PRODI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2019
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II ISI
A. Hindu
a Etiologi
b Keyakinan Dalam Agama Hindu
c Konsep Ketuhanan
d Pustaka Suci
e Karakteristik
f Enam Filsafat Hindu
g Konsep Hindu
h Dewa-Dewa Hindu
i Golongan Masyarakat
j Pelaksanaan Ritual
k Sekte (Aliran) Dalam Hindu
l Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia
B. Budha
a Sejarah Agama Buddha
b Kelahiran Siddharta “Buddha” Gautama
c Kepercayaan Ajaran Agama Buddha
d Aliran-Aliran Agama Buddha
e Kitab Suci Agama Buddha
f Ibadat Agama Buddha
g Hari Raya Agama Buddha
h Peninggalan Agama Buddha
i Tuhan Menurut Pandangan Ajaran Buddha
C. Taoisme
a Sejarah Ajaran Taoisme
b Perkembangan Ajaran Taoisme
c Pengertian Taoisme
d Lambang Agama Taoisme
e Sejarah Lao Tse
f Kitab Suci Ajaran Taoisme
g Ajaran dan Praktek Ibadah Taoisme
h Tiga Leluhur Agama Taoisme
i Pandangan Agama Taoisme Terhadap Kehidupan dan Kematian
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WarahmatullahiWabarakatuh
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
berkat rahmat, dan anugrah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah
permasalahan dari laporan filsafat. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil pembelajaran dan
diskusi kami mengenai HINDU, BUDHA dan TOA.
Pada penyusunan laporan ini, tidak semata-mata hasil kerja kami, melainkan juga
berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang telah membantu baik secara materi
maupun non materi. Maka dari itu kami ingin mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada orang-orang yang telah membantu kami secara langsung maupun tidak
langsung, kepada :
1. Yth, dr. Syafri Guricci, MSc, DAN sebagai dosen filsafat kami,
2. Yth, kepada orang tua kami semua yang telah memberikan dukungan kepada kami
dalam penyusunan makalah ini, dan
3. Teman-teman sejawat yang kami cintai dan sayangi.
Kami menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, saran dan
kritik membangun untuk perbaikan makalah ini sangat kami harapkan. Akhir untuk
semua itu, kami mendoakan semoga Allah SWT membalas jasa-jasa mereka semua
Aamiin. Harapan kami semoga penulisan laporan ini bisa bermanfaat bagi kami dan para
pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Hindu adalah salah satu agama atau aliran kepercayaan yang hingga
kini masih dikenal oleh masyarakat di dunia. Agama ini dalam perjalanannya
memiliki kisah, system peraturan dan kemasyarakatan yang unik bila
dibandingkan dengan agama lainnya. Agama ini juga dikenal mengandung
sinkretisme yang dibentuk dari perpaduan antara berbagai jenis kepercayaan dan
budaya di anak benua India. Bila dipikirkan, dari seluruh agama yang masih
hidup, mungkin agama Hindu yang paling tua setelah kepercayaan animism dan
dinamisme.
Agama Buddha merupakan salah satu agama utama dunia. Buddhisme
muncul di India bagian Utara pada abad ke-6 SM dan berdasar pada ajaran
Siddhartha Gautama yang setelah pencerahan-Nya diberi julukan Buddha. Di
Indonesia agama Buddha mulai diperkenalkan pada abad ke V Masehi oleh para
pedagang yang berasal dari India. Agama Buddha pernah mengukir sejarah
kejayaan bangsa di masa silam. Banyak bukti-bukti sejarah yang merupakan bukti
kejayaan agama Buddha, di antaranya Candi Borobudur yang terkenal sampai ke
seluruh dunia. Namun setelah runtuhnya kerajaan Majapahit agama Buddha
mengalami kemunduran dan digantikan oleh Islam. Baru pada tahun 1954 Agama
Buddha kembali muncul ditandai dengan pentahbisan bhikkhu pertama Indonesia
yaitu Ashin Jinarakkhita oleh Ven. Mahasi Sayadaw di Myanmar. Kemudian
Agama Buddha mendapat pengakuan resmi dan perlindungan dari pemerintah
serta bantuan yang sama seperti agama lainnya di Indonesia, sesuai dengan
ketetapan Presiden No. 1 tahun 1963.
Agama Tao yang kita tahu, merupakan agama-agama orang Cina yang lebih
memusatkan ajarannya untuk mencintai alam semesta. Sesungguhnya tidak
satupun kebudayaan di dunia ini yang mempunyai warna tunggal. Di Cina, nada-
nada klasik dari agama Khong Hu Cu telah diimbangi bukan saja oleh berbagai
ragam spiritual dari agama Budha melainkan juga oleh berbagai corak romantic
dari Taoisme.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah agama Hindu ?
2. Bagaimana karakteristik Agama Hindu ?
3. Apa saja ritual yang dilakukan di Agama Hindu ?
4. Bagaimana perkembangan Agama Hindu di Indonesia ?
5. Bagaimana sejarah dari Agama Buddha ?
6. Apa saja peninggalan Agama Buddha ?
7. Bagaimana Pandangan Tuhan menurut Agama Buddha ?
8. Bagaimana sejarah ajaran Taoisme ?
9. Bagaimana pandangan kehidupan dan kematian menurut Agama Taoisme ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dari Agama Hindu, Buddha dan Taoisme
2. Untuk mengetahui Karakteristik Agama Hindu
3. Untuk memahami ritual yang dipercayai oleh Agama Hindu
4. Untuk mengetahui perkembangan dari Agama Hindu di Indonesia
5. Untuk mengetahui peninggalan dari Agama Buddha
6. Untuk memahami pandangan Tuhan menurut Agama Buddha
7. Untuk mengetahui pandangan kehidupan dan kematian menurut Agama
Taoisme
BAB II
PEMBAHASAN
HINDU
Asal-usul Agama Hindu di dunia dimulai dari masuknya Bangsa Arya ke India
sejak 1500 SM. Masuknya Bangsa Arya ke India membawa perubahan yang sangat besar
dalam tata kehidupan masyarakat India. Perubahan tersebut terjadi karena Bangsa Arya
mengadakan integrase kebudayaan dengan Bangsa Dravida dan selanjutnya integrase ini
melahirkan agama Hindu.
Asal-usul Agama Hindu Bangsa Arya mulai menulis kitab-kitab suci Weda.
Kitab suci ini dituliskan dalam 4 bagian seperti Reg Weda, Sama Weda, Yayur Weda,
dan Atharwa Weda. Peradaban dan kehidupan bangsa Hindu jelas terdapat juga dalam
kitab Brahmana atau dalam kitab Upanisad. Ketiga kitab inilah yang menjadi dasar
pemikiran dan dasar kehidupan orang-orang Hindu. Asal-usul agama Hindu
ditindaklanjuti dengan adanya perubahan corak kehidupan di India. Corak kehidupan
masyarakat Hindu tersebut dibedakan atas 4 kasta, diantaranya :
1. Kasta Brahmana : Keagamaan
2. Kasta Ksatria : Pemerintahan
3. Kasya Wacyd (Waisya) : Pertahanan dan perdagangan
4. Kasta Cudra (Sudra) : Kaum pekerja kasar.
Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini
terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara
sampai kira-kira abad ke-15 lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat
itu agama ini digantikan oleh Agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang,
mayoritas pemeluk Agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga
yang tersebar di pulau Jawa, Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi
(Toraja dan Bugis-Sidrap).
A. Etimologi
Dalam Bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sansekerta).
Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah
dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut
bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam
Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) – sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada
awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hindu di wilayah sungai Sindhu.
Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda
digenapi oleh para Brahmana. Pada zaman munculnya Agama Budha, Agama Hindu
sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.
B. Keyakinanan Dalam Agama Hindu
Hindu seringkali dianggap sebagai yang beraliran politeisme karena memuja
banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam Agama Hindu, Dewa
bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya.
Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita wedanta menegaskan bahwa hanya ada
satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang
memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk
Dalan Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan
Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan
tersebut, yakni :
1. Widhi Tattwa – percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya.
2. Atma Tattwa – percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk.
3. Karmaphala Tattwa – percaya dengan adanya hokum sebab-akibat dalam
setiap perbuatan.
4. Punarbhava Tattwa – percaya dengan adanya proses kelahiran kembali
(reinkarnasi).
5. Moksa Tattwa – percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir
manusia.
C. Konsep Ketuhanan
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang
panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang
pernah ada di dunia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam tubuh
Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme,
monism, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme. Konsep ketuhanan yang paling
banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan
Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monism,
politeisme) kurang diketahui. Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh
umat Hindu pada umumnya karena berdasarkan pengamatan para sarjana yang meneliti
Agama Hindu tidak secara menyeluruh.
D. Pustaka Suci
Ajaran Agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci
keagamaan yang disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad, yang mana
di dalamnya memuat nilai-nilai spiritual keagamaan berikut dengan tuntunan dalam
kehidupan di jalan dharma. Di antara susastra suci tersebut, Weda merupakan yang paling
tua dan lengkap, yang diikuti dengan Upanishad sebagai susatra dasar yang sangat
penting dalam mempelajari filsafat Hindu.sastra lainnya yang menjadi landasan penting
dalam ajaran Hindu adalah Tantra, Agama dan Purana serta kedua Itihasa (epos), yaitu
Ramayana dan Mahabharata. Bhagawadgita adalah ajaran yang dimuat dalam
Mahabharata, merupakan susastra yang dipelajari secara luas, yang sering disebut sebagai
ringkasan dari Weda.
Hindu meliputi banyak aspek keagamaan tradisi tuntunan hindu serta
aliran/sekte. Umat Hindu meyakini akan kekuasaan Yang Maha Esa, yang disebut dengan
Brahman dan memuja Brahma, Wisnu atau Siwa sebagai perwujudan Brahman dalam
menjalankan fungsi sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semestra.
Secara umum, pustaka suci Hindu sibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
kitab Sruti dan kelompok kitab Smerti.
Sruti berarti “yang didengar” atau wahyu. Yang tergolong kitab Sruti adalah
kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti misalnya Weda,
Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan
Upanishad terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti misalnya
Regweda dan Isopanishad. Kitab Weda berjumlah empat bagian sedangkan
kitab Upanishad berjumlah sekitar 108 buah.
Smerti berarti “yang diingat” atau tradisi. Yang tergolong kitab Smerti adalah
kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang ditulis
berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti misalnya kitab tentang
ilmu astronomi, ekonomi, politik, kepemimpinan, tata negara, hokum,
sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab Smerti merupakan penjabaran moral
yang terdapat dalam kitab Sruti.
E. Karakteristik
Dalam Agama Hindu, seorang umat berkontemplasi tentang misteri Brahman dan
mengungkapkannya memlui mitos yang jumlahnya tidak habis-habisnya dan melalui
penyelidikan filosofis. Mereka mencari kemerdekaan dari penderitaan manusia melalui
praktik-praktik askese atau meditasi yang mendalam, atau dengan mendekatkan diri
kepada Tuhan melalui cinta kasih, bakti dan percaya (Sradha).
Umat Hindu juga menyebut agamanya sebagai Sanatana Dharma yang artinya
Dharma yang kekal abadi.
Menurut kepercayaan para penganutnya, ajaran Hindu langsung diajarkan oleh
Tuhan sendiri, yang turun atau menjelma ke dunia yang disebut Awatara. Misalnya
Kresna, adalah penjelmaan Tuhan ke dunia pada zaman Dwaparayuga, sekitar puluhan
ribu tahun yang lalau. Ajaran Kresna atau Tuhan sendiri yang termuat dalam kitab
Bhagawadgita, adalah kitab suci Hindu yang utama. Bagi Hindu, siapapun berhak dan
memiliki kemampuan untuk menerima ajaran suci atau wahyu dari Tuhan asalkan dia
telah mencapai kesadaran atau pencerahan. Oleh sebab itu dalam agama Hindu wahyu
Tuhan bukan hanya terbatas pada suatu zaman atau untuk seseorang saja. Bahwa wahyu
tuhan yang diturunkan dari waktu ke waktu pada hakekatnya adalah sama, yaitu tentang
kebenaran, kasih saying, kedamaian, tentang kebahagiaan yang kekal abadi, tentang
hakekat akan diri manusia yang sebenarnya dan tentang dari mana manusia lahir dan mau
kemana manusia akan pergi, atau apa tujuan yang sebenarnya manusia hidup ke dunia.
F. Enam Filsafat Hindu
Terdapat dua kelompok filsafat India, yaitu Astika dan Nastika. Nastika
meruoakan keompok aliran yang tidak mengakui kitab Weda, sedangkan kelompok
Astika sebaliknya. Dalam Astika, terdapat enam macam aliran filsafat. Keenam aliran
filsafat tersebut yaitu : Nyaya, Waisasika, Samkhya, Yoga, Mimamsa, dan Wedanta.
Ajaran filsafat keenam aliran tersebut dikenal sebagai Filsafat Hindu. Kelompok Nastika
umumnya kelompok yang lahir ketika Hindu masih berbentuk ajaran Weda dan kitab
Weda belum tercapai. Hindu baru muncul setelah adanya kelompok Astika. Kedua
kelompok tersebut antara Astika dan Nastika merupakan yang sangat berbeda (Nastika
bukanlah Hindu).
Terdapat enam Astika (filsafat Hindu) – institusi pendidikan filsafat ortodok yang
memandang Weda sebagai dasar kemutlakan dalam pengajaran filsafat Hindu – yaitu :
Nyaya, Vaisheshika, Samkhya, Yoga, Mimamsa (juga disebut dengan Purva Mimamsa),
dan Vedanta (juga disebut dengan Uttara Mimamsa) ke-enam sampradaya ini dikenal
dengan istilah Sad Astika Darshana atau Sad Darshana. Diluar keenam Astika diatas,
terdapat juga Nastika, pandangan Heterodok yang tidak mengakui otoritas dari Weda,
yaitu : Buddha, Jaina dan Carvaka.
Meski demikian, ajaran filsafat ini biasanya dipelajari secara formal oleh para
pakar, pengaruh dari masing-masing Astika ini dapat dilihat dari sastra-sastra Hindu dan
keyakinan yang dipegang oleh pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.
G. Konsep Hindu
Hindu memiliki beragam konsep keagamaan yang diterapkan sehari-hari.
Konsep-konsep tersebut meliputi pelaksanaan yajna, system Catur Warna (kasta), pemuja
terhadap Dewa-Dewi. Trihitakarana, dan lain-lain.
H. Dewa-Dewi Hindu
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa adalah makhluk suci, makhluk supernatural,
penghuni surge, setara dengan malaikat, dan merupakan manifestasi dari Tuhan Yang
Maha Esa. Kata “dewa” berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam kirab suci
Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh
tiga dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Di antara Dewa-Dewi dalam agama Hindu, yang paling terkenal sebagai suatu konsep
adalah Brahma, Wisnu, Ciwa. Mereka disebut Trimurti.
Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak
bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan suatu tanpa
kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung
kepada kehendak Tuhan. Filsafat Advaita (yang berarti “tidak ada duanya”) menyatakan
bahwa tidak ada yang setara dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah perantara antara
beliau dengan umatnya.
I. Golongan Masyarakat
Dalam agama Hindu, dikenal istilah Catur Warna bukan sama sekali dan tidak
sama dengan kasta. Karena di dalam ajaran Pustaka Suci Weda, tidak terdapat istilah
kasta, yang ada hanyalah istilah Catur Warna. Dalam ajaran Catur Warna, masyarakat
dibagi menajdi empat golongan, yaitu :
Brahmana : golongan para pendeta, orang suci, pembuka agama dan
rohaniwan
Ksatria : golongan para raja, adipati, patih, menteri, dan pejabat negara
Waisya : golongan para pekerja di bidang ekonomi
Sudra : golongan para pembantu ketiga golongan di atas
J. Pelaksanaan Ritual
Dalam ajaran Hindu, Yajna merupakan pengorbanan suci secara tulus ikhlas
kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada para leluhur, kepada sesama manusia, dan kepada
alam semesta. Biasanya diwujudkan dalam ritual yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan umat Hindu. Tujuan pengorbanan tersebut bermacam-macam, bias untuk
memohon keselamatan dunia, keselamatan leluhur, maupun sebagai kewajiban seseorang
umat Hindu. Bentuk pengorbanan tersebut juga bermacam-macam, salah satunya yang
terkenal adalah Ngaben, yaitu ritual yang ditunjukkan kepada leluhur (Pitra Yadnya).
K. Sekte (Aliran) Dalam Hindu
Jalan yang dipakai untuk menuju Tuhan (Hyang Widhi) jalurnya beragam, dan
kemudian dikenallah para Dewa. Dewa yang tertinggi dijadikan sarana untuk mencapai
Hyang Widhi. Aliran terbesar agama Hindu saat ini adalah dari golongan Sekte
Waisnawa yaitu menonjolkan kasih sayang dan bersifat memelihara; yang kedua terbesar
ialah Sekte Siwa sebagai pelebur dan pengembali yang menjadi tiga sekte besar, yaitu
Sekte Siwa, Sekte Sakti (Durga), dan Sekte Ganesha, serta terdapat pula Sekte Siwa
Siddhanta yang merupakan aliran mayoritas yang dijalani oleh masyarakat Hindu Bali,
Sekte Bhairawa dan Sekte-Sekte yang lainnya. Yang ketiga ialah Sekte Brahma sebagai
pencipta yang menurunkan Sekte Agni, Sekte Rudra, Sekte Yama, dan Sekte Indra. Sekte
adalah jalan untuk mencapai tujuan hidup menurut Agama Hindu, yaitu moksha (kembali
kepada Tuhan), dan pemeluk Hindu dipersilahkan memilih sendiri aliran yang mana
menurutnya yang paling baik/bagus.
BUDHA
A. Sejarah Agama Budha
Agama Buddha merupakan salah satu agama yang muncul dan berkembang pesat
di daratan India. Agama ini mulai muncul pada abad ke-6 SM. Sebagai agama yang
muncul pada masa itu, secara historis agama tersebut masih mempunyai kaitan erat
dengan agama pendahulunya, yaitu agama Hindu. Pembawa ajaran agama ini adalah
Sindharta Buddha Gautama, yang sebelum memperoleh pencerahan merupakan seorang
pangeran kerajaan Maghada dan pemeluk agama Hindu.
Buddha sendiri berbahasa dengan menggunakan dialek Pali. Kitab suci ini kemudian
dikenal dengan nama Pali Canon. Kitab suci ini pada perkembangannya dibagi menjadi
tiga bagian yang dikenal dengan Tripitaka (tiga bakul).
1. Vinaya Pitaka, berbicara mengenai
2. Sutta Pitaka, terdiri dari bermacam-macam ceramah yang diberikan oleh
Buddha.
3. Abhimdhamma Pitaka, berisi analisis ajaran Buddha.
Kitab Suci Mahayana
Kitab Suci Mahayana pada awalnya ditulis dalam Bahasa Sansekerta (Bahasa India
pertama). Kebanyakan isinya dapat dijumpai dalam Pali Canon tetapi dengan
penambahan kitab-kitab lainnya. Ada pun kitab-kitab tambahan ini dipercayai sebagai
“sabda Buddha”. Salah satu yang paling terkenal adalah Vimalakirti Sutra, yang birisi
tentang seseorang yang berumah tangga tetapi hidupnya lebih suci daripada semua
Boddhisatwa.
Biara merupakan tempat yang untuk kegoatan spiritual di samping sebagai tempat
belajar. Di tempat ini para rahib Buddha menjalani hidup berdevosi dan bermeditasi.
Mereka mengajarkan Dharma “hokum universal”, yaitu ajaran-ajaran Buddha kepada
manusia dan berusaha mendapatkan kebutuhan spiritual mereka. Para rahib juga
dibutuhkan oleh umat untuk berbagai upacara yang menyangkut kehidupan antara lain,
upacara kelahiran, upacara perkawinan, dan kematian.
Rahib Buddha hidup sesuai dengan pedoman yang terdapat dalam Pali Canon.
Mereka juga mematuhi lima aturan tambahan khusus yang para rahib, yakni :
1. Tidak diperkenankan bergabung dengan berbagai bentuk hiburan, termasuk
menyanyi dan menari.
2. Mereka tidak diperkenankan tidur di atas tempat tidur yang mewah.
3. Mereka tidak diperkenankan makan di luar jam makan biara.
4. Mereka tidak diperkenankan menggunakan wewangian.
5. Mereka tidak diperkenankan menerima pemberian berupa emas dan perak.
Bentuk Ibadat
Bentuk, Bahasa, dan pikiran merupakan unsur integral dalam ibadat umat Buddha
maka mediatasi yang hening, ajaran, pemberian persembahan, dan puji-puji dilakukan.
Sebelum memasuki ruang pemujaan yang terdapat patung Buddha di dalamnya, para
peserta ibadat menaggalkan alas kaki mereka. Lalu mereka mengatur tangannya sebelum
bersujud dengan posisi berlutut (untuk aliran Theravada), sementara untuk Mahayana
dalam posisi berdiri.
2. Candi Mendut
Candi peninggalan agama Budha selanjutnya adalah Candi Mendut. Candi ini terletak di
Kecamatan Mungkid, Magelang-Jawa Tengah. Candi Mendut diperkirakan dibuat pada
824 Masehi, tepatnya pada masa pemerintahan Raja Indra di dinasti Syailendra. Arkeolog
Belanda, J.G. de Carparislah yang menemukan jejak keberadaan candi ini pertama kali
pada tahun 1908.
3. Candi Ngawen
Candi Ngawen merupakan sebuah candi Budha yang terletak di desa Ngawen, Muntilan,
Magelang. Berdasarkan perkiraan, candi Ngawen dibangun pada masa kekuasaan wangsa
Syailendra atas Kerajaan Mataram Kuno. J.G. de Carparislah, seorang arkeolog Belanda
meyakini jika candi Ngawen ini adalah candi yang disebutkan dalam prasasti Karang
Tengah sebagai candi suci bernama veluvana.
4. Candi Lumbang
Candi Lumbung terletak di kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, tepatnya berada
di sebelah candi Bubrah. Berdasarkan perkiraan, candi ini dibuat pada abad ke-9 Masehi
di masa Kerajaan Mataram Kuno. Candi Lumbung adalah kumpulan dari suatu kompleks
candi utama bertema candi Buddha yang cukup banyak dikunjungi para wisatawan
mancanegara.
5. Candi Banyunibo
Candi Banyunibo adalah candi peninggalan agama Budha yang berdiri kokoh tidak jauh
dari kompleks Candi Ratu Boko. Candi yang diperkirakan dibangun pada abad ke 9
Masehi ini memiliki sebuah stupa di bagian atasnya yang merupakan ciri khas dari candi
bercorak Budha.
6. Candi Muara Takus
Candi Muara Takus merupakan satu-satunya candi peninggalan agama Budha yang
berada di luar Jawa. Candi ini terletak di desa Muara Takus, Riau-Indonesia, tepatnya
berada 134 km arah Barat kota Pekanbaru. Di dalam kompleks candi ini, terdapat pula
bangunan Candi Bungsu, Candi Tua, dan Mahligai Stupa. Bahan utama pembuatan
bangunan candi ini ternyata berbeda dengan candi-candi yang ada di Pulau Jawa. Ia
terbuat dari bahan batu sungai, batu pasir, dan batu bata.
7. Candi Brahu
Candi Brahu adalah candi peninggalan agama Budha yang pada masa lampau digunakan
sebagai tempat pembakaran (krematorium) jenazah raja-raja Kerajaan Brawijaya. Dalam
prasasti Alasantan, candi yang didirikan pada abad 10 Masehi ini disebut sebagai
bangunan suci umat Budha. Kendati demikian tak seperti candi-candi peninggalan agama
Budha lainnya, candi ini tidak dilengkapi satu stupa-pun dalam bangunannya.
TAOISME
Taoist Temple
E. Sejarah Lao Tse
Lao Tzu atau Lao Tse dilahirkan di provinsi Hinan, di ibu kota Loyang, negara
Chu. Sebagian ahli berpendapat bahwa Lao Tse hidup sekitar 640 tahun SM atau abad ke
4 SM. Ajaran Lao Tse mengenai mistik banyak dikenal oleh ahli filsafat di Tiongkok.
Lao Tze adalah nama gelar atau nama panggilan buat guru suci, Lao Tzu berarti
“Guru Tua”. Menurut Sma chien dalam shi ci menjelaskan nama asli Lao Tse adalah Li
Erh. Kemudian ketika Lao Tse dewasa nama Lao Chun, T’ai Shang Lao Chun, atau T’ai
Shang Hsun Yuan Huang Ti, juga disebut Lao Tuna atau Lao Tan.
Menurut Sma Chien dalam catatan histori atau shih chi menjelaskan riwayat Lao
Tse pada bagian ke 63 dalam shih chi, pada abad pertama SM. Dalam kitab ini
menjelaskan bahwa Lao Tse tinggal di desa Chu ren, kecamatan Lai, kabupaten Khu,
negara Chou. Sekarang dikenal dengan sebutan Loyang terletak di bagian Timur provinsi
Honan.
Menurut kepercayaan China, Lao Tse lahir sekitar 570 SM. Nama keluarganya
adalah Li, sedangkan namanya sendiri Erh, kemudian nama panggilannya Tan. Lao Tse
diangkat menjadi shih di kerajaan Chou. Pada zaman China kuno shih artinya adalah
sarjana yang tugasnya adalah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di
kerajaan seperti, astrologi, ramalan dan betanggung jawab mengurus kitab-kitab suci,
shih kalau diartikan pada zaman sekarang artinya adalah sejarawan.
Mengenai riwayat Lao Tse para ahlu berbeda pendapat, terlepas dari itu Lao Tse
popular dengan kita Tao Te Ching. Kitab Tao Te Ching ditulis seperti puisi, tidak
tersusun dengan sistematis tentang suatu pandangan hidup, mirip kitab Lun ju dari
konfusis. Namun dalam kitab Tao Te Ching kita bias mengetahui pandangan ketuhanan
Taoisme.
Setelah begitu lama tinggal di negara Chou dan banyak menyaksikan kemerosotan
moral-moral di negara Chou yang sudak rusak parah yang tidak bias diperbaiki lagi,
ketika itu Lao Tse kira-kira berumur 90 tahun, Lao Tse memutuskan untuk meninggalkan
kerajaan Chou.
Lao Tse pergi kea rah Barat, yang sekarang daerah tersebut dikenal Tibet (lembah
hamkao). Dilembah Hankao dia bertemu dengan seorang penjaga pintu gerbang bernama
Yin Si, melarangnya pergi, dan usaha penjaga untuk melarang Lao Tse untuk tidak pergi
berasil. Karena Lao Tse memaksa pergi, akhirnya Lao Tse diperkenankan pergi oleh
penjaga gerbang, tetapi dengan syarat harus meninggalkan sebuh kitab agar dapat
dipelajari orang banyak. Dengan penuh keikhlasan akhirnya Lao Tse menyanggupi
persyaratan itu, kemudian dia bermalam tiga hari untuk menuliskan pikiran-pikirannya
dalam sebuah buku yang dikenal dengan Kitab Tao Te Ching, dalam dua bagian kitab.
Tao Te Ching menguraikan arti “kesaktian” yang sesuai dengan “jalan”, kitab Tao Te
Ching berisikan kurang lebih 500.000 kata, terbagi dalam 81 syair-syair pendek. Lao Tse
menyerahkan buku itu kepada Yan Si dan ajaran-ajaran Lao Tse masih tetap ada sampai
sekarang.
F. Kitab Suci Ajaran Taoisme
Tao Te Ching merupakan kitab suci di dalam agama Tao, terpandang kitab suci
tertipis di antara seluruh kitab suci berbagai agama di dunia. Terdiri atas 81 buah sajak-
sajak singkat, disertai prosa-prosa singkat. Terdiri dari 25 halaman yang kemudian diberi
komentar oleh pelbagai ahli filsafat sehingga menjadi kitab yang sangat tebal. Sekalipun
Tao Te Ching itu tipis tetapi isinya mencakup hamper keseluruhan aspek kehidupan.
Sekalipun kata yang digunakan sederhana akan tetapi kandungan maknanya berisikan
banyak paradoks. Kitab tipi situ betul-betul merupakan tantangan bagi siapapun untuk
memahamkan pengertiannya yang lebih dalam.
Kitab ini ditulis oleh Lao Tse pada abad 6 SM. Sangat sulit bagi orang awam
untuk memahami kitab tersebut karena sangat puitis dan disampaikan secara lugas. Isi
terpenting dari Tao Te Ching yaitu ajaran tentang Wu-wei. Wu-wei merupakan perintah
termasyhur bagi penganut Taoisme yang dijadikan pedoman-pedoman dan etika dalam
memelihara kehidupan seseorang dan memberikan contoh “jalan” untuk menjadi orang
yang bijaksana. Wu-wei adalah hidup yang dijalani tanpa ketegangan. Hal itu merupakan
perwujudan yang murni dari kelemah-lembutan, keseDi samping kitab Tao Te Ching
terdapat kitab-kitab lain yang dianggap oleh para ahli sebagai karya kedua terbesar dari
filsafat Taoisme, yaitu kitab Chuang-Tzu yang berisi tentang pemikiran guru Zhuang dan
murid-muridnya dan kitab Leizi yang berisi kumpulan-kumpulan cerita dan hiburan
dalam filsafat.
G. Ajaran dan Praktek Ibadah Taoisme
Taoisme memiliki empat ajaran yaitu:
1. Dao
Dao adalah inti dari ajaran Taoisme, yang berarti tidak berbentuk, tidak
terlihat, tapi merupakan proses kejadian dari semua benda hidup dan segala
benda-benda yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud dalam bentuk
benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De. Gabungan Dao dengan De
dikenal sebagai Taoisme yang merupakan landasan kealamian. Keabadian
manusia terwujud disaat seseorang mencapai kesadaran Dao, dan orang
tersebut akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekkan
Dao untuk mencapai kesadaran Dao, dan menjadi seorang dewa.
2. Yin dan Yang
Dao melahirkan sesuatu, yang disebut dengan Yin (Positif) dan Yang
(Negatif), Yin dan Yang saling melengkapi untuk menghasilkan tenaga atau
kekuatan. Kekuatan tersebut bersumber dari jutaan benda di dunia. Setiap
benda di alam semesta yang berupa benda hidup ataupun benda mati
mengandung Yin dan Yang yang saling melengkapi untuk mencapai
keseimbangan.
Lambang Yin dan Yang
• Yin : kegelapan, kejahatan, pasif, wanita, dsb.
• Yang : cahaya terang, kebaikan aktif, positif, pria, dsb.
3. Pandangan tentang Manusia
Manusia yang sombong dan melakukan hal di luar kemampuannya, maka
suatu saat dia akan mendapat celaan yang dapat membuatnya berduka atau
menderita. Karena itu, seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam
akan memilih mengundurkan diri dan menolak segala penghargaan yang
diberikan padanya. Ia memilih untuk tidak menonjolkan dirinya. Meskipun
demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa seseorang harus menyingkirkan
seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai ketentraman batin. Hal yang
perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap harta tersebut.
4. Etika
Dalam menjalani kehidupan yang ada, manusia mengarah pada
kehidupan yang alamiah tanpa adanya proses ikut campur. Kehidupan yang
alami inilah yang menjadi suatu kebajikan dasar yang memicu munculnya tiga
buah kebajikan lain yang menuntun manusia dalam kehidupannya, yaitu lemah
lembut, rendah hati, dan menyangkal diri. Kelemah-lembutan merupakan
teman dari kehidupan, sebaliknya, kekerasan dan kekakuan adalah teman dari
kematian. Rendah hati adalah sikap mampu membatasi diri dengan berbuat
seperlunya saja. Di dalam kitab Daode Ching dikatakan, “Tidak ada kutuk
yang lebih besar daripada merasa kurang puas. Tidak ada dosa yang lebih
besar daripada selalu ingin memiliki. Kemudian menyangkal diri adalah sikap
menganggap diri dan hidup manusia hanyalah sebagai pinjaman dari alam
semesta kepada manusia. Oleh karena itu, manusia yang bijaksana dan
menginginkan hidup tenang dan tenteram akan mempercayakan seluruh
hidupnya kepada Dao atau alam semesta.
H. Tiga Leluhur Agama Tao
1. Kaisar Kuning
Kaisar Kuning secara umum dikenal sebagai nenek moyang bangsa China dan
oleh karena itu Ia juga dihormati sebagai pendiri Taoisme. Tanggal awal masa
pemerintahannya – 2697 SM, dianggap sebagai permulaan awal penanggalan China
(Jiazi yang permulaan). Penanggalan Tao juga menggunakan waktu tersebut sebagai
awal dimulainya penanggalan mereka, maka umat Tao menganggap tahun 2008 yang
sekarang ini sebagai tahun ke-4705 penanggalan Tao.
2. Laozi
Laozi dikenal sebagai pemrakarsa falsafah Tao. Beliau dilahirkan pada
pertengahan bulan ke-2 penanggalan Imlek (Jigwee Capgo) tahun 1301 SM, pada
masa pemerintahan dinasti Shang. Beliau bernama Li Er. Berdasarkan analek Tao,
beliau merupakan penjelmaan dari Yuanshi Tianwang, dan merupakan personifikasi
dari Shenbaojun. Beliau juga dipanggil sebagai Taishang Laojun, Taishang Daozu,
atau Daode Tianzun, dan dianggap sebagai salah satu dari Trinitas Sanqing. Laozi
merupakan penulis kitab Daodejing.
3. Zhang Ling
Zhang Ling dikenal juga sebagai Zhang Daoling. Beliau merupakan pendiri
Taoisme aliran Zhengyi. Beliau dilahirkan pada tahun 34 M semasa pemerintahan
dinasti Han, dan merupakan cucu generasi ke-8 dari Zhang Liang. Zhang Ling
memadukan adat kebiasaan yang berlaku ketika itu dengan ajaran dari Daodejing,
guna mendirikan sekte Wu Dou Mi Dao (nama lain dari aliran Zhengyi/Orthodox
Oneness), beliau bergelar “Guru Langit” (Celestial Master). Beliau mengajarkan Tao
dari Kaisar Kuning dan Laozi, dan menyusun ritual dan aturan-aturan guna memberi
Taoisme bentuk sebagai suatu agama. Aliran tersebut melakukan banyak kegiatan
amal secara luas, dan reputasinya perlahan-lahan meluas ke seluruh negeri sebagai
agama dari masyarakat China.
I. Pandangan Agama Tao Terhadap Kehidupan dan Kematian:
Kehidupan
Manusia, sama seperti makhluk hidup yang lain, berasal dari alam dan memiliki
waktu kehidupan yang terbatas. Oleh karenanya, manusia seharusnya belajar
menghargai tubuhnya, dan mengembangkan kemampuan fisik dan spiritualnya.
Apapun yang ia inginkan haruslah selalu dalam sikap tidak berlebih-lebihan.
Manusia sebaiknya melakukan perbuatan-perbuatan amal, selalu bersikap sederhana
dan tidak berlebihan, dan mencintai sesama manusia dengan tujuan mencapai
kedamaian batin.
Taoisme meyakini bahwa manusia memiliki unsur Yin dan Yang dalam tubuhnya.
Unsur Yang terkandung dalam Tiga Hun dan Yin terkandung dalam Tujuh Po
Tiga Hun terdiri dari: Tai Guang, Shuang Ling, dan You Jing
Tujuh Po terdiri dari: Shi Gou, Fu Fu, Que Yin, Tun Zei, Fei Du, Chu Hui, Chou
Fei. Ini merupakan unsur negatif dalam tubuh kita.
Seperti yang tertulis dalam kitab You Yang Za Zu, “Tiga Hun membentuk tulang
dan Tujuh Po membentuk daging”. Proses menyatunya Yin dan Yang (persatuan
Langit dan Bumi) yang membuat manusia memperoleh tubuh fisik, pada saat
itulah Tiga Hunterkumpul. Kemudian setelah itu, Po terbentuk setiap tujuh hari; dan
dalam waktu 49 hari, ketujuh Po seluruhnya terkumpul. Proses tersebut
disebut Bulan-Penuh.
Kematian:
Kematian bukanlah akhir dari kehidupan, akan tetapi merupakan awal dari
masa/keadaan yang lain dalam kehidupan; “masa/keadaan spiritual”. Oleh karena
itu, umat Tao dianjurkan untuk melakukan Chao You , suatu ritual untuk arwah
sang almarhum (Tiga Hun), dari alam Jiu You, menuju Alam Surga Kebahagiaan
Abadi Langit Timur (Donghua Zhangle Jie). Walaupun demikian, Tujuh Potetap
ada sesudah kematian, dan umat Tao percaya bahwa sebuah ritual harus diadakan
untuk mengantarkan Tujuh Po tersebut masing-masing setiap tujuh hari (total 7x7=
49 hari dikenal juga sebagai ZuoQi). Hanya dengan demikan, maka sang almarhum
dapat beristirahat sepenuhnya dengan tenang, dan dapat memberkahi keturunannya
dari alam lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kita harus
memahami dan mengerti sejarah masing masing agama karena setiap agama memiliki ciri
khas tersendiri seperti dalam kepercayaan masyarakatnya, kitab-kitab yang di
percayainya, tuhan yang mereka sembah, peninggalan-peninggalan terdhulu pada agama
tersebut dan sebagainya pada Agama Hindu, Buddha dan Taoisme.
B. Saran
Sebagai penutup dari makalah ini, kami memberikan saran - saran yang kiranya dapat
bermanfaat bagi pembaca yaitu :
1. Agar kita lebih memahami konsep dari maksud kesimpulan, saran dan daftar
pustaka itu sendiri yang nanti akhirnya bermanfaat bagi kita sendiri dan orang lain.
2. Daftar pustaka mempermudah kita untuk mengetahui judul buku, pengarang,
tahun pembuatan, dan sebagainya yang menyangkut tentang daftar pustaka.
3. Kesimpulan, Saran dan Daftar pustaka ini juga sangat bermanfaat untuk semua
orang. Khususnya bagi mahasiswa agar mahasiswa bisa memahami fungsi dan
manfaatnya sehingga hasil laporan ini menjadi baik, benar, dan dapat dimengerti
semua pihak
DAFTAR PUSTAKA