Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN FILSAFAT

HINDU, BUDHA DAN TAO

Dosen : dr. Syafri Guricci, MSc, DAN


Disusun Oleh :
Kelompok 2
Anggraeni Dwi Puspita Sari (2018730008)
Annisa Gholiza Putri (2018730009)
Annaya Noor Sabina (2018730010)
Annisa Nurul Afifah (2018730011)
Annisa Salsabila Husna (2018730012)
Annisa Sastrawati Rayes (2018730013)
Azhar Wicaksono (2018730019)
Caesar Daffa N (2018730022)
Dawud Muzakki (2018730024)
Muhammad Ikmal Syafi’I (2018730067)

PRODI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2019
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II ISI
A. Hindu
a Etiologi
b Keyakinan Dalam Agama Hindu
c Konsep Ketuhanan
d Pustaka Suci
e Karakteristik
f Enam Filsafat Hindu
g Konsep Hindu
h Dewa-Dewa Hindu
i Golongan Masyarakat
j Pelaksanaan Ritual
k Sekte (Aliran) Dalam Hindu
l Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia
B. Budha
a Sejarah Agama Buddha
b Kelahiran Siddharta “Buddha” Gautama
c Kepercayaan Ajaran Agama Buddha
d Aliran-Aliran Agama Buddha
e Kitab Suci Agama Buddha
f Ibadat Agama Buddha
g Hari Raya Agama Buddha
h Peninggalan Agama Buddha
i Tuhan Menurut Pandangan Ajaran Buddha
C. Taoisme
a Sejarah Ajaran Taoisme
b Perkembangan Ajaran Taoisme
c Pengertian Taoisme
d Lambang Agama Taoisme
e Sejarah Lao Tse
f Kitab Suci Ajaran Taoisme
g Ajaran dan Praktek Ibadah Taoisme
h Tiga Leluhur Agama Taoisme
i Pandangan Agama Taoisme Terhadap Kehidupan dan Kematian
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WarahmatullahiWabarakatuh
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
berkat rahmat, dan anugrah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah
permasalahan dari laporan filsafat. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil pembelajaran dan
diskusi kami mengenai HINDU, BUDHA dan TOA.
Pada penyusunan laporan ini, tidak semata-mata hasil kerja kami, melainkan juga
berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang telah membantu baik secara materi
maupun non materi. Maka dari itu kami ingin mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada orang-orang yang telah membantu kami secara langsung maupun tidak
langsung, kepada :
1. Yth, dr. Syafri Guricci, MSc, DAN sebagai dosen filsafat kami,
2. Yth, kepada orang tua kami semua yang telah memberikan dukungan kepada kami
dalam penyusunan makalah ini, dan
3. Teman-teman sejawat yang kami cintai dan sayangi.
Kami menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, saran dan
kritik membangun untuk perbaikan makalah ini sangat kami harapkan. Akhir untuk
semua itu, kami mendoakan semoga Allah SWT membalas jasa-jasa mereka semua
Aamiin. Harapan kami semoga penulisan laporan ini bisa bermanfaat bagi kami dan para
pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Hindu adalah salah satu agama atau aliran kepercayaan yang hingga
kini masih dikenal oleh masyarakat di dunia. Agama ini dalam perjalanannya
memiliki kisah, system peraturan dan kemasyarakatan yang unik bila
dibandingkan dengan agama lainnya. Agama ini juga dikenal mengandung
sinkretisme yang dibentuk dari perpaduan antara berbagai jenis kepercayaan dan
budaya di anak benua India. Bila dipikirkan, dari seluruh agama yang masih
hidup, mungkin agama Hindu yang paling tua setelah kepercayaan animism dan
dinamisme.
Agama Buddha merupakan salah satu agama utama dunia. Buddhisme
muncul di India bagian Utara pada abad ke-6 SM dan berdasar pada ajaran
Siddhartha Gautama yang setelah pencerahan-Nya diberi julukan Buddha. Di
Indonesia agama Buddha mulai diperkenalkan pada abad ke V Masehi oleh para
pedagang yang berasal dari India. Agama Buddha pernah mengukir sejarah
kejayaan bangsa di masa silam. Banyak bukti-bukti sejarah yang merupakan bukti
kejayaan agama Buddha, di antaranya Candi Borobudur yang terkenal sampai ke
seluruh dunia. Namun setelah runtuhnya kerajaan Majapahit agama Buddha
mengalami kemunduran dan digantikan oleh Islam. Baru pada tahun 1954 Agama
Buddha kembali muncul ditandai dengan pentahbisan bhikkhu pertama Indonesia
yaitu Ashin Jinarakkhita oleh Ven. Mahasi Sayadaw di Myanmar. Kemudian
Agama Buddha mendapat pengakuan resmi dan perlindungan dari pemerintah
serta bantuan yang sama seperti agama lainnya di Indonesia, sesuai dengan
ketetapan Presiden No. 1 tahun 1963.
Agama Tao yang kita tahu, merupakan agama-agama orang Cina yang lebih
memusatkan ajarannya untuk mencintai alam semesta. Sesungguhnya tidak
satupun kebudayaan di dunia ini yang mempunyai warna tunggal. Di Cina, nada-
nada klasik dari agama Khong Hu Cu telah diimbangi bukan saja oleh berbagai
ragam spiritual dari agama Budha melainkan juga oleh berbagai corak romantic
dari Taoisme.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah agama Hindu ?
2. Bagaimana karakteristik Agama Hindu ?
3. Apa saja ritual yang dilakukan di Agama Hindu ?
4. Bagaimana perkembangan Agama Hindu di Indonesia ?
5. Bagaimana sejarah dari Agama Buddha ?
6. Apa saja peninggalan Agama Buddha ?
7. Bagaimana Pandangan Tuhan menurut Agama Buddha ?
8. Bagaimana sejarah ajaran Taoisme ?
9. Bagaimana pandangan kehidupan dan kematian menurut Agama Taoisme ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dari Agama Hindu, Buddha dan Taoisme
2. Untuk mengetahui Karakteristik Agama Hindu
3. Untuk memahami ritual yang dipercayai oleh Agama Hindu
4. Untuk mengetahui perkembangan dari Agama Hindu di Indonesia
5. Untuk mengetahui peninggalan dari Agama Buddha
6. Untuk memahami pandangan Tuhan menurut Agama Buddha
7. Untuk mengetahui pandangan kehidupan dan kematian menurut Agama
Taoisme
BAB II
PEMBAHASAN

HINDU
Asal-usul Agama Hindu di dunia dimulai dari masuknya Bangsa Arya ke India
sejak 1500 SM. Masuknya Bangsa Arya ke India membawa perubahan yang sangat besar
dalam tata kehidupan masyarakat India. Perubahan tersebut terjadi karena Bangsa Arya
mengadakan integrase kebudayaan dengan Bangsa Dravida dan selanjutnya integrase ini
melahirkan agama Hindu.
Asal-usul Agama Hindu Bangsa Arya mulai menulis kitab-kitab suci Weda.
Kitab suci ini dituliskan dalam 4 bagian seperti Reg Weda, Sama Weda, Yayur Weda,
dan Atharwa Weda. Peradaban dan kehidupan bangsa Hindu jelas terdapat juga dalam
kitab Brahmana atau dalam kitab Upanisad. Ketiga kitab inilah yang menjadi dasar
pemikiran dan dasar kehidupan orang-orang Hindu. Asal-usul agama Hindu
ditindaklanjuti dengan adanya perubahan corak kehidupan di India. Corak kehidupan
masyarakat Hindu tersebut dibedakan atas 4 kasta, diantaranya :
1. Kasta Brahmana : Keagamaan
2. Kasta Ksatria : Pemerintahan
3. Kasya Wacyd (Waisya) : Pertahanan dan perdagangan
4. Kasta Cudra (Sudra) : Kaum pekerja kasar.

Kepercayaan Bangsa Hindu bersifat politeisme (menuju banyak dewa). Di dalam


pemujaan terhadap dewa itu sering dibuatkan patung-patung yang disesuaikan dengan
peranan dewa tersebut di dalam kehidupan manusia. Patung-patung itu merupakan
symbol dari dewa-dewa yang disembahnya seperti misalnya Dewa Brahma sebagai Dewa
Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Dewa Pelindung, dan Dewa Siwa sebagai Dewa Pelebur
atau Pembinasa. Ketiga dewa itu diberi nama Tri Murti. Tri Murti sendiri berarti yang
Maha Kuasa. Sedangkan dewa-dewa lainnya yang dipuja deperti Dewi Saraswati sebagai
Dewi Kesenian dan Ilmu Pengetahuan, Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan, dan lain
sebagainya.

Agama Hindu (Bahasa Sansekerta: Sanatana Dharma “Kebenaran Abadi”), dan


Vaidika-Dharma (“Pengetahuan Kebenaran”) adalah sebuah agama yang berasal dari
anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari Agama Weda (Brahmanisme) yang
merupakan kepercayaan bangsa INDO-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul
antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih
bertahan hingga kini. Agama ini merupaka agama ketiga tersebar di dunia setelah agama
Kristen dan islam dengan jumlah umat sebanyak hamper 1 milliar jiwa.

Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini
terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara
sampai kira-kira abad ke-15 lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat
itu agama ini digantikan oleh Agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang,
mayoritas pemeluk Agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga
yang tersebar di pulau Jawa, Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi
(Toraja dan Bugis-Sidrap).

A. Etimologi
Dalam Bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sansekerta).
Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah
dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut
bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam
Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) – sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada
awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hindu di wilayah sungai Sindhu.
Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda
digenapi oleh para Brahmana. Pada zaman munculnya Agama Budha, Agama Hindu
sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.
B. Keyakinanan Dalam Agama Hindu
Hindu seringkali dianggap sebagai yang beraliran politeisme karena memuja
banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam Agama Hindu, Dewa
bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya.
Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita wedanta menegaskan bahwa hanya ada
satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang
memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk
Dalan Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan
Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan
tersebut, yakni :
1. Widhi Tattwa – percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya.
2. Atma Tattwa – percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk.
3. Karmaphala Tattwa – percaya dengan adanya hokum sebab-akibat dalam
setiap perbuatan.
4. Punarbhava Tattwa – percaya dengan adanya proses kelahiran kembali
(reinkarnasi).
5. Moksa Tattwa – percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir
manusia.
C. Konsep Ketuhanan
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang
panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang
pernah ada di dunia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam tubuh
Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme,
monism, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme. Konsep ketuhanan yang paling
banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan
Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monism,
politeisme) kurang diketahui. Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh
umat Hindu pada umumnya karena berdasarkan pengamatan para sarjana yang meneliti
Agama Hindu tidak secara menyeluruh.
D. Pustaka Suci
Ajaran Agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci
keagamaan yang disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad, yang mana
di dalamnya memuat nilai-nilai spiritual keagamaan berikut dengan tuntunan dalam
kehidupan di jalan dharma. Di antara susastra suci tersebut, Weda merupakan yang paling
tua dan lengkap, yang diikuti dengan Upanishad sebagai susatra dasar yang sangat
penting dalam mempelajari filsafat Hindu.sastra lainnya yang menjadi landasan penting
dalam ajaran Hindu adalah Tantra, Agama dan Purana serta kedua Itihasa (epos), yaitu
Ramayana dan Mahabharata. Bhagawadgita adalah ajaran yang dimuat dalam
Mahabharata, merupakan susastra yang dipelajari secara luas, yang sering disebut sebagai
ringkasan dari Weda.
Hindu meliputi banyak aspek keagamaan tradisi tuntunan hindu serta
aliran/sekte. Umat Hindu meyakini akan kekuasaan Yang Maha Esa, yang disebut dengan
Brahman dan memuja Brahma, Wisnu atau Siwa sebagai perwujudan Brahman dalam
menjalankan fungsi sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semestra.
Secara umum, pustaka suci Hindu sibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
kitab Sruti dan kelompok kitab Smerti.
 Sruti berarti “yang didengar” atau wahyu. Yang tergolong kitab Sruti adalah
kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti misalnya Weda,
Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan
Upanishad terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti misalnya
Regweda dan Isopanishad. Kitab Weda berjumlah empat bagian sedangkan
kitab Upanishad berjumlah sekitar 108 buah.
 Smerti berarti “yang diingat” atau tradisi. Yang tergolong kitab Smerti adalah
kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang ditulis
berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti misalnya kitab tentang
ilmu astronomi, ekonomi, politik, kepemimpinan, tata negara, hokum,
sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab Smerti merupakan penjabaran moral
yang terdapat dalam kitab Sruti.
E. Karakteristik
Dalam Agama Hindu, seorang umat berkontemplasi tentang misteri Brahman dan
mengungkapkannya memlui mitos yang jumlahnya tidak habis-habisnya dan melalui
penyelidikan filosofis. Mereka mencari kemerdekaan dari penderitaan manusia melalui
praktik-praktik askese atau meditasi yang mendalam, atau dengan mendekatkan diri
kepada Tuhan melalui cinta kasih, bakti dan percaya (Sradha).
Umat Hindu juga menyebut agamanya sebagai Sanatana Dharma yang artinya
Dharma yang kekal abadi.
Menurut kepercayaan para penganutnya, ajaran Hindu langsung diajarkan oleh
Tuhan sendiri, yang turun atau menjelma ke dunia yang disebut Awatara. Misalnya
Kresna, adalah penjelmaan Tuhan ke dunia pada zaman Dwaparayuga, sekitar puluhan
ribu tahun yang lalau. Ajaran Kresna atau Tuhan sendiri yang termuat dalam kitab
Bhagawadgita, adalah kitab suci Hindu yang utama. Bagi Hindu, siapapun berhak dan
memiliki kemampuan untuk menerima ajaran suci atau wahyu dari Tuhan asalkan dia
telah mencapai kesadaran atau pencerahan. Oleh sebab itu dalam agama Hindu wahyu
Tuhan bukan hanya terbatas pada suatu zaman atau untuk seseorang saja. Bahwa wahyu
tuhan yang diturunkan dari waktu ke waktu pada hakekatnya adalah sama, yaitu tentang
kebenaran, kasih saying, kedamaian, tentang kebahagiaan yang kekal abadi, tentang
hakekat akan diri manusia yang sebenarnya dan tentang dari mana manusia lahir dan mau
kemana manusia akan pergi, atau apa tujuan yang sebenarnya manusia hidup ke dunia.
F. Enam Filsafat Hindu
Terdapat dua kelompok filsafat India, yaitu Astika dan Nastika. Nastika
meruoakan keompok aliran yang tidak mengakui kitab Weda, sedangkan kelompok
Astika sebaliknya. Dalam Astika, terdapat enam macam aliran filsafat. Keenam aliran
filsafat tersebut yaitu : Nyaya, Waisasika, Samkhya, Yoga, Mimamsa, dan Wedanta.
Ajaran filsafat keenam aliran tersebut dikenal sebagai Filsafat Hindu. Kelompok Nastika
umumnya kelompok yang lahir ketika Hindu masih berbentuk ajaran Weda dan kitab
Weda belum tercapai. Hindu baru muncul setelah adanya kelompok Astika. Kedua
kelompok tersebut antara Astika dan Nastika merupakan yang sangat berbeda (Nastika
bukanlah Hindu).
Terdapat enam Astika (filsafat Hindu) – institusi pendidikan filsafat ortodok yang
memandang Weda sebagai dasar kemutlakan dalam pengajaran filsafat Hindu – yaitu :
Nyaya, Vaisheshika, Samkhya, Yoga, Mimamsa (juga disebut dengan Purva Mimamsa),
dan Vedanta (juga disebut dengan Uttara Mimamsa) ke-enam sampradaya ini dikenal
dengan istilah Sad Astika Darshana atau Sad Darshana. Diluar keenam Astika diatas,
terdapat juga Nastika, pandangan Heterodok yang tidak mengakui otoritas dari Weda,
yaitu : Buddha, Jaina dan Carvaka.
Meski demikian, ajaran filsafat ini biasanya dipelajari secara formal oleh para
pakar, pengaruh dari masing-masing Astika ini dapat dilihat dari sastra-sastra Hindu dan
keyakinan yang dipegang oleh pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.
G. Konsep Hindu
Hindu memiliki beragam konsep keagamaan yang diterapkan sehari-hari.
Konsep-konsep tersebut meliputi pelaksanaan yajna, system Catur Warna (kasta), pemuja
terhadap Dewa-Dewi. Trihitakarana, dan lain-lain.
H. Dewa-Dewi Hindu
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa adalah makhluk suci, makhluk supernatural,
penghuni surge, setara dengan malaikat, dan merupakan manifestasi dari Tuhan Yang
Maha Esa. Kata “dewa” berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam kirab suci
Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh
tiga dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Di antara Dewa-Dewi dalam agama Hindu, yang paling terkenal sebagai suatu konsep
adalah Brahma, Wisnu, Ciwa. Mereka disebut Trimurti.
Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak
bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan suatu tanpa
kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung
kepada kehendak Tuhan. Filsafat Advaita (yang berarti “tidak ada duanya”) menyatakan
bahwa tidak ada yang setara dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah perantara antara
beliau dengan umatnya.
I. Golongan Masyarakat
Dalam agama Hindu, dikenal istilah Catur Warna bukan sama sekali dan tidak
sama dengan kasta. Karena di dalam ajaran Pustaka Suci Weda, tidak terdapat istilah
kasta, yang ada hanyalah istilah Catur Warna. Dalam ajaran Catur Warna, masyarakat
dibagi menajdi empat golongan, yaitu :
 Brahmana : golongan para pendeta, orang suci, pembuka agama dan
rohaniwan
 Ksatria : golongan para raja, adipati, patih, menteri, dan pejabat negara
 Waisya : golongan para pekerja di bidang ekonomi
 Sudra : golongan para pembantu ketiga golongan di atas

Menurut ajaran Catur Warna, status seseorang didapat sesuai dengan


pekerjaanya. Jadi, status seseorang tidak didapat semenjak dia lahir melainkan didapat
setelah ia menekuni suatu profesi atau ahli dalam suatu bidang tertentu. Catur Warna
menekankan seseorang agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya,
keempat golongan sangat dianjurkan untuk saling membantu agar dapat memperoleh hak.
Dalam system Catur Warna terjadi suatu siklus “memberi dan diberi” jika keempat
golongan saling memenuhi kewajibannya.

J. Pelaksanaan Ritual
Dalam ajaran Hindu, Yajna merupakan pengorbanan suci secara tulus ikhlas
kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada para leluhur, kepada sesama manusia, dan kepada
alam semesta. Biasanya diwujudkan dalam ritual yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan umat Hindu. Tujuan pengorbanan tersebut bermacam-macam, bias untuk
memohon keselamatan dunia, keselamatan leluhur, maupun sebagai kewajiban seseorang
umat Hindu. Bentuk pengorbanan tersebut juga bermacam-macam, salah satunya yang
terkenal adalah Ngaben, yaitu ritual yang ditunjukkan kepada leluhur (Pitra Yadnya).
K. Sekte (Aliran) Dalam Hindu
Jalan yang dipakai untuk menuju Tuhan (Hyang Widhi) jalurnya beragam, dan
kemudian dikenallah para Dewa. Dewa yang tertinggi dijadikan sarana untuk mencapai
Hyang Widhi. Aliran terbesar agama Hindu saat ini adalah dari golongan Sekte
Waisnawa yaitu menonjolkan kasih sayang dan bersifat memelihara; yang kedua terbesar
ialah Sekte Siwa sebagai pelebur dan pengembali yang menjadi tiga sekte besar, yaitu
Sekte Siwa, Sekte Sakti (Durga), dan Sekte Ganesha, serta terdapat pula Sekte Siwa
Siddhanta yang merupakan aliran mayoritas yang dijalani oleh masyarakat Hindu Bali,
Sekte Bhairawa dan Sekte-Sekte yang lainnya. Yang ketiga ialah Sekte Brahma sebagai
pencipta yang menurunkan Sekte Agni, Sekte Rudra, Sekte Yama, dan Sekte Indra. Sekte
adalah jalan untuk mencapai tujuan hidup menurut Agama Hindu, yaitu moksha (kembali
kepada Tuhan), dan pemeluk Hindu dipersilahkan memilih sendiri aliran yang mana
menurutnya yang paling baik/bagus.

L. Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia


Sejarah secara umum masuknya Hindu ke Indonesia oleh kaum Brahmana dan
Waisya dengan cara berdagang pertukaran berang dan kontak kebudayaan.
Perkembangan Hindu di Indonesia sangat cepat dan menyebar di berbagai daerah,
terbukti banyak peninggalan-peninggalan jaman kerajaan Hindu yang ada di banyak
daerah.
Mulai dari Kerajaan Kutai Kalimantan Timur, pada tahun 400 masehi, telah
didapatkan sebuah Yupa di tepi Sungai Mahakam Kalimantan Timur. Isi Yupa tersebut
memberi bukti-bukti ke Hinduan yang tertua di Indonesia. Yupa tersebut menggunakan
Huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta. Dari 7 buah Yupa yang ditemukan, bisa
dikatakan bahwa pada jaman kerajaan ini adalah merupakan penganut Siwaitis atau
Waprakeswara yang merupakan suatu tempat suci yang berhubungan dengan dewa
Iswara (nama lain dari Dewa Siwa). Kerajaan Kutai ini dipimpin oleh raja Mulawarman.
Pada Abad ke 5 Hindu berkembang di daerah Jawa Barat ditandai dengan kerajaan
Tarumanegara dengan rajanya yang bernama Purnawarman. 7 buah Prasasti dan batu-
batu yang bertuliskan Huruf Pallawa memakai Bahasa Sansekerta. Ketujuh prasati
tersebut dijumpai di Ciareuteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu
dan Lebak.
Setelah Jawa Barat, pengaruh Hindu masuk ke Jawa Tengah sekitar abad ke-6
yang ditandai dengan ditemukannya Prasasti Tuk Mas dan Prasasti Canggul yang
dikeluarkan oleh raja Sanjaya sekitar tahun 654 dengan Candra Sengkala “Srti Indria
Rasa” keseluruhan prasasti itu terdiri dari 12 bait yang memuat tentang pemujaan Dewa
Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma.

Di zaman berikutnya Agama Hindu berkembang di daerah Jawa Timur,


dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinoyo pada tahun 682 saka memakai huruf
Jawa Kuno dan Bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut menerangkan bahwa raja Simha
dari kerajaan Kanyuruhan mengadakan upacara besar berserta para pendeta dan
penduduk negeri. Candi Badut di Malang merupakan salah satu bukti jejak Hindu di Jawa
Timur. Selanjutnya pada pemerintahan Airlangga di Pasuruan jawa Timur tahun 1019-
1042. Airlangga mempunyai 2 putra, supaya tidak terjadi perebutan tahta melalui
pertolongan Mpu Bharadah pada tahun 1041 kerajaan dibagi menjadi 2. Kerajaan
Jenggala Singasari dan kerajaan Panjalu kediri.
Pada zaman kerajaan Singosari pada tahun 1042-1222 masehi, Ken Arok sebagai
raja pertama digelari Bhatara Guru. Peninggalan yang membuktikan Ken Arok penganut
Hindu adalah berdirinya candi Kidal, Candi Jago dan Candi Singosari. Pada abab 13
berakhirlah masa Singosari sehingga muncul kerajaan Majapahit.
Dengan Rajanya Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada kerajaan Maja Pahit
dikenal sebagai kerajaan yang kuat dan mampu menguasai wilayah di luar Indonesia. Di
zaman pemerintahan ini pula kerajaan surut seiring dengan itu perkembangan Agama
Hindu mulai mengalami kemunduran.

BUDHA
A. Sejarah Agama Budha

Agama Buddha merupakan salah satu agama yang muncul dan berkembang pesat
di daratan India. Agama ini mulai muncul pada abad ke-6 SM. Sebagai agama yang
muncul pada masa itu, secara historis agama tersebut masih mempunyai kaitan erat
dengan agama pendahulunya, yaitu agama Hindu. Pembawa ajaran agama ini adalah
Sindharta Buddha Gautama, yang sebelum memperoleh pencerahan merupakan seorang
pangeran kerajaan Maghada dan pemeluk agama Hindu.

Pedoman dan hukum-hukum yang diajarkan oleh Sindharta mempunyai tujuan


akhir untuk melepaskan nafsu dan penderitaan dalam hidup manusia sehingga dapat
mencapai nirvana. Sebagai agama, ajaran Buddha tidak bertitik tolak kepada Tuhan dan
hubungan-Nya dengan alam semesta dan seluruh isinya. Agama Buddha justru bertitik
tolak kepada keadaan yang dihadapi manusia dalam kehidupannya sehari-hari, khususnya
tentang tata susila manusia agar terbebas dari lingkaran sukkha yang selalu mengiringi
hidupnya.

B. Kelahiran Siddharta “Buddha” Gautama

Siddharta Gautama lahir sekitar tahun 560 S.M di gana-sangha (persekutuan


mandiri) India Utara, dengan ibukotanya Kapilawastu. Ia merupakan pangeran dari
kerajaan tersebut. Sebuah riwayat menceritakan kelahirannya yang menyatakan bahwa
Maya, ibunya, sebelum mengandung Siddharta memimpikan seekor gajah putih masuk ke
dalam rahimnya.
Setelah mimpi aneh tersebut, raja menanyakan makna mimpi itu kepada 44 orang
brahmana termahsyur di negerinya. Para Brahmana menyimpulkan bahwa raja akan
segera memiliki keturunan. Peristiwa aneh kemudian terjadi di saat proses mengandung,
meskipun telah mengandung lebih dari sembilan bulan, anak tersebut tidak kunjung lahir.
Baru ketika memasuki bulan ke-10 usia kandungan, anak tersebut lahir. Tujuh
hari kemudian, ibu dari Siddharta Gautama meninggal. Siddharta kemudian diasuh dan
dibesarkan oleh bibinya. Meskipun dibesarkan oleh bibinya, Sidharta telah menunjukkan
kecerdasan di atas rata-rata. Bahkan ia sudah bisa menulis sebelum diajarkan oleh
gurunya.
Menurut riwayat hidupnya Siddharta Gautama pada awalnya merupakan pemeluk
agama Hindu, mengikuti orang tuanya. Untuk mencegah pengaruh kehidupan masyarakat
yang mungkin dapat melemahkan keimanannya, maka ia tidak diizinkan melihat dunia
luar istana.
Siddharta memperoleh pendidikan yang sangat isolatif dari masyarakat luar.
Untuk menyenangkan dan mencegah munculnya keinginan melihat dunia luar,
keluarganya memberikan kehidupan serba mewah kepadanya. Tetapi layaknya manusia
pada umumnya, Siddharta mengalami kebosanan dan ketidakpuasan dengan kehidupan
monoton yang dijalaninya.
C. Kepercayaan dan Ajaran Agama Buddha
Setelah Siddharta Buddha Gautama memperoleh pencerahan, ia memutuskan
membatalkan kepergiannya ke nirvana agar dapat mengajarkan visinya kepada orang
lain. Visi ini ia ajarkan dalam Empat Kebenaran Mulia atau disebut Catur Arya Sentani,
dan Delapan Jalan Luhur atau disebut Astha Arya Margha.
Empat kebenaran luhur atau Catur Arya Sentani terdiri dari:
1. Dukha, artinya penderitaan, maksudnya bahwa hidup di dunia adalah
penderitaan. Sepanjang hidupnya manusia mengalami penderitaan, ajaran
Buddha ditunjukan untuk membantu manusia mengerti makna penderitaan dan
mengatasinya.
2. Samudaya, artinya sebab penderitaan. Penyebab penderitaan adalah keinginan
manusia yang kuat akan hidup, kesenangan, dan harta.
3. Nirodha, artinya pemadaman. Pemadaman di sini maksudnya adalah
menghilangkan penderitaan itu dengan jalan menyingkirkan keinginan kuat.
4. Margha, jalan untuk menghilangkan keinginan kuat nafsu duniawi. Jalan yang
dimaksudkan adalah jalan tengah antara aksese dan hedonisme, satu-satunya
jalan untuk menghilangkan keinginan kuat itu.
Untuk menghilangkan keinginan kuat kehidupan duniawi, manusia harus menempuh
delapan jalan tengah atau disebut Astha Arya Margha, yaitu:
Mengerti empat kebenaran mulia dengan benar.
1. Berpikir benar, yang membawa kepada sifat mencintai semua bentuk
kehidupan, bahkan juga kepada kehidupan yang tingkatannya paling rendah
sekalipun.
2. Berbicara dengan benar, dengan tujuan yang mulia.
3. Bertingkah laku dengan benar, menyangkut tindakan yang bermoral, penuh
perhatian kepada sesama, dan melakukan kebaikan terhadap semua makhluk
hidup.
4. Mata pencaharian yang benar, maksudnya adalah supaya umat Buddha tidak
mencari pencaharian dari hal-hal yang mengakibatkan kekerasan.
5. Usaha yang benar untuk mengusir semua pikiran jahat.
6. Perhatian yang benar menyangkut kesadaran terhadap kebutuhan orang lain.
7. Konsentrasi yang benar dalam melakukan meditasi, sehingga ketenangan batin
seseorang dapat tercipta.
Selama hidupnya, Siddharta “Buddha” Gautama tidak mengerjakan cara-cara
menyembah kepada Tuhan maupun konsepi ketuhanan. Walaupun dalam wejangan-
wejangannya kadang menyebut tuhan, tetapi ia lebih banyak menekankan tentang ajaran
hidup suci, seingga banyak ahli menyebut agama Buddha sebagai ajaran moral.

Tidak disinggungnya konsep ketuhanan dalam agama Buddha tercermin dalam


credo/syahadat agama Buddha atau disebut Triratna, yang berbunyi:

Budham Saranam gacchami : Aku berlindung kepada Buddha.


Dharman Saranam gacchami : Aku berlindung kepada Dharma (hukum-hukum agama).
Sangham Saranam gacchami : Aku berlingung kepada Sangha (orde pendeta).
Dalam susunan kalimat kesaksian tersebut tidak disebut nama tuhan, hanya ada
penyerahan diri kepada Budha, Dharma, dan kepada Sangha.
Sementara untuk menegakkan Dharma, maka pengikut-pengikut Buddha pada umumnya
wajib menjauhi larangan-larangan sebagai berikut

1. Dilarang melakukan pembunuhan terhadap semua makhluk.


2. Dilarang melakukan pencurian, perampokan, penyerobotan, dan sebagainya.
3. Dilarang melakukan perbuatan cabut, misalnya berzina.
4. Dilarang berbuat dusta/menipu.
5. Dilarang minum minuman keras.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Ajaran Buddha Gautama merupakan


reformasi terhadap ajaran para Brahman. Ia sendiri dulunya berasal dari golongan
Ksatria, sehingga tidak mengherankan jika banyak orang dari kasta tersebut yang menjadi
pengikutnya.

Reformasi yang diadakan oleh Buddha Gautama antara lain:

1. Meniadakan sistem kasta menurut agama Hindu.


2. Meniadakan penyembahan kepada banyak dewa.
3. Memberikan pengertian baru kepada hukum karma dan samsara/reinkarnasi.
Menurut Buddha Gautama, jika manusia mampu melaksanakan hidup suci
dengan melenyapkan keinginan kuat nafsu kehidupan, maka setelah ia melalui
serangkaian reinkarnasi pada akhirnya ia akan mencapai nirwana. Orang yang telah
mencapai nirwana disebut Arahat. Dalam rangkaian reinkarnasi itu orang dapat menjelma
menjadi manusia kembali, binatang atau dewa.
D. Aliran-Aliran Agama Budha
Beberapa abad setelah Buddha meninggal, Buddha Theravada dan Mahayana
lahir sebagai dua aliran utama dalam pengajaran Budha. Buddha Theravada adalah jalan
keselamatan yang biasanya diikuti oleh para rahib, sedangkan Buddha Mahayana adalah
kelompok yang paling bear di antara dua kelompok aliran itu dengan lebih dari 300 juta
pengikut di seluruh dunia.
Terdapat perbedaan yang mendasar di dua aliran ini, karena saat Buddha
Gautama meninggal ajaran Buddha waktu itu belum dicatat atau dibukukan, maka ajaran
yang diajarkan kepada murid-muridnya hanya tersimpan dalam ingatan mereka. Maka
timbul perbedaan perubahan dan perbedaan penafsiran di antara dua aliran ini.
1. Buddha Theravada
Buddha Theravada atau Hinayana merupakan aliran ortodoks dalam
agama Buddha, yaitu aliran yang mempertahankan keaslian ajaran agama
Buddha. Aliran ini dapat ditemuai di Sri Lankka, Myanmar, Thailand, dan
beberapa tempat di Asia Tenggara. Theravada artinya jalan bagi kaum tua-tua,
sementara Hinayana berarti kendaraan kecil. Ajarannya didasarkan pada kitab
yang disebut Pali Canon, yang dipercayai pemeluk sekte ini sebagai catatan
paling akurat tetang apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Buddha.
Salah satu esensi pokok dari kitab itu adalah menekankan bahwa
Buddha hanyalah seorang manusia, seseorang yang telah mencapai
pencerahan, dan bahwa pencerahan dapat dicapai dengan mengikuti teladan
dan ajarannya.
Tujuan tertinggi dari aliran ini adalah menjadi Arahat yaitu orang
yang benar-benar telah lenyap nafsu dan keinginannya serta ketidaktahuannya,
sehingga ia dapat mencapi Nirwana dan terbebas dari rangkaian samsara
(reinkarnasi). Aliran ini menitik beratkan pada kelepasan individual, artinya
tiap orang berusaha melepaskan dirinya masing-masing dari penderitaan
hidup.
Dalam sekte Theravada terdapat dua golongan umat. Golongan
pertama adalah para rahib Buddha, atau biasa yang disebut biksu. Mereka
bergantung pada kaum awam Buddha untuk makanan dan pakaian mereka.
Para biksu bebas dari tugas rumah tangga sehingga mereka mempunyai
kesempatan yang baik untuk mencapai nirvana. Di antara para biksu itu, para
rahib hutan lah yang paling dekat pada pencerahan karena meditasi mereka
yang sangat ketat.
Sementara golongan kedua adalah pemilik rumah tangga. Golongan
ini akan menerima kemurahan kelahiran kembali pada masa yang akan datang
dengan cara memberikan makanan, pakaian, dan uang kepada para rahib.
2. Buddha Mahayana
Mahayana yang artinya kendaraan besar adalah aliran yang
mengadakan pembaharuan terhadap ajaran Buddha yang asli. Penganut aliran
ini banyak dijumpai di negara-negara India, Nepal, Tibet, Mongolia,
Tiongkok, Korea, Jepang, dan India. Tokoh terkemuka yang dianggap
sebagai reformer oleh penganut aliran ini adalah Acvagosha. Ciri khas dari
aliran ini adalah adanya upacara penyembahan kepada Tuhan dalam agama
Buddha.
Jika meneliti lebih dalam konsepsi ketuhanan menurut aliran
Mahayana, sebenarnya hampir menyerupai paham kedewataan dalam agama
Hindu. Dengan demikian terdapat keterkaitan historis bahwa kepercayaan
India lama itu masih tampak pengaruhnya di kepercayaan agama Buddha,
khususnya Mahayana.
Dalam konsepsi ketuhanan aliran Mahayana masih tampak adanya
pengaruh dari aliran Bhakti dan Tantra. Yaitu aliran yang merupakan
perpaduan sinkretis dari berbagai macam kepercayaan, termasuk kepercayaan
primitif di India.
Menurut Teologi Mahayana, yang disebut Buddha itu bukan hanya
Buddha Gautama saja, melainkan terdapat 4 orang lagi yang disebut Buddha
sebagai guru dunia, yaitu: Kakusandha, Konagammana, dan Kassapa yang
telah datang sebelum Buddha Gautama, dan setelah Buddha Gautama kelak
akan datang seorang lagi manusia Buddha yang bernama Maitreya.
Susunan wujud tingkat tinggi sampai wujud tingkat terendah menurut
aliran Mahayana dapat dilihat di tabel berikut:
Tingkat Wujud Tingkat Alam
Adhi Buddha Maha Para Nirwana
Dhyani Buddha Para Nirwana
Dhayani Boddhisatwa Dewacan Arupa Dewacan Rupa Dewacan
Manusia Buddha
Manusia Binatang Rupa
Arta
Asuraka Kamaloka
Adhi Buddha adalah Buddha asli yang tidak lain adalah Tuhan Yang
Maha Esa. Adhi Buddha ini bersemayam di dalam Maha Para Nirwana. Pada
tingkat bawahnya terdapat Dhyani Buddha, yang merupakan pancaran dari
Adhi Buddha. Dhyani Buddha mempunyai kedudukan sebagai dewa tertinggi
yang bersemayam di surge Sukhawati
Menurut kepercayaan aliran Mahayana, tujuan tertinggi bukanlah
menjadi Arahat layaknya aliran Theravada, melainkan menjadi Boddhisatwa.
Cita-cita pengikut aliran Mahayan bukan lah kelepasan individual, tetapi
kelepasan bersama-sama orang banyak sehingga lairan itu diberi nama
kendaraan besar, karena mempunyai jangkauan untuk menyelamatkan lebih
bnyak umat manusia.
Perbedaan Mendasar Aliran Theravada dan Mahayana
No. Theravada Mahayana
1. Manusia sebagai pribadi. Manusia terlibat dengan
sesamanya.
2. Manusia sendirian dalam alam Manusia tidak sendirian
semesta (emansipasi dengan (penyelamatan melalui rahmat).
upaya sendiri).
3. Kebijakan utama: kearifan Kebijakan utama : Karunia, belas
kasih
4. Agama sebagai jabatan seumur Agama itu penting bagi hidup di
hidup (khususnya bagi para rahib) dunia (tidak terbatas di rahib).
5. Tujuan akhirat: Arahat. Tujuan akhir: Boddhisatwa.
E. Kitab Suci Agama Buddha
Ajaran tertulis Buddha dibagi dua bagian, yaitu tulizan yang menurut tradisi
berasal langsung dari Buddha sendiri, dan tulisan yang berasal dari sarjana dan orang-
orang suci. Baik Buddha Theravada atau pun Buddha Mahayana memiliki kitab yang
berbeda.
Kitab Suci Theravada
Selama berabad-abad ajaran Buddha pada awal masa lalu tetap sijaga
keberadaannya dan diturunkan kembali kepada umat Buddha oleh Sangha (Komunitas
para rahib yang didirakn Buddha). Pada abad pertama SM, ajaran ini ditulis dalam
Bahasa Pali di atas manuskrip daun palma di Sri Langka.

Buddha sendiri berbahasa dengan menggunakan dialek Pali. Kitab suci ini kemudian
dikenal dengan nama Pali Canon. Kitab suci ini pada perkembangannya dibagi menjadi
tiga bagian yang dikenal dengan Tripitaka (tiga bakul).
1. Vinaya Pitaka, berbicara mengenai
2. Sutta Pitaka, terdiri dari bermacam-macam ceramah yang diberikan oleh
Buddha.
3. Abhimdhamma Pitaka, berisi analisis ajaran Buddha.
Kitab Suci Mahayana

Kitab Suci Mahayana pada awalnya ditulis dalam Bahasa Sansekerta (Bahasa India
pertama). Kebanyakan isinya dapat dijumpai dalam Pali Canon tetapi dengan
penambahan kitab-kitab lainnya. Ada pun kitab-kitab tambahan ini dipercayai sebagai
“sabda Buddha”. Salah satu yang paling terkenal adalah Vimalakirti Sutra, yang birisi
tentang seseorang yang berumah tangga tetapi hidupnya lebih suci daripada semua
Boddhisatwa.

F. Ibadat Agama Buddha


Buddha merupakan seorang guru dunia dan bukan dewa. Ibadat umat Buddha di
biara, kuil atau di rumah, meliputi penghormatan di depan patung Buddha dan
memanjatkan doa-doa suci. Biara atau vihara, merupakan pusat peribadatan umat
Buddha. Meskipun demikian prosesi ibadat juga dapat dilaksanakan di kuil dan di tempat
pemujaan di rumah-rumah umat Buddha.
Biara Sebagai Pusat Ibadat Umat Buddha

Biara merupakan tempat yang untuk kegoatan spiritual di samping sebagai tempat
belajar. Di tempat ini para rahib Buddha menjalani hidup berdevosi dan bermeditasi.
Mereka mengajarkan Dharma “hokum universal”, yaitu ajaran-ajaran Buddha kepada
manusia dan berusaha mendapatkan kebutuhan spiritual mereka. Para rahib juga
dibutuhkan oleh umat untuk berbagai upacara yang menyangkut kehidupan antara lain,
upacara kelahiran, upacara perkawinan, dan kematian.
Rahib Buddha hidup sesuai dengan pedoman yang terdapat dalam Pali Canon.
Mereka juga mematuhi lima aturan tambahan khusus yang para rahib, yakni :
1. Tidak diperkenankan bergabung dengan berbagai bentuk hiburan, termasuk
menyanyi dan menari.
2. Mereka tidak diperkenankan tidur di atas tempat tidur yang mewah.
3. Mereka tidak diperkenankan makan di luar jam makan biara.
4. Mereka tidak diperkenankan menggunakan wewangian.
5. Mereka tidak diperkenankan menerima pemberian berupa emas dan perak.

Bentuk Ibadat

Bentuk, Bahasa, dan pikiran merupakan unsur integral dalam ibadat umat Buddha
maka mediatasi yang hening, ajaran, pemberian persembahan, dan puji-puji dilakukan.
Sebelum memasuki ruang pemujaan yang terdapat patung Buddha di dalamnya, para
peserta ibadat menaggalkan alas kaki mereka. Lalu mereka mengatur tangannya sebelum
bersujud dengan posisi berlutut (untuk aliran Theravada), sementara untuk Mahayana
dalam posisi berdiri.

Terdapat tiga persembahan pokok yang dapat dipersembahkan selama proses


ibadat, yaitu:

1. Persembahan bunga sebagai peringatan akan kehidupan yang tidak kekal.


2. Persembahan lilin untuk mengusir kegelapan.
3. Persembahan dupa sebagai peringatan akan keabadian harumnya ajaran
Buddha.

Buddha Mahayana mempersembahkan tujuh macam persembahan kepada Buddha,


yang sering dilambangkan oleh tujuh mangkok air yang dapat digunakan untuk minum,
mandi, atau membasuh kaki.
Setelah persembahan dilakukan di tiga tempat perlindungan (Buddha, Dharma dan
Sangha) dan lima aturan didaraskan. Selanjutnya beberapa mantra diucapkan lalu
dilanjutkan prosesi meditasi, biasanya juga ada pengajaran sebelum ibadat selesai.

G. Hari Raya Agama Buddha


Berdasarkan kitab Suci Tipitaka (Pali) umat Buddha merayakan empat hari raya utama.
Empat hari raya utama tersebut adalah:
1. Magha Puja (Hari Magha)
Biasanya jatuh pada purnama siddhi dibulan Februari-Maret. Pada hari ini
memperingati dua kejadian penting dalam masa hidup Sang Buddha. Kejadian
penting pertama ialah berkumpulnya 1250 orang arahat di vihara Veluvana,
Rajagaha. Keistimewaan dan kejadian ini adalah seribu dua ratus lima puluh
bhikkhu yang berkumpul itu semuanya arahat. Mereka semua adalah ‘Ehi
Bhikku’, yaitu para bhikkhu yang ditahbiskan oleh Sang Buddha sendiri.
Mereka semua datang tanpa berjanji (persetujuan) terlebih dahulu. Sang
Buddha menerangkan prinsip-prinsip ajarannya yang disebut Ovada
Patimokka. Kejadian penting yang kedua terjadi pada tahun terakhir dari
kehidupan Sang Buddha, yaitu sewaktu Beliau berada di Cetiya Capala di
dekat kota Vesali. Setelah Beliau memberikan khotbah Iddhipada Dhamma
kepada para siswaNya. Beliau berdiam sendiri dan membuat keputusan untuk
wafat tiga bulan kemudian. Dua kejadian penting ini terjadi pada purnama
siddhi di bulan Magha namun pada tahun yang berbeda.
2. Visakha Puja (Hari Wesak)
Biasanya jatuh pada purnama siddi dibulan Mei-Juni, untuk memperingati
kejadian penting yang berkenaan dengan Tathagata, yaitu :
 Saat lahirnya Pangeran Sidharta Gotama.
 Saat Petapa Siddharta Gotama mencapai penerangan sempurna (bodhi)
menjadi Buddha.
 Saat Sang Buddha Gotama wafat atau parinibbana.
3. Asalha Puja (Hari Asadha)
Biasanya jatuh pada purnama siddhi bulan Juli-Agustus (dua bulan sesudah
Wesak). Hari Asadha diperingati oleh umat Buddha karena beberapa alasan
sebagai berikut:
Hari dimana Sang Buddha memberikan khotbah yang pertama. Khotbah ini
terkenal dengan nama “Dhammacakkappavatana Sutta” (Khotbah Pemutaran
Dhamma).
Sangha pertama muncul di dunia, sangha adalah salah satu faktor ‘sarana’
(perlindungan) dalam ‘Tisarana yaitu: Buddha, Dhamma dan Sangha. Bagi
para bhikkhu, hari Asadha berarti pertanda akan dimulainya masa vassa pada
keesokan harinya. Kata ‘vassa’ artinya hujan, jadi masa vassa bagi para
bhikkhu adalah menetap di suatu tempat (vihara, cetiya bila ada kuti atau
tempat tertentu), selama tiga bulan musim hujan. Pada masa ini para bhikkhu
belajar, mendalami, menghayati dan mengamalkan dhamma, di samping itu
mereka mengajarkan dan membina umat yang datang ke vihara (tempat ber-
vassa) atau membina umat dengan cara mengunjungi para umat yang ada di
daerah sekitar tempat ber-vassa.
4. Kathina (Hari Kathina)
Dirayakan tiga bulan sesudah Hari Asadha. Perayaan ini diselenggarakan para
umat Buddha sebagai ungkapan perasaan ‘katannukatavedi’ atau ‘menyadari
perbuatan baik yang telah dilakukan’ oleh para bhikkhu (viharawan). Karena
ketika viharawan berada di daerah untuk melaksanakan vassa selama tiga
bulan, para viharaman mengajar, menuntun dan membina umat agar
mendalami, menghayati dan mengamalkan dhamma. Ungkapan ini dinyatakan
dengan mempersembahkan barang-barang kebutuhan beruba jubah, obat-
obatan, perlengkapan vihara dan kebutuhan para viharawan sehari-hari kepada
para bhikkhu atau viharawan lainnya. Upacara ini dapat dilangsungkan dalam
waktu satu bulan sesudah hari pertama berakhirnya masa Vassa.
H. Tuhan Menurut Pandangan Ajaran Budha
Konsep ketuhanan dalam agama budha berbeda dengan konsep dalam agama
samawi dimana alam semesta diciptakan oleh tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia
adalah kembali ke surga ciptaan tuhan yang kekal, tetapi konsep didalam agama budha
bahwasanya asal muasal dan penciptaan alam semesta bukan berasal dari tuhan,
melainkan karena hukum sebab dan akibat yang telah disamarkan oleh waktu, dan tujuan
akhir dari hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan atau pencerahan sejati dimana
batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu
pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya, tidak ada dewa dewi yang
dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Budha hanya
merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka
sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran serta realitas sebenar-
benarnya.
Sarjana besar radha Krishnan mantan wakil presiden republic india telah berkata “
Bahwa budha tidak mengikrarkan akidah-akidah, tidak membuat mazhab-mazhab
falsafah dan tidak menyebut bahwa dia datang ke bumi membawa hikmat yang istimewa
yang dimiliki dari azal. Dia tidak menyeru mereka menganut agama seperti agama-agama
lain. Dia menunjukan kepada para pengikutnya suatu jalan dan bukanlah dia menetapkan
suatu akidah karena menurutnya penerimaan terhadap sesuatu itu menghalangi
penggalian terhadap apa yang ada dibalik kebenaran.
Seruan budha adalah cerita tentang pengalamannya dan tentang jalan yang
diikutinya. Dengan ini budha mengesampingkan pembicaraan mengenai Tuhan. Dia
mengelakkan segala apa yang berhubungan dengan pembahasan-pembahasan ketuhanan,
metafisika atau tentang masalah-masalah gaib mengenai alam karena dia berpendapat
bahwa pelepasan manusia adalah bergantung pada dirinya sendiri, bukan kepada Tuhan.
Dia berpendapat bahwa manusia itulah pembentuk nasib akhirnya. Oleh karena adanya
pengesampingan soal ketuhanan ini atau kadang-kadang ada aliran yang mengingkarinya,
golongan brahmana pada zamannya telah mencapanya sebagai seorang atheis. Akan
tetapi sebagian dari pengikut budha mempercayai bahwa budha bukanlah manusia, tetapi
ruh tuhan telah meresap di dalamnya. Akidah ini serupa dengan akidah peresapan yang di
anut oleh para pengikut agama Kristen yang dikatakan terjadi pada diri al-masih.
Satu masalah lagi yang berhubungan dengan Tuhan pada pendapat budha ini adalah
aliran-aliran ajaran budha yang bersifat moral dan tidak berakidah itu, juga karena
kemudahannya dan tidak pula bertentangan dengan tuhan-tuhan orang hindu, telah
menyebabkan cepatnya penyebaran ajaran tersebut di negeri india.
I. Peninggalan Agama Buddha
Agama Budha yang masuk ke Indonesia sejak abad ke 2 Masehi telah banyak
mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat Nusantara pada masa silam. Selain
mengubah kepercayaan penduduk Indonesia yang awalnya animisme dan dinamisme
menjadi percaya pada ajaran Sidharta Gautama, agama Budha juga telah berhasil
merubah aspek-aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya Indonesia. Terkait
dengan kehidupan berbudaya, agama Budha telah meninggalkan beberapa bangunan
bernilai historis tinggi berupa candi-candi yang kini tersebar di pelosok Jawa dan
Sumatera.
Candi peninggalan agama Budha dapat diidentifikasi dari beberapa ciri yang
membedakannya dengan candi Hindu. Ciri-ciri tersebut dapat kita lihat mulai dari adanya
stupa pada puncak candi, terdapatnya arca Budha, adanya relief yang mengkisahkan
ajaran Budha, dan bentuk bangunannya yang bertingkat.
1. Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah candi peningalan agama Budha yang sudah tersohor sebagai
salah satu dari 7 keajaiban dunia. Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah tepatnya
berada 100 km arah Barat Daya kota Semarang atau 40 km arah Barat Laut kota
Yogyakarta. Candi yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
wangsa Sailendra dari kerajaan Mataram ini berbentuk punden berundak dengan 9
tingkatan, dimana 6 tingkat bagian bawah berbentuk bujur sangkar, sedang 3 tingkat di
atasnya berbentuk bundar.

2. Candi Mendut
Candi peninggalan agama Budha selanjutnya adalah Candi Mendut. Candi ini terletak di
Kecamatan Mungkid, Magelang-Jawa Tengah. Candi Mendut diperkirakan dibuat pada
824 Masehi, tepatnya pada masa pemerintahan Raja Indra di dinasti Syailendra. Arkeolog
Belanda, J.G. de Carparislah yang menemukan jejak keberadaan candi ini pertama kali
pada tahun 1908.
3. Candi Ngawen

Candi Ngawen merupakan sebuah candi Budha yang terletak di desa Ngawen, Muntilan,
Magelang. Berdasarkan perkiraan, candi Ngawen dibangun pada masa kekuasaan wangsa
Syailendra atas Kerajaan Mataram Kuno. J.G. de Carparislah, seorang arkeolog Belanda
meyakini jika candi Ngawen ini adalah candi yang disebutkan dalam prasasti Karang
Tengah sebagai candi suci bernama veluvana.
4. Candi Lumbang

Candi Lumbung terletak di kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, tepatnya berada
di sebelah candi Bubrah. Berdasarkan perkiraan, candi ini dibuat pada abad ke-9 Masehi
di masa Kerajaan Mataram Kuno. Candi Lumbung adalah kumpulan dari suatu kompleks
candi utama bertema candi Buddha yang cukup banyak dikunjungi para wisatawan
mancanegara.

5. Candi Banyunibo

Candi Banyunibo adalah candi peninggalan agama Budha yang berdiri kokoh tidak jauh
dari kompleks Candi Ratu Boko. Candi yang diperkirakan dibangun pada abad ke 9
Masehi ini memiliki sebuah stupa di bagian atasnya yang merupakan ciri khas dari candi
bercorak Budha.
6. Candi Muara Takus
Candi Muara Takus merupakan satu-satunya candi peninggalan agama Budha yang
berada di luar Jawa. Candi ini terletak di desa Muara Takus, Riau-Indonesia, tepatnya
berada 134 km arah Barat kota Pekanbaru. Di dalam kompleks candi ini, terdapat pula
bangunan Candi Bungsu, Candi Tua, dan Mahligai Stupa. Bahan utama pembuatan
bangunan candi ini ternyata berbeda dengan candi-candi yang ada di Pulau Jawa. Ia
terbuat dari bahan batu sungai, batu pasir, dan batu bata.

7. Candi Brahu

Candi Brahu adalah candi peninggalan agama Budha yang pada masa lampau digunakan
sebagai tempat pembakaran (krematorium) jenazah raja-raja Kerajaan Brawijaya. Dalam
prasasti Alasantan, candi yang didirikan pada abad 10 Masehi ini disebut sebagai
bangunan suci umat Budha. Kendati demikian tak seperti candi-candi peninggalan agama
Budha lainnya, candi ini tidak dilengkapi satu stupa-pun dalam bangunannya.
TAOISME

A. Sejarah Ajaran Taoisme


Taoisme berkaitan dengan keadaan kerajaan Chou (abad ke 6 SM) yang
mengalami masa kehancuran, akibat penyelewengan dalam pemerintahan. Kehidupan
menusia semakin menderita, membuat orang-orang terpelajar kecewa. Kemudian dari
sebgain mereka hidup menyendiri dan hidup sebagai biarawan, lalu mendirikan suatu
aliran filsafat yang dikenal dengan nama Taoisme atau Tao Te Chia.
Tokoh pertama atau Peletak dasar ajaran Taoisme adalah Yang Chu, kemudian
dipopulerkan oleh Lao Tzu. Menurut tradisi kepustakaan Cina, Lao Tzu disebutkan
sebagai pendiri Taoisme. Kemudian yang meneruskan ajaran Taoisme adalah Chuang
Tzu murid pertama dari Lao Tse.
Menurut kepustakaan Cina mengenai nama Taoisme sebagai filsafat dan Taoisme
sebagai agama, masing-masing memiliki ajaran yang berbeda. Taoisme sebagai filsafat
atau Tao Chia mengajarkan agar manusia hidup mengikuti hokum alam, sedangkan
Taoisme debagai agama atau Tao Mao mengajarkan agar manusia tidak menentang
hokum alam. Kemudian dalam perkembangan keduanya tidak berbenturan, karena
praktek dan pemaknaan agama dan filsafat di China tidak memiliki garis atau sekat yang
jelas dalam kehidupan sehari-sehari.
Filsafat Taoisme dapat dikatakan empiris dan juga praktis. Empiris, karena
konsepsi kefilsafatannya merujuk pada fenomena alam yang mudah ditangkap dan
diamati oleh manusia, misalnya bagaimana sifat air dan matahari yang dapat memberi
makna simbolik bagi kehidupan manusia di alam semesta. Praktis, karena isi pemikiran
Taoisme berisikan tentang cara hidup yang seharusnya dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti, kasih sayang sesame, keadilan, dan kejujuran.
Ajaran taoisme memang agak sulit untuk dipahami karena tidak sistematis, hanya
berupa syair-syair dan simbolik. Untuk memahaminya harus menggunakan metode
hermeneutic elaborative, yaitu melakukan penafsiran terhadap konsep-konsep simbolik
kefilsafatannya dan menelusuri garis liniernya, kemudian mengkomprehensikan ke dalam
bentuk konsep filsafatan yang utuh.
Taoisme adalah sebuah aliran filsafat yang berasal dari China, yang muncul kira-
kira tiga abad SM. Taoisme selain berbentuk dalam aliran filsafat Taoisme juga muncul
dalam bentuk agama rakyat yang mulai berkembang dua abad setelah perkembangan
filsafat Taoisme.
Tradisi kebatinan Tao bermula dari kepercayaan perdukunan China kuno. Pada
zaman China kuno mereka mempercayai arwah leluhur mereka. Di provinsi Honan
tempat kelahiran Lao Tse, perdukunan sangat berpengaruh besar pada kepercayaan dan
praktik budaya masyarakat China. Masyarakat China kuno mempercayai adanya arwah
leluhur yang diyakini akan memberikan keselamatan.
B. Perkembangan Ajaran Taoisme
Perkembangan selanjutnya ajaran Lao Tse terletak ditangan murid-muridnya, yang
terkenal diantaranya bernama Chuang Tse. Filosof Lao Tse meninggalkan sebuah kitab
kecil Tao Te Ching yang berisi 5000 perkataan Tionghoa, yang kemudian dikomentari
oleh Chuang Tse menjadi 52 buah buku tebal (yang masih ada tinggal 33 buku saja).
Buku Chuang Tse tersebut menjadi popular di negeri Tiongkok dan banyak dikagumi
orang di sana. Akan tetapi sayang tulisan-tulisan Chuang Tse tersebut tidak
menggambarkan ajaran Lao Tse yang murni, oleh karena di sana-sini penuh dengan
pandangannya sendiri yang menyimpang dari ajaran gurunya.
Setelah Chuang Tse meninggal, maka banyak penulis yang melanjutkan ajaran
Taoisme dalam bentuk keagamaan. Kemudian setelah Taoisme dipandang sebagai
agama, maka faham ini mengalami penurunan karena dimasukkannya magic, takhayul,
pendewaan terhadap kekuatan alam. Bahkan Lao Tse sendiri diperdewakan orang. Ketika
Budhisme masuk Tiongkok, Taoisme meminjam dari padanya faham “Reinkarnasi”
(penitisan roh kembali) sehingga Lao Tse dianggap sebagai titisan dewa Budha. Setelah
itu didirikan banyak kuil diseluruh Tiogkok, diciptakan juga upacar-upacara dan kurban-
kurban dan sebagainya untuk memuja Lao Tse dan roh-roh halus.
In Taoist Temple

Taoist Temple

Hampir 1000 tahun lamanya Taoisme berkembang seirimg dengan Kunfusianisme


dan tersebar ke seluruh penjuru Tiongkok sehingga berpengaruh luas terhadap segala
aspek kebudayaan. Akhirnya terjadi perpecahan dalam Taoisme yaitu timbulnya aliran
Taoisme filosofis murni dan Taoisme religious (yang bersifat keagamaan). Taoisme yang
bersifat filosofis mempunyai dasar filsafat naturalism (kealaman) yang mengajarkan
bahwa segala sesuatu memiliki inti, misalnya kesederhanaan itu adalah kunci
pengetahuan, kesabaran adalah kunci pengertian, kasih sayang dan ramah tamah adalah
kunci persahabatan, sedangkan ketenangan adalah kunci kehidupan yang baik.
Selanjutnya Taoisme menjurus ke dalam suatu faham magisme serta praktek-
praktek takhayul. Pengikutnya memuja dewa-dewa alam, memuja Lao Tse sendiri
sebagai dewa, danh dewa-dewa yang berasal dari Budhaisme pun dipuja.
Maka akhirnya terjadilah pencampuradukan antara Taoisme dengan Budhisme
yang selanjutnya sulit dibedakian antara keduannya, terutama dalam upacara-upacara
pemujaan serta upacara-upacara keagamaan lainnya. Bertambah sulit lagi setelah
Kunfusianisme bercampur baur dengan kedua faham tersebut.
C. Pengertian Taoisme
Taoisme memahami Tuhan sebagai Zat yang tidak bias ditangkap dan tidak
terdefiniskan. Dalam mukadimah Tao Te Ching disebutkan bahwa Tao adalah Zat yang
diagungkan sesuatu yang maha halus dan bila sesuatu itu dapat ditangkap pengertiannya,
maka ia adalah bukan Tao yang sebenar0benarnya. Karena sifat Tao transcendental, maka
Tao merupakan dasar dari segala yang ada. Tao menurut Taoisme artinya adalah Tuhan.
Taoisme memahami bahwa jika telah masuk dalam konsepsi manusia
sesungguhnya itu bukanlah Zat Tuhan yang abadi dana gung secara hakiki. Dengan
menggunakan kita “Jalan” dan “nama: Taoisme ingin mengungkapkan bahwa hakikat
Tuhan tidak dapat didefinisikan. Seperti kata orang sufi, “Tuhanlah yang tidak bersedia
memberikan pengetahuan kepada makhluk-Nya dan cara-cara untuk dapat pengetahuan
tentang-Nya, kecuali lewat ketidakmampuan untuk dapat mengenal-Nya”.
Kemudian pengetahuan tentang ketuhanan baik dalam agama Islam maupun
agama Taoisme, yang dapat dikenal itu bukan zat-Nya, melainkan yang dapat diketahui
itu adalah sifat-sifat Tuhan.

D. Lambang Agama Tao

AGAMA TAO menggunakan BA KUA DAI CHI sebagai lambang agamanya,


dimana gambar DAI CHI melambangkan matahari dan bulan, juga melambangkan Yin
Yang serta melambangkan posisi Atas dan Bawah, sedangkan BA KUA melambangkan
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, juga melambangkan segala arah yang berarti
4 penjuru 8 arah.
AGAMA TAO sangat menekankan ajaran teori YIN YANG, yang menunjukkan
bahwa pada hakekatnya semua yang ada selalu hadir dalam bentuk berpasangan antara
positif dan negatif; panas dan dingin; tinggi dan pendek; cantik dan jelek; pria dan wanita
dan lain-lain secara seimbang dan alamiah.
DAI CHI juga dipakai untuk melambangkan hakekat pengertian TAO ( 道 ),
dimana YIN melambangkan kesan ‘TIADA’, lambang TIADA inilah yang menunjukkan
sifat TAO (道) yang tidak berwujud; tidak bernama; maha besar sampai besarnya tidak
terbatas, dan justru dengan lambang TIADA inilah mencerminkan bahwa TAO ( 道 )
bersifat Maha AGUNG dan Maha ESA.
Sedangkan YANG melambangkan kesan ‘ADA’, dimana dengan lambang ADA
inilah menunjukkan fungsi dan karya dari TAO ( 道  yang merupakan awal dari segala
yang ada di alam semesta ini, dengan demikian lambang ADA mencerminkan bahwa
TAO (道) bersifat Maha Pencipta dan Maha Kuasa.
Hasil ciptaan TAO ( 道 ) dalam wujud ‘ADA’ inilah, yang akan mengisi segala
ruang alam semesta dan dilambangkan dalam gambar BA KUA. Disamping itu dengan
adanya porsi yang seimbang antara bagian YIN dan bagian YANG dalam gambar
lambang DAI CHI, maka sekaligus mencerminkan bahwa TAO (道) bersifat Maha Adil.

 
E. Sejarah Lao Tse
Lao Tzu atau Lao Tse dilahirkan di provinsi Hinan, di ibu kota Loyang, negara
Chu. Sebagian ahli berpendapat bahwa Lao Tse hidup sekitar 640 tahun SM atau abad ke
4 SM. Ajaran Lao Tse mengenai mistik banyak dikenal oleh ahli filsafat di Tiongkok.
Lao Tze adalah nama gelar atau nama panggilan buat guru suci, Lao Tzu berarti
“Guru Tua”. Menurut Sma chien dalam shi ci menjelaskan nama asli Lao Tse adalah Li
Erh. Kemudian ketika Lao Tse dewasa nama Lao Chun, T’ai Shang Lao Chun, atau T’ai
Shang Hsun Yuan Huang Ti, juga disebut Lao Tuna atau Lao Tan.
Menurut Sma Chien dalam catatan histori atau shih chi menjelaskan riwayat Lao
Tse pada bagian ke 63 dalam shih chi, pada abad pertama SM. Dalam kitab ini
menjelaskan bahwa Lao Tse tinggal di desa Chu ren, kecamatan Lai, kabupaten Khu,
negara Chou. Sekarang dikenal dengan sebutan Loyang terletak di bagian Timur provinsi
Honan.
Menurut kepercayaan China, Lao Tse lahir sekitar 570 SM. Nama keluarganya
adalah Li, sedangkan namanya sendiri Erh, kemudian nama panggilannya Tan. Lao Tse
diangkat menjadi shih di kerajaan Chou. Pada zaman China kuno shih artinya adalah
sarjana yang tugasnya adalah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di
kerajaan seperti, astrologi, ramalan dan betanggung jawab mengurus kitab-kitab suci,
shih kalau diartikan pada zaman sekarang artinya adalah sejarawan.
Mengenai riwayat Lao Tse para ahlu berbeda pendapat, terlepas dari itu Lao Tse
popular dengan kita Tao Te Ching. Kitab Tao Te Ching ditulis seperti puisi, tidak
tersusun dengan sistematis tentang suatu pandangan hidup, mirip kitab Lun ju dari
konfusis. Namun dalam kitab Tao Te Ching kita bias mengetahui pandangan ketuhanan
Taoisme.
Setelah begitu lama tinggal di negara Chou dan banyak menyaksikan kemerosotan
moral-moral di negara Chou yang sudak rusak parah yang tidak bias diperbaiki lagi,
ketika itu Lao Tse kira-kira berumur 90 tahun, Lao Tse memutuskan untuk meninggalkan
kerajaan Chou.
Lao Tse pergi kea rah Barat, yang sekarang daerah tersebut dikenal Tibet (lembah
hamkao). Dilembah Hankao dia bertemu dengan seorang penjaga pintu gerbang bernama
Yin Si, melarangnya pergi, dan usaha penjaga untuk melarang Lao Tse untuk tidak pergi
berasil. Karena Lao Tse memaksa pergi, akhirnya Lao Tse diperkenankan pergi oleh
penjaga gerbang, tetapi dengan syarat harus meninggalkan sebuh kitab agar dapat
dipelajari orang banyak. Dengan penuh keikhlasan akhirnya Lao Tse menyanggupi
persyaratan itu, kemudian dia bermalam tiga hari untuk menuliskan pikiran-pikirannya
dalam sebuah buku yang dikenal dengan Kitab Tao Te Ching, dalam dua bagian kitab.
Tao Te Ching menguraikan arti “kesaktian” yang sesuai dengan “jalan”, kitab Tao Te
Ching berisikan kurang lebih 500.000 kata, terbagi dalam 81 syair-syair pendek. Lao Tse
menyerahkan buku itu kepada Yan Si dan ajaran-ajaran Lao Tse masih tetap ada sampai
sekarang.
F. Kitab Suci Ajaran Taoisme
Tao Te Ching merupakan kitab suci di dalam agama Tao, terpandang kitab suci
tertipis di antara seluruh kitab suci berbagai agama di dunia. Terdiri atas 81 buah sajak-
sajak singkat, disertai prosa-prosa singkat. Terdiri dari 25 halaman yang kemudian diberi
komentar oleh pelbagai ahli filsafat sehingga menjadi kitab yang sangat tebal. Sekalipun
Tao Te Ching itu tipis tetapi isinya mencakup hamper keseluruhan aspek kehidupan.
Sekalipun kata yang digunakan sederhana akan tetapi kandungan maknanya berisikan
banyak paradoks. Kitab tipi situ betul-betul merupakan tantangan bagi siapapun untuk
memahamkan pengertiannya yang lebih dalam.
Kitab ini ditulis oleh Lao Tse pada abad 6 SM. Sangat sulit bagi orang awam
untuk memahami kitab tersebut karena sangat puitis dan disampaikan secara lugas. Isi
terpenting dari Tao Te Ching yaitu ajaran tentang Wu-wei. Wu-wei merupakan perintah
termasyhur bagi penganut Taoisme yang dijadikan pedoman-pedoman dan etika dalam
memelihara kehidupan seseorang dan memberikan contoh “jalan” untuk menjadi orang
yang bijaksana. Wu-wei adalah hidup yang dijalani tanpa ketegangan. Hal itu merupakan
perwujudan yang murni dari kelemah-lembutan, keseDi samping kitab Tao Te Ching
terdapat kitab-kitab lain yang dianggap oleh para ahli sebagai karya kedua terbesar dari
filsafat Taoisme, yaitu kitab Chuang-Tzu yang berisi tentang pemikiran guru Zhuang dan
murid-muridnya dan kitab Leizi yang berisi kumpulan-kumpulan cerita dan hiburan
dalam filsafat.
G. Ajaran dan Praktek Ibadah Taoisme
Taoisme memiliki empat ajaran yaitu:
1. Dao
Dao adalah inti dari ajaran Taoisme, yang berarti tidak berbentuk, tidak
terlihat, tapi merupakan proses kejadian dari semua benda hidup dan segala
benda-benda yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud dalam bentuk
benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De. Gabungan Dao dengan De
dikenal sebagai Taoisme yang merupakan landasan kealamian. Keabadian
manusia terwujud disaat seseorang mencapai kesadaran Dao, dan orang
tersebut akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekkan
Dao untuk mencapai kesadaran Dao, dan menjadi seorang dewa.
2. Yin dan Yang
Dao melahirkan sesuatu, yang disebut dengan Yin (Positif) dan Yang
(Negatif), Yin dan Yang saling melengkapi untuk menghasilkan tenaga atau
kekuatan. Kekuatan tersebut bersumber dari jutaan benda di dunia. Setiap
benda di alam semesta yang berupa benda hidup ataupun benda mati
mengandung Yin dan Yang yang saling melengkapi untuk mencapai
keseimbangan.
Lambang Yin dan Yang
• Yin : kegelapan, kejahatan, pasif, wanita, dsb.
• Yang : cahaya terang, kebaikan aktif, positif, pria, dsb.
3. Pandangan tentang Manusia
Manusia yang sombong dan melakukan hal di luar kemampuannya, maka
suatu saat dia akan mendapat celaan yang dapat membuatnya berduka atau
menderita. Karena itu, seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam
akan memilih mengundurkan diri dan menolak segala penghargaan yang
diberikan padanya. Ia memilih untuk tidak menonjolkan dirinya. Meskipun
demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa seseorang harus menyingkirkan
seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai ketentraman batin. Hal yang
perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap harta tersebut. 
4. Etika
Dalam menjalani kehidupan yang ada, manusia mengarah pada
kehidupan yang alamiah tanpa adanya proses ikut campur. Kehidupan yang
alami inilah yang menjadi suatu kebajikan dasar yang memicu munculnya tiga
buah kebajikan lain yang menuntun manusia dalam kehidupannya, yaitu lemah
lembut, rendah hati, dan menyangkal diri. Kelemah-lembutan merupakan
teman dari kehidupan, sebaliknya, kekerasan dan kekakuan adalah teman dari
kematian. Rendah hati adalah sikap mampu membatasi diri dengan berbuat
seperlunya saja. Di dalam kitab Daode Ching dikatakan, “Tidak ada kutuk
yang lebih besar daripada merasa kurang puas. Tidak ada dosa yang lebih
besar daripada selalu ingin memiliki. Kemudian menyangkal diri adalah sikap
menganggap diri dan hidup manusia hanyalah sebagai pinjaman dari alam
semesta kepada manusia. Oleh karena itu, manusia yang bijaksana dan
menginginkan hidup tenang dan tenteram akan mempercayakan seluruh
hidupnya kepada Dao atau alam semesta.
H. Tiga Leluhur Agama Tao
1. Kaisar Kuning
Kaisar Kuning secara umum dikenal sebagai nenek moyang bangsa China dan
oleh karena itu Ia juga dihormati sebagai pendiri Taoisme. Tanggal awal masa
pemerintahannya – 2697 SM, dianggap sebagai permulaan awal penanggalan China 
(Jiazi yang permulaan). Penanggalan Tao juga menggunakan waktu tersebut sebagai
awal dimulainya penanggalan mereka, maka umat Tao menganggap tahun 2008 yang
sekarang ini sebagai tahun ke-4705 penanggalan Tao.
2. Laozi
Laozi dikenal sebagai pemrakarsa falsafah Tao. Beliau dilahirkan pada
pertengahan bulan ke-2 penanggalan Imlek (Jigwee Capgo) tahun 1301 SM, pada
masa pemerintahan dinasti Shang. Beliau bernama Li Er. Berdasarkan analek Tao,
beliau merupakan penjelmaan dari Yuanshi Tianwang, dan merupakan personifikasi
dari Shenbaojun. Beliau juga dipanggil sebagai Taishang Laojun, Taishang Daozu,
atau Daode Tianzun, dan dianggap sebagai salah satu dari Trinitas Sanqing. Laozi
merupakan penulis kitab Daodejing.
3. Zhang Ling
Zhang Ling dikenal juga sebagai Zhang Daoling. Beliau merupakan pendiri
Taoisme aliran Zhengyi. Beliau dilahirkan pada tahun 34 M semasa pemerintahan
dinasti Han, dan merupakan cucu generasi ke-8 dari Zhang Liang. Zhang Ling
memadukan adat kebiasaan yang berlaku ketika itu dengan ajaran dari Daodejing,
guna mendirikan sekte Wu Dou Mi Dao (nama lain dari aliran Zhengyi/Orthodox
Oneness), beliau bergelar “Guru Langit” (Celestial Master). Beliau mengajarkan Tao
dari Kaisar Kuning dan Laozi, dan menyusun ritual dan aturan-aturan guna memberi
Taoisme bentuk sebagai suatu agama. Aliran tersebut melakukan banyak kegiatan
amal secara luas, dan reputasinya perlahan-lahan meluas ke seluruh negeri sebagai
agama dari masyarakat China.
I. Pandangan Agama Tao Terhadap Kehidupan dan Kematian:
 Kehidupan
Manusia, sama seperti makhluk hidup yang lain, berasal dari alam dan memiliki
waktu kehidupan yang terbatas. Oleh karenanya, manusia seharusnya belajar
menghargai tubuhnya, dan mengembangkan kemampuan fisik dan spiritualnya.
Apapun yang ia inginkan haruslah selalu dalam sikap tidak berlebih-lebihan.
Manusia sebaiknya melakukan perbuatan-perbuatan amal, selalu bersikap sederhana
dan tidak berlebihan, dan mencintai sesama manusia dengan tujuan mencapai
kedamaian batin.
Taoisme meyakini bahwa manusia memiliki unsur Yin dan Yang dalam tubuhnya.
Unsur Yang terkandung dalam Tiga Hun dan Yin terkandung dalam Tujuh Po 
Tiga Hun terdiri dari: Tai Guang, Shuang Ling, dan You Jing 
Tujuh Po terdiri dari: Shi Gou, Fu Fu, Que Yin, Tun Zei, Fei Du, Chu Hui, Chou
Fei. Ini merupakan unsur negatif dalam tubuh kita.
Seperti yang tertulis dalam kitab You Yang Za Zu, “Tiga Hun membentuk tulang
dan Tujuh Po membentuk daging”. Proses menyatunya Yin dan Yang (persatuan
Langit dan Bumi) yang membuat manusia memperoleh tubuh fisik, pada saat
itulah Tiga Hunterkumpul. Kemudian setelah itu, Po terbentuk setiap tujuh hari; dan
dalam waktu 49 hari, ketujuh Po seluruhnya terkumpul. Proses tersebut
disebut Bulan-Penuh.
 Kematian:
Kematian bukanlah akhir dari kehidupan, akan tetapi merupakan awal dari
masa/keadaan yang lain dalam kehidupan; “masa/keadaan spiritual”. Oleh karena
itu, umat Tao dianjurkan untuk melakukan Chao You , suatu ritual untuk arwah
sang almarhum (Tiga Hun), dari alam Jiu You, menuju Alam Surga Kebahagiaan
Abadi Langit Timur (Donghua Zhangle Jie). Walaupun demikian, Tujuh Potetap
ada sesudah kematian, dan umat Tao percaya bahwa sebuah ritual harus diadakan
untuk mengantarkan Tujuh Po tersebut masing-masing setiap tujuh hari (total 7x7=
49 hari dikenal juga sebagai ZuoQi). Hanya dengan demikan, maka sang almarhum
dapat beristirahat sepenuhnya dengan tenang, dan dapat memberkahi keturunannya
dari alam lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari semua penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kita harus
memahami dan mengerti sejarah masing masing agama karena setiap agama memiliki ciri
khas tersendiri seperti dalam kepercayaan masyarakatnya, kitab-kitab yang di
percayainya, tuhan yang mereka sembah, peninggalan-peninggalan terdhulu pada agama
tersebut dan sebagainya pada Agama Hindu, Buddha dan Taoisme.
B. Saran
Sebagai penutup dari makalah ini, kami memberikan saran - saran yang kiranya dapat
bermanfaat bagi pembaca yaitu :
1. Agar kita lebih memahami konsep dari maksud kesimpulan, saran dan daftar
pustaka itu sendiri yang nanti akhirnya bermanfaat bagi kita sendiri dan orang lain.
2. Daftar pustaka mempermudah kita untuk mengetahui judul buku, pengarang,
tahun pembuatan, dan sebagainya yang menyangkut tentang daftar pustaka.
3. Kesimpulan, Saran dan Daftar pustaka ini juga sangat bermanfaat untuk semua
orang. Khususnya bagi mahasiswa agar mahasiswa bisa memahami fungsi dan
manfaatnya sehingga hasil laporan ini menjadi baik, benar, dan dapat dimengerti
semua pihak

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1988. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press.


Arifin, M. 1994. Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar. Jakarta: Golden Terayon
Press.
Faridi. 2002. Agama Jalan Kedamaian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hadiwijoyo, Harun. 1987. Agama Hindu dan Budha. Jakarta: Gunung Mulia.
Hakim Agus , Perbandingan Agama, Bandung: Cv. Diponegoro
Keene Michael, Agama-agama Dunia, Yogyakarta: Kanisius, 2006,
Manaf, Mujahid Abdul. 1996. Sejarah Agama-Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mathar, Moch Qosim. 2003. Sejarah Theologi dan Etika Agama-Agama. Yogyakarta:
Dian Intervidei.
Shalaby, Ahmad. 2001. Perbandingan Agama: Agama-Agama Besar Di India. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Wowor Corneles, Agama Budha, Jakarta: Felita Nursatama Lestar

Hamzah, Ustadi.Sejarah Agama- Agama.“ Agama Buddha “ powerpoint.


MateriKuliahpertemuanke- 7.
Arifin.MenguakMisteriAjaran- ajaran Agama Besar.Jakarta : Golden Terayon Press. 1997.
www. Wikipedia.org/wiki/sejarah agama_Buddha.id
Berndt,Hagen. Agama Yang Bertindak.Yogyakarta :Kanisius. 2006.
Said, Usman.Teks Book PengantarIlmuPerbandingan Agama.Yogyakarta :Suka Press. 1998

Anda mungkin juga menyukai