Anda di halaman 1dari 52

MANUAL CLINICAL SKILL LAB

SISTEM HEMATOLOGI

Koordinator Sistem : DR.dr. Tri Ariguntar W,.SpPK

Sekretaris Sistem : dr. Tri Wahyuni,.SpPK

Tim Sistem Hematologi

Program Studi Kedokteran

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta


2019
KATA PENGANTAR

Buku manual CSL sistem hematologi ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Univrsitas Muhammadiyah
Jakarta dalam cara berpikir ilmiah, sistematis dan melakukan tindakan yang sesuai dengan
kondisi pasien dalam menangani pasien.
Manual CSL sistem Hematologi ini memuat materi keterampilan teknik anamnesis,
pemeriksaan fisik, tehnik pengambilan darah, dan keterampilan hitung jenis leukosit.
Harapan kami semoga buku manual ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman
yang memadai dalam melakukan keterampilan klinik pada sistem Hematologi.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Penyusun

Sistem Hematologi 2019 1


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………..……………………………………………….. 1


Daftar Isi………………………………………………………………………... 2
Tata tertib CSL…………………………………………………………………. 3
Manual CSL
 Teknik anamnesis dan pemeriksaan fisik ……………………..... 5
 Tehnik pengambilan darah vena, kapiler, dan arteri …………… 21
 Pemeriksaan hitung jenis leukosit ……………………………… 41

Sistem Hematologi 2019 2


TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN SKILL LAB
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Mahasiswa yang melakukan praktek di Laboratorium Fakultas Kedokteran UMJ, harus


mematuhi tata-tertib laboratorium, seperti di bawah ini.

A. Sebelum pelatihan/praktikum, mahasiswa diharuskan,


1. Membaca buku manual penuntun belajar keterampilan klinik sistem hematologi.
2. Menyediakan alat atau bahan sesuai dengan petunjuk pada buku Penuntun yang
bersangkutan.
B. Pada saat pelatihan, setiap mahasiswa:
1. Datang tepat waktu.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum/CSL
3. Diharuskan membuktikan jati dirinya selama latihan berlangsung (tidak boleh
memakai cadar/tutup muka).
4. Diharuskan berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan
layaknya seorang dokter. Selama kegiatan pembelajaran, semua mahasiswa tidak
diperkenankan memakai celana jins, baju kaos (T shirt), dan sandal. Mahasiswa pria
yang berambut panjang sampai menyentuh kerah baju, tidak diperkenankan mengikuti
semua kegiatan pembelajaran di Fak. Kedokteran UMJ.
5. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
6. Diharuskan mengenakan jas laboratorium yang bersih pada setiap kegiatan CSL.
Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas
laboratorium.
7. Diharuskan memakai papan nama dengan tulisan besar dan jelas disertai dengan nomer
pokok mahasiswa. Nama bisa dengan nama pendek atau nama panggilan.
8. Tidak diperkenankan meletakkan di atas meja kerja, tas, buku dan lain-lain barang yang
tidak dibutuhkan dalam kegiatan latihan yang dilakukan.
9. Diharuskan berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan termasuk mengikuti kuis
jika ada.

Sistem Hematologi 2019 3


10. Diharuskan mem perlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh
manusia
11. Diharuskan bekerja dengan hati-hati, karena semua kerusakan yang terjadi karena ulah
mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan. Misalnya model
yang rusak harus diganti melalui Fak. Kedokteran UMJ, yang dibiayai oleh mahasiswa
yang merusak. Dana pengganti sama dengan harga pembelian barang pengganti.
12. Tidak diperkenankan merokok di dalam ruangan belajar di Fak. Kedokteran UMJ.

Sistem Hematologi 2019 4


ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

Pendahuluan
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan setelah terlebih dahulu kita mekakukan komunikasi
dengan pasien yang biasa dikenal dengan anamnesis (history taking). Anamnesis lengkap dan
teliti sangat penting dilakukan sebelum pemeriksaan fisik karena dapat membantu pemeriksa
dalam mengarahkan dan memprediksi diagnosis banding penyakit.
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistem atau suatu organ tubuh. Pemeriksaan diagnostik fisik sistem
hematologi tidak berbeda jauh dengan sistem lain, yaitu secara berurutan melakukan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Penegakan diagnosis kelainan dalam sistem Hematologi pada
umumnya tidak cukup dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja, tetapi
memerlukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Indikasi
Pemeriksaan diagnostik fisik sistem hematologi dilakukan untuk :
1. Kelengkapan dari rangkaian anamnesis yang dilakukan pada pasien.
2. Mengetahui diagnosis penyakit.
3. Membantu dokter untuk melakukan tindakan selanjutnya.
4. Mengetahui dan perkembangan serta kemajuan terapi.
5. Dipakai sebagai standar pelayanan di dalam memberikan pelayanan paripurna.

Pemeriksaan diagnostik fisik hematologi


Capaian pembelajaran :
Capaian Pembelajaran Keterampilan Klinik Sistem Hematologi :
1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis lengkap dan pemerikasaan diagnostik fisik
hematologi secara baik dan benar
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan diagnostik fisik hematologi meliputi
inspeksi, palpasi , perkusi dan auskultasi.

Sistem Hematologi 2019 5


Sasaran Pembelajaran Keterampilan Klinik :
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik
2. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi/anamnesis dengan pasien secara lengkap.
3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
secara terperinci.
4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang ada.
5. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui pemeriksaan diagnostik fisik yang normal
.
6. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui tanda-tanda/kelainan fisik gangguan
hematologi.

Media dan alat bantu pembelajaran :


1. Demonstrasi sesuai daftar panduan belajar.
2. Ceramah.
3. Diskusi.
4. Partisipasi aktif dalam skills lab (simulasi)
5. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor.

Sistem Hematologi 2019 6


DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 5 menit Pengantar

2. Bermain peran 30 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.


tanya dan jawab menit 2. Dua orang dosen (instruktur/co-instruktur)
memberikan contoh bagaimana cara melakukan
anamnesis secara umum. Seorang dosen
(instruktur) sebagai dokter dan seorang lagi
sebagai pasien. Mahasiswa menyimak dan
mengamaati.
3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk bertanya dan dosen (instruktur)
memberikan penjelasan tentang aspek-aspek
yang penting.
4. Selanjutnya kegiatan dilakukan dengan
pemeriksaan fisik pada manikin atau probandus.
5. Mahasiswa memperhatikan dan menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti dan dosen
menanggapinya.

3. Praktek bermain 100 1. Mahasiswa dikelompokkan secara berpasangan.


peran dan umpan menit Seorang mentor diperlukan untuk mengamati 2
balik pasangan.
2. Setiap pasangan berpraktek, satu orang sebagai
dokter (pemeriksa) dan satu orang sebagai pasien
secara serentak.
3. Mentor memeberikan tema khusus atau keluhan
utama kepada pasien dan selanjutnya akan
ditanyakan oleh si pemeriksa.

Sistem Hematologi 2019 7


4. Mentor berkeliling diantara mahasiswa dan
melakukan supervise menggunakan lembar isian
(check list).
5. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih satu kali
sebagai pemeriksa.

4.Curah 15 1. Curah pendapat/diskusi : Apakah mudah


pendapat/diskusi menit dimengerti? Apa yang sulit? Menanyakan
bagaimana perasaan mahasiswa yang berperan
sebagai pasien. Apa yang dapat dilakukan oleh
dokter agar pasien lebih nyaman?
2. Dosen (instruktur) menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan terakhir dan memperjelas
hal-hal yang masih belum dimengerti.

Total waktu 150


menit

Sistem Hematologi 2019 8


PENUNTUN BELAJAR
ANAMNESIS SISTEM HEMATOLOGI

No Langkah Klinik Kasus


1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan informed consent
3. Menanyakan identitas seperti nama, umur,jenis kelamin, alamat dan
pekerjaan serta suku bangsa pasien
4. Menanyakan keluhan utama
5. Menggali riwayat penyakit sekarang dengan secara kronologis
(onset, durasi, intensitas, frekuensi, faktor memperberat dan
memperingan, dll) berkenaan dengan perkembangan penyakit yang
diderita, mulai dari timbulnya gejala sampai sekarang.
6. Memperluas anamnesis yang kemungkinan berkaitan dengan sistem
lain
- Sistem kulit (petechiae, echimosis, purpura, hematom, ikterik,
dan tanda perdarahan lain pada kulit)
- Sistem saraf dan indera (nyeri kepala, pusing berkunang-
kunang,mimisan, dll)
- Sistem otot, tulang, dan sendi (lemas, ngilu, edema sendi,
nyeri tulang, dll)
- Sistem endokrin (status gizi, dll)
- Sistem respirasi (sesak nafas,
- Sistem kardiovaskuler (palpitasi, lelah saat beraktifitas, nyeri
dada, dll)
- Sistem reproduksi (riwayat menstruasi, riwayat persalinan,
abortus, nifas, dll)
- Sistem urogenital (Kencing berdarah, dll)
- Sistem Gastroenterohepatologi (tinja berdarah, muntah darah,
benjolan dianus, hemoroid dll)

Sistem Hematologi 2019 9


7. Menggali riwayat penyakit terdahulu
8. Menelusuri penyakit keluarga
- Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita/pernah menderita gangguan yang sama.
- Menanyakan apakah ada anggota keluarga dengan riwayat
kelainan bawaan yang berhubungan dengan sistem
hematologi (Hemofilia, thalasemia, Hb variant dll)

9. Menggali riwayat psikososial (asupan zat gizi yang mengandung:


Fe, B12, I, alkohol, merokok, teh, kopi, dll)
10. Menggali riwayat pengobatan, obat-obat yang sering dikonsumsi
(NSAIDs, kortikosteroid, sukralfat, antasida, dll) dan alergi
11. Melakukan cek silang
12. Membuat rangkuman anamnesis
13. Menentukan diagnosis differential dan edukasi pasien bila ada
riwayat kelaianan bawaan (thalasemia, Hb varian, anemia
sideroblastik, dll)

Sistem Hematologi 2019 10


LEMBAR KEGIATAN SKILLS LAB SISTEM HEMATOLOGI

NAMA : ………………………………………………………...

NO. INDUK : ………………………………………………………...

TGL. PENILAIAN : ………………………………………………………...

1. Lembar ini berguna untuk memantau kemajuan tingkat keterampilan tiap mahasiswa
dengan cara antara mahasiswa saling menilai dan hasil akhirnya harus
diketahui/disetujui oleh kordinator/instruktur skills lab.
2. Semua lembar daftar tilik ni harus diisi untuk dapat mengikuti evluasi skills lab.
3. Lembar penilaian/daftar tilik kegiatan skills lab. terdiri dari lembar penilaian
keterampilan komunikasi anamnesis keluhan utama dan system, dan keterampilan
pemeriksaan diagnostik fisik hematologi.

Sistem Hematologi 2019 11


DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN ANAMNESIS

No Aspek yang dinilai Skor


Aspek keterampilan komunikasi Anamnesis
0 1 2
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

2. Melakukan Inform Consent


3. Menanyakan identitas seperti nama, umur,jenis kelamin,
alamat dan pekerjaan serta asal usul pasien
4. Menanyakan keluhan utama
5. Menggali riwayat penyakit sekarang: onset, durasi, intensitas,
frekuensi, faktor memperberat dan memperingan, dll.
6. Memperluas anamnesis yang kemungkinan berkaitan dengan
sistem lain: kulit, saraf dan indera, otot, tulang dan sendi,
endokrin, respirasi, kardiovaskuler, reproduksi, urogenital,
dan gastroenterologi.
7. Menggali riwayat penyakit dahulu
8. Menggali riwayat penyakit keluarga
9. Menggali riwayat psikososial
10. Menggali riwayat pengobatan dan alergi
11. Melakukan cek silang
12. Menarik kesimpulan dari anamnesis
13. Menentukan diagnosis differential dan edukasi pada pasien
bila didapatkan adanya riwayat kelaianan bawaan

Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang benar
2 = Dilakukan dengan benar

Sistem Hematologi 2019 12


Jumlah
Nilai = -------------------------------- x 100% = ………….%
26
Mengetahui
Penguji …………………………

Sistem Hematologi 2019 13


PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM HEMATOLOGI

NO LANGKAH KLINIK KASUS


1. Pasien dibaringkan mendatar, kepala disangga satu bantal, pemeriksa
berada disebelah kanan pasien.
Melihat penampilan umum dari kepala sampai ujung kaki. Perhatikan
apakah pasien pucat, ikterus, ada tanda-tanda perdarahan dan bekas
garukan.

2. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital


- Tekanan darah (normal, prehipertensi, hipertensi) (standar JNC-
7)
- Nadi (adakah ditemukan takikardi)
- Suhu (adakah ditemukan hipotermi)
- Respiratory rate (adakah ditemukan takipnea)

3. Pada saat melakukan pemeriksaan tekanan darah, bila ditemukan dugaan


trombositopenia atau gangguan fragilitas kapiler maka dilakukan tes
pembendungan sbb:
- Pasang manset di lengan atas.
- Ukur tekanan darah sistolik dan diastolik pasien
- Pompa sampai kira-kira ½ TD sistolik + diastolik.
- Pertahankan selama 5 menit.
Dilihat adanya petechiae di 1/3 atas volair lengan bawah, diameter 10
cm.

4. Kepala/wajah
- Perhatikan rambut (rambut rontok saat dipegang, rambut merah
jagung), kedua belah mata dan mulut.

Sistem Hematologi 2019 14


- Catat apakah ditemukan tanda-tanda anemia (konjungtiva pucat,
sklera ikterus, injeksi siliaris dan perdarahan), tanda pucat di lidah
(papilla lidah atrofi/papilla tampak kecil dan kemerahan)

5. Pemeriksaan kelenjar pada bagian leher.


Lakukan identifikasi setiap kelompok kelenjar dengan jari-jari tangan
dengan urutan sebagai berikut:
- Lakukan palpasi kelenjar submental yang terletak tepat di bawah
dagu, lalu kelenjar submandibula yang teraba di bawah sudut rahang.
- Palpasi rantai juguler yang terletak anterior dari m.
sternokleidomastoideus dan kemudian kelenjar triangularis posterior
yang terletak di bagian posterior m.
sternokleidomastoideus.
- Palpasi regio oksipital untuk menentukan kelenjar oksipital.
- Selanjutnya palpasi kelenjar post aurikuler di belakang telinga dan
pre aurikuler di depan telinga.
- Pemeriksa berpindah ke depan pasien. Mintalah pasien untuk sedikit
mengangkat bahu, lalu pemeriksa meraba fossa supraklavikula dan
nodus supraklavikula pada dasar m. sternomastoideus.

6. Thorax
Lakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi paru dan
jantung.
- Pada jantung, perhatikan adanya kardiomegali, ictus cordis,
Bunyi Jantung 1 dan 3 ireguler, murmur/gallop (instruktur
memberikan penjelasan sederhana, karena mahasiswa belum
mengikuti pembelajaran Sistem Kardiologi)
- Pada paru perhatikan adanya bunyi redup saat perkusi.

Nyeri Tekan Tulang:

Sistem Hematologi 2019 15


- Periksa nyeri tulang bahu dengan menekan kedua bahu kearah
satu sama lain dengan kedua tangan.

- Lakukan rangsang nyeri sternum ringan pada tulang sternum


(ditemukan nyeri pada multiple myeloma)
- Pasien diminta untuk posisi tidur miring, lakukan ketokan pada
tulang belakang dengan kepalan tangan untuk menentukan nyeri
tekan tulang.

Axilla:
Periksa kelenjar axilla pasien dengan cara mengangkat lengan pasien ,
dan palpasi dilakukan dengan tangan kiri pemeriksa pada axilla kanan.
Pemeriksa meraba dengan jari-jarinya sedalam mungkin ke dalam
axillla. Pemeriksaan pada axilla kiri dilakukan dengan cara yang sama.

7. Pemeriksaan Abdomen
- Pasien dibaringkan mendatar, kedua kaki di tekuk
- Memeriksa abdomen secara cermat dan berurutan: inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi.
- Pemeriksaan terutama ditujukan untuk menentukan
splenomegali, hepatomegali, pembesaran kelenjar para-aorta
(biasanya pada ALL, CLL, limfoma maligna) dan palpasi kelenjar
inguinal.
- Perhatikan bentuk abdomen yang cembung/gambaran asites,
dilanjutkan pemeriksaan hepatomegali, dan pemeriksaan schuffner
untuk splenomegali.

8. Lengan
Perhatikan secara cermat:

Sistem Hematologi 2019 16


- Koilonikia kuku, inspeksi lipatan palmaris untuk menunjukkan
kepucatan.
- Apabila terdapat purpura, perhatikan luas dan distribusinya (dari
petekia sampai ekimosis).

- Petekia teraba atau tidak. Purpura yang teraba menunjukkan


vaskulitis sistemik.
- Perhatikan adanya kelainan arthritis rematoid atau arthritis gout.
- Pemeriksaan capillary refill time (CRT)

9. Tungkai
- Inspeksi tungkai apakah terdapat memar, pigmentasi atau bekas
garukan. Purpura yang menonjol (teraba) ditemukan pada purpura
Henoch-Schonlein.
- Perhatikan adanya ulkus pada tungkai, biasanya di atas maleolus
medial atau lateral
- Pemeriksaan capillary refill time (CRT)

Sistem Hematologi 2019 17


Asupan :
PEMERIKSAAN SPLENOMEGALI
Pengukuran splenomegali dapat dilakukan dengan m enggunakan metode
Schuffner yang lebih sering digunakan dalam klinik. Metode ini membagi splenomegali
menjadi 8 ukuran dan dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Posisikan pasien dalam keadaan berbaring dan kedua tekuk kedua lutut.
2. Mulai dengan meraba dan melakukan penekanan dengan menggunakan bagian
pinggir dalam palmar dan jari tangan pada abdomen sampai sedalam 4-5 cm dari
arah SIAS (Spina Iliaca Anterior Superior) ke arah arcus costa kiri.
3. Lakukan penekanan saat pasien melakukan inspirasi, dan berikan penilaian
mengenai ukuran, pinggir, konsistensi, dan rasa nyeri.
4. Metode Schuffner membagi splenomegali menjadi 8, dimana pembesaran mulai dari
arcus costa kiri sampai umbilicus adalah Scuffner I – IV dan umbilicus sampai SIAS
adalah Scuffner V – VIII

PEMERIKSAAN HEPATOMEGALI
1. Posisikan pasien dalam keadaan berbaring dan kedua tekuk kedua lutut.
2. Mulai dengan meraba dan melakukan penekanan dengan menggunakan bagian pinggir
dalam palmar dan jari tangan pada abdomen sampai sedalam 4-5 cm dari arah kaudal
ke kranial di bawah arcus costa kanan
3. Lakukan penekanan saat pasien melakukan inspirasi, dan berikan penilaian
mengenai ukuran, pinggir, konsistensi, nyeri
4. Hepatomegali diintepretasikan dengan mengukur pembesaran hepar sampai sekian
sentimeter dibawah arcus costa kanan

Sistem Hematologi 2019 18


DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM HEMATOLOGI

No Aspek yang dinilai Skor


0 1 2
1. Pasien dibaringkan mendatar, kepala disangga satu bantal,
pemeriksa berada disebelah kanan pasien. Pemeriksa melihat
penampilan pasien dari kepala sampai ujung kaki.
2. Melakukan pemeriksaan tanda vital: tekanan darah, nadi,
suhu, dan respiratory rate.
3. Melakukan tes pembendungan pada saat pemeriksaan tekanan
darah, apabila ditemukan dugaan trombositopenia.
4. Melakukan pemeriksaan kepala dan wajah, meliputi: warna
dan kerontokan rambut, tanda anemia pada konjunctiva,
sklera ikterik, injeksi siliaris, serta kepucatan dan atrofi papil
lidah.

5. Melakukan pemeriksaan kelenjar pada leher.


6. Melakukan pemeriksaan pada thorax, meliputi paru dan
jantung.
7. Melakukan pemeriksaan nyeri tulang pada bahu, sternum,
dan tulang belakang.
8. Melakukan pemeriksaan kelenjar axilla
9. Melakukan pemeriksaan abdomen dengan urutan inspeksi,
auskultasi, perkusi, dan palpasi. Pemeriksaan terutama
ditujukan untuk menentukan ada tidaknya splenomegali dan
hepatomegali.
10. Melakukan pemeriksaan lengan kanan dan kiri pasien,
meliputi: tanda anemia berupa koilonikia kuku dan
kepucatan palmar, tanda perdarahan seperti petekia, purpura,
echimosis, dan vaskulitis, tanda kelainan arthritis rematoid

Sistem Hematologi 2019 19


atau arthritis gout, serta melakukan pemeriksaan capillary
refill time (CRT)

11. Melakukan pemeriksaan tungkai kanan dan kiri pasien,


meliputi: inspeksi adanya memar, pigmentasi/bekas garukan,
purpura, ulkus, serta pemeriksaan capillary refill time (CRT)

JUMLAH

Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan benar

Jumlah
Nilai = ----------------------------- x 100% = ………….%
22

Mengetahui:
Penguji

…………………………

Sistem Hematologi 2019 20


TEHNIK PENGAMBILAN DARAH

Pendahuluan
Pemeriksaan laboratorium merupakan prosedur penting yang diperlukan klinisi dalam
berbagai tahapan pengelolaan pasien, meliputi penentuan diagnosis, monitoring perjalanan
penyakit, menentukan prognosis, serta evaluasi terhadap keberhasilan pengobatan. Hasil
pemeriksaan laboratorium yang terjamin kualitasnya, dapat diandalkan untuk pengambilan
keputusan klinisi dalam pengelolaan pasien sesuai dengan kelainan yang dideritanya. Kualitas
hasil laboratorium ditentukan oleh tiga tahap diagnosis laboratorium yaitu preanalitik, analitik,
dan pasca analitik. Kesalahan mungkin terjadi dalam setiap tahapan tersebut, tetapi kesalahan
preanalitik terbukti menjadi sumber mayoritas kesalahan. Salah satu prosedur yang terdapat
dalam tahapan preanalitik yaitu pengambilan darah.
Pengambilan darah merupakan salah satu cara pengumpulan sampel darah, yang
umumnya dilakukan dengan tehnik pengambilan darah melalui vena, arteri, maupun kapiler.
Tehnik lain pengambilan darah yang kadang dilakukan yaitu melalui Central venous access
devices (CVADs), merupakan tehnik khusus yang diperuntukkan bagi pasien dalam situasi
operasi dan perawatan intensif dengan tujuan meminimalisasi flebotomi berulang.
Tehnik pengambilan darah yang dilakukan dengan prosedur yang benar berperan
penting dalam menjamin hasil laboratorium yang akurat. Hal-hal prosedural yang harus ditaati
dalam tehnik ini mencakup sterilitas, lokasi pengambilan yang tepat, langkah pengambilan
yang teliti, lama pengambilan, volume yang sesuai dengan tabung, homogenisasi sampel darah,
dan identifikasi pasien.

Indikasi
Tehnik pengambilan darah dilakukan untuk mengambil sampel darah vena, arteri atau kapiler
untuk pemeriksaan laboratorium, yang berguna bagi klinisi dalam mengetahui diagnosis
penyakit, menentukan terapi dan tindakan selanjutnya, monitoring perjalanan penyakit,
prediksi terhadap prognosis, evaluasi perkembangan dan kemajuan terapi.

Sistem Hematologi 2019 21


Capaian pembelajaran :
Capaian Pembelajaran Keterampilan Klinis Tehnik pengambilan Darah:
1. Mahasiswa mampu memilih dan menentukan tehnik pengambilan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
2. Mahasiswa mampu menyediakan alat dan bahan yang sesuai dengan ketrampilan klinis
tehnik pengambilan darah.
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan prinsip sterilitas pada ketrampilan klinis tehnik
pengambilan darah.
4. Mahasiswa mampu melakukan tehnik pengambilan darah vena, arteri dan kapiler sesuai
prosedur secara berurutan dan benar.

Sasaran Pembelajaran:
Sasaran pembelajaran Keterampilan Klinis Tehnik Pengambilan Darah:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan mempersiapkan pasien dalam rangka tehnik
pengambilan darah vena, arteri dan kapiler.
2. Mahasiswa mampu melakukan inform consent secara lengkap dan benar kepada pasien.
3. Mahasiswa mampu mengenal dan menyiapkan dengan benar alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk tehnik pengambilan darah vena, arteri dan kapiler.
4. Mahasiswa mampu menerapkan tindakan sepsis asepsis pada tehnik pengambilan darah
vena, arteri dan kapiler.
5. Mahasiswa mampu melakukan tehnik pengambilan darah vena, arteri dan kapiler sesuai
prosedur secara teliti dan terperinci.
6. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui tehnik pengambilan darah vena secara
benar.

Media dan alat bantu pembelajaran :


1. Demonstrasi sesuai daftar panduan belajar.
2. Ceramah.
3. Diskusi.
4. Partisipasi aktif dalam skills lab (simulasi)
5. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor.

Sistem Hematologi 2019 22


PENUNTUN BELAJAR
TEHNIK PENGAMBILAN DARAH VENA
METODE VAKUM DAN SEMPRIT

No Langkah Klinik Kasus


1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan identifikasi pasien, meliputi: nama, umur, jenis kelamin,
alamat dan pekerjaan.
3. Melakukan inform consent (jenis tindakan, tujuan pengambilan darah,
prosedur kerja, efek samping, dan persetujuan pasien)
4. Menyiapkan posisi pasien, dengan duduk atau berbaring
5. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan: spuit, jarum dan holder,
vacutainer, alkohol swab, kapas atau kasa steril, plester, tabung vakum,
rak tabung, torniquet, sarung tangan, kertas label, tempat sampah (tajam,
medis, dan non medis), air mengalir, tissue.
6. Menulis dan menempelkan label identitas pada tabung penampung darah
dengan mencocokkan identitas pasien.
7. Melakukan cuci tangan rutin
8. Memakai sarung tangan
9. Memasang tourniquet 7.5-10 cm diatas bagian venipuncture. Jangan
dieratkan dahulu.
10. Desinfeksi daerah venipuncture dengan alkohol swab, lakukan gerakan
memutar dari tengah ke tepi, biarkan sekitar 30 detik sampai alkohol
kering.
11. Kencangkan torniquet yang telah terpasang
12. Fiksasi vena didistal tempat venipuncture dengan ibu jari tangan kiri
13. Tusukkan jarum ke dalam vena dengan tangan kanan, posisi lubang jarum
menghadap keatas dengan sudut kemiringan sekitar 15-30 derajat.
14. Lepaskan tourniquet segera setelah darah mengalir (jangan biarkan
tourniquet terpasang lebih dari 1 menit)

Sistem Hematologi 2019 23


15. Metode tabung vakum
Isi tabung penampung darah sampai kevakumannya habis dan lepaskan
tabung dari jarum.

Metode semprit
Tarik perlahan-lahan pengisap (plunger) dan biarkan semprit terisi darah
sesuai volume yang dibutuhkan.
16. Ambil kapas atau kasa steril, letakkan diatas tempat tusukan, tarik jarum
kemudian tekan ringan diatas tempat tusukan.
17. Metode tabung vakum
Segera homogenkan darah dalam tabung penambung, dengan membolak
balik tabung penampung yang mengandung antikoagulan 6-8 kali. Tidak
boleh dikocok-kocok.
Letakkan dalam rak tabung.

Metode semprit
Masukkan darah dari semprit kedalam tabung penampung darah yang
telah diisi antikoagulan, segera homogenkan dengan membolak balik
tabung penampung 6-8 kali. Tidak boleh dikocok-kocok. Letakkan dalam
rak tabung.
18. Buang jarum di tempat sampah tajam.
19. Amati tempat tusukan dibawah kapas atau kasa steril selama 3-5 menit.
Bila sudah tidak tampak adanya darah dari tempat tusukan, ganti dengan
kapas atau kasa steril baru, kemudian plester. Plester boleh dilepas setelah
15 menit.
20. Bereskan alat dan membuang bahan habis pakai pasien ke tempat sampah
medis.
21. Lepaskan sarung tangan, buang ke tempat sampah medis
22. Lakukan cuci tangan rutin

Sistem Hematologi 2019 24


DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN TEHNIK PENGAMBILAN DARAH VENA
METODE VAKUM DAN SEMPRIT

No Aspek yang dinilai Skor


Aspek keterampilan komunikasi Anamnesis
0 1 2
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan identifikasi pasien
3. Melakukan inform consent
4. Menyiapkan posisi pasien sesuai kondisi pasien.
5. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan
6. Memilih dan menentukan lokasi pembuluh darah vena
superfisial yang akan dilakukan tusukan untuk pengambilan
darah.
7. Membuat label identifikasi dan menempelkannya pada tabung
penampung darah.
8. Memasang tourniquet 7.5-10 cm diatas bagian venipuncture
9. Melakukan cuci tangan rutin dan memakai sarung tangan
10. Desinfeksi daerah venipuncture
11. Mengencangkan torniquet yang telah terpasang dan fiksasi vena
didistal tempat venipuncture
12. Menusukkan jarum ke dalam vena dengan dan melepaskan
tourniquet segera setelah darah mengalir.
13. Metode tabung vakum
Mengisi tabung penampung darah sampai kevakumannya habis.
Metode semprit
Menarik perlahan-lahan pengisap (plunger) dan membiarkan
semprit terisi darah sesuai volum yang dibutuhkan.
14. Mengambil kapas atau kasa steril, meletakkan diatas tempat
tusukan, menekan diatas tempat tusukan sambil menarik jarum.

Sistem Hematologi 2019 25


15. Metode tabung vakum
Segera menghomogenkan darah dalam tabung penambung.
Metode semprit
Memasukkan darah kedalam tabung penampung darah yang
telah diisi antikoagulan dan menghomogenkannya.
16. Membuang jarum di tempat sampah tajam.
17. Mengamati tempat tusukan selama 3-5 menit, kemudian
memplesternya.
18. Membereskan alat, dan membuang bahan habis pakai pasien ke
tempat sampah medis.
19. Melepaskan sarung tangan, buang ke tempat sampah medis dan
melakukan cuci tangan

Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan benar

Jumlah
Nilai = ----------------------------- x 100% = ………….%
38

Mengetahui:
Penguji

…………………………

Sistem Hematologi 2019 26


PENUNTUN BELAJAR
TEHNIK PENGAMBILAN DARAH KAPILER

No Langkah Klinik Kasus


1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan identifikasi pasien, meliputi: nama, umur, jenis kelamin,
alamat dan pekerjaan.
3. Melakukan inform consent (jenis tindakan, tujuan pengambilan darah,
prosedur kerja, efek samping, dan persetujuan pasien)
4. Menyiapkan posisi pasien. Pasien biasanya bayi, sehingga harus
dipastikan ada asisten yang membantu memposisikan bayi tetap tenang.
Bayi sebaiknya digendong untuk menghindari gerakan ekstremitas.
5. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan: lancet, alkohol swab, kapas atau
kasa steril, plester, tabung vakum 0.5 ml, dudukan tabung, sarung
tangan, kertas label, tempat sampah (tajam, medis, dan non medis),
tissue.
6. Memilih dan menentukan lokasi tusukan kapiler ( jari atau tumit),
disesuaikan dengan umur dan berat badan bayi.
7. Membuat label identifikasi untuk tabung penampung darah: nama
pasien, nomer laboratorium, dan tanggal pengambilan darah.
Menempelkan label pada tabung.
8. Melakukan penghangatan pada daerah tumit yang mempunyai aliran
darah kapiler yang lambat, dengan handuk atau bantalan hangat sekitar
420C selama 3-5 menit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan aliran
darah kapiler sekitar daerah tumit.
9. Melakukan cuci tangan rutin
10. Memakai sarung tangan
11. Desinfeksi daerah lateral ujung jari atau lateral plantar pedis dengan
alkohol swab, lakukan gerakan memutar dari tengah ke tepi, biarkan
sekitar 30 detik sampai alkohol kering.

Sistem Hematologi 2019 27


12. Tusuk daerah yang akan diambil darahnya dengan lanset dengan
kedalaman kurang dari 2,4 mm.
13. Menghapus darah yang pertama keluar dengan kapas steril.
14. Menampung darah yang keluar berikutnya pada tabung yang telah
disiapkan dengan posisi tegak lurus.
15. Ambil kapas atau kasa steril, letakkan diatas tempat tusukan, minta
asisten untuk menekan ringan diatas tempat tusukan.
16. Tutup tabung penampung, segera homogenkan darah dalam tabung
penambung dengan membolak balik tabung penampung yang
mengandung antikoagulan 6-8 kali.
19. Buang lanset ke tempat sampah tajam.
20. Amati tempat tusukan dibawah kapas atau kasa steril selama 3-5 menit.
Bila sudah tidak tampak adanya darah dari tempat tusukan, ganti kapas
atau kasa steril, kemudian plester. Plester boleh dilepas setelah 15 menit.
21. Bereskan alat, buang bahan habis pakai pasien ke tempat sampah medis.

22. Lepaskan sarung tangan, buang ke tempat sampah medis


23. Lakukan cuci tangan rutin

Sistem Hematologi 2019 28


DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN TEHNIK PENGAMBILAN DARAH KAPILER

No Aspek yang dinilai Skor


Aspek keterampilan komunikasi Anamnesis
0 1 2
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan identifikasi pasien
3. Melakukan inform consent
4. Menyiapkan posisi pasien sesuai kondisi pasien.
5. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan
6. Memilih dan menentukan lokasi pembuluh darah kapiler yang
akan dilakukan pengambilan darah.
7. Membuat label identifikasi dan menempelkannya pada tabung
penampung darah
8. Melakukan cuci tangan rutin dan memakai sarung tangan
9. Melakukan desinfeksi daerah tusukan
10. Melakukan tusukan lanset dengan kedalaman kurang dari 2,4
mm.
11. Menghapus darah yang pertama keluar dan menampung darah
yang keluar berikutnya dengan posisi tabung tegak lurus.
12. Meletakkan dan menekan kapas atau kasa steril pada tempat
tusukan.
13. Tutup tabung penampung dan menghomogenkan darah dalam
tabung penampung.
14. Buang lanset ke tempat sampah tajam.
15. Mengamati tempat tusukan dibawah kapas atau kasa steril
selama 3-5 menit, kemudian memplesternya.
16. Membereskan alat dan membuang bahan habis pakai pasien ke
tempat sampah medis.

Sistem Hematologi 2019 29


17. Lepaskan sarung tangan, buang ke tempat sampah medis, dan
melakukan cuci tangan.

Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan benar

Jumlah
Nilai = ----------------------------- x 100% = ………….%
34

Mengetahui:
Penguji

…………………………

Sistem Hematologi 2019 30


PENUNTUN BELAJAR
TEHNIK PENGAMBILAN DARAH ARTERI

No Langkah Klinik Kasus


1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan identifikasi pasien, meliputi: nama, umur, jenis kelamin,
alamat dan pekerjaan.
3. Melakukan inform consent (jenis tindakan, tujuan pengambilan darah,
prosedur kerja, efek samping, dan persetujuan pasien).
Tanyakan kepada pasien tentang penggunaan aspirin atau antikoagulan.
4. Menyiapkan posisi pasien, dengan duduk atau berbaring
5. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan: spuit dengan jarum 18-20G,
antikoagulan heparin, alkohol swab, betadin, kapas atau kasa steril,
plester, sarung tangan, kertas label, tempat sampah (tajam, medis, dan non
medis), air mengalir, tissue.
6. Membuat label identifikasi yang mencantumkan: nama pasien, nomer
laboratorium, dan tanggal pengambilan darah. Menempelkan label pada
spuit.
7. Memilih dan menentukan lokasi pembuluh darah arteri yang akan
dilakukan pengambilan darah.
Lokasi pengambilan darah arteri yang sering yaitu: a. radialis. terletak di
antara processus styloideus os radii dan tendo m. flexor carpi radialis.
8. Melakukan cuci tangan rutin
9. Memakai sarung tangan
10. Melakukan tes Allen:
 Tekan atau tutup aliran darah a.radialis dan a. ulnaris dengan ibu jari
dan jari telunjuk tangan kanan dan kiri.
 Minta pasien untuk menggenggam kuat tangannya selama 30 detik
untuk mengosongkan aliran darah di tangan.
 Minta pasien untuk melepaskan genggaman tangannya setelah 30
detik, perhatikan telapak tangan pasien yang tampak pucat.

Sistem Hematologi 2019 31


 Lepaskan tekanan pada a. ulnaris.
11. Melakukan penilaian pada tes Allen.
 Pada keadaan normal, telapak tangan yang tampak pucat sebelumnya,
akan memerah dalam hitungan 5-10 detik setelah tekanan a. ulnaris
dilepaskan, disebut tes Allen negatif.
 Bila telapak tangan tetap tampak pucat setelah tekanan pada a. ulnaris
dilepaskan, maka hal tersebut menandakan adanya oklusi atau
gangguan kolateral a. ulnaris, disebut tes Allen positif.
Pada penilaian tes Allen negatif, maka prosedur pengambilan darah arteri
dapat dilanjutkan.
12. Pergelangan tangan pasien diposisikan telentang (diekstensikan) agar a.
radialis pada posisi lebih dangkal dan dapat terlihat jelas.
13. Meletakkan bantalan dibawah pergelangan tangan agar posisi stabil saat
dilakukan tindakan.
Palpasi denyut a. radialis dan tentukan titik pulsasi maksimum.
14. Melakukan anestesi lokal pada daerah sekitar a. radialis dengan lidokain
1% dan tunggu 30-60 detik.
15. Desinfeksi daerah a. radialis dengan alkohol swab dengan gerakan
memutar dari tengah ke tepi, diikuti dengan betadin dengan gerakan yang
sama. Biarkan sekitar 30 detik sampai alkohol dan betadin mengering.
16. Mengambil spuit yang sudah mengandung antikoagulan heparin.
Bila tidak tersedia, bilas spuit dengan antikoagulan heparin, biarkan
heparin membasahi spuit dan jarum, kemudian kosongkan spuit.
17. Melakukan tusukan dengan jarum ukuran 18-20G dengan posisi lubang
jarum menghadap keatas dan kemiringan 30-45 derajat.
Bila udara ikut teraspirasi, maka jarum harus segera dicabut lalu lakukan
tusukan ulang.
18. Pulsasi darah kedalam spuit menunjukkan bahwa darah tersebut berasal
dari arteri, biarkan spuit terisi sendiri secara pasif.
19. Isi spuit dengan darah arteri minimal 1-2 ml.

Sistem Hematologi 2019 32


Bila tidak memperoleh darah, maka jarum ditarik perlahan sampai
dibawah kulit, dan dilakukan tusukan ulang.
20. Tekan kuat dengan kasa/kapas steril pada tempat tusukan setelah jarum
ditarik keluar.
21. Tutup ujung jarum dengan karet.
22. Amati tempat tusukan dibawah kapas atau kasa steril selama 3-5 menit.
Bila sudah tidak tampak adanya darah dari tempat tusukan, ganti kapas
atau kasa steril, kemudian plester. Plester boleh dilepas setelah 15 menit.
23. Bereskan alat, buang bahan habis pakai pasien ke tempat sampah medis.
24. Lepaskan sarung tangan, buang ke tempat sampah medis
25. Lakukan cuci tangan rutin

Sistem Hematologi 2019 33


DAFTAR TILIK
KETERAMPILAN TEHNIK PENGAMBILAN DARAH ARTERI

No Aspek yang dinilai Skor


Aspek keterampilan komunikasi Anamnesis
0 1 2
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Melakukan identifikasi pasien
3. Melakukan inform consent dan menanyakan kepada pasien
tentang penggunaan aspirin atau antikoagulan.
4. Menyiapkan posisi pasien
5. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan
6. Membuat label identifikasi dan menempelkannya pada
spuit.
7. Tentukan lokasi a. radialis yang berada processus styloideus
os radii dan tendo m. flexor carpi radialis.
8. Melakukan cuci tangan rutin dan memakai sarung tangan
9. Melakukan tes Allen
10. Melakukan penilaian terhadap tes Allen.
Bila tes Allen negatif, prosedur pengambilan darah pada a
radialis dapat dilanjutkan.
11. Pergelangan tangan pasien diposisikan telentang
(diekstensikan) dan memberi bantalan dibawah pergelangan
tangan agar posisi stabil.
12. Palpasi denyut a. radialis dan tentukan titik pulsasi
maksimum.
13. Melakukan anestesi lokal pada daerah sekitar a. radialis
14. Desinfeksi daerah a. radialis
15. Membilas spuit dengan antikoagulan heparin

Sistem Hematologi 2019 34


16. Mengambil spuit heparin dan melakukan tusukan dengan
posisi lubang jarum menghadap keatas dan kemiringan
30-45 derajat.
Bila tidak terdapat spuit heparin, maka spuit dibilas dahulu
dengan antikoagulan heparin.
17. Mengamati pulsasi darah kedalam spuit dan membiarkan
spuit terisi sendiri secara pasif dengan darah arteri minimal
1-2 ml.
18. Tutup ujung jarum dengan karet.
19. Mengamati tempat tusukan dibawah kapas atau kasa steril
selama 3-5 menit dan memplesternya.
20. Bereskan alat, buang bahan habis pakai pasien ke tempat
sampah medis.
21. Lepaskan sarung tangan, buang ke tempat sampah medis,
kemudian cuci tangan rutin.

Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan benar

Jumlah
Nilai = ----------------------------- x 100% = ………….%
42

Mengetahui:
Penguji

…………………………

Sistem Hematologi 2019 35


Sistem Hematologi 2019 36
Asupan Ketrampilan Klinik

TEHNIK PENGAMBILAN DARAH


Tehnik pengambilan darah atau disebut juga flebotomi adalah suatu prosedur untuk
memperoleh spesimen darah melalui tusukan pada vena (venipuncture), tusukan pada arteri
(arterial puncture), serta tusukan pada kulit (skin puncture).
Pemilihan tehnik pengambilan darah yang dilakukan, disesuaikan dengan macam
kebutuhan sampel, faktor kemudahan, dan efek samping. Pengambilan darah vena merupakan
tehnik yang paling sering dilakukan oleh flebotomis, untuk menyediakan spesimen darah
lengkap, serum maupun plasma.
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang membawa darah menuju jantung,
mengandung banyak CO2, dan sebagian diantaranya terletak dekat permukaan tubuh dengan
warna kebiruan. Pilihan lokasi venipunture umumnya dengan mempertimbangkan letak vena
yang paling superfisial, besar dan relatif tidak mudah bergerak saat dilakukan tusukan.
Vena-vena di fossa antecubital (NCCLS 1998), adalah lokasi pilihan utama tempat
venipuncture, yaitu:
 v. mediana cubiti, terletak pada bagian anterior lengan didaerah fossa cubiti, dekat
permukaan kulit, cukup besar, tidak dekat dengan persyarafan sehingga meminimalkan rasa
nyeri saat tindakan penusukan.
 v. cephalica, terletak inferolateral dari v. mediana cubiti, cukup besar, tetapi kadang tidak
begitu terlihat dari permukaan, dan lebih sering menimbulkan rasa nyeri saat
tindakan.penusukan.
 v. basilica, terletak superomedial dari v. mediana cubiti, cukup besar, tetapi tidak mudah
terlihat. Vena tersebut terletak dekat dengan a. brachialis dan n. medianus, sehingga
penusukan pada vena tersebut, harus dilakukan dengan hati-hati.
Pada suatu kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan venipuncture pada vena-
vena di fossa cubital, maka pilihan vena lain yang direkomendasikan secara berurutan oleh
NCCLS 1998 yaitu vena di pergelangan tangan, vena punggung tangan, dan vena ekstremitas
bawah. Pengambilan darah di lokasi tersebut biasanya menggunakan wings needle dengan
jatum berdiameter kecil.

Sistem Hematologi 2019 37


Gambar 2. Pembuluh darah vena pada fossa cubiti

Gambar 3. Prosedur penusukan pada venipuncture

Pada suatu kondisi pasien terdapat kesulitan pemeriksaan dengan sampel standar atau
adanya efek samping akibat pengambilan darah vena yang berulang, maka alternatif
pengambilan darah kapiler bisa menjadi pilihan. Contoh kasus yaitu uji penyaring berbagai
kelainan penyakit yang dilakukan dari lokasi yang tidak terjangkau fasilitas laboratorium,
kebutuhan akan hasil pemeriksaan darurat, ataupun pemeriksaan kadar suatu zat dalam darah
yang dibutuhkan dalam pembuatan kurva harian. Pada kasus khusus seperti pengumpulan
spesimen darah pada bayi, maka pengambilan darah kapiler (skin puncture) bisa merupakan
suatu pilihan utama. Hal ini dikarenakan besarnya resiko anemia iatrogenic akibat
pengambilan darah dalam jumlah banyak atau berulang pada neonatus.
Pada pasien dewasa, pengambilan darah kapiler dilakukan pada kedua sisi lateral ujung
jari palmar manus, sedangkan pada bayi WHO merekomendasikan dua lokasi pengambilan,
yaitu tumit (heel prick) dan jari (finger prick). Pemilihan lokasi pengambilan darah bayi dari
tumit atau jari tergantung pada umur dan berat badan. Pada usia bayi kurang dari 6 bulan atau

Sistem Hematologi 2019 38


berat badan 3-10 kg, WHO merekomendasikan pengambilan darah kapiler pada tumit,
sedangkan pada usia lebih dari 6 bulan atau berat badan lebih dari 10 kg, pengambilan darah
kapiler dilakukan pada ujung jari.

Gambar 4. Lokasi pengambilan darah kapiler pada bayi dan anak

Rekomendasi WHO pada pengambilan darah kapiler pada neonatus juga mengenai
kedalaman dan lebar lanset yang digunakan untuk penusukan. Kedalaman tusukan pada heel
prick tidak boleh lebih dari 2,4 mm.
Volum sampel yang dapat diperoleh dari tumit sangat terbatas, sehingga diperlukan
perlakuan tambahan, yaitu penghangatan tumit (prewarming) yang bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah ke tumit. Suhu yang dipakai tidak boleh terlalu panas, mengingat
kondisi kulit bayi yang masih tipis dan mudah mengalami trauma akibat panas.
Tehnik pengambilan darah selain vena dan kapiler yang rutin dilakukan yaitu
pengambilan darah arteri. Tehniknya lebih sulit dan umumnya dimanfaatkan untuk tujuan
pengambilan sampel darah dengan tujuan khusus yaitu menegetahui status respiratorius dan
keseimbangan asam basa, kadar oksigen, dan kadar karbondioksida dalam darah.
Lokasi pengambilan darah arteri yang biasa dilakukan yaitu dari a. radialis dan a.
femoralis, sedangkan pengambilan di a. brachialis kurang dianjurkan karena adanya trauma
terhadap persyarafan disekitarnya. Hal penting yang perlu dicermati pada saat pengambilan
darah arteri radialis adalah melakukan uji perfusi kolateral pembuluh darah ulnaris yang
disebut tes Allen. Tehnik melakukan tes Allen secara berurutan sebagai berikut: melakukan
palpasi denyut a. radialis dan a. ulnaris, menekan dan menutup kedua arteri tersebut, pasien
diminta menggenggam tangan dengan kuat selama 30 detik, melepaskan genggaman tangan
dan mengamati telapak tangan yang pucat, melepaskan tekanan pada a. ulnaris.(Gambar 7.)

Sistem Hematologi 2019 39


Pada keadaan normal, setelah tekanan dilepaskan maka telapak tangan akan memerah
kembali dalam waktu 5-10 detik. Kondisi tersebut disebut tes Allen negatif, dan prosedur
pengambilan darah a radialis dapat dilakukan. Tes Allen positif merupakan kontraindikasi
untuk pungsi a. radialis. Kondisi lain yang merupakan kontraindikasi pungsi a. radialis yaitu:
insufisiensi sirkulasi kolateral ekstremitas atas bagian distal, pulsasi a. radialis tidak teraba,
selulitis, dan pasien dengan terapi antikoagulan.

Gambar 5. Pembuluh darah arteri di pergelangan tangan

Gambar 6. Pulsasi arteri radialis

Sistem Hematologi 2019 40


1 2 3
Gambar 7. Tehnik tes Allen

Gambar 8. Pengambilan darah a. radialis dilakukan setelah teraba pulsasi

BAHAN BACAAN
1. Gandasoebrata R. 1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta, pp:8-9
2. Garza D., Becan McBride K. 2002. Phlebotomy Handbook: Blood Collection
Essentials. 6th ed. Prentice Hall, pp:317-324.
3. NCCLS, 1998. Percutaneous Collection of Arterial Blood for Laboratory Analysis,
2nded. Document H11-A2.
4. NCCLS, 1998. Procedures for the Collection of Diagnostic Blood Specimens by
Venipuncture-Approved Standard (H3-A4). 4thed. Vol 18, No 7.
5. Strasinger S. K., Lorenzo M. S. D. 2011. The Phlebotomy Textbook. 3thed.
Philadelphia: F>A> Davis Company, pp: 155-251.
6. WHO. 2010. Guidelines on Drawing Blood: Best Practises in Phlebotomy. Switzerland:
WHO Document Production Services, pp: 17-24.

Sistem Hematologi 2019 41


PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT

Pendahuluan
Pemeriksaan hematologi merupakan bagian dari prosedur pemeriksaan laboratorium
yang bertujuan untuk uji penyaring, menegakkan diagnosis, monitoring perjalanan penyakit,
serta evaluasi terhadap terapi. Pemeriksaan hematologi meliputi evaluasi terhadap seluruh
komponen darah yang terdiri dari cairan dan sel-sel didalamnya. Sel-sel darah manusia terdiri
dari leukosit, eritrosit, dan trombosit. Pemeriksaan sel-sel darah meliputi jumlah sel, volume
sel, persentase, serta morfologinya. Hasil pemeriksaan tersebut diperlukan untuk memberikan
interpretasi sel darah secara menyeluruh.
Leukosit merupakan bagian dari sistem imunitas tubuh yang berperan aktif terhadap
adanya antigen. Peningkatan jumlah leukosit dalam darah (leukositosis) atau penurunan jumlah
leukosit (leukopenia) merupakan gambaran awal yang dapat diinterpretasikan sebagai reaksi
pertahanan tubuh. Pemeriksaan leukosit lanjutan yang dapat memberikan pendekatan lebih
spesifik terhadap penyebab abnormalitas jumlah leukosit yaitu hitung jenis leukosit.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit dalam darah, yang diwujudkan
dalam persentase (%) tiap jenis leukosit terhadap jumlah seluruh leukosit. Hitung jenis leukosit
tersebut bersifat relatif terhadap jumlah leukosit seluruhnya. Hitung jenis leukosit absolut
didapatkan berdasarkan perhitungan persentase yang ditemukan dikalikan dengan jumlah
leukosit per mikroliter. Jenis/tipe leukosit yang dinilai meliputi basofil, eosinofil, neutrofil
stab/batang, netrofil segmen, limfosit, dan monosit.
Hitung jenis leukosit dapat dilakukan dengan cara otomatis maupun visual. Hitung jenis
leukosit dengan cara otomatis membutuhkan ketersediaan alat hematologi otomatis yang
membedakan jenis sel leukosit berdasarkan ukuran sel maupun flowcytometri.
Hitung jenis leukosit cara visual dapat dilakukan tanpa alat hematologi khusus, dan
hanya membutuhkan mikroskop dan sediaan apus darah tepi. Sediaan apus darah tepi yang
dibuat dan dipulas dengan baik, mutlak diperlukan untuk pembacaan hitung jenis leukosit cara
manual.
Indikasi
Pemeriksaan hitung jenis leukosit dilakukan pada setiap pemeriksaan hematologi
sebagai uji penyaring, untuk melakukan pendekatan diagnosis pada berbagai penyakit dengan

Sistem Hematologi 2019 42


abnormalitas jumlah leukosit, monitoring perjalanan penyakit, serta menilai efektifitas terapi
dan prognosis penyakit.

Capaian pembelajaran :
Capaian Pembelajaran Keterampilan Klinis Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit:
1. Mahasiswa mampu menentukan sediaan apus darah tepi yang baik dan benar
pewarnaannya
2. Mahasiswa mampu menentukan sediaan apus darah tepi yang baik sebaran sel-selnya
3. Mahasiswa mampu menentukan pembesaran pada mikroskop yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan hitung jenis leukosit.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis leukosit secara visual berdasarkan ukuran
dan morfologi sel
5. Mahasiswa mampu menghitung persentase masing-masing jenis leukosit dalam sediaan
apus darah tepi.
6. Mahasiswa mampu memberikan interpretasi terhadap hasil hitung jenis leukosit.

Sasaran Pembelajaran:
Sasaran pembelajaran Keterampilan Klinis Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi serta mempersiapkan alat dan bahan yang
diperlukan untuk pemeriksaan hitung jenis leukosit
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit sesuai prosedur
secara teliti dan terperinci.
3. Mahasiswa mampu mengenali kasus-kasus yang membutuhkan pemeriksaan hitung
jenis leukosit.

Media dan alat bantu pembelajaran :


1. Demonstrasi sesuai daftar panduan belajar.
2. Ceramah.
3. Diskusi.
4. Partisipasi aktif dalam skills lab (simulasi)
5. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor.

Sistem Hematologi 2019 43


PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT

No Langkah Klinik Kasus


1. Menerima lembar permintaan pemeriksaan hitung jenis leukosit
2. Mencocokkan label identitas pasien yang tercantum dalam sediaan
darah tepi/SADT yang telah diwarnai, dengan identitas pasien dalam
lembar permintaan pemeriksaan laboratorium.
Identitas label meliputi: nama pasien, nomer laboratorium
Identitas dalam format permintaan pemeriksaan laboratorium meliputi:
nama, umur, jenis kelamin, nomer rekam medis, alamat, keterangan
klinis, dan dokter yang meminta pemeriksaan (beserta nomer telfon
yang bisa dihubungi).
3. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan: mikroskop cahaya, kaca
penutup, minyak emersi, differential cell counter
4. Melakukan cuci tangan rutin
5. Meletakkan SADT di mikroskop pada meja preparat diantara klip
penjepit.
6. Menaikkan kondensor, memaksimalkan diafragma, dan mengatur
cahaya pada mikroskop.
7. Melakukan pemeriksaan seluruh lapang pandang SADT dengan
pembesaran lemah (lensa objektif 10x dan lensa okuler 10x)
8. Menentukan area terbaik untuk pemeriksaan hitung jenis leukosit, yaitu
daerah ujung/lidah SADT yang cukup tipis dengan sebaran eritrosit
saling berdekatan tetapi tidak bertumpuk.
9. Hitung jenis leukosit dilakukan dengan pembesaran sedang (lensa
objektif 40x dan lensa okuler 10x)
10. Penghitungan dilakukan mulai dari tepi atas sediaan bagian ujung
SADT, bergeser ke bagian tepi bawah sediaan, kemudian bergerak
sedikit kearah pangkal pada tepi yang sama.

Sistem Hematologi 2019 44


Pergeseran selanjutnya dilakukan dari tepi bawah sediaan kearah tepi
atas sediaan. Demikian seterusnya dengan gerakan yang sama semakin
menjauhi SADT
11. Melakukan penghitungan leukosit sampai 100 sel dengan alat
differential cell counter menurut jenisnya, yaitu: basofil, eosinofil,
neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit, dan monosit.
12. Bila diperlukan, dapat dilakukan penilaian lebih lanjut terhadap leukosit
dengan pembesaran 1000 kali (lensa objektif 100x dan lensa okuler
10x), menggunakan minyak emersi tanpa kaca penutup.
13. Melakukan pencatatan secara berurutan terhadap jenis leukosit yang
telah dihitung.
14. Menyimpan SADT yang telah dilakukan penghitungan.
Bila pemeriksaan menggunakan minyak emersi, maka sebelum
disimpan harus dibersihkan dahulu dengan larutan xylol.
15. Membereskan alat serta membersihkan lensa dan meja preparat
mikroskop
16. Menyimpan mikroskop pada almari dengan pencahayaan, atau menutup
dengan sarung penutup agar tidak berdebu
17. Melakukan cuci tangan

Sistem Hematologi 2019 45


DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT

No Aspek yang dinilai Skor


Aspek keterampilan komunikasi Anamnesis
0 1 2
1. Menerima lembar permintaan pemeriksaan hitung jenis leukosit
dan mencocokkan label identitas pasien yang tercantum dalam
sediaan darah tepi/SADT dengan identitas pasien dalam lembar
permintaan pemeriksaan laboratorium.
2. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan dan melakukan cuci
tangan rutin
3. Meletakkan SADT di mikroskop pada meja preparat diantara
klip penjepit, menaikkan kondensor, memaksimalkan
diafragma, dan mengatur cahaya pada mikroskop.
4. Melakukan pemeriksaan seluruh lapang pandang SADT dengan
pembesaran lemah dan menentukan area terbaik untuk
pemeriksaan hitung jenis leukosit.
5. Melakukan hitung jenis leukosit dengan pembesaran sedang
dengan gerakan terarah.
6. Melakukan penghitungan leukosit sampai 100 sel dengan alat
differential cell counter menurut jenisnya, yaitu: basofil,
eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit, dan
monosit.
7. Melakukan pencatatan secara berurutan terhadap jenis leukosit
yang telah dihitung.
8. Menyimpan SADT, membereskan alat, menyimpan mikroskop,
dan melakukan cuci tangan rutin.

Sistem Hematologi 2019 46


Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan, tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan benar

Jumlah
Nilai = ----------------------------- x 100% = ………….%
16

Mengetahui:
Penguji …………………………

Sistem Hematologi 2019 47


Asupan Ketrampilan Klinik

PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT

Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi tubuh manusia yang terdiri dari
55% plasma darah dan 45% sel-sel darah. Sel darah manusia terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel-sel tersebut mempunyai
fungsi yang berbeda dalam tubuh.
Leukosit merupakan bagian dari sistem imunitas tubuh dan secara fisiologis
akan berperan dalam proses pertahanan tubuh. Pemeriksaan hitung leukosit secara keseluruhan
akan mendapatkan gambaran kenaikan atau penurunan jumlah leukosit sebagai reaksi atas
kelainan yang diderita tubuh. Pemeriksaan hitung leukosit diperlukan untuk uji skrining,
membantu menegakkan diagnosis, monitoring perjalanan penyakit, menilai efektifitas terapi
dan efek sampingnya, serta memperkirakan prognosis suatu penyakit.
Leukosit terdiri dari beberapa jenis sel berdasarkan morfologi maupun fungsinya, yaitu:
basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit, serta monosit. Pemeriksaan
hitung jenis leukosit yang dilakukan menyertai hitung leukosit, dapat membantu memberikan
gambaran kondisi tubuh yang lebih spesifik. Berbagai kondisi tubuh yang mempengaruhi
jumlah leukosit maupun persentase hitung jenis leukosit yaitu: inflamasi, infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit, reaksi alergi, gangguan imunitas
(imunodefisiensi, penyakit autoimun), keganasan hematologi khususnya leukemia, keganasan
mieloproliferatif, serta sindrom mielodisplasia.
Pemeriksaan hitung jenis dapat dilakukan secara otomatis maupun manual.
Penghitungan otomatis memerlukan alat hematologi otomatis dengan metode electrical
impedance atau prinsip flowsitometri, sehingga tidak dapat dilaksanakan di semua pusat
kesehatan. Hitung jenis leukosit secara manual memerlukan pembuatan sediaan apus darah
tepi/SADT yang diwarnai dengan reagen pewarna Wright, May Grunwald, atau Giemsa.
Pembuatan SADT yang baik dan benar sangat diperlukan untuk mendapatkan diferensiasi
terhadap ukuran dan morfologi sel leukosit.
Penilaian hitung jenis leukosit manual, dilakukan dibawah mikroskop cahaya, dengan
alat differential cell counter. Penilaian dilakukan pada area dekat ujung sediaan apus darah

Sistem Hematologi 2019 48


tepi, dan secara mikroskopis tampak sebaran eritrosit yang penuh tetapi tidak saling bertumpuk
(Gambar 9).

Sediaan
apus
darah
tepi

Gambar 9. Sediaan apus darah tepi secara makroskopis dan mikroskopis

Hasil penghitungan dilaporkan dalam bentuk hitung relatif maupun absolut. Hitung
jenis leukosit secara relatif dalam bentuk persentase terhadap jumlah leukosit keseluruhan,
sedangkan hitung absolut merupakan perkalian antara persentase jenis leukosit dengan jumlah
leukosit total. Nilai persentase normal dari hitung jenis leukosit yaitu:
Basofil : 0-1%
Eosinofil : 1-3%
Neutrofil batang : 2-6%
Neutrofil segmen : 50-70%
Limfosit : 20-40%
Monosit : 2-8%
Pemahaman tentang morfologi leukosit sangat diperlukan dalam pemeriksaan hitung
jenis leukosit. Sediaan apus darah tepi yang baik dan benar dapat memberikan gambaran
struktural dua dimensi leukosit dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan karakteristik inti leukosit
(Gambar 10)
Limfosit, merupakan jenis leukosit yang secara morfologi dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu limfosit kecil dan limfosit besar. Limfosit kecil mempunyai bentuk bulat dengan
inti sebesar eritrosit normal. Sitoplasma warna biru muda tanpa granula, dan inti warna biru

Sistem Hematologi 2019 49


ungu dengan kromatin padat. Limfosit besar bentuk bulat atau tidak beraturan, sitoplasma
banyak warna biru muda dan terdapat granula azurofilik didalamnya, dan inti bulat atau oval.
Neutrofil, terdapat dua tahap maturasi yang secara fisiologis berada di pembuluh darah
perifer, yaitu neutrofil batang/stab dan neutrofil segmen. Ukuran neutrofil lebih besar daripada
limfosit kecil, bentuk bulat dengan tepi irreguler. Sitoplasma warna ungu pucat dengan granula
azurofilik atau abu kebiruan. Inti neutrofil segmen terdiri dari dua sampai empat lobus dengan
kromatin padat. Inti neutrofil batang memiliki lekukan inti melebihi setengah diameter inti.
Morfologi monosit berbentuk tak beraturan dengan tepi irreguler. Ukuran monosit
terbesar diantara semua jenis leukosit. Sitoplasma warna keabu-abuan dengan granula halus
kemerahan. Inti sel berkromatin longgar.
Eosinofil merupakan leukosit dengan ukuran dan bentuk seperti neutrofil dengan
sitoplasma bergranula kasar, sama besar, dan warna kemerahan. Inti berlobus dan tidak tertutup
granula. Basofil juga mempunyai bentuk dan ukuran sel seperti neutrofil, sitoplasma bergranula
kasar, tidak sama besar, warna biru tua, serta menutupi inti.

Limfosit Monosit Eosinofil

Neutrofil batang Neutrofil segmen Basofil

Gambar 10. Morfologi jenis leukosit pada SADT

Sistem Hematologi 2019 50


Gambar 11. Gambaran mikroskopis sediaan apus darah tepi

BAHAN BACAAN
1. Shiro Miwa. 1998. Atlas of Blood Cell. Bunkodo, p:28-31.
2. Diggs Lemuel, Sturm Dorothy, Bell Ann. 2005. The Morphology of Human Blood
Cells. 7thed. Abbot, p:1-9.
3. Theml Harald, Diem Heinz. 2011. Color Atlas of Hematology: Practical Microscopic
and Clinical Diagnosis. Thieme. p.17-51.
4. Bain Barbara J. Blood Cells: A Practical Guide. 5thed Wiley, p.61-175.

Sistem Hematologi 2019 51

Anda mungkin juga menyukai