Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk
ke dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan secara spesifik. Hormon
biokimia dalam kehamilan ada Hormon Kehamilan HCG (Human Chorionic
Gonadotrophin ). Hormon kehamilan ini hanya ditemukan pada tubuh seorang
wanita hamil yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan karena
pertumbuhan jaringan plasenta. Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh villi
choriales ini berdampak pada meningkatnya produksi progesterone
oleh indung telur sehingga menekan menstruasi dan menjaga kehamilan. Produksi
HCG akan meningkat hingga sekitar hari ke 70 dan akan menurun selama sisa
kehamilan. Hormon ini merupakan indikator yang dideteksi oleh alat test
kehamilan yang melalui air seni. Jika, alat test kehamilan mendeteksi adanya
peningkatan kadar hormon HCG dalam urine, maka alat test kehamilan akan
mengindikasikan sebagai terjadinya kehamilan atau hasil test positif. Dampak Kadar
HCG yang tinggi dalam darah menyebabkan mual muntah (morning sickness).
Hormone Kehamilan yang lain adalah HPL (Human Placental Lactogen), Hormon
relaxin, hormone estrogen, hormon progesterone dan hormone MSH ( Melanocyte
Stimulating Hormone).
Menurut Frandson (1993) Human Chorinic Gonadotropin (HCG) adalah
suatau glikoprotein yang mengandung galaktosa dan heksosamin. Kadar HCG
meningkat dalam darah dan urine segera setelah implantasi ovum yang sudah
dibuahi. Dengan demikian ditemukannya HCG merupakan dasar bagi banyak tes
kehamilan (Murray et al, 1999). Tes kehamilan menggunakan urine, ,karena dalam
wanita hamil mengadung HCG (Human Chorionic Gonadotropin). HCG yaitu suatau
hormon glikoprotein yang mempertahankan system reproduksi wanita dalam
keadaan cocok untuk kehamilan . HCG disentesa pada retikulum endoplasma kasar,
glikosilasi disempurnakan apparatus golgi (Johnson,1994). HCG dapat juga
digunakan dalam upaya mersinkronkan ovulasi dan perkawinan yang diperlukan
agar terjadi suatu konsepsi (Frandson,1993). Bila terdapat HCG dalam urine , HCG
terikat pada antibodi dan dengan demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks
yang dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibodi tersebut. Dengan demikian uji
kehamilan positif apabila tidak terjadi aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi
aglutinasi (Pearce , 1997 ).
Uji kehamilan yang paling sering ditemui adalah dengan pemeriksaan urin.
Kadar minimal beta hCG dalam urin untuk menghasilkan hasil yang positif berkisar
antara 20-100 mlU/mL (meskipun pada test pack mengatakan mempunyai batas
minimal 5 mlU/mL). Sebelum immunoassay(antigen-antibodi) tersedia pada
tahun1960-an uji-uji kehamilan menggunakan bioassay yang memerlukan hewan
seperti kelinci, tikus dan katak untuk membuktikan adanya HCG dalam serum atau
urine. Dewasa ini tes tersebut telah diganti dengan tes imunologik yang
menggunakan antibody terhadap HCG (sacher, 2004).
HCG memiliki dua berkas genetic yaitu CGA dan CGB. Fungsi dari hCG yaitu
berinteraksi dengan reseptor LHCG dan mempromosikan pemeliharaan korpus
luteum selama awal kehamilan, sehingga menyebabkan ia mensekresikan hormon
progresteron. Progresteron memperkaya rahim dengan tebal lapisan dari pembuluh
darah dan kapiler sehingga dapat menopang pertumbuhan janin.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk uji kehamilan pada saat ini, berbagai
macam reaksi antara lain:
1. Reaksi dari hogben
Menggunakan kodok afrika selatan yaitu xenovus laevis dimana suntikkan 2 cc
urin wanita hamil. Reaksi positif ditandai dengan keluarnya telur dalam waktu 12-24
jam.
2. Reaksi dari consulof
Menggunakan kodok berwarna yaitu rana exculenta yang seelumnya telah diamil
kelenjar hypohysenya lebih dahulu sehingga warna kodok memucat. Kemudian
disuntikkan 2,5 cc urin wanita hamil. Hasil positif bila warna kodok berubah menjadi
coklat.
Tes Kehamilan
Pemeriksaan laboratorium meliputi:
1. Cara biologis
Dilakukan menggunakan hewan percobaan, adanya HCG akan menyebabkan
reaksi pada organ tertentu.
2. Cara Imunologi
Tes berdasarkan reaksi antigen (HCG) dengan antibody (anti HCG):
1. Aglutinasi Direct
2. Aglutinasi Inhibisi (hambatan aglutinasi)
3. Immunokromatografi Tes Strip
4. Immunokromatografi Tes Pack
Alat uji kehamilan untuk dipakai di rumah (home pregnancy test, HPT) yang
biasa dikenal dengan test pack merupakan alat praktis yang cukup akurat untuk
mendeteksi kehamilan pada tahap awal yang menggunakan urine. Urine yang
digunakan yaitu air seni pertama setelah bangun pagi, karena konsentrasi hormon
HCG tinggi pada saat itu. Bentuk alat tes kehamilan (test pack) ada dua macam,
yaitu strip dan compact. Bedanya, bentuk strip harus dicelupkan ke urine yang telah
ditampung atau disentuhkan pada urine waktu buang air kecil. Untuk compact sudah
ada tempat untuk menampung urine yang akan diteteskan.
Bila sudah menyentuhkan alat tes kehamilan (test pack) dengan urine, maka
akan muncul hasil berupa garis merah. Kemunculan satu atau dua garis
mengisyaratkan kalau test pack dilakukan dengan benar, karena test pack
menggunakan urine yang cukup. Sebaliknya, kalau tidak muncul garis merah bias
saja diakibatkan oleh kelalaian pemakai, oleh karena itu penting bagi seseorang
yang baru pertama kali menggunakan alat tes kehamilan (test pack) untuk mengikuti
petunjuk penggunaan. Kalau garis pertama sudah muncul, kemunculan garis kedua
menyatakan seseorang hamil. Alat tes kehamilan (test pack) yang akurat
mendeteksi adanya hormon HCG (human Chorionic Gonadotropin), yaitu hormon
yang diproduksi oleh plasenta yang terbentuk setelah adanya pembuahan.
Metode tes kehamilan yang dilakukan adalah metodei muno kromatografi
dengan menggunakan sampel berupa air seni (urin). Alat yang digunakan untuk
pemeriksaan merupakan alat yang dijual secara bebas dan dapat dipergunakan
kapanpun dan oleh siapapun. Keuntungan strip uji kehamilan adalah bias dilakukan
sendiri di rumah, prosedur pengujian yang mudah dilakukan, harga strip yang
relative murah, jenis alat tes bervariasi, akurasi hasil uji yang tinggi (97 99%), serta
dapat mendeteksi kehamilan lebih dini.
Mekanisme kerja tes kehamilan melalui air seni ini adalah dengan menggunakan
prinsip adanya ikatan antibodi antigen. Sebagai antigennya adalah adanya protein
hormon beta hCG (hormon yang dihasilkan trofoblas/ bagian plasenta) dan sebagai
antibodi adalah antibodi yang dihasilkan binatang kuda yang disuntik hormon beta
Hcg.
Antibodi yang berupa protein ini dikloning pada bakteri E coli. Kemudian
antibody dalam jumlah tertentu ini, setelah direaksikan dengan zat tertentu yang
akan berubah warna bila bereaksi dengan antigen, ditempelkan pada alat
pemeriksa. Kadar antibodi yang ada akan menentukan kepekaannya. Karena itu,
ada dua macam kepekaan, yaitu 25 mIU dan 50 mIU. Kepekaan ini yang
menentukan pada hari keberapa alat ini sudah peka untuk mendeteksi kehamilan.
Sebagai contoh, untuk 25 mIU, dapat mendeteksi kehamilan saat hari pertama mens
berikut, sementara 50 mIU perlu sepuluh hari terlambat.
Aschheim dan Zondek telah menggunakan uji kehamilan dengan penanda
hCG sejaktahun 1920. Uji biologis ini menggunakan hewan (katak, tikus, kelinci)
yang kemudian disuntik dengan serum atau urin perempuan yang diduga hamil
untuk melihat reaksi yang terjadi pada ovarium atau testis hewan percobaan
tersebut. Prinsip uji biologic penanda 3 hCG selanjutnya dikembangkan dengan cara
mengambil anti serum hCG dari hewan yang telah memproduksi antibody hasil
stimulasi dengan hCG (protein dengan sifat antigenik). Bila urin diteteskan ke
antiserum maka terjadi mediasi aktifitas antiserum untuk beraksi dengan partikel
lateks yang dilapisi dengan hCG (latex particle agglutination inhibition test) atau sel
darah merah yang telah disensitisasi dengan hCG (hemagglutination inhibition test).
Pada perempuan yang hamil, hCG di dalam urinnya akan menetralisir antibody
dalam antiserum sehingga tidak terjadi reaksi aglutinasi. Pada perempuan yang
tidak hamil, tidak terjadi netralisasi antibody sehingga terjadi reaksi aglutinasi.