
Trombositopenia akibat pengenceran yang sekunder terhadap
transfusi masif atau transfusi pengganti, dan penderita
mengalami perdarahan.
Pintas kardiopulmoner, baik selama atau setelahnya perdarahan
dapat terjadi karena trombositopenia akibat pengenceran, begitu
juga karena gangguan fungsi trombosit.
Purpura trombositopenia autoimun, walaupun kemungkinan tidak
efektif karena trombosit yang ditransfusikan hancur oleh
autoantibodi yang sirkulasi.
c. Indikasi transfusi granulosit terbatas untuk kasus tertentu saja.
Transfusi granulosit harus dipertimbangkan hanya untuk alasan seperti
:
Neutropenia persisten dan infeksi berat yang terdapat bukti jelas
infeksi bakteri atau jamur yang tidak dapat dikendalikan dengan
pengobatan dengan antibiotik yang tepat selama 48-72 jam.

Fungsi neutrofil abnormal dan infeksi persisten seperti pada


penyakit granulomatosa kronis dan sebagian kasus
mielodisplasia.
Sepsis neonatus, terutama pada bayi prematur dengan sepsis
dapat mengalami manfaat transfusi granulosit, walaupun
keefektifannya tidak terbukti.
d. Fresh Frozen Plasma
- Untuk mengoreksi defisiensi faktor pembekuan/pengentalan di
(dalam) suatu pendarahan pasien dengan berbagai defisit faktor
pembekuan atau pengentalan (penyakit hati, DIC, transfusi masive)
- Warfarin yang berlebihan atau kekurangan vitamin K, proses
perbaikan coagulopathy yang diperlukan di dalam 12-24 jam
pasien dengan perdarahan atau pasien dengan resiko pendarahan
tinggi
- Penggantian defisiensi dalam Faktor V dan XI
e. Cryoprecipitate
- Hypofibrinogenemia - Fibrinogen <>
Transfusi raksasa(masive)
defisiensi kongenital
defisiensi yang didapat ( misalnya DIC)
- kekurangan Faktor XIII
- Uremia, dengan perdarahan yang tak bereaksi dengan therapy nontransfusion ( misalnya, dialisis, desmopressin)
- Dysfibrinogenemia ( disfungsi fibrinogen)
II.5. Komplikasi transfusi (6)
Komplikasi transfusi terbagi menjadi lokal dan umum.
Komplikasi lokal yaitu :
Kegagalan memilih vena.
Fiksasi vena yang tidak baik.
Problem ditempat tusukan.
Vena pecah selama menusuk.
Komplikasi umum yaitu :
Reaksi-reaksi transfusi.
Penularan atau transmisi penyakit infeksi.
Sensitisasi imunologis
Transfusi haemochromatosis.
II.6. Reaksi transfusi (6)
1 Reaksi pyrogenik dapat timbul selama atau setelah transfusi,
reaksi khas berupa peningkatan temperatur antara 38C-40C.
Bisa disertai dengan menggigil, kemerahan, kegelisahan dan
ketegangan, jika transfusi dihentikan reaksi dan kegelisahan
akan hilang.
Pyrogen mungkin terdapat dalam material yang ditransfusikan atau
dari alat yang dipakai untuk transfusi. Pyrogen merupakan produk
metabolisme bakteri.

2 Reaksi alergi terdiri dari 2 mekanisme yaitu antigen dari donor


dan antibodi dalam serum orang sakit bereaksi, antibodi dalam
serum donor yang secara pasif ditransfer pada pasien beredar
dengan antigen yang ada pada pasien. Antigen mungkin
terdapat pada sel darah putih atau trombosit atau pada plasma
donor.
3 reaksi alergi :
- Anafilaksis dengan gejala syok disertai atau tanpa pireksia, dapat
terjadi kegagalan sirkulasi primer akut, nadi cepat, tekanan darah
turun, pernapasan berat.
- Urtikaria bersifat umum, reaksi berat dapat timbul asma, peningkatan
temperatur, menggigil, sakit kepala, nausea, muntah dan pernapasan
berat.
- Pireksia sulit dibedakan dengan reaksi pirogen.
3 Sirkulasi yang overload terjadi karena setelah pemberian yang
cepat dan banyak terutama karena tambahan cairan koloid dan
seluler, terjadi terutama pada penderita anemia, kelainan
jantung atau degenerasi pembuluh darah. Reaksi demam dapat
mendahului reaksi muatan sirkulasi berlebih.
4 Reaksi hemolitik terjadi setelah transfusi darah inkompatibel,
reaksi yang diakibatkan oleh transfusi darah yang sudah
hemolisis invitro. Mekanisme kerusakan sel darah merah non
imunologis/kerusakan invitro.
5 Reaksi darah yang terkontaminasi bakteri khas dengan tanda
kenaikan temperatur sampai 42C, gangguan sirkulasi perifer,
hypotensi dan nadi cepat.
6 Intoksikasi citrat akibat pengumpulan citrat dalam darah dan
pengurangan ion calcium, citrat diekskresikan oleh ginjal dan
dimetabolisme dalam hepar, dapat terakumulasi dalam darah
selama transfusi pasien dengan penyakit liver dan ginjal yang
berat dan dapat terjadi gagal jantung.
BAB III
KESIMPULAN
1 Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam
peredaran darah penerima.
2 Macam-macam bentuk sediaan darah dan komponen darah yaitu
darah lengkap (whole blood), sel darah merah, suspensi
granulosit/leukosit pekat, suspensi trombosit dan plasma.
3 Manfaat komponen darah agar pasien memperoleh hanya
komponen darah yang diperlukan.
4 Komplikasi transfusi terbagi menjadi lokal dan umum.
5 Reaksi transfusi terdiri dari reaksi pyrogenik, reaksi alergi,
sirkulasi yang overload, reaksi hemolitik, reaksi darah yang
terkontaminasi dan reaksi intoksikasi citrat.

DAFTAR PUSTAKA
1 Contreras, M., Penerjemah Oswari, J., Petunjuk Penting Transfusi,
Ed. 2, Jakarta EGC 1995.
2 Hassan, R., dkk. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI, Jakarta 2002 hal : 483-490.
3 Rustam, M., Almanak Transfusi Darah, Lembaga Pusat Transfusi
Darah Palang Merah Indonesia, Jakarta 1977 Hal : 65- 69.
4 Sejarah Transfusi dalam www.google.com
5 Transfusion Guidelines dalam www.google.com
6 -, Pelatihan Teknologi Transfusi Darah Bagi Dokter Unit Transfusi
Darah, Angkatan XX, Jakarta 2005.

Anda mungkin juga menyukai