Anda di halaman 1dari 8

Prosedur Ketrampilan Transfusi Darah

Disusun oleh Shifa Syahidatul Wafa, 1106008776


1. Definisi
Transfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah seperti
plasma, sel darah merah kemasan, atau trombosit melalui jalur IV (Potter & Perry, 2005).
Selain itu, transfusi darah juga berarti pemindahan darah dari satu orang (donor) ke
dalam pembuluh darah orang lain (resipien). Hal ini biasanya dilakukan sebagai manuver
penyelamatan nyawa (life-saving) untuk menggantikan darah yang hilang karena
perdarahan hebat, saat operasi ketika terjadi kehilangan darah atau untuk meningkatkan
jumlah darah pada pasien anemia.
2. Tujuan
a. Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misal: faktor
pembekuan plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien yang
menderita hemofilia)
b. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin
pada klien yang mengalami anemia berat
c. Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, perdarahan atau trauma
3. Kompetensi yang diperlukan
Ketika akan melakukan pemberian transfusi darah, sebaiknya perlu dipahami
terlebih dahulu tentang dasar-dasar pemberian transfusi darah, seperti tipe-tipe darah dan
proses penggumpalan yang berhubungan dengan reaksi yang dihasilkan oleh darah yang
ditransfusikan (Kozier, 2004)..
Golongan dan tipe darah
Golongan darah yang paling penting untuk transfusi darah adalah sistem ABO, yang
meliputi golongan darah A, B, O, dan AB. Penetapan golongan darah didasarkan pada
ada tidaknya antigen sel darah merah A dan B. Individu dengan antigen A, antigen B,
atau tidak memiliki antigen yang termasuk dalam golongan darah A, B, dan O. Individu
dengan antigen A dan B memiliki golongan AB (Smeltzer & Bare, 2003).
Aglutinin
Disebut juga antibodi yang bekerja melawan antigen A dan B (aglutinin anti-A dan
aglutinin anti-B). Individu dengan golongan A memproduksi aglutinin anti-B di dalam
1

plasmanya secara alami. Begitu juga sebaliknya, individu dengan golongan B


memproduksi aglutinin anti-A di dalam plasmanya. Individu dengan tipe O secara alami
memproduksi kedua aglutinin tersebut, oleh karena itu individu yang memiliki golongan
darah O disebut sebagai donor universal. Individu bergolongan darah AB menjadi
resipien universal. Bila darah yang ditransfusikan kepadanya tidak sesuai, dapat terjadi
reaksi transfusi. Reaksi transfusi adalah reaksi antigen-antibodi dan dapat direntang dari
reaksi ringan sampai syok anafilaktik berat. Individu yang memiliki faktor tersebut
disebut Rh positif, sedangkan individu yang tidak memiliki faktor tersebut disebut Rh
negatif. Apabila darah pendonor memiliki Rh positif akan terjadi hemolisis dan anemia.
Autotransfusi
Autotransfusi adalah pengumpulan, antikoagulasi, filtrasi, dan infusi ulang darah
dari tempat perdarahan yang aktif. Karena darah yang diinfuskan kembali adalah darah
klien sendiri, ada banyak keuntungan autotransfusi. Risiko kesalahan teknis pada
penggolongan darah dieliminasi. Efek merugikan yang muncul yang berhubungan
dengan transfusi darah homolog juga dieliminasi. Transfusi darah homolog terjadi jika
darah didonorkan oleh seorang individu dan ditransfusikan ke individu yang lain.
Transfusi homolog terjadi pada spesies yang sama. Autotransfusi menurunkan risiko
transfusi homolog, seperti kemungkinan terpapar pada infeksi hepatitis serum, HIV, dan
infeksi lain yang ditularkan melalui darah.
4. Indikasi
a. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar, perdarahan
postpartum, luka bakar hebat, penyakit kekurangan kadar Hb atau penyakit kelainan
darah, kecelakaan)
b. Pasien dengan syok hemoragik
5. Kontraindikasi
a.
b.
c.
d.

Pasien yang infeksi


Pasien yang golongan darahnya berbeda
Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien yang tidak normal
Pasien yang bertekanan darah rendah

6. Komplikasi
2

a. Alergi
Tanda-tanda: Anaphilaksis (dingin, bengkak pada wajah, edema laring, pruritus,
urtikaria, wheezing), demam, nausea dan vomit, dyspnea, nyeri dada, cardiac arrest,
kolaps sirkulasi.
b. Anafilaksis
Gejala: syok, distress pernafasan (mengi, sianosis), mual, hipotensi, kram abdomen,
terjadi dengan cepat setelah pemberian hanya beberapa milliliter darah atau plasma.
c. Demam Non-Hemolitik
Gejala: Demam, flushing, menggigil, tidak ada hemolisis SDM, nyeri lumbal,
malaise, sakit kepala.
d. Hemolitik
Gejala: Cemas, nadi, pernafasan dan suhu meningkat, tekanan darah menurun,
dyspnea, mual dan muntah, menggigil, hemoglobinemia, hemoglobinuria, perdarahan
abnormal, oliguria, nyeri punggung, syok, ikterus ringan. Hemolitik akut terjadi bila
sedikitnya 10-15 ml darah yang tidak kompatibel telah diinfuskan, sedangkan reaksi
hemolitik lambat dapat terjadi 2 hari atau lebih setelah tranfusi.
e. Kelebihan sirkulasi
Tanda-tanda: Dyspnea, dada seperti tertekan, batuk kering, gelisah, sakit kepala hebat,
nadi, tekanan darah dan pernafasan meningkat, tekanan vena sentral dan vena
jugularis meningkat
f. Sepsis
Gejala: Menggigil, demam, muntah, diare, penurunan tekanan darah yang mencolok,
syok.
g. Urtikaria
Gejala: Eritema lokal, gatal dan berbintik-bintik, biasanya tanpa demam
7. Alat-alat yang diperlukan
a.
b.
c.
d.
e.

Darah (whole blood, atau sesuai program medis)


Set infus untuk transfusi darah
Cairan infus fisiologis
Balutan untuk penusukan infus
Jarum infus set ukuran jarum 18 atau kateter, atau jika darah atau cairan diberikan

cepat jarum 16 atau lebih besar


f. Alkohol swab
g. Plester
h. Sarung tangan bersih
3

8. Pengetahuan terkait yang diperlukan


Macam-macam komponen darah:
a. Darah lengkap (whole blood)
Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif,
meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan
dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Infuskan selama 2 sampai 3 jam,
maksimum 4 jam/unit. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume
yang diperlukan untuk stabilisasi. Biasanya tersedia dalam volume 400-500 ml dengan
masa hidup 21 hari. Hindari memberikan tranfusi saat klien tidak dapat menoleransi
masalah sirkulasi. Hangatkan darah jika akan diberikan dalam jumlah besar.
Indikasi:
Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
Klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25 persen dari
volume darah total
b. Packed Red Blood cells (RBCs)
Komponen ini mengandung sel darah merah, SDP, dan trombosit karena sebagian
plasma telah dihilangkan (80 %). Tersedia volume 250 ml. Diberikan selama 2 sampai
4 jam, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui. Hindari menggunakan
komponen ini untuk anemia yang mendapat terapi nutrisi dan obat. Masa hidup
komponen ini 21 hari.
Indikasi:
Pasien dengan kadar Hb rendah
Pasien anemia karena kehilangan darah saat pembedahan
Pasien dengan massa sel darah merah rendah
c. White Blood Cells (WBC atau leukosit)
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti RBCs, plasma dihilangkan
80%, biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui
golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan dipenhidramin.
Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam dan dingin.
Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik.
Indikasi: Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk
pasien dengan kultur darah positif, demam persisten 38,3 C dan granulositopenia)
d. Leukosit poor RBCs
4

Komponen ini sama dengan RBCs, tapi leukosit dihilangkan sampai 95%, digunakan
bila kelebihan plasma dan antibodi tidak dibutuhkan. Komponen ini tersedia dalam
volume 200 ml, waktu pemberian 1 sampai 4 jam.
Indikasi: Pasien dengan penekanan sistem imun (imunokompromise)
e. Platelet/trombosit
Komponen ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan perdarahan atau jumlah
trombosit yang rendah. Volume bervariasi biasanya 35-50 ml/unit, untuk pemberian
biasanya memerlukan beberapa kantong. Komponen ini diberikan secara cepat.
Hindari pemberian trombosit jika klien sedang demam. Klien dengan riwayat reaksi
transfusi trombosit, berikan premedikasi antipiretik dan antihistamin. Shelf-life
umumnya 6 sampai 72 jam tergantung pada kebijakan pusat di mana trombosit tersebut
didapatkan. Periksa hitung trombosit pada 1 dan 24 jam setelah pemberian.
Indikasi:
Pasien dengan trombositopenia (karena penurunan trombosit, peningkatan
pemecahan trombosit
Pasien dengan leukemia
f. Fresh Frozen Plasma (FFP)
Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume akibat kehilangan
darah akut. Komponen ini mengandung semua faktor pembekuan darah (faktor V, VIII,
dan IX). Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar
diperlukan koreksi adanya hipokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat
kalsium. Shelf-life 12 bulan jika dibekukan dan 6 jam jika sudah mencair. Perlu
dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan sistem Rh.
Indikasi:
Pencegahan perdarahan postoperasi dan syok
Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi yang tidak bisa ditentukan
Klien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan.
g. Albumin 5 % dan albumin 25 %
Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai ekspander darah dan
pengganti protein. Komponen ini dapat diberikan melalui piggy bag. Volume yang
diberikan bervariasi tergantung kebutuhan pasien. Hindarkan untuk mencampur
albumin dengan protein hydrolysate dan larutan alkohol.
Indikasi :
Pasien yang mengalami syok karena luka bakar, trauma, pembedahan atau infeksi
5

Terapi hiponatremi
9. Hal khusus yang harus diperhatikan
a. Golongan darah klien
b. Homogenitas (darah bercampur semua atau tidak)
c. Kecocokan darah yang akan dimasukkan
d. Kondisi pasien sebelum ditransfusi
e. Label darah yang akan dimasukkan
f. Periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak)
10. Protokol prosedur
1. Jelaskan prosedur kepada klien. Kaji pernah tidaknya klien menerima transfusi
sebelumnya dan catat reaksi yang timbul apabila ada.
2. Minta klien untuk melaporkan jika merasakan menggigil, sakit kepala, gatal-gatal,
atau ruam dengan segera.
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan.
4. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
5. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran besar (18 atau 19)
6. Gunakan selang infus yang memiliki filter di dalam selang. Selang juga harus
merupakan set pemberian tipe Y.

7. Gantungkan botol larutan salin normal 0,9% untuk diberikan setelah pemberian
infus darah selesai.
8. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta
darah pada saat siap menggunakannya.
9. Bersama seorang perawat lain yang telah memiliki lisensi, identifikasi produk
darah dari klien dengan benar.

a) Periksa etiket kompabilitas yang menempel pada kantung darah dan informasi
pada kantung tersebut.
b) Untuk darah lengkap, periksa golongan darah ABO dan tipe Rh yang terdapat
pada catatan klien.
c) Periksa kembali kesesuaian produk darah yang akan diberikan dengan resep
dokter.
d) Periksa data kadaluarsa pada kantung darah.
e) Inspeksi darah untuk melihat adanya bekuan darah.
f) Tanyakan nama klien dan periksa tanda pengenal yang dipasang di lengan klien.
10. Ukur tanda vital dasar klien.
11. Mulai pemberian transfusi.
a) Sebelum infus darah diberikan, berikan dahulu larutan salin normal 0,9%.
b) Mulai berikan transfusi secara perlahan diawali dengan pengisian filter di dalam
selang.
c) Atur kecepatan sampai 2 mL/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah
bersama klien. Apabila dicurigai timbul suatu reaksi, hentikan transfusi, bilas
selang dengan salin normal secara perlahan, dan beritahu bank darah serta
dokter.
12. Monitor tanda vital
a) Ukur tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfusi, selanjutnya
ukur setiap jam sesuai dengan kebijakan lembaga.
b) Observasi klien untuk melihat adanya kemerahan, gatal-gatal, dispnea, bintikbintik merah, dan ruam.
13. Pertahankan kecepatan infus yang diprogramkan dengan menggunakan pompa infus
jika perlu.
14. Lepas dan buang sarung tangan. Cuci tangan.
15. Observasi timbulnya reaksi yang merugikan secara berkelanjutan.
16. Catat pemberian darah atau produk darah. Catat transfusi ini sebagai asupan cairan
sesuai dengan kebijakan lembaga.
17. Setelah pemberian infus selesai, kembalikan kantung darah serta selang ke bank
darah.
11. Keamanan
a. Kebersihan diri perawat dan klien
b. Universal precaution untuk mencegah kontaminasi yang membahayakan klien
maupun perawat
12. Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan
7

a. Jumlah volume darah yang diberikan


b. Kondisi klien setelah pemberian transfusi darah
c. Waktu pelaksanaan transfusi darah
Daftar Pustaka
Kozier. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process and practice. New Jersey:
Pearson prentice hall.
Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. (Ed 4). (Vol. 1). Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2003). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Volume 3. Edisi 8. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai