Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN STUDI TOUR

DISUSUN OLEH:
1. ARISTIAN RAKA VOLCANO
2. ROUF FAUZAN

SMP NEGERI 3 KLATEN


TAHUN 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diteliti dan disahkan pada:

Hari dan tanggal :

Tempat : SMP Negeri 3 Klaten

Mengetahui,

Kepala Sekolah SMP N 3 Klaten Pembimbing,

( Purwanta ) (Sri Lestari, S.Pd)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya objek, dan daya tarik wisata

di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun

wisatawan nusantara. Yogyakarta yang kaya akan wisata keindahan alam dan wisata sejarah.

Hal ini menjadikan kota Jogja sebagai tujuan wiasata terbesar di Indonesia setelah Bali.

Banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi di kota ini seperti wisata alam, wiasata sejarah,

wisata budaya, wisata pendidikan dan wisata malam.

Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek wisata yang

terjangkau, dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi motor kegiatan

perekonomian DIY yang secara umum bertumpu pada tiga sektor andalan yaitu: jasa-jasa;

perdagangan, hotel, dan restoran; serta pertanian. Dalam hal ini pariwisata memberi efek

pengganda (multiplier effect) yang nyata bagi sektor perdagangan disebabkan meningkatnya

kunjungan wisatawan. Selain itu, penyerapan tenaga kerja, dan sumbangan terhadap

perekonomian daerah sangat signifikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja objek wisata yang ada di Yogyakarta?

2. bagaimana sejarah objek wisata di Yogyakarta?

3. Bagaimana keadaan objek wisata di Yogyakarta?


C. Tujuan Perjalanan

1. Mengetahui objek wisata yang ada di Yogyakarta

2. Mengetahui sejarah objek wisata di Yogyakarta

3. Mengetahui Kondisi objek wisata di Yogyakarta

D. Manfaat Perjalanan

1. Siswa mengetahui objek wisata Yogyakarta

2. Siswa dapat memahami sejarah objek wisata Yogyakarta

3. Siswa mengetahui kondisi objek wisata Yogyakarta


BAB II

WISATA YANG DIKUNJUNGI

A. Candi Borobudur

1. Lokasi Candi Borobudur

Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten

Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan

Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan

Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur

didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan ketinggian 265 dpl.

2. Sejarah Candi Borobudur

Borobudur dibangun oleh Samaratungga, seorang raja kerajaan Mataram Kuno yang

juga keturunan dari Wangsa Syailendra pada abad ke-8. Keberadaan Candi Borobudur ini

pertama kali terungkap oleh Sir Thomas Stanford Rafles pada tahun 1814. Pada saat itu,

Candi Borobudur ditemukan dalam kondisi hancur dan terpendam di dalam tanah. Candi

yang terdiri dari 10 tingkat ini sebenarnya memiliki tinggi keseluruhan 42 meter. Namun

setelah dilakukan restorasi, tinggi keseluruhan candi ini hanya mencapai 34,5 meter dengan

luas bangunan candi secara keseluruhan 123 x 123 meter (15.129 m2). Setiap tingkat pada

Candi Borobudur ini dari lantai pertama sampai lanyai enam memiliki bentuk persegi,

sedangkan mulai dari lantai ke tujuh sampai lantai ke sepuluh berbentuk bulat.

Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar pada abad ke-9. Menurut Prasasti

Kayumwungan, terungkap bahwa Candi Borobudur selesai dibangun pada 26 Mei 824, atau

hampir 100 tahun sejak mulai awal dibangun. Konon nama Borobudur berarti sebuah gunung

yang berteras - teras atau biasa juga disebut dengan budhara. Namun ada juga yang

mengatakan bahwa Borobudur berarti biara yang terletak di tempat yang tinggi.
Beberapa ahli mengungkapkan bahwa posisi Candi Borobudur berada pada

ketinggian 235 meter diatas permukaan laut. Ini berdasarkan studi dari para ahli Geologi yang

mampu membuktikan bahwa Candi Borobudur pada saat itu adalah sebuah kawasan danau

yang besar sehingga sebagian besar desa-desa yang berada di sekitar Candi Borobudur berada

pada ketinggian yang sama, termasuk Candi Pawon dan Candi Mendut.

Berdasarkan Prasasti tanggal 842 AD, seorang sejarawan Casparis menyatakan

bahwa Borobudur merupakan salah satu tempat untuk berdoa. Dimana dalam prasasi tersebut

mengandung kata "Kawulan i Bhumi Sambhara" yang berarti asal kesucian dan Bhumi

Sambara merupakan nama sebuah sudut di Candi Borobudur tersebut. Setiap lantai pada

Candi Borobudur ini mengandung tema yang berbeda - beda karena pada setiap tingkat

tersebut melambangkan tahapan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan ajaran Buddha

Mahayana bahwa setiap orang yang ingin mencapai tingkat kesempurnaan sebagai Buddha

harus melalui setiap tingkatan kehidupan. Pada setiap lantai di Candi Borobudur terdapat

relief - relief yang bila dibaca dengan runtut akan membawa kita memutari Candi Borobudur

searah dengan jarum jam.

3. Bentuk Bangunan Candi Borobudur

ü Denah Candi Borobudur ukuran panjang 121,66 meter dan lebar 121,38 meter.

ü Tinggi 35,40 meter.

ü Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan sebuah stupa induk di puncaknya. Terdiri dari

6 teras berdenah persegi dan3 teras berdenah lingkaran.

ü Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.

ü Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan atas.

ü Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah timur

dengan ber-pradaksina.

ü Batu-batu Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudur dengan volume

seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu).


4. Nama Candi Borobudur

Mengenai penamaannya juga terdapat beberapa pendapat diantaranya:

ü Raffles: Budur yang kuno (Boro: kuno, budur: nama tempat) Sang Budha yang agung (Boro:

agung, budur: Buddha) Budha yang banyak (Boro: banyak, budur: Buddha)

ü Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha

ü Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan dari

prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang melambangkan kumpulan

kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.

ü Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur: nama tempat/desa)

ü Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit Menurut Soekmono

fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran

Mahayana dan pemujaan nenek moyang.

B. Museum Kapal Samudraraksa

Museum Kapal Samudraraksa terletak di dalam zona penyangga II areal Candi

Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Pembangunan museum ini ditujukan untuk

mengingatkan kembali akan kejayaan nenek moyang bangsa Indonesia yang berhasil

mengarungi Samudera Hindia hingga ke wilayah Afrika. Museum yang diresmikan pada

tanggal 31 Agustus 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhyono ini terdiri dari tiga

bangunan. Bangunan pertama merupakan tempat informasi, display foto, poster, relief, serta

pemutaran film. Bangunan kedua yang berbentuk rumah joglo merupakan tempat kapal

Samudraraksa dipajang. Selain kapal, di bangunan kedua ini disimpan barang-barang yang

dipergunakan oleh para awak kapalnya sewaktu berlayar mengarungi samudera, seperti:

peralatan memasak, peralatan rumah tangga sehari-hari, buku, kaset, cd, vcd, dan obat-

obatan. Sedangkan bangunan ketiga berfungsi sebagai kantor dan tempat penjualan suvenir.
1. Sejarah Kapal Samudraraksa

Sejarah Kapal Samuderaraksa berawal ketika Phillipe Beale (mantan Angkatan Laut

Inggris), berkunjung ke Candi Borobudur pada tanggal 8 November 1982. Saat berada di

Borobudur, ia melihat relief sebuah kapal yang dipahatkan pada salah satu dindingnya.

Keindahan relief kapal tersebut menjadikannya tertarik untuk membuat kapal serupa,

sekaligus untuk melakukan ekspedisi seperti yang dilakukan oleh para pelaut Indonesia pada

abad ke-8. Namun, 20 tahun kemudian cita-citanya itu baru terwujud, setelah pada bulan

September 2002 ia menghubungi Nick Burningham (ahli arkeologi maritim berkebangsaan

Australia), untuk merancang sebuah kapal seperti yang dilihatnya pada relief di Candi

Borobudur. Setelah berhasil merancang kapal, pada 19 Januari 2003 mereka kemudian

menghubungi As’ad Abdullah (69 tahun) yang bertempat tinggal di Pulau Pagerungan Kecil,

Kabupaten Sumenep, Madura, untuk membuat perahu rancangan mereka. Oleh As’ad

Abdullah dan sejumlah arsitek asing, kapal dibuat dengan menggunakan teknologi tradisional

dan seluruh bahan bakunya dari kayu.

Pada bulan Mei 2003 kapal pesanan Phillipe Beale selesai dibangun. Kapal ini

berukuran panjang 18,29 meter, lebar 4,50 meter, dan tinggi 2,25 meter. Bagian depan kapal

digunakan sebagai kabin dan tempat tidur, bagian tengah sebagai ruang makan dan navigasi,

sedangkan bagian buritan digunakan sebagai ruang kemudi, dapur, dan tempat cuci piring.

Untuk berlayar, karena tidak menggunakan mesin, kapal dilengkapi dengan 2 layar tanjak, 2

buah kemudi dan cadik ganda. Selain itu, kapal juga dilengkapi dengan peralatan keselamatan

seperti: Global Positioning Satelite (untuk mengetahui posisi kapal), NavTex (untuk

menerima informasi cuaca), EchoSounder (untuk mendeteksi kedalaman air), Inmarst

Telephone Satelite (untuk komunikasi di tengah laut), dan Lift Raft (dua buah rakit apung).

Setelah kapal selesai dibuat, pada bulan Mei 2003 diadakan seleksi untuk calon anak

buah kapal. Dari seleksi itu, diambil 27 orang yang berasal dari Indonesia, Australia, Selandia

Baru, Inggris, Swedia, dan Perancis. Selesai melakukan seleksi untuk anak buah kapal, dan
juga menunjuk salah seorang diantara mereka untuk menjadi kapten, yaitu I Gusti Putu

Ngurah Sedaha, maka pada tanggal 25 mei 2003 kapal diluncurkan untuk pertama kalinya ke

laut.

Pada bulan Juni 2003 kapal bersama awaknya melakukan uji coba pelayaran dari

Pulau Pangerungan Kecil ke Benoa (Bali), melewati perairan Banyuwangi. Setelah berhasil

melakukan uji coba, pada tanggal 2 Juli 2003 diadakan seminar pra peluncuran kapal di

Jakarta. Dua minggu kemudian, yaitu tangal 16 Juli 2003, kapal diresmikan oleh Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika.

Pada tanggal 22 Juli 2003 kapal meninggalkan Benoa menuju Ancol, Jakarta,

melewati Surabaya, Karimunjawa, dan Semarang. Setelah sampai di Jakarta, pada tanggal 15

Agustus 2003 kapal ini diberi nama Samudraraksa yang berarti “Pelindung Lautan” dan

sekaligus diberangkatkan menuju Madagaskar oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Dalam

pelayaran yang menyusuri rute Kayu Manis (Jakarta, Madagaskar, Cape Town dan berakhir

di Ghana) itu, Kapal Samudraraksa membawa barang-barang kebutuhan awak kapal, seperti:

1500 liter air tawar, 900 kg beras, 2 upright sails, 1 ton kayu bakar, 0,5 ton bahan makanan

dan bumbu, dan lain sebagainya

Tanggal 12 September 2003, kapal Samudraraksa berhasil berlabuh di pelabuhan

Victoria, Seychelles. Dua minggu kemudian, tepatnya tanggal 29 September 2003,

Samudraraksa meninggalkan Seychelles menuju Madagaskar. Tanggal 14 Oktober, kapal

Samudraraksa mencapai Mahajanga, Madagaskar. Dari Madagaskar, pada tanggal 26

Oktober, Samudraraksa berlayar lagi menuju Cape Town, Afrika Selatan. Dalam pelayaran

menuju Cape Town itu, pada tanggal 16 November mereka singgah di Richard Bay. Tanggal

1 Desember singgah di Pelabuhan Durban. Tanggal 7 Desember singgah di Pelabuhan

Elizabeth. Baru pada tanggal 5 Januari 2004, Samudraraksa tiba di Cape Town.

Sekitar 2 minggu kemudian, tepatnya tanggal 17 Januari 2004, Samudraraksa

berangkat lagi menuju Ghana. Setelah beberapa minggu mengarungi lautan, pada tanggal 23
Februari kapal Samudraraksa sampai di tujuan akhir dan berlabuh di Pelabuhan Tema, Accra,

Graha. Dengan berlabuhnya Samudraraksa di Ghana, maka berakhirlah ekspedisi menyusuri

jalur Kayu Manis. Para awak pun kembali ke tanah air untuk menerima penghargaan Satya

Lencana dari Presiden Megawati Soekarnoputri. Sedangkan kapal Samudraraksa yang masih

berada di Ghana, tujuh bulan kemudian dibongkar dan dibawa pulang ke Indonesia. Sesampai

di Indonesia, bongkahan-bongkahan kapal Samudraraksa itu dibawa ke Borobudur dan

dirakit kembali untuk selanjutnya dimuseumkan, sebagai tanda akan kejayaan nenek moyang

bangsa Indonesia yang berhasil mengarungi Samudera Hindia hingga ke wilayah Afrika. (ali

gufron)

C. Taman Pintar

Taman Pintar Yogyakarta (TPY) adalah salah satu wisata pendidikan atau wisata

edukasi paling banyak dikunjungi di Yogyakarta. Taman ini menawarkan wahana belajar dan

rekreasi yang cukup lengkap untuk anak-anak, baik usia pra sekolah sampai tingkat sekoah

menengah.

Taman Pintar dibangun mulai buln Mei 2006 dan setahun kemudian pada tanggal 9 juni

2007 diresmikan oleh Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X bersama dua menteri

yaitu menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Kusmayanto Kadiman, P.h.D dan menteri

Pendidikan Nasional (Mendiknas), Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.

Taman ini menawarkan model edukasi atau pembelajaran yang memadukan konsep

pendidikan dan permainan dengan media yang menarik sehingga dapat merangsang

keingintahuan anak dan memancing krativitas anak terhadap IPTEK.

Taman Pintar berisi materi yang terbagi menurut kelompok usia dan penekanan materi.

Untuk kelompok usia dini dibagi lagi menjadi tingkat pra sekolah, taman kanak-kanak,

sekolah dasar sampai sekolah menengah. Sedangkan untuk penekanan materinya

disampaikan dalam bentuk interaksi antara pengunjung dengan materi yang disampaikan
melaui bentuk anjungan yang ada seperti : anjungan pengenalan, anjungan pengenalan ilmu-

ilmu dasar, anjungan permainan dan anjungan penerapan IPTEK.

Konsep pembelajaran yang dipakai pada taman ini garis besarnya bertujuan untuk

meningkatkan mutu penguasaan materi pendidikan yang diberikan di sekolah ditengah

menurunnya minat baca dari masyarakat dan anak-anak pada khususnya. Dengan model alat

peraga anak-anak akan lebih tertarik untuk mengembangkan kemampuannnya sehingga dapat

menyelesaikan berbagai masalah dengan pola pikirannya sendiri.

Taman Pintar ini dibangun dengan biaya Rp. 53 M. Yang berisi enam zona yang

didalamnya terdapat isi materi antara lain : gedung memorabilia, gedung kotak lantai 2,

gedung oval lantai 2, gedung oval lantai 1, gedung kotak barat dan timur dan playground

area. Zona-zona tersebut mempunyai beberapa wahana tersendiri seperti Taman bermain,

Penjelajah kecil, Titian Penemuan, Petualangan lingkungan, Jembatan sains, Titian sains,

Indonesiaku, Teknologi canggih dan populer.

D. Malioboro

1. Lokasi Malioboro

Jalan Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang

membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara

keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A.

Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.

2. Nama Malioboro

Berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga, Malioboro menjadi

kembang yang pesonanya mampu menarik wisatawan. Tak hanya sarat kisah dan kenangan,

Malioboro juga menjadi surga cinderamata di jantung Kota Jogja.


3. Malioboro

Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini

didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para

pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada

sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang

disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal.Barang yang

diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan

barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal

batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang

asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati. Keramaian dan semaraknya Malioboro

juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan

Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda

khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan.

Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan,

kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit,

hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik

[semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang

lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak

adapula yang hanya menggelar plastik di lantai.

Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling

berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya

pedagang di sisi kanan dan kiri.

Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan

Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak sedikitnya laporan

ke pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang pula wisatan

asing juga menjadi korban kejahatan dan ini sangat memalukan sebenarnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang telah saya peroleh dari perjalanan Study Tour saya ke Yogyakarta

yaitu : Yogyakarta adalah tempat obyek wisata yang tidak asing lagi dimata orang ataupun di

berbagai manca Negara. Disitu banyak berbagai tempat-tempat obyek pariwisata yang sangat

penting, bersejarah dan mempunyai keunikan tersendiri dengan ciri khasnya masing-masing.

Tempat-tempat obyek pariwisata tersebut misalnya: Candi Borobudur, Taman Pintar

Malioboro dan lain sebagainya. Selain memiliki tempat wisata sebagai hiburan, kota ini juga

memiliki tempat – tempat wisata, pendidikan, dan bersejarah.

B. Saran

Karya wisata ini sangat baik untuk dilaksanakan karena memiliki manfaat yang

cukup banyak. Oleh karena itu, kegiatan ini sebaiknya terus diadakan dengan mengunjungi

tempat – tempat lain yang ada di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

http://hekynavita.blogspot.co.id/2015/11/laporan-perjalanan-study-tour-yogyakarta.html

http://laporanpklsiswa.blogspot.co.id/2013/10/laporan-karya-tulis-hasil-wisata-ke_29.html

http://wisata-yogyakarta.com/wisata-kota/taman-pintar-yogyakarta/

http://amarianadewi.blogspot.com/2015/01/contoh-karya-tulis-taman-pintar.html

Anda mungkin juga menyukai