Anda di halaman 1dari 58

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Deskripsi Umum Study Tour


Study tour merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberikan

pengetahuan yang komprehensif kepada para peserta study tour (mahasiswa) tentang
sesuatu hal. Tak jarang setiap kampus sudah merencanakan Studi tour untuk peserta
didik jauh-jauh hari sebelumnya seperti lokasi kegiatan, anggaran biaya, dan waktu
kegiatan telah disepakati oleh pihak dosen dalam rapat kerja tahunan. Lokasi yang
dipilih biasanya tidak hanya untuk satu bidang studi tapi juga bidang studi lain yang
mempunyai kesamaan topik. Study Tour ini dikatakan sebagai kegiatan di luar
kampus

yang bertujuan untuk mempelajari proses yang sebenarnya, orang dan

obyek . Tour diadakan karena kebutuhan mahasiswa

untuk mendapatkan

pengalaman dari tangan pertama. Hal tersebut diadakan karena tidak mungkin
menghadirkan / memanfaatkan setiap peristiwa ke dalam pembelajara di kelas untuk
dipelajari dan diamatinya.
Pelaksanaan study Tour ini merupakan mata kuliah PKL I yang diadakan
setiap tahunnya oleh pihak kampus dan salah satunya adalah Jurusan Pendidikan
Geografi, Universitas Pendidikan Ganesha dan tempat yang dituju adalah Pulau
Jawa. Ditahun ini peserta study tour berbeda dengan tahun sebelumnya. Dimana
tahun sebelumnya peserta study tour dilaksanakan setiap 2 tahun sekali yang
beranggotakan semester IV dan semester VI. Namun tahun ini peserta study tour
lebih sedikit karena pesertanya hanya terdiri dari semester IV saja. Tapi hal itu tidak
menyurutkan minat peserta study tour untuk menginjakan kakinya di Pulau Jawa.
Perjalanan study tour selama 7 hari, dengan 17 rute perjalanan dimulai dari Pura
Blambangan, Pura Semeru Agung Lumajang, Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta,
Malioboro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Laboratorium
Geospasial Parangtritis, Museum Geologi, Wisata belanja Cibaduyut, TMII,
Universitas Indonesia, Badan Informasi Geospasial, Pura Gunung Salak, BMKG,
Planetarium dan terakhir Dunia Fantasi Ancol (DUFAN).
1

Tanggal 09 Juni 2012, pukul 07.00 wita merupakan Perjalanan pertama


menuju ke Pulaua Jawa dimulai dari Kabupaten Buleleng (kampus, Undiksha
Singaraja) sampai ke Provinsi DKI Jakarta. Sebelum sampai di Pulau Jawa, banyak
daerah-daerah di Kabupaten Buleleng yang dilewati. Kabupaten Buleleng dengan Ibu
kotanya ialah Singaraja. Buleleng berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara,
Kabupaten Jembrana di sebelah barat, Kabupaten Karangasem di sebelah timur dan
Kabupaten Bangli, Tabanan serta Badung di sebelah selatan. Untuk menuju ke Pulau
Jawa harus menyebrang di pelabuhan Gilimanuk. Untuk menuju ke pelabuhan
Gilimanuk (Negare, Jembrana), melintasi beberapa daerah diantaranya yaitu Banjar,
Seririt, Grokgak yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Jembrana, Negara.
Kondisi topografi di wilayah Singaraja ini berada pada ketinggia antara 10500 m dpl dengan morfologi lahan dataran yang memiliki sudut lereng 0-5% pada
ketinggian 0-40 m dan perbukitan dengn sudut lereng 5-30% pada ketinggian 401400 m. Bila ditinjau secara geologis, wilayah ini merupakan perlapisan batuan hasil
letusan gunung berapi yang terjadi pada masa yang berlainan. Batuan tersebut pada
umumnya terdiri dari breksi, lava dan tufa kecuali sepanjang pantai Utara yang
tersusun dari endapan alluvial. Sedangkan jenis tanah pada wilayah ini adalah tanah
Regosol dengan tekstur sabagian besar dalam kategori tekstir sedang. Disepanjang
perjalanan menuju Grokgak terdapat perbukitan-perbukitan atau pegunungan.
Dibagian barat kabupaten Buleleng ini pada umumnya memiliki bentuk lahan
bentukan asal denudasional dan disepanjang pantai terdapat vegetasi mangrove.
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada
daerah pasang-surut pantai berlumpur.
Semakin kebarat akan menjumpai perbatasan, dimana perbatasan ini meliputi
wilayah hutan yang terdapat di daerah Cekik. Daerah ini dikenal dengan Taman
Nasional Bali Barat. Tak jauh dari daerah Cekik rombongan study tour akan menuju
plabuhan Gilimanuk. Pelabuhan Gilimanuk ini merupakan pelabuhan yang
menghubungkan Pulau Bali dengan Pulau Jawa. Pelabuhan Gilimanuk ini terletak
paling ujung Pulau Bali. Berikut akan dijelaskan deskripsi umum mengenai
perjalanan yang dilewati dalam pelaksanaan rute studi tour.

1.

Provinsi Jawa Timur


Penyebrangan dimulai dari pelabuhan Gilimanuk dan sampai di pelabuhan

Ketapang, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Jawa Timur adalah sebuah provinsi
di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibukotanya adalah Surabaya. Luas
wilayahnya 47.922 km2. Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara,
Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, Serta Provinsi Jawa Tengah di Barat.
Jawa Timur memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan
memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat.
Wilayah Jawa Timur juga memiliki Pulu Madura, dimana pulau Madura ini
merupakan pulau terbesar di Jawa Timur, dipisahkan dengan daratan Jawa oleh selat
Madura. Pulau Bawean berada sekita 150 km sebelah utara Jawa. Di sebelah timur
Madura terdapat gugusan pulau-pulau, yang paling timur adalah Pulau Kangean dan
yang paling utara adalah Kepulauan Masalembu. Selain itu terdapat sejumlah pulaupulau kecil di Laut Jawa dan Samudra Hindia (Pulau Sempu dan Nusa Burung).
Secara Fisiografis, wilayah Provinsi Jawa Timur dapat dikelompokan dalam tiga
zone yaitu zona selatan (plato), zona tengah (gunung berapi), dan zona utara
(lipatan). Pada daerah Ngawi, Blitar, Malang, Hingga Bondowoso memiliki dataran
rendah dan dataran tinggi pada bagian tengah. Pada bagian tengah terbentang
pegunungan berapi diantaranya yaitu di perbatasan dengan Jawa Tengah terdapat
Gunung Lawu, Di sebelah Tenggara Madiun terdapat Gunung Wilis dan Gunung
Liman. Pada bagian selatan terdapat rangkaian perbukitan, yakni dari pesisir selatan
Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Hingga Malang. Pegunungan Kapur Selatan
merupakan kelanjutan dari rangkaian Pegunungan Sewu di Yogyakarta. Jawa Timur
memiliki iklim tropis basah. Dibandingkan dengan wilayah Pulau Jawa Bagian
Barat, Jawa Timur pada umumnya memiliki curah hujan yang lebih sedikit. Suhu di
daerah pegunungan lebih rendah, dan bahkan di daerah Ranu Pani (Lereng Gunung
Semeru), suhu bisa mencapai minus 40C yang menyebabkan turunnya salju lembut.
Di Jawa Timur terdapat sngai-sungai dan sungai yang terpenting di Jawa Timur
adalah Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Sungai Brantas memiliki mata air di
daerah Malang. Sedangkan sungai Bengawan Solo berasal dari Jawa Tengah,
akhirnya bermuara di Gresik.

Struktur Geologi Jawa Timur di dominasi oleh Alluvium dan bentukan hasil
gunung api kwarter muda, keduanya meliputi 44,5 % dari luas wilayah darat,
sedangkan bantuan yang relatif juga agak luas persebarannya adalah miosen sekitar
12,33 % dan hasil gunung api kwarter tua sekitar 9,78 % dari luas total wilayah
daratan. Sementara itu batuan lain hanya mempunyai proporsi antara 0 - 7% saja.
Batuan sedimen Alluvium tersebar disepanjang sungai Brantas dan Bengawan Solo
yang merupakan daerah subur. Batuan hasil gunung api kwater muda tersebar
dibagian tengah wilayah Jawa Timur membujur kearah timur yang merupakan daerah
relatif subur. Batuan Miosen tersebar disebelah selatan dan utara Jawa Timur
membujur kearah Timur yang merupakan daerah kurang subur Bagi kepulauan
Madura batuan ini sangat dominan dan utamanya merupakan batuan gamping.
Dari beragamnya jenis batuan yang ada, memberikan banyak kemungkinan
mengenai ketersediaan bahan tambang di Jawa Timur. Atas dasar struktur, sifat dan
persebaran jenis tanah diidentifikasi karakteristik wilayah Jawa Timur menurut
kesuburan tanah :
1. Jawa Timur bagian Tengah, Merupakan daerah subur, mulai dari daerah
kabupaten Banyuwangi. Wilayah ini dilalui sungai - sungai Madiun, Brantas,
Konto, Sampean.
2. Jawa Timur bagian Utara, Merupakan daerah Relatif tandus dan merupakan
daerah yang persebarannya mengikuti alur pegunungan kapur utara mulai dari
daerah Bojonegoro , Tuban kearah Timur sampai dengan pulau Madu.
Dalam perjalanan study tour ini melewati beberapa Provinsi yang ada di Jawa
Salah satunya adalah Di Jawa Timur. Di Jawa Timur banyak terdapat Kabupatenkabupaten dan berikut akan dijelaskan daerah-daerah yang dilalui dalam perjalanan
study tour didaerah Jawa Timur.
a.

Pelabuhan Ketapang, Kabupaten Banyuwangi


Pelabuhan Ketapang merupakan pelabuhan penyeberangan masuk dalam
jenis pelabuhan khusus yang dipergunakan untuk angkutan penyeberangan
dengan menggunakan kapal ro-ro. Dalam proses bongkar muat kapal jenis ini
4

membutuhkan sebuah dermaga, biasanya berbentuk pelengsengan atau


dilengkapi dengan movable bridge ataupun dermaga apung untuk
mengantisipasi pasang surut air laut. Pelabuhan penyeberangan KetapangGilimanuk yang dibatasi oleh Selat Bali ini memiliki lokasi terdekat diantara
dua daerah yang dibatasi oleh kawasan perairan atau selat. Pelabuhan
Gilimanuk merupakan pintu masuk Pulau Jawa yang terletak di Provinsi Jawa
Timur. Pelabuhan Ketapang ini terletak di Kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur memiliki batas-batas wilayah:

Utara : Kabupaten Situbondo


Timur : Selat Bali
Selatan: Samudera Indonesia
Barat : Kab. Jember dan Bondowoso

Pada umumnya Kabupaten Banyuwangi mempunyai Jenis tanah terdiri


dari Regosol, Lithosol, Lathosol, Padsolik, Gambut. Selian itu Kabupaten
Banyuwangi terletak di selatan equator yang dikelilingi oleh Laut Jawa, Selat
Bali dan Samudra Indonesia dengan iklim tropis yang terbagi menjadi 2
musim. Daratan datar terbentang sebagian besar mempunyai tingkat
kemiringan kurang dari 15 derajat diikuti rata-rata curah hujan yang cukup
memadai, sehingga akan bisa menambah tingkat kesuburan tanah. Bagian
selatan, barat dan utara merupakan pegunungan. Bagian barat dan utara pada
umumnya merupakan pegunungan dan bagian selatan sebagian besar
merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan rata-rata pada wilayah bagian
barat dan utara 40, dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi dari wilayah
lain. 0 2 %, daerah dataran aluvial sungai dan pantai. 2 15 %, medan
landai (perbukitan berelief halus). 15 40 %, agak terjal. 40 %, sangat terjal
(perbukitan berelief kasar. Di Kabupaten Banyuwangi kondisi tanah tercatat
memiliki 35 DAS, sehingga disamping dapat mengairi hamparan sawah yang
sangat luas juga berpengaruh positif terhadap tingkat kesuburan tanah. Selain
itu Kabupaten Banyuwangi mempunyai lereng dengan kemiringan lebih dari
40% meliputi lebih kurang 29,25% dari luas daerah yang mempunyai tinggi
tempat lebih dari 500 meter di atas permukaan laut.

Di Kabupaten Banyuwangi rombongan study tour melaksanakan


persembahyangan. Berikut akan dijelaskan deskripsi singkat mengenai pura
yang dituju.
Pura Blambangan
Tak jauh dari Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pura Agung Blambangan
yang terletak di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Jawa Timur.
Pura Agung Blambangan merupakan pura terbesar diantara 92 buah pura
lainnya yang ada di Banyuwangi dan telah diresmikan hari sabtu,
tepatnya pada hari raya Kuningan, 28 juni 1980. Bangunan Pura Agung
Blambangan masih belum selesai karena ada bangunan yang harus
diselesaikan pula seperti : paduraksan berbentuk Kori Agung Candi
Penataran dan dua buah Paduraksan kecil gaya Bali dan Candi Bentar.
Pura Agung Blambangan tergolong pura yang sangat luas, selain itu
disediakan banyak kamar mandi di luar area pura (tetapi masih satu
komplek pura), untuk para umat yang datang dari jauh.
b.

Kabupaten Jember
Kabupaten Jember terletak di bagian timur wilayah Provinsi Jawa Timur.
Lokasinya sangat strategis, karena dilalui jalan arteri primer Surabaya
Banyuwangi. Kabupaten Jember berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso
dan Kabupaten Probolinggo di sebelah utara, Kabupaten Lumajang di sebelah
barat, Kabupaten Banyuwangi di sebelah timur, dan di sebelah selatan
dibatasi oleh Samudera Indonesia, yang terdapat Pulau Nusa Barong.
Topografi Kabupaten Jember adalah berbukit hingga pegunungan di sisi utara
dan timur serta dataran subur yang luas ke arah selatan. Dataran wilayah Kota
Jember banyak dibentuk oleh jenis tanah litosol dan regosol coklat
kekuningan. Kondisi ini sangat menentukan tingkat kesuburan dan kedalaman
efektif tanah, dimana tingkat kesuburan tersebut adalah berkisar di atas 90
cm. Kondisi hidrologi di Kota Jember sangat dipengaruhi oleh air permukaan
tanah dangkal, sumber-sumber mata air dan aliran-aliran sungai yang
melintasinya. Sungai yang melintasi Kota Jember adalah Sungai Bedadung.
Sedangkan dominasi penggunaan lahan diwilayah Kota Jember adalah
kegiatan pertanian.
6

c.

Kabupaten Lumajang
Kabupaten Lumajang merupakan kabupaten yang terdapat Di Provinsi
Jawa Timur. Kabupaten Lumajang terdiri dari dataran yang subur karena
diapit oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru, Gunung Bromo,
dan Gunung Lamongan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang
adalah sebagai Sebelah barat Kabupaten Malang, Sebelah utara Kabupaten
Probolinggo,

Sebelah

timur Kabupaten

Jember,

dan Sebelah

selatan

Samudera Indonesia. batuan pembentuk struktur geologi wilayah ini


merupakan

kawasan perencanaan terdiri dari jenis batuan Old Kwarter

Vulkanik, Young Kwarter Vulkanik dan Alluvium. Pada umumnya Kabupaten


Lumajang disusun oleh formasi batuan Alluvium (68.005,87 Ha) yang
mencapai 38% dan terkecil Miosen Sedimentary 8% dari luas wilayah.
Pembentukan jenis tanah dipengaruhi oleh iklim, bahan induk dan keadaan
topografi. Berdasarkan Peta Tanah Tinjau yang dikeluarkan Lembaga
Penelitian Bogor tahun 1966, jenis tanah di Kabupaten Lumajang terdiri dari
aluvial, regosol, andosol, mediteran dan latosol.
Kemampuan Lahan adalah salah satu aspek fisik yang perlu
diperhatikan

dalam

penyusunan

rencana

fisik

karena

menyangkut

kemampuan efektif tanah dan kondisi hidrologi wilayah. Kemampuan jenis


tanah adalah daya dukung tanah pada suatu wilayah apabila dilakukan
pembudidayaan pada wilayah tersebut. Secara umum keadaan drainase di
Kabupaten Lumajang cukup baik mengingat keadaan topografi yang
bervariasi kemiringannya. Keadaan topografi di Kabupaten Lumajang yang
bervariasi

mulai

datar

sampai

curam

menguntungkan

dari

aspek

ketergantungannya. Pengaturan air yang baik dan berfungsinya saluran


pengairan, menyebabkan daerah tidak tergenang kecuali jika terjadi bencana
alam. Kabupaten Lumajang dikelilingi tiga gunung berapi yaitu Gunung
Semeru, Gunung Bromo dan Gunung Lamongan. Dari ketiga gunung berapi
yang masih aktif tersebut, Gunung Semeru mendapat prioritas pemantauan
lebih dibanding yang lainnya karena seringnya terjadi aktivitas gunung berapi
yang membahayakan masyarakat sekitarnya.
7

Di

Kabupaten

Lumajang

rombongan

study

tour

melaksanakan

persembahyangan. Berikut akan dijelaskan deskripsi singkat mengenai pura


yang dituju.

Pura Mandara Giri Semeru Agung


Merupakan salah satu pura tertua di Nusantara. Letaknya bertopografi
pegunungan dan berhawa sejuk yakni Senduro yang diyakini dekat
dengan nilai spiritual umat Hindu yakni sejarah gunung Semeru. Pura
yang biasanya dijuluki Pura Kahyangan Jagat (tempat memuja Hyang
Widhi Wasa) pada hari-hari tertentu ramai dikunjungi umat Hindu,
terutama dari Bali. Bangunan pura merupakan bangunan utama dari
objek wisata religi ini. Selain itu juga terdapat aula besar yang biasanya
digunakan untuk acara pertemuan dan pagelaran budaya, letaknya
berada di samping timur. Kalau lewat dari gerbang depan, maka kita
akan disuguhi pemandangan lapangan yang luas. Keunikan pura ini
selain bangunannya adalah kebiasaan umat Hindu yang melakukan
sembahyang di sana akan pergi ke dua pura yang lain, yakni pura
Ranupane dan pura Petirtan. Jadi, pura Mandara Giri Semeru Agung
merupakan pura utama diantara dua pura yang lain.

2.

Provinsi Jawa Tengah


Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Provinsi Jawa Tengah secara
ekoregion dapat dibagi manjadi tujuh bentang lahan, yaitu; dataran rendah, dataran
tinggi, perbukitan antiklinal, lembah sinklinal, pegunungan volkanik, perbukitan
karst dan blok patahan.Bentang lahan perbukitan antiklinal memiliki morfologi
berbukit, terbentuk oleh proses tektonik (struktur lipatan), tersusun atas batuan
sedimen dan metamorf. Bentang lahan lembah sinklinal memiliki morfologi
cekungan (lembah antar perbukitan atau pegunungan antiklinal) hingga datar.
Bentang lahan dataran rendah memiliki karakteristik morfologi datar, terbentuk oleh
proses pengendapan aliran sungai material aluvium, maupun tersusun oleh batuan
sedimen non klastik (terumbu). Kondisi geologi di provinsi Jateng meliputi : Umur
batuan yang ditemukan di wilayah SWS Jratunseluna, Jawa Tengah adalah Tersier,
8

dan Kuarter. Formasi Bulu dijumpai di sebagian kecil wilayah Kabupaten Blora.
Batuan penyusun adalah Kalkarenit. Formasi Kerek dijumpai di sebagian kecil
wilayah Kabupaten Boyolali, dan Sragen. Formasi Wonocolo dijumpai di sebagian
kecil wilayah Kabupaten Blora. Formasi Ledok dijumpai di sebagian kecil wilayah
Kabupaten Blora. Formasi Bulu dijumpai di sebagian kecil wilayah Kabupaten
Blora. Formasi Klitik pada posisi stratigrafi di atas Formasi Kalibeng, dijumpai
utamanya di bagian barat wilayah Kabupaten Sragen. Satuan-satuan tanah yang ada
di Jawa Tengah adalah kelompok aluvial, Regosol, litosol, andosol, Latosol,
Grumusol, dan Podsolik. Macam-macam tanah aluvial di Jawa Tengah adalah
Aluvial Hidromorf, Aluvial Kelabu Kekuningan dan Aluvial Coklat Kelabu Gelap.
Dalam perjalanan studi tour di Jawa Tengah, rombongan berkunjung ke objek
kawasan Candi Borobudur.

Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten
Magelang Propinsi Jawa Tengah. Candi ini dari kota Magelang
terletak di sebelah selatan 15 km dalam jarak lurus. D a t a r a n k e d u
y a n g berbukit, hampir seluruhnya dilingkari pegunungan.
Gunung yan g melingkari Candi Borobudur antara lain : Sebelah
timur

terdapat

gunung

merbabu

dan

gunung

merapi,

sebelah barat laut gunung sumbing dan gunung sindoro, dari


keempat gunung tersebut hanya gunung merapi yang masih aktif
sebagai gunung berapi. Di sebelah utara terdapat gunung todar,
walapun tidak sebesar gunung tersebut di atas namun gunung ini
terkenal dengan sebutan pakuning tanah jowo. Sedang sebelah
selatan terdapat pegunungan menoreh, bila dilihat dari Candi
Borobudur,

puncak-puncak

yan g

menjul ang

tinggi,

nampak serupa dengan seseorang yang sedang tidur terlentang


membujur dari timur ke barat. Lekukan-lekukan pegunungan itu seolah
menggambarkan kepala lengkap dengan hidung, bibir dan dagu
juga bagian perut sampai kaki. Karena keadaan seperti itulah maka
cerita rakyat berkembang bahwa yang sedang terlentang tidur itu adalah
9

Guna dharma, yaitu ahli bangunan yang menurut kepercayaan


telah berhasil menciptakan candi borobudur dan menjaganya sambil
mengawasi ciptaannya dari masa ke masa.
Berikut adalah kabupaten-kabupaten yang dilalui pada saat perjalanan study
tour di Provinsi Jawa Tengah.

a. Kabupaten Sragen
Merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jawa Tengah. Secara
geografis Kabupaten Sragen berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Batas batas wilayah Kabupaten Sragen yaitu Sebelah Timur
Kabupaten Ngawi (propinsi jawa timur), Sebelah Barat Kabupaten Boyolali,
Sebelah Selatan Kabupaten Karanganyar, dan Sebelah Utara Kabupaten
Grobogan.

b. Kota Surakarta
Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan
sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu
dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan air
laut. Dengan Luas sekitar 44 Km2, Kota Surakarta terletak diantara 110 45`
15 110 45` 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Kota
Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar yaitu sungai
Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada
jaman dahulu sangat terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas
perdagangannya. Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah
Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karangnyar, batas
wilayah sebelah Barat adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten
Karangnyar, sedang batas wilayah sebelah selatan adalah Kabupaten
Sukoharjo.

c. Kabupaten Klaten

10

Kabupaten Klaten merupakan salah satu kabupaten yang terletak di


provinsi Jawa Tengah. Batas wilayahnya yaitu sebelah utara Kabupaten
Boyolali, sebelah timur Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan Kabupaten
Gunung Kidul (DI Yogyakarta), dan sebelah barat Kabupaten Sleman (DI
Yogyakarta). Jenis tanah di Kabupaten Klaten mempunyai pengaruh terhadap
pemanfaatan lahan yang berada di atasnya. Hal ini terkait dengan potensi
yang terkandung di dalam tanah itu sendiri sehingga pemanf aatan
lahan dapat di sesuaikan. Di Kab upaten Klaten terdapat beberapa
jenis tanah yang tersebar di seluruh wilayah yang ada, yaitu:

Tanah regosol dan aluvial


Tanah regosol dan aluvial yang ada di wilayah Kabupaten Klaten
merupakan tanah yang terbentuk dari endapan material vulkanik dari
Gunung Merapi. Persebaran jenis tanah ini berada di bagian tengah
Kabupaten Klaten dan mendominasi jenis tanah yang ada di Kabupaten
Klaten. Kedua jenis tanah ini mer upakan tanah yan g subur

sehingga sesuai untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertania.


Tanah grumosol
Tanah grumosol merupakan lapisan tanah yang mempunya i
bahan induk berupa batu kapur. Tanah Grumosol di Kabupaten Klaten
terdapat disebelah selatan yang meliputi Kecamatan Cawas, Bayat,
Wedi, Gantiwarno,dan Prambanan. Tanah jenis ini menyimpan potensi

berupa pertambangan batu kapur / gamping.


Tanah Lit osol-Latosol
Jenis tanah ini ter bentuk karena ada nya proses pel apukan
batuan lain. Persebaran jenis tan ah ini berada di Kecam ata n
Kemalang dan Bayat , diman a mempu nya i potensi sebaga i
kawasan pen gembangan vegetasi hutan.

d. Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang yang letaknya diapit oleh Kabupaten Temanggung,
Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten
Purworejo, Propinsi DIY serta Kota Magelang ditengah-tengahnya.
11

Kabupaten Magelang terdiri atas 21 kecamatan, 365 desa dan 5 kelurahan,


sebagian besar merupakan daerah datar dengan ketinggian rata-rata 360 m
dpl. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

3.

Sebelah utara : Kab. Temanggung dan Kab. Semarang

Sebelah selatan : Kab. Purworejo dan Propinsi DIY

Sebelah timur : Kab. Boyolali dan Kab. Semarang

Sebelah barat : Kab. Temanggung dan kab. Wonosobo

Tengah : Kota Magelang

Daerah Istimewa Yogyakarta


Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan tengah Pulau

Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa
Tengah di bagian lainnya. Batas dengan Propinsi Jawa Tengah meliputi:

Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara

Kabupaten Klaten di bagian timur laut

Kabupaten Magelang di bagian barat laut

Kabupaten Purworejo di bagian barat

Secara astronomis, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 70


33' LS - 8 12' LS dan 110 00' BT - 110 50' BT. Komponen fisiografi yang
menyusun Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 (empat) satuan
fisiografis yaitu Satuan Pegunungan Selatan (Dataran Tinggi Karst) dengan
ketinggian tempat berkisar antara 150 - 700 meter, Satuan Gunungapi Merapi dengan
ketinggian tempat berkisar antara 80 - 2.911 meter, Satuan Dataran Rendah yang
membentang antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo pada
ketinggian 0 - 80 meter, dan Pegunungan Kulonprogo dengan ketinggian hingga 572
meter.

12

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 3.185,80 km, terdiri


dari 4 kabupaten dan 1 Kota, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten
Bantul,

Kabupaten

Gunung

Kidul,

dan

Kabupaten

Kulonprogo.

Setiap

kabupaten/kota mempunyai kondisi fisik yang berbeda sehingga potensi alam yang
tersedia juga tidak sama. Perbedaan kondisi fisik ini ikut menentukan dalam rencana
pengembangan daerah. Kondisi fisik di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat
ditinjau dari kondisi geografi, iklim, geologi, gomorfologi, jenis tanah, dan hidrologi
daerah. Kondisi geografi daerah menerangkan tentang posisi spasial daerah dalam
kaitannya dengan daerah lain yang ada di sekitarnya, baik dalam hal luas wilayah,
batas-batas wilayah, maupun batas-batas potensi sumberdaya alam kewilayahan.
Penggambaran kondisi geografi daerah dilakukan baik dengan deskripsi tulisan
maupun melalui presentasi peta wilayah. Kondisi iklim suatu potensi sangat
berpengaruh pada potensi daerah bersangkutan, baik dalam potensi sumberdaya alam
maupun dalam potensi kebencanaan alam. Deskripsi klimatologis Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta yang diuraikan berupa curah hujan dan suhu udara. Kedua
parameter iklim ini sangat berpengaruh pada potensi pengembangan sumberdaya
alam, baik dilihat sebagai potensi cadangan alamiah maupun potensi alam
berkesinambungan. Curah hujan sebagai input air ke permukaan bumi membawa
akibat pada variasi potensi hidrologi daerah bersangkutan, sehingga uraian hidrologi
daerah tidak boleh dipisahkan dengan kondisi klimatologisnya, terutama dengan
curah hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mengalami proses-proses
evaporasi (kembali ke atmosfer sebagai uap air), infiltrasi (menjadi air tanah), dan
genangan/limpasan (sebagai air permukaan).
Potensi airtanah dan keberadaan air permukaan satu daerah tidak sama
dengan daerah lainnya walaupun keduanya mempunyai curah hujan yang sama. Hal
ini disebabkan kondisi lahan (geologi, geomorfologi, dan tanah) setiap daerah
berbeda. Perbedaan-perbedaan ini akhirnya membawa keberagaman dalam potensi
sumberdaya alam dan potensi kebencanaan alam sehingga antara pengembangan
sumberdaya alam daerah harus memperhatikan potensi-potensi alam tersebut. Dua
daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di barat dan
DAS Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain
adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai
13

Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oya. Di Daerah
Istimewa Yogyakarta terdapat beberapa kunjungan antara lain Keraton Yogyakarta,
wisata belanja Malioboro, Kampus Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri
Yogyakarta dan Laboratorium Geospasial Parangtritis. Berikut akan didiskripsikan
beberapa kabupaten yang dilewati beserta kunjungan di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
a. Kabupaten Sleman
Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY), Indonesia. Batas sebelah utara, berbatasan dengan
Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, wilayahnya yaitu di sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, di sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Kuloprogo dan Kabupaten Magelang, dan di sebelah
selatan berbatasan dengan kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten
Gunung Kidul. Kabupaten Sleman keadaan tanahnya di bagian selatan relatif
datar

kecuali

daerah perbukitan

di

bagian

tenggara

Kecamatan

P r a m b a n a n d a n s e b a g i a n d i K e c a m a t a n Gamping. Semakin ke
utara relatif miring dan di bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif
terjal. Kondisi geologi di Kabupaten Sleman didominasi dari
keberadaan gunung Merapi. Formasi geologi dibedakan m e n j a d i
e n d a p a n v u l k a n i k , s e d i m e n , d a n b a t u a n terobosan, di
mana endapan vulkanik mewakili lebih dari 90% luas wilayah. Di Kabupaten
Sleman terdapat sekitar 100 sumber mata air, yang airnya mengalir ke
sungai-sungai utama yaitu sungai Boyong, Kuning, Gendol, dan Krasak.
Di samping itu ter dapat anak-anak sungai ya ng meng alir ke arah
selatan dan bermuara di samudera Indonesia. Material vulkanik gunung Merapi
yang berfungsi sebagai lapisan pemba wa air tana h (akifer) yang
sudah ter urai menjadi mat erial pasir vulkanik, ya ng sebagian
besar merupakan bagian dari endapan vulkanik Merapi muda. Material
vulkanik Merapi muda ini dibedakan menjadi 2 unit formasi geologi yaitu
formasi Sleman (lebih di dominasioleh endapan piroklastik halus dan
tufa) di bagian bawah dan forma si Yogyakar ta (lebih di domin asi
14

oleh pasir vulkanik berbutir kasar hingga pasir berkerikil) di bagian


atas. Formasi Yogyakarta dan formasi Sleman ini berfungsi sebagai lapisan
pembawa air utama yang sangat potensial dan membentuk satu sistem akifer
yang di sebut Sistem Akifer Merapi (SAM). Sistem akifer tersebut menerus
dari utara ke selatan dan secara administratif masuk dalam wilayah
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul. Air tanah
Merapi yang mengalir di bawah permukaan secara rembesan bergerak menuju
daerah yang lebih rendah terpotong oleh topografi, rekahan atau patahan
maka akan muncul mata air. Di Kabupaten Sleman terdapat 4 jalur mata air
(springbelt) yaitu: jalur mata air Bebeng, jalur mata air Sleman- Cangkringan,
jalur mata air Ngaglik dan jalur mata air Yogyakarta. Mata air ini telah
banyak dimanfaatkan untuk sumber air bersih maupun irigasi.
b. Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan
merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4
daerah tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta
merupakan ibukota dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya
yang berada ditengah-tengah provinsi menyebabkan daerah ini merupakan
daerah yang strategis untuk pemerintahan. Kota Yogyakarta dikelilingi oleh
kabupaten-kabupaten yang mengelilinginya. Kabupaten-kabupaten tersebut
adalah Kabupaten Kulon Progo yang tertletak disebelah barat kota,
Kabupaten Bantul terletak disebelah selatan dan barat daya dari Kota,
Kabupaten Sleman yang terletak di sebelah utara, barat, maupun timur,
sedangkan Kabupaten Gunung Kidul terletak di sebelah timur. Secara garis
besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana dari barat ke timur
relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan 1 derajat, serta
terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu : Sebelah timur
adalah Sungai Gajah Wong Bagian tengah adalah Sungai Code Sebelah barat
adalah Sungai Winongo. Kondisi tanah Kota Yogyakarta cukup subur dan
memungkinkan ditanami berbagai tanaman pertanian maupun perdagangan,
disebabkan oleh letaknya yang berada didataran lereng gunung Merapi (fluvia
vulcanic foot plain) yang garis besarnya mengandung tanah regosol atau
15

tanah vulkanis muda Sejalan dengan perkembangan Perkotaan dan


Pemukiman yang pesat, lahan pertanian Kota setiap tahun mengalami
penyusutan. Data tahun 1999 menunjukkan penyusutan 7,8% dari luas area
Kota Yogyakarta (3.249,75) karena beralih fungsi, (lahan pekarangan).
Berikut akan dijelaskan deskripsi singkat mengenai objek kunjungan
dalam perjalanan studi tour di Kota Yogyakarta.

Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta terletak di pusat kota Yogyakarta. Letaknya sangat
strategis, diantara dua lapangan besar yang sering disebut Alun-Alun
Utara (LOR) dan Alun-Alun Selatan (Kidul). Secara geografis
Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian Tengah. Keraton Yogyakarta
yang beralamat di Jalan Ratawijayan I Yogyakarta sangat dekat dengan
Malioboro, dari arah Malioboro lurus ke selatan kita sudah sampai di
lokasi wisata tersebut. Di dalam halaman inti Kraton, antara lain dapat
dilihat bangunan tempat tinggal Sri Sultan sehari-hari, tempat Sri
Sultan menerima tamu kehormatan, tempat untuk berpesta,
tempat para tamu beristirahat atau merapikan pakaian, dan
gedung-gedung serta bangunan yan g lai n. Di tempat ini
juga terdapat Kaputren, atau tempat tinggal putri-putri Sultan
yang belum menikah. Tempat yang terakhir ini terlarang bagi
kunjungan wisatawan. Selama

berkun jung

di

lingkungan

Kraton ini, para wis atawan dapat menyaksikan kemegahan dan


keagungan Kesultanan Yogyakarta sebagi sumber kebudayaan di
daerah

Jawa,

sekaligus

sebagai

pusat

pemerintahan

KesultananYogyakarta.

Malioboro
Malioboro menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak
Gunung

Merapi,

jalan

ini

terbentuk

menjadi

suatu

lokalitas

perdagangan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan


sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun
1758. Setelah berlalu 248 tahun, tempat itu masih bertahan sebagai
16

suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta


yang dikenal dengan Malioboro. Terletak sekitar 800 meter dari Kraton
Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap
kali Kraton melaksanakan perayaan. Malioboro yang dalam bahasa
sansekerta berarti "karangan bunga" menjadi dasar penamaan jalan
tersebut. Diapit pertokoan, perkantoran, rumah makan, hotel berbintang
dan bangunan bersejarah, jalan yang dulunya sempat menjadi basis
perjuangan saat agresi militer Belanda ke-2 pada tahun 1948 juga
pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung
dalam komunitas Persada Studi Klub (PSK) pimpinan seniman Umbul
Landu Paranggi semenjak tahun 1970-an hingga sekitar tahun 1990.
Surga Cinderamata menikmati pengalaman berbelanja, berburu
cinderamata khas Jogja, wisatawan bisa berjalan kaki sepanjang bahu
jalan yang berkoridor (arcade). Di sini akan ditemui banyak pedagang
kaki lima yang menggelar dagangannya. Mulai dari produk kerajinan
lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu
(gantungan kunci, lampu hias dan lain sebagainya) juga blangkon (topi
khas Jawa/Jogja) serta barang-barang perak, hingga pedagang yang
menjual pernak pernik umum yang banyak ditemui di tempat
perdagangan lain. Sepanjang arcade, wisatawan selain bisa berbelanja
dengan tenang dalam kondisi cerah maupun hujan, juga bisa menikmati
pengalaman belanja yang menyenangkan saat menawar harga. Jika
beruntung, bisa berkurang sepertiga atau bahkan separohnya.

c. Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul terletak antara 07 44 04 08 00 27 Lintang
Selatan dan 110 12 34 110 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah
Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah Propinsi DIY)
dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih dari separonya
(60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari :
Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang
17

membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh
wilayah). Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah
pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %). Bagian Timur, adalah
daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari
daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%). Bagian Selatan, adalah
sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan
alamnya yang berpasir dan sedikit berlaguna, terbentang di Pantai Selatan
dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.
Kabupaten Bantul, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia. Ibu kotanya adalah Bantul. Kabupaten ini berbatasan
dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di utara, Kabupaten Gunung
Kidul di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di
barat. Obyek wisata Pantai Parangtritis terdapat di wilayah kabupaten ini.
Bagian selatan kabupaten ini berupa pegunungan kapur, yakni ujung barat
dari Pegunungan Sewu. Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali Progo
(membatasi kabupaten ini dengan Kabupaten Kulon Progo, Kali Opak, Kali
Tapus, beserta anak-anak sungainya.
Berikut dijelaskan paparan singkat mengenai objek kunjungan dalam
perjalanan studi tour di Bantul

Pantai Parangtritis
Parangtritis, adalah sebuah tempat pariwisata berupa pantai pesisir
Samudra Hindia yang terletak kurang lebih 25 kilometer sebelah selatan
kota Yogyakarta. Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup
terkenal di Yogyakarta. Pantai Parangtritis bentuk lahannya adalah asal
marin dan angin yang berada di bagian selatan Provinsi DIY. Proses
pembentukan pantai yang memanjang ini karena adanya aktivitas
gelombang dan arus yang kuat dari pantai selatan Jawa. Karakterisrik
pasirnya hitam yang menandakan bahwa pasir ini berasal dari Gunung
Merapi. Lebar pantai ini sekitar 2 km sampai batas gumuk pasir.
Kondisi

sosial-ekonominya

banyak

didominasi

oleh

aktivitas

perdagangan dan pariwisata. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan


18

permukiman maupun penginapan disepanjang pantai ini. Permasalahan


yang dihadapi di daerah Parangtritis adalah masalah ketersediaan
sumberdaya air akibat semakin meningkatnya kebutuhan air domestik.
Karakteristik hidrologi yang dapat diidentifikasi adalah ada beberapa
sumber mata air yang ditemukan di Parangtritis. Lingkungan pantai
merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamis, kaya keanekaragaman
hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Luas lahan lingkungan
pantai relatif terbatas padahal pemanfaatannya semakin meningkat terus
sehingga sering terjadi konflik kepentingan antar sektor yang
membutuhkannya, seperti yang terjadi di Pantai Parangtritis dan
sekitarnya. Pantai Parangtritis dan sekitarnya saat ini mengalami
pembangunan yang sangat pesat dengan permasalahan yang dihadapi cukup
kompleks. Lingkungan pantai ini sangat potensial untuk dikembangkan
baik sebagai kawasan wisata, budaya,

pertanian,pertambangan,

perikanan dan laboratorium alam bagi kepentingan ilmiah. Ciri khas atau
keunikan dari Pantai Parangtritis adalah adanya gumuk pasir (sand
duns) tipe bulan sabit (barchan). Saat ini keberadaan gumuk pasir itu
mulai terganggu oleh aktivitas manusia. Karakteristik dan pemanfaatan
lahan yang sedemikian kompleks tersebut akan menimbulkan konflik
antar kepentingan dan berkurangnya daya dukung lingkungan pada
kehidupan manusia. Untuk itulah dilakukan penataan ruang di Pantai
Parangtritis dan sekitarnya.

4.

Provinsi Jawa Barat


Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5o50' - 7o50' Lintang

Selatan dan 104o48' - 108o48' Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya sebelah
Utara berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta, sebelah Timur berbatasan
dengan Provinsi Jawa Tengah, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra
Indonesia, sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Banten. di Provinsi Jawa Barat
adalah Pegunungan Blok Patahan, Dataran Rendah, Dataran Tinggi, Perbukitan
Karst, Volkanik, dan Perbukitan Sinklinal. Ekoregion (bentang lahan) blok patahan
19

berada pada zone selatan Jawa Barat seperti; Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan Suka
Bumi, serta beberapa tempat di bagian tengah yang berada di wilayah Kabupaten
Cirebon, Majalengka dan Kuningan. Dataran rendah di wilayah Provinsi Jawa Barat
sebagian besar berada di wilayah utara (meliputi daerah Cirebon, Indramayu,
Subang, Karawang dan Bekasi. Dataran tinggi di wilayah Provinsi Jawa Barat pada
umumnya terletak di daerah yang beriklim basah (CH 2.500 mm/tahun) di bagian
tengah dan sebagian di daerah bagian timur. Geomorfologi pada daerah ini
didominasi oleh Blok Pegunungan Patahan yang membentang dari barat ke timur,
yaitu dari Teluk Pelabuhan Ratu hingga ke Teluk Nusakambangan. Proses
geomorfologi yang bekerja pada daerah Jawa Barat bagian tengah adalah prosesproses vulkanik. Adanya penunjaman lempeng samudera di bawah Pulau Jawa
menyebabkan magma yang ada di dalam bumi terusik dan menerobos keluar
sehingga membentuk gunung api.
Proses geologi yang terjadi jutaan tahun lalu menyebabkan Provinsi Jawa
Barat dengan luas 3,6 juta hektar, terbagi menjadi sekitar 60% daerah bergunung
dengan ketinggian antara 500-3.079 meter dpl dan 40% daerah dataran yang
memiliki variasi tinggi antara 0-500 meter dari permukaan laut. Secara geologis
daratan Jawa Barat merupakan bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan
tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara
Pulau Sulawesi. Jawa Barat didominasi oleh endapan alluvial yang terdapat di bagian
utara dan sebagian di selatan. Endapan lainnya yang cukup dominan adalah Elosen
yang terdapat di bagian tengah - timur, dan alluvial faces gunung api di bagian
tengah - barat.
Pada umumnya tingkat kesuburan tanah di Jawa Barat cukup baik. daerah
dataran rendah di sepanjang pantai utara misalnya, ditutupi oleh jenis tanah alluvial
yang subur untuk lahan pertanian/persawahan. Jawa Barat bagian tengah yang
merupakan daerah berbukit dan bergunung serta daerah lembah-lembah diantara
gunung-gunung tersebut, juga ditutupi oleh jenis tanah alluvial. Sedangkan Di bagian
selatan merupakan daerah pegunungan ditutupi oleh jenis-jenis tanah latosol,
organosol, dan litosol yang dapat dimanfaatkan untuk lahan-lahan tanaman
perkebunan.
20

Berikut akan di jelaskan mengenai deskripsi kabupaten ataupun kawasan


yang menjadi tujuan kunjungan dalam studi tour ini.
1.

Kabupaten Banjar
Posisi geografis Kabupaten Banjar, yang berada di antara 2 o4955

Lintang Selatan dan 115o3537 Bujur Timur, menempatkannya di jalur


transportasi antar Propinsi Kalimantan Selatan Kalimantan Timur. Hal ini
sekaligus membuat Kabupaten Banjar memiliki posisi strategis sebagai lintas
ekonomi dan sebagai daerah penyangga bagi wilayah sekitarnya. Wilayah
tersebut adalah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala di sebelah
barat, Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Laut di sebelah selatan,
Kabupaten Balangan dan Kabupaten Kotabaru di sebelah timur dan Kabupaten
Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan di sebelah Utara. Secara topografis
wilayah Kabupaten Banjar merupakan daratan dan pegunungan yang
ketinggiannya dari permukaan laut bervariasi berkisar antara 0 s/d 1.878 meter.
Ketinggian ini merupakan salah satu faktor yang menentukan letak kegiatan
penduduk, maka ketinggian juga dipakai sebagai penentuan batas wilayah
tanah usaha, dimana 35 % berada di ketinggian 07 m dpl, 55,54 % ada pada
ketinggian 50300 m dpl, sisanya 9,45 % lebih dari 300 m dpl. Bagian barat
Kabupaten Banjar merupakan wilayah datar dan pasang surut yang
sebagian diperuntukan sebagai lahan pertanian/sawah. Sedangkan bagian timur
daerah berbukit, kebanyakan ditumbuhi padang alang-alang, belukar dan hutan
primer, dan sebagian juga diperuntukkan sebagai lahan sawah. Seperti halnya
daerah lain yang termasuk dalam wilayah Indonesia, maka di Kabupaten
Banjar juga hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan.
Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup di Indonesia. Pada
bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan
tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau di
Indonesia. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin
banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik
setelah melewati beberapa lautan, dan pada bulan-bulan tersebut biasanya
21

terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah
melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober - November.
2.

Kabupaten Ciamis
Sebagian besar wilayah Kabupaten Ciamis berupa pegunungan dan

dataran tinggi, kecuali di perbatasan dengan Jawa Tengah bagian selatan,


serta sebagian wilayah pesisir. Pantai selatan Ciamis bagian timur berupa
teluk, di antaranya Teluk Pangandaran, Teluk Parigi, dan Teluk Pananjung.
Pantai Pangandaran merupakan salah satu tujuan wisata utama di Kabupaten
Ciamis.
3.

Kota Bandung
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat

sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah
tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah
Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Sedangkan wilayah Bandung
Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga
di Indonesia setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila (Grebangkertosusilo).
Kota kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada jaman dulu
kota ini dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga
yang tumbuh di sana. Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan
Parijs van Java karena keindahannya. Selain itu kota Bandung juga dikenal
sebagai kota belanja. Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga
bentuk morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa, secara
geografis kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada
pada ketinggian 768 m di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada
di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan
sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di
atas permukaan laut. Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai
Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada
umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan
kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir
22

terutama pada musim hujan. Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota
Bandung dan sekitarnya terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai
lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Parahu. Jenis material
di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol begitu juga pada kawasan
dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian selatan serta timur
terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat.
Berikut akan dijelaskan deskripsi singkat mengenai objek kunjungan
dalam perjalanan studi tour di Kota Bandung.

Museum Geologi
Museum Geologi terletak di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa
Barat. Museum yang menyimpan dan mengelola berbagai macam
materi geologi ini telah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda,
tepatnya tanggal 16 Mei 1929. Museum Geologi adalah mewujudkan
sumber informasi berupa dokumentasi koleksi dan warisan geologi
Indonesia yang profesional untuk masyarakat. Adapun misinya adalah:
(1) memperagakan dan mengkomunikasikan koleksi museum; (2)
menyediakan

informasi

mendokumentasikan

dan

materi

dan mengkonservasi

edukasi

geologi;

koleksi museum;

(3)
(4)

melakukan penelitian koleksi dan pengembangan museum; (5)


melakukan pameran museum dan geologi.

Kawasan Wisata Cibaduyut


Letak geografis kawasan Cibaduyut. seluas 14 Km persegi yang
berjarak sekitar 5 kilometer di selatan pusat Kota Bandung itu memang
sejak lama dikenal sebagai pusat sepatu di daerah Bandung. Di kawasan
yang termasuk wilayah Kec. Bojongloa Kidul tersebut, pengunjung bisa
menemukan beranekaragam barang yang terbuat dari kulit. Tak hanya
sepatu, tetapi juga sandal, tas, dompet, hingga barang lainnya.
Cibaduyut, bahkan, sudah terkenal hingga ke luar negeri. Secara
geografis wilayah kecamatan Bojongloa Kidul terletak disebelah selatan
23

dari pusat Bandung Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 590,75
Ha, dengan batas wilayah Sebelah Utara Kecamatan Astana Anyar,
Sebelah Timur Kecamatan Astana Anyar, Sebelah Selatan Kabupaten
Bandung, Sebelah Utara Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan
Babakan Ciparay.

4.

Kabupaten Bogor
Secara geografis, Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di Propinsi

Jawa Barat dengan Ibukota Cibinong yang terletak antara 6.190 6.470 Lintang
Selatan dan 106.10 107.1030 Bujur Timur. Secara umum wilayah Kabupaten
Bogor mempunyai kemiringan relatif ke arah utara. Sungai-sungai mengalir
dari daerah pian, pegunungan di bagian selatan ke arah utara yang meliputi 6
Daerah Aliran Sungai yaitu DAS Cidurian, Cimanceuri, Cisadane, Ciliwung,
Bekasi dan Citarum (khususnya DAS Cipamingkis dan Cibeet). Dengan
demikian wilayah Kabupaten Bogor merupakan wilayah hulu bagi wilayahwilayah di sebelah utara (Tangerang, Depok, DKI Jakarta dan Bekasi). Sungaisungai pada masing-masing DAS tersebut mempunyai fungsi yang sangat
strategis yaitu sebagai sumber air irigasi pertanian, perikanan, rumah tangga
dan industri serta drainase utama wilayah. Selain itu, terdapat situ-situ yang
berfungsi sebagai reservoar dalam peresapan air dan dapat juga dimanfaatkan
usaha perikanan, penampungan air dan rekreasi. Berikut akan dijelaskan
deskripsi singkat mengenai objek kunjungan dalam perjalanan studi tour di
Kabupaten Bogor

Pura Parahyangan Agung Jagatkartha di kaki Gunung Salak


Pura Parahyangan Agung Jagatkartha di kaki Gunung Salak, Kabupaten
Bogor, disebut-sebut menjadi yang terbesar kedua setelah Pura Besakih
di Bali. Di lahan seluas 2,5 hektar, pura ini berdiri di atas lanskap hijau
dengan latar Gunung Salak yang menawan. Umat Hindu yang beribadat
di sini biasa melaksanakan Tirta Yatra, sebuah "perjalanan suci" dengan
cara meditasi. Walau begitu, pura ini bisa dimasuki siapa saja yang
24

ingin beribadah dan meditasi. Sebelum masuk ke kawasan pura,


diwajibkan menanggalkan alas kaki di tangga pintu masuknya.
Memasuki pelataran pura, akan dihadapkan pada patung Ganesha besar.
Di depannya tersaji sesajen yang isinya beragam bunga. Banyak
upacara yang biasa diadakan di sini, salah satunya Siwa Ratri. Selain
patung Ganesha, juga akan dihadapkan pada bangunan candi dengan
patung macan warna putih dan hitam. Adanya patung ini bukannya
tanpa sebab. Masyarakat Hindu setempat percaya, pura ini adalah pusat
Kerajaan Pajajaran sekaligus tempat hilangnya Prabu Siliwangi
bersama para prajuritnya. Oleh karena itu, candi ini dibangun sebagai
penghormatan terhadap Kerajaan Hindu Pajajaran.
1.2

Gambaran Umum Museum Geologi Bandung


Para ahli geologi meyakini bahwa Bandung dahulunya merupakan
suatu danau yang luas. Pendapat ini didasarkan atas bukti kenampakan
morfologinya yang berbentuk cekungan, terisi oleh batuan dengan ciri khas
endapan danau dan ditemukannya fosil ikan tawar. Selain itu, keberadaan
Danau Bandung diperkuat oleh adanya banyak temuan artefak peninggalan
manusia purba yang diduga hidup di pinggiran danau.
Sejarah Danau Bandung ini dimulai sekitar 10.000 tahun lalu, dimana
aliran sungai Citarum terbendung oleh batuan hasil letusan Gunung Sunda
sehingga meluap dan menggenangi daerah Bandung dan sekitarnya.
BerdirinyaMuseum Geologi sangat erat kaitannya dengan sejarah
penyelidikan geologi di Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 1850-an ,
oleh Dienst van het Mijnwezen, yang berkedudukan di Bogor (1852-1866).
Lembaga ini kemudian pindah ke Jakaarta (1866-1924) dan akhirnya pindah

25

ke Bandung, menempati Gedung Gouvernement Bedrijven (sekarang Gedung


Sate).
Gambar.1 Gedung Museum Geologi, 1929
Para ahli geologi dalam melakukan penyelidikan/penelitian geologi
dilapangan selalu membawa contoh batuan, mineral dan fosil untuk diteliti di
laboratorium. Mulai tahun 1922 penyelidikan geologi di Indonesia semakin
meningkat sehingga contoh batuan, mineral dan fosil yang dikumpulkan dari
berbagai daerah di wilayah Indonesia semakin melimpah. Berbagai contoh
tersebut memerlukan tempat khusus untuk disokumentasikan, sehingga pada
tahun 1928 dibangunlah gedung yang diperuntukan bagi Laboratorium
Geologi di Rembrandt Straat (sekarang Jl. Diponogoro). Gedung ini
dirancang dengan gaya arsitektur art deco oleh arsitek Belanda Ir. H
Menalda van Schouwenburg. Kemudian timbul suatu gagasan untuk
memperlihatkan koleksi tersebut kepada masyarakat luas, sehingga pada 16
Mei 1929 bertepatan dengan Kongres

Ilmu Pengetahuan Pasifik ke IV,

diresmikanlah gedung tersebut sebagai Museum Geologi dengan nama


Geologische Museum. Berbagai koleksi Museum Geologi pada waktu itu
disimpan dan ditata di dalam lemari-lemari kaca (vitrin). Setiap koleksi
dilengkapi label yang menginformasikan nomor koleksi, nama koleksi,
tempat ditemukan dan kolektornya. Sistem peragaan seperti itu relative tidak
berubah sampai tahun1998, namun demikian pengunjung yang datang ke
Museum Geologi setiap tahunnya terus meningkat, khususnya pelajar.
Museum Geologi berupaya meningkatkan pelayanannya kepada
masyarakat dengan rencana pengembangan yang dirintis sejak tahun1963 atas
kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jepang ,
meliputi : renovasi gedung, pengembangan sistem dokumentasi koleksi,
pengembangan sistem peragaan, pengembangan sistem edukasi dan

26

pengembangan

program

penelitian

koleksi.

Renovasi

gedung

dan

pengembangan peragaan yang pekerjaan fisiknya dimulai pada 2 November


1998 dapat diselesaikan pada pertengahan Agustus 2000. Pada 22 Agustus
2000, Museum Geologi

diremikan kembali pembukaannya oleh Ibu

Megawati Soekarnoputri. Dengan adanya pengembangan ini luas bangunan


menjadi 6000 m2 dimana sepertiganya sekitar 200 m2 difungsikan sebagai
ruang peragaan sehingga diharapkan Museum Geologi dapat memenuhi
kebutuhan pengunjung dan pengguna jasa Museum Geologi lainnya.
Gambar. 2 Museum Geologi Saat ini
Ruang Peragaan Museum Geologi Bandung terdiri dari 3 ruang
peragaan, yaitu:
1.

Ruang Geologi Indonesia (Sayap Barat - Lantai 1)


Peragaan diawali dengan proses terjadinya bumi, dilanjutkan dengan

perkembangan pembentukan kepulauan Indonesia yang terkait dengan teori


tektonik lempeng, di mana Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng
yaitu

Lempeng

Eurasia,

Lempeng

Pasifik,

dan

Lempeng

Indo-

Australia.Geologi Indonesia terbagi ke dalam 5 pulau besar dan kepulauan


Maluku. Setiap bagian menggambarkan fenomena geologi dan tektonik yang
spesifik, antara lain terdapatnya sabuk gunungapi, sesar aktif, dan
gempabumi. Batuan tertua dijumpai di Irian Jaya (Papua) yang berumur PraKambrium

(604-790

juta

tahun

yang

lalu).

Tiga

Ruang

lainnya

memperagakan batuan dan mineral, gunungapi, dan kegiatan penyelidikan


geologi di Indonesia.

27

Gambar. 3 Ruang Geologi Indonesia (Sayap Barat - Lantai 1)


2.

Ruang Sejarah Kehidupan (Sayap Timur - Lantai 1)


Di ruang Sejarah Kehidupan digambarkan perkembangan kehidupan

dari waktu ke waktu yang didahului oleh awal terbentuknnya bumi sekitar 4,6
milyar tahun yang lalu. Jejak kehidupan paling primitif yang pernah
ditemukan adalah Stromatolite. Selanjuntya kehidupan berkembang pada
Masa Paleozoikum ditandai dengan adanya fosil trilobit, krinoid, dan
tumbuhan jenis paku-pakuan. Masa berikutnya, yaitu Masa Mesozoikum,
adalah masa keemasan hewan raksasa yang disebut Dinosaurus. Di Museum

Geologi terdapat replika fosil dinosaurus Tyranosaurus rex (Gambar 1.3).


Pada Masa ini Indonesia sebagian besar masih berada di bawah laut yang
ditandai dengan banyaknya fosil amonit dan beberapa jenis fosil invertebrata
lainnya.
Gambar. 4 Replika Fosil Tyannosaurus rex

Kepulauan Indonesia baru berkembang pada Masa Kenozoikum yang


ditandai dengan berkembangnya hewan invertebrata seperti moluska,
foraminifera, dan lain sebagainya. Pada Akhir Kenozoikum barulah
berkembang hewan vertebrata seperti Stegodon dan lain-lain yang diikuti
kemunculan manusia purba (Homo erectus) pada Zaman Kuarter.
28

3.

Ruang Geologi dan Kehidupan Manusia (Sayap Timur - Lantai 2)


(DITUTUP SEMENTARA KARENA DALAM TAHAP RENOVASI)
Bagian ini menggambarkan cara penambangan dan pengolahan

mineral serta minyak dan gas bumi yang telah menjadi sumber pendapatan
dan devisa Negara, juga pendayagunaan sumber dan cadangan air bawah
tanah yang amat besar manfaatnya bagi manusia.
Selain Mengandung manfaat, kondisi geologi suatu daerah dapat pula
menjadi sumber bencana, misalnya letusan gunungapi, gerakan tanah, dan
gempabumi. Dampak bencana alam dapat dikurangi dengan melakukan
kegiatan mitigasi bencana alam geologi.

Gambar. 5 Ruang Geologi dan Kehidupan Manusia (Sayap Timur - Lantai 2)


1.3 Tujuan
1. Untuk dapat memberikan pengalaman atau outdor study bagi mahasiswa
yang tentu saja hal ini memberikan keluluasaan bagi mahasiswa untuk

29

melakukan berbagai pengamatan dan penelitian di lapangan yang


nantinya hal tersebut dapat membantu dan menambah wawasan
pengalaman belajar mahasiswa.
2. Untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa secara akademik maupun
nonakademik.
3. Untuk mempertajam kesadaran mahasiswa terhadap lingkungan. Dengan
melakukan pengamatan langsung ke lingkungan objek pembelajaran
siswa akan lebih mengenal cirri-ciri dan karakteristik lingkungan yang
khas sesuai dengan objek yang diteliti
4. Untuk memberikan suasana relaksasi di tengah rutinitas yang terkadang
menjemukan. Dengan diadakannya study tour akan memberikan relaksasi
dan penyegaran di tengah kepadatan pembelajaran dalam kelas yang
monoton.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa bisa mengambil manfaat dari study tour dengan mengabungkan
materi yang diperoleh oleh mahasiwa di bangku perkuliahan dengan hal-hal
yang mahasiwa amati di lapangan.
2. Mendapatkan penjelasan secara langsung dari pakar, masiswa akan lebih
banyak tahu tentang objek pembelajaran dibandingkan hanya

sekedar

membaca buku.
3.

Mempererat keakraban dengan teman satu kelas dan melatihkerjasama antar


siswa dalam suatu kelompok. Melalui kegiatan study tour siswa dituntut

30

BAB II
LANDASAN TEORI
Ada banyak teori yang berkembang di dalam geologi. Teori ini muncul untuk
menjawab semua rasa keingin tahuan manusia dan rasa ketidak puasan manusia
terhadap teori yang ada. Teori ini berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi
dan ilmu pengetahuan. Untuk membuka sedikit misteri ini maka para ahli geologi
dengan kolaborasi teknologi mengembangkan berbagai macam teori. Dalam
penulisan laporan ini penulis menggunakan beberapa teori di dalam geologi sebagai
landasan teori. Teori tersebut seperti yang dijelaskan berikut.
2.1.

Konsep Dasar Geologi


Menurut Whitten dan Broks, geologi merupakan ilmu pengetahuan
bumi, mengenai asal usul, struktur, komposisi dan sejarahnya, serta prosesproses yang telah menyebabkan keadaan bumi seperti sekarang ini.
Sedangkan ilmuwan lain seperti Bates dan Jackson mendefinisikan geologi
sebagai ilmu yang mempelajari planet bumi terutama mengenai materi
penyusunnya, proses yang terjadi padanya, hasil proses tersebut, sejarah
planet itu dan bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi terbentuk.
Geologi bukan ilmu berdiri sendiri, melainkan terkait dengan
beberapa ilmu lain seperti:
a. Fisika, yang berkaitan dengan gaya-gaya di bumi.
b. Kimia, yang berkaitan dengan materi penyusun bumi.
c. Biologi, yang berkaitan dengan kehidupan masa lalu, yang sekarang

2.2.

dijumpai sebagai fosil. (Dewa Made Atmaja,2009:1)


Terjadinya Bumi
Kita tidak dapat mengetahui dengan pasti tentang terjadinya bumi.
Kita hanya dapat mengira-ngira dan mencoba menyusun hipotesis yang
secara keilmuan dapat dipertanggungjawabkan dan dapat masuk akal.
Hipotesis yang tertua dan paling dikenal orang ialah hipotesis kabut yang
disusun oleh Kant dan Laplace pada awal abad ke-19. Hipotesis ini
menyatakan bahwa bumi kita terjadi bersama-sama matahari dan planetplanet lainnya, Yang terbentuk dari kabut ataupun gas yang membentuk
31

bulatan. Awan gas itu kiranya lambat laun akan menjadi semakin padat dan
kemudian berpisah yang menjadi lingkaran sepusat. Akhirnya bahan yang
merupakan lingkaran tersebut masing-masing lalu menggumpal meliputi
suatu inti. Maka terjadilah planet-planet yang beredar mengelilingi bagian
pusat awan yang semula, melalui lintasan yang berbentuk lingkaran. Bagian
pusat semula itulah yang kiranya membentuk matahari. (Katili dan
2.3

Marks,1963:422)
Susunan Dalaman Bumi
Suess dan Wiechert mengadakan pembagian dari bumi sebagai berikut:
a) Kerak bumi dengan tebal 30 sampai 70 km terdiri dari batuan-batuan
basa dan batuan-batuan masam. Berat jenis lapisan ini kira-kira 2,7.
b) Selubung bumi atau sisik silikat dengan tebalnya kira-kira 1200 km.
berat jenis lapisan ini adalah 3,4 sampai 4. Kerak bumi dan selubung
bumi ini kedua-duanya merupakan litosfera.
c) Lapisan antara atau chalkosfera yang merupakan sisik oksida dan
sulfide dengan tebal 1700 km dan berat jenis 6,4.
d) Inti besi-nikel, atau barysfera yang mempunyai jari-jari 3500 km
dengan berat jenis 9,6.

Gambar. 6 Bagian penampang melalui bumi; (menurut Suess dan Wiechert)


2.4

Batuan dan Mineral


Menurut Ejasta, 2011 batuan dari segi cara terjadinya serta asal dan

kejumpaan dilapangan dapat dibedakan menjadi tiga golongan besar yaitu :


1) Batuan beku (Igneus rock)

32

Terjadi dari pembekuan magma. Mineral yang mengkristal terutama


berupa kristal. Menurut Clarke dan Woshiungton kerak bumi sampai
kedalaman 10 mil terdiri dari 95 % batuan beku.
2) Batuan sedimen
Terjadi dari pengendapan mineral-mineral atau tragmen-tragmen batuan
di dalam air atau udara yang terjadi akibat erosi dari batuan yang lebih
tua. Batuan sedimen yang lain terjadi karena pengendapan bahan-bahan
organis dari endapan kimia. Sampai kedalaman 10 mil kerak bumi
mengandung kurang dari 5 % batuan sedimen.
3) Batuan metamorfosa
Adalah hasil dari perubahan-perubahan

(kristalisasi

kembali,

pembentukan mineral baru atau perubahan struktur) dari batuan yang


lebih tua disebabkan oleh tekanan, panas atau kehilangan/pengambilan
zat. jumlahnya sangat sedikit. (Ejasta, 2011:2)

33

BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1

Asal Mula Bumi


Memasuki gedung Museum Geologi (lantai 1) pada ruang sayap barat
Museum Geologi, disudut ini di sajikan gambaran sistem tata surya kita
(keluarga matahari) yang terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu
berdasarkan satu teori yang dinamakan Hipotesa Nebula/Teori Kabut Pilin
(Nebular Hypothesis). Teori Kabut Pilin (Nebular Hypothesis), dikemukakan
oleh seorang ahli filosofi Jerman, Immanuel Kant pada th. 1755, kemudian
dikembangkan oleh ahli matematika Prancis, Pierre Laplace pada th. 1796.
Hipotesa ini berbicara tentang terbentuknya bumi bersamaan dengan planet
lain yang tersusun dalam Solar System, yang berasal dari kabut pilin
(nebula).
Menurut Teori Kabut Pilin (Nebular Hypothesis): Tata surya kita
berasal dari suatu gumpalan kabut/gas raksasa yang sangat pekat, panas dan
berpilin (berputar) pada porosya. Bagian intinya yang sangat panas dan pijar
kemudian memadat menjadi matahari sedangkan bagian luarnya yang
terpisah-pisah, menggumpal akibat penurunan temperature membentuk
planet-planet. Pembentukan tersebut terbagi menjadi 3 (tiga) tahap :
Tahap 1 : Gumpalan kabut dan gas pekat berbentuk cakram.
Tahap 2 : Gumpalan kabut dan gas tersebut berpilin dan berputar dengan kuat,
makin lama makin cepat, dan pemadatan terjadi di pusat lingkaran
yang kemudian membentuk Matahari. Pada saat bersamaan materi
lainpun terbentuk menjadimassa yang lebih kecil dari matahari,
disebut planet, yang bergerak mengelilingi matahari.
Tahap 3 : Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus bergerak
secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit tetap dan membentuk
tatanan tata surya yang dinamakan Keluarga Matahari.
34

Gambar. 7 Tahapan terbentuknya Tata Surya dari Fasa Kabut sampai


terbentuknya planet menurut Teori Kabut Pilin (Nebular

Hypotesis)
Gambar. 8 Susunan Tata Surya
Tata surya ini terdiri dari planet-planet yang mengelilingi Matahari
sebagai pusat yaitu : Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus,
Uranus dan Neptunus. Berdasarkan definisi planet yang dikeluarkan oleh
IAU (International Astronomical Union) pada tanggal 24 Agustus 2006, Pluto
tidak termasuk Keluarga Matahari (Solar system) lagi, tapi masuk
kedalam dwarf planet (planet kerdil) bersama-sama dengan Sedna, Orcus,
dan Quaoar (http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_System).
Di Antara Planet Mars dan Jupiter terdapat gugusan batuan yang
disebut asteroid yang juga bergerak mengelilingi matahari. Apabila asteroid
ini terpental dari orbitnya dan tertarik oleh gravitasi bumi, akan terjadi
gesekan saat memasuki atmosfir dan terbakar menjadi meteor. Sisanya
akan jatuh ke bumi sebagai meteorit. Tabrakan hebat meteorit dengan kulit
bumi akan menimbulkan percikan yang membeku sebagai tektit. Meteorit
berkomposisi batuan dan/atau logam, sehingga dikelompokan menjadi
35

meteorit batuan, meteorit logam, dan meteorit campuran, sedangkan tektite


materialnya gelas (kaca).
Salah

satu

koleksi

unggulan

Museum

Geologi

Meteorit

Jatipengilon, jatuh di Jatipengilon, Madiun, Jawa Timur berwarna hitam.


Asli lebih besar dari gabungan dua butir kelapa (Gambar 3.3).

Gambar. 9 Meteorit (Batu) Jatipengilon


Sebagai akibat dari penurunan temperature yang terus menerus di
awal pembentukannya, bagian permukaan bumi lebih dulu membeku dan
membentuk kulit bumi yang sangat tipis bila dibandingkan dengan jari-jari
bumi.
3.2

Dunia Batuan dan Mineral


Mineral merupakan material pembentuk batuan yang didefinisikan
sebagai benda padat berbentuk Kristal, hasil bentukan alam, mempunyai
komposisi kimia dan struktur ion tertentu. Mineral yang mempunyai
komposisi kimia sama tetapi struktur ionnya berbeda diberi nama yang
berbeda pula. Misalnya grafit dan intan yang keduanya disusun oleh karbon
(C). Klasifikasi mineral didasarkan pada komposisi kimianya. Pertumbuhan
dan pengkristalan mineral disajikan pada peragaan ini berdasarkan seri reaksi
yang dikemukakan oleh Bowen (Bowen Series). Menurut Ejasta batuan dari
segi cara terjadinya serta asal dan kejumpaan dilapangan dapat dibedakan
menjadi tiga golongan besar yaitu :
36

1)

Batuan Beku
Terjadi dari pembekuan magma. Mineral yang mengkristal terutama
berupa kristal. Menurut Clarke dan Woshiungton kerak bumi sampai

2)

kedalaman 10 mil terdiri dari 95 % batuan beku.


Batuan Endapan (Sedimen)
Batuan Sedimen terjadi dari pengendapan mineral-mineral atau
tragmen-tragmen batuan di dalam air atau udara yang terjadi akibat
erosi dari batuan yang lebih tua. Batuan sedimen yang lain terjadi
karena pengendapan bahan-bahan organis dari endapan kimia. Sampai
kedalaman 10 mil kerak bumi mengandung kurang dari 5 % batuan

sedimen.
3) Batuan Malihan (Metamorfosa)
Batuan Metamorfosa adalah

hasil

dari

perubahan-perubahan

(kristalisasi kembali, pembentukan mineral baru atau perubahan


struktur) dari batuan yang lebih tua disebabkan oleh tekanan, panas
atau kehilangan/pengambilan zat. jumlahnya sangat sedikit.
Menurut Soetikno, dkk 1979 (Ejasta, 2011:2-4) untuk membedakan
ketiga golongan batuan tersebut, dapat digunakan kriteria-kriteria sebagai
berikut :
1) Batuan Beku
a) Tektur : Terdiri dari kristal-kristal atau butir-butir yang saling jalin
menjalin, terdiri dari bagian-bagian yang paling kasar sehingga
sangat halus, dapat berukuran sama ataupun tidak.
b) Struktur : Homogen dan padat, tidak terdapat stratifikasi (kecuali
pada beberapa piroklastik-piroklastik) dan foliasi, tetapi kadangkadang menunjukkan garis-garis aliran. Struktur : amygdaloidal,
vosikuler dan kolomner umumnya sering dijumpai.
c) Contoh-contoh batuan : kubah kurang berat dan keras.
d) Mineral-mineral karakteristik : Kwarsa, Feldspat, Faldspatoida,
Amfibol, Piroksin, Biotit, dan Olivim. Adanya benda gelas
menunjukkan kepastian, bahwasannya berasal dari pembekuan.
e) Tidak mengandung fosil ( kecuali didalam berbagai piroklastik
f)

tertentu)
Kejumpaan di lapangan yang karakteristik
Ekstrusif : aliran lava, fragmen-fragmen individual dari hasil
peletusan dan piroklastik-piroklastik.
37

Intrusif (plutonis) : dike; sill; neck; stocks; laccolit; dan batolit.


2) Batuan Sedimen
a) Biasanya bertektur klastik (terdiri dari pada fragmen-fragmen
yang membulat hingga lancip dengan segala kemungkinan
ukuran), umunya kristalin, padat, poreus atau seperti tanah.
b) Struktur : Umumnya bersap-bersap; berlapis-berlapis; silang siur;
varved; kongresioner; Oohlitas; pisolitas; dan lain-lain.
c) Contoh-contoh batuan : kurang lebih lunak, ringan serta berwarna
muda.
d) Mineral-mineral karakteristik : semua mineral pada batuan beku
(yang telah mengalami pengikisan); Kaolinit; Calsit; Dolimit;
Siderit; Limonit; Gips, Kalsedon, Opal dan sebagainya.
e) Umumnya terdapat fosil di dalamnya ; ripple marks, bekas
retakan pada lampung yang menjadi kering, bekas tetesan air,
f)

alur-alur dan sebagainya.


Kejumpaan dilapangan
Berasal mekanis

Diendapkan oleh air : konglomerat, batu pasir dan

sebagainya.
Dibentuk oleh angin : looss; abu kepundan.
Diendapkan oleh es : Till; Tillit.
Akumulasi-akumulasi dipermukaan bumi seperti jenis-

jenis tanah dan laterit.


Berasal kimia dari larutan-larutan

Karena Kejenuhan : gips, batu anhidrit, garam batu

(batu halit), traverti, geyserit dan sebagainya.


Melalui kehidupan beologis/organis : batu kapur; batu
dolomit; Flint;; Chert; Batu pospat; Batu bara dan

sebagainya.
3) Batuan Metamorfik
a) Tekstur biasanya kristalin dengan dominasi bentuk-bentuk berupa
fisik, batang-batang dan padat. Butir dapat berukuran sama
(granoblastik) ataupun tidak sama (porfiroblastik)
b) Umumnya berstruktur foliasi, massif, ataupun non poliasi.
c) Mineral karakteristik : Kwarsaa, Felspar, Mika, Amfibol,
Piroksin, kalsit, dolomite, turmalin, magnetic, chrolit, serpentin,
Granat, Stanroht; Epidot; Zoisit; Kyanit; talk; grafit; Andalusit;
Sillimanit;

Glaukopan;

Kordierit;

Wallostonit;

Tromolit;
38

Anthofilit, Skapolit (yang di coret dibawah merupakan indikatorindikator dari pada metamorfisme)
d) Tidak mengandung ataupun kalau ada fosi-fosil telah mengalami
distorsi bentuk (menggeliuk).
e) Kejumpaan dilapangan yang karakteristik
Sebagai inti-inti yang terbuka dari pada deretan-deretan
pegunungan lipatan
Alas dari batuan-batuan sedimen.
Zona-zona kontak karena intruksi magmatis.
3.3

Struktur Dalam Bumi


Pendahulu yang memikirkan struktur-dalam bumi yang terkenal
adalah plato. Ia berpendapat bahwa bumi terdiri dari substansi berfasa cair
dilapisi oleh lapisan kerak yang tipis. Pada bagian-bagian kerak yang lemah
diterobos oleh substansi dari dalam, keluarlah magma dan timbulah gunung
api (Aziz,dkk.2005:6)
Untuk mengetahui struktur dalm bumi tidaklah mudah. Akan tetapi
dengan mempelajari gelombang gempa bumi dapat diketahui lebih banyak
mengenai struktur dalam bumi. Dan berdasarkan dari suatu data kegempaan,
secara sederhana dibuatlah suatu model struktur bumi. Bumi dibagi menjadi 3
bagian.
1. Kerak bumi (Earth crust). Merupakan lapisan terluar yang tipis,
terdiri dari batuan yang lebih ringan dibandingkan dengan batuan
selubung dibawahnya. Dengan densitas rata-rata 2.7 grm/cc.
ketebalannya tidak merata, perbedaan ketebalan ini menimbulkan
perbedaan elevansi antara benua dan samudera. Pada daerah
pegunungan ketebalannya lebih dari 70 km dan kurang dari 5 km
pada beberaapa samudera. Berdasarkan data kegempaan para akhli
membaginya menjadi dua:
Kerak benua, pada umumnya terdiri dari batuan granitic, ketebalan
rata-rata 45 km, dan berkisar antara 30-70 km. oleh karena kaya
akan unsur Si dan Al maka ada yang menyebutnya lapisan Sial.

39

Kerak samudera, terdiri dari batuan basaltik yang tebalnnya 8 km,


kerak samudera kaya akan unsur Si dan Mg dan disebut juga
lapisan Sima.
2. Selubung bumi (Mantle). Terletak di bawah kerak bumi. Terdiri
dari batuan, ketebalannya 2885 km
3. Inti bumi (core). Terletak dari kedalaman 2900 km sampai pusat
bumi. Struktur inti bumi kompleks, sehingga dibagi menjadi inti
bagian dalam dan inti bagian luar.
Ketika memasuki gedung Museum Geologi (lantai 1) pada ruang sayap barat
terdapat sudut yang menyajikan gambaran struktur dalam bumi seperti pada
gambar

40

Gambar. 10 Struktur Dalam Bumi


Brdasarkan gambar , Bumi kita terdiri dari 7 lapisan yaitu:
a. Hidrosfer (samudera), kedalaman hingga 11000 m
b. Litosfer (kerak bumi), terdiri dari:
c. kerak benua tersusun oleh granit, setebal 35 km
d. kerak samudera tersusun oleh basalt, setebal 6 km
e. Astenosfer (sumber magma)
f. Mesosfer (Selubung) Atas, tersusun oleh peridotit, setebal 900 km
g. Mesosfer (Selubung) Bawah, tersusun oleh peridotit, setebal 2000 km
h. Barisfer (Inti) Luar, tersusun oleh besi & nikel (cair), setebal 2000 km
i. Barisfer (Inti) Dalam, tersusun oleh besi & nikel (padat), setebal 1370 km
3.4

Tektonik Indonesia
Pada ruang sayap barat Museum Geologi ini, juga menyajikan
peragaan perkembangan pembentukan kepulauan Indonesia yang terkait
dengan teori tektonik lempeng, di mana Indonesia terletak pada pertemuan
tiga lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng IndoAustralia. Proses penurunan temperatur pada massa cair di dalam bumi
berbeda antara satu tempat dengaan tempat lainnya, sehingga terjadi
perbedaan kekentalan. Massa yang lebih kental (lebih padat) karena
mempunyai berat jenis lebih besar akan tertarik oleh gravitasi bumi sehingga
tenggelam ke dalam perut bumi. Ruang yang ditinggalkan oleh massa yang
tenggelam tersebut akan diisi oleh massa yang masih cair dari daerah
sekitarnya. Pergerakan massa ini menimbulkan arus yang dikenal sebagai
41

arus konveksi yang berpengaruh terhadap kulit bumi untuk turut bergerak,
ibarat sebuah rakit yang bergerak karena arus sungai. Oleh karena itu teori
tektonik lempeng sering disebut sebagai teori apungan benua

Gambar. 11 Arus Konveksi Yang Terjadi di Dalam Bumi


Arah arus konveksi bergantung pada posisi ruang yang ditinggalkan
oleh massa yang tenggelam ke dalam perut bumi dengan massa yang lebih
cair, sehingga arah arus konveksi pun menjadi berbeda-beda , dimana kulit
bumi yang turut bergerak pun akan berbeda-beda arah sehingga terkesan
seperti terkoyak menjadi beberapa lempeng. Beberapa lempeng besar
yang terbentuk meliputi : Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia,
Lempeng Amerika Utara, Lempeng Nasca, Lempeng Amerika Selatan,
Lempeng Afrika, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Antartika. Lempenglempeng tersebut bergerak secara perlahan , dan antar lempeng yang
berdekatan akan terjadi saling menjauh, saling bergesekan, saling
bertuumbukan, saling menyusup atau menunjam.

42

Gambar. 12 Sebaran Gunung Api dan Pusat Gempa Bumi Dunia


A.

Sumatra
Sudut peragaan ini memperagakan kondisi geologi pulau terbesar di

Indonesia. Informasi geologi yang menonjol di pulau Sumatera ini adalah


patahan (sesar) aktif yang dikenal dengan sebagai sesar besar Sumatera (dulu
sesar semangko) yang membentang dari ujung utara sampai ujung selatan
pulau sumatera. Aktivitas tektonik pada sesar besar sumatera ini dicerminkan
oleh terjadinya intensitas gempa bumi di sepanjang sesar. Terbentuknya
danau diatas dan danau dibawah, terbentuknya Ngarai Sianok dan lembah
Harau. Di Pulau Sumatera ini juga banyak dijumpai gunung api aktif. Danau
Toba yang merupakan

kaldera terbesar di dunia adalah sebuah kaldera

terbesar didunia adalah sebuah kaldera sisa letusan gunung api ndi Sumatera
bagian utara. Pada sudut peragaan ini dapat dijumpai pula berbagai contoh
batuan dan mineral, serta fenomena geologi lainnya.

43

Gambar. 13 Sudut Peragaan Bilik Sumatera, Museum Geologi Bandung


B.

Kalimantan
Pulau terbessar kedua di Indonesia setelah Pulau Irian adlah pulau

Kalimantan yang relative lebih stabil dibandingkan pulau besar lainnya,


karena relative jauh dari sumber tumbukan antara lempeng sehingga Pulau
Kalimantan tidak memiliki gunung api aktif. Salah satu fenomenaa Geologi
yang menarik di pulau ini adalah terdapatnya delta Mahakam yang sangat
luas, berada di muara sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Pada sudut
peragaan ini dapat dilihat sebagai potensi geologi dan fenomena geologi
lainnya, termasuk proses pembentukan batu bara dan keterdapatan intan.
C.

Jawa dan Nusa Tenggara


Kondisi geologi Pulau Jawa Sangat mirip dengan Geologi Pulau

Sumatera, tetapi keunikan pulau ini adalah padat penduduknya dan


banyaknya gunung api aktif yang menghasilkan berbagai potensi sumber
daya mineral dan energy, serta potensi kebencanaannya. Pada sudut ini
diperagakan berbagai potensi geologi Pulau Jawa, termasuk didalamnya
potensi sumber daya mineral, energy panas bumi, dan morfologi karts sebagai
atraksi geo wisata

44

D.

Sulawesi
Pulau Sulawesi yang

mirip

dengan huruf K ini proses

pembentukannya dipengaruhi oleh adanya pergerakan tiga lempeng yaitu


Lempeng Eurasia , Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Para Ahli
geologi berpendapat bahwa pulau Sulawesio sebagian Barat berasal dari
Pulau Kalimantan yang dipisahkan oleh pergerakan lempeng sekitar 50-20
Juta tahun yang lalu, disusul oleh pembentukan Sulawesi bagian

timur

kurang lebih 10 Juta tahun yang lalu oleh pergerakan lempeng ke arah barat
dan membentur bagian selatan dan utara Pulau Sulawesi membentuk dengan
utara (Sulawesi Utara) dan dengan Tenggara(Sulawesi Tenggara).
E.

Maluku
Kepulauan Maluku berada di kawasan laut Banda yang dipengaruhi

oleh pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni Lempeng Eurasia , Lempeng


Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Pada sudut peragaan ini disajikan
berbagai fenomena geologi yang berpengaruh terhadap keberadaan potensi
sumber daya geologi (tyerumbu karang :Atol dan potensi geologi lainnya)
serta potensi gempa bumi tektonik dan tsunami.
F.

PAPUA
Irian Jaya saat ini disebut sebagai Papua merupakan pulau terbesar,

berada di ujung Timur Indonesia. Keunikan pulau ini adalah adanya salju
pada puncak pegunungan Jaya Wijaya. Ketinggian puncak pegunungan ini
dibentuk oleh adanya tabrakan antara lempeng Pasifik dan lempeng IndoAustralia. Kedua lempeng itu bertabrakan sejak 570 juta tahun yang lalu,
membentuk Pegunungan Jaya Wijaya dengan ketinggian puncaknya 5.039
meter dari permukaan laut (dpl). Pembentukan pegunungan ini juga
membentuk jalur lipatan pada batuan sedimen setebal 10.000 meter serta
lembah yang memiliki beragam jenis batuan yaitu lembah Baliem.

45

3.5

Sejarah Kehidupan
Pada ruang sayap timur Museum Geologi ini, juga menyajikan sejarah

kehidupan
1.

Kondisi Cair Pijar


Saat pertama kali terbentuk pada 4,6 milyar tahun yang lalu, bumi
masih dalam keadaan cair pijar bagai lautan api, atmosfer belum
terbentuk, hujan meteorit berjatuhan ke permukaan bumi tanpa ada yang
menghalangi. Kondisi seperti itu merupakan hal yang sangat mustahil
adanya satu kehidupan di permukaan bumi.

2.

Indikasi Kehidupan
Keberadaan dan bukti kehidupan di bumi dapat diketahui dari
keberadaan sisa organisme yang pernah hidup saat itu dan terawetkan
dalam lapisan bumi, yang dinamakan fosil. Informasi kehidupan yang
pernah berlangsung di bumi ini dapat dideteksi dari keberadaan dan
temuan

fosil

pada

saat

sekarang,

sebagaimana

James

Hutton

sebutkan Present is The Key to The Past (temuan sekarang merupakan


kunci untuk mengetahui hal-hal yang telah lalu). (AF Hisbullah : 4)
Dengan melakukan penelitian terhadap temuan fosil tersebut, dapat
diketahui sejarah kehidupan masa lalu dan keberadaan penghuninya sejak
bumi terbentuk hingga sekarang.
3.

Awal Kehidupan
Sejak bumi terbentuk (4,6 milyar tahun yang lalu) hingga 1 milyar
berikutnya tidak ditemukan adanya bukti-bukti kehidupan, bukti tersebut
baru ditemukan sekitar 3,5 milyar tahun yang lalu (Arkeozoikum) dengan
ditemukannya ganggang dan bakteri. Jejak kehidupan yang ditingalkan
kedua organisme tersebut terawetkan dalam satu struktur lapisan yang
dinamakan stromatolit.

46

4.

Umur Kehidupan
Perhitungan umur bumi dan sejarah kehidupan yang berlangsung di
atasnya menggunakan skala umur geologi yang dikenal dengan Skala
Waktu

Geologi

(Geological

Time

Scale),

diawali

dari

Masa

Arkeozoikum (4,6 milyar tahun yang lalu) hingga Kenozoikum (masa


sekarang).
Skala umur geologi terbagi menjadi kurun, masa, zaman, dan kala.
Istilah kurun jarang digunakan, sehingga pendataan umur kehidupan
umumnya menggunakan istilah masa, zaman, dan kala saja. Kehidupan
di muka bumi secara utuh baru terjadi pada Masa Paleozoikum, dan terus
berkembang hingga sekarang (resen).
Gambar. 14 Skala Waktu Geologi

47

Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi ilmuwan lain
untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi
sepanjang sejarah Bumi. Tabel periode geologi yang ditampilkan di
halaman ini disesuaikan dengan waktu dan tatanama yang diusulkan oleh
International Commission On Stratigraphy dan menggunakan standar
kode warna dari United States Geological Survey.
Pada ruang Geologi Sejarah di Museum Geologi, menyajikan
riwayat atau sejarah bumi yang didasarkan atas sisa-sisa kehidupan purba
yaitu fosil. Sejarah bumi terbagi menjadi Masa Arkeozoikum, Masa
Paleozoikum; Masa Mesozoikum, dan Masa Kenozoikum.
a. Masa Arkeozoikum (Masa Kehidupan Purba): 4.600.000.000
2.500.000.000 Tahun Lalu
Masa Arkeozoikum ini dapat dibedakan menjadi dua , yaitu Masa
Priscoan atau Hadean (4,6 4 milyar tahun lalu), merupakan masa
persiapan bumi untuk dihuni oleh kehidupan dengan pembentukan lapisan
lithosfera, hidrosfera dan atmosfera.
Masa Arkeozoikum atau Arkean (4 2,5 milyar tahun lalu),
merupakan masa pemunculan kehidupan paling primitive (purba yang
bermula di dalam samudera berupa micro oganisme dari jenis bakteri
dan ganggang. Fosil tertua yang ditemukan adalah Stromatolities dan
Cyanobacteria.
b. Proterozoikum

(Masa

Kehidupan

Awal):

2.500.000.000

540.000.000 Tahun Lalu


Masa Proterozoikum atau disebut juga Masa Algonkian adalah masa
perkembangan kehidupan dari organisme bersel tunggal menjadi bersel
banyak (Eukaryotes dan Prokaryotes), seiring dengan perkembangan
hidrosfer dan atmosfer. Menjelang akhir masa ini, organisme yang lebih
kompleks sejenis invertebata bertubuh lunak sseperti ubur-ubur, cacing

48

dank oral mulai muncul di laut-laut dangkal di dengan bukti-buktinya


dijumpai sebagai fosil sejati pertama.
Fosil-fosil yang terkenal adalah stromatolit Alga Jacutophiton, Cacing
Beruas Spriggina, cacing beludru Halucigenia, cacing gilig Dickinsonia
dan ubur-ubur Mawsonites. Pada akhir masa prakambium, benua-benua
yang semula berpencar mulai menyatu menjadi saatu daratan yang
dinakamakan Brodina dengan samuderanya Panthalassa.
c.

Paleozoikum (masa kehidupan tua): 540.000.000-245.000.000


Tahun Lalu
Masa ini merupakan masa perkembangan hewan invertebrate (tidak

bertulang belakang) dan vertebrata, khususnya ikan dan amfibi serta


sebagian reptilia, dan juga sebagai masa perkembangan ganggang laut
serta tumbuhan berspora.
Gambar.15 Sudut Peragaan Bilik Paleozoikum, Museum Geologi

Bandung
Zaman Kambrium : 540.000.000-510.000.000 Tahun Lalu
Pada zaman ini mulai banyak muncul kelompok hewan invertebrate
yang mempunyai kerangka luar dan bercangkang sebagai pelindung,
sehingga kehadirannya sebagai fosil diakui sejak lama sebagai bukti
adanya kehidupan yang nyata. Fosil yang umum dijumpai dengan
penyebaran

yang

luas

adalah

Alga,

Cacing,

Sepon,

Koral,

49

MoluskaEkinodermata, Brakiopoda dan Antropoda.Fosil penunjuk untuk


jaman ini adalah Trilobita (kelompok Antropoda yang kini telah punah).
Zaman Ordovisium. 510.000.000-439.000.000 Tahun Lalu
Zaman ini merupakan zaman perkembangan hewan invertebrata dan
pemunculan invertebrata yang lain seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid,
(Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut), Krinoid (Lilia Laut) dan Bryzoa.
Koral dan Alga yang berkembang membentuk karang laut, Graptolit dan
Trilobit melimpah sedangkan Ekinodemarta dan Brakiopoda mulai
menyebar. Pada zaman ini juga mulai muncul vertebrata dari jenis ikan
tanpa rahang.
Zaman Silur : 439.000.000-408.000.000 Tahun Lalu
Pada zaman ini mulai terjadi peralihan kehidupan dari air ke darat.
Tumbuhan darat mulai muncul untuk pertama kalinya termasuk
Pteridofita (tumbuhan paku), sedangkan di dalam laut hidup kalajengking
raksasa (Eurypterid) dan ikan berahang, serta ikan yang berperisai tulang
sebagai pelindung.
Zaman Devon: 408.000.000 362.000.000 Tahun Lalu
Zaman devon merupakan zaman perkembangan secara besar-besaran
jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan berahang dan hiu semakin aktif
sebagai pemangsa di lautan. Migrasi ke daratan erus berlanjut, hewan
amfibi mulai berkembang dan beranjak ke daratan. Tumbuhan darat
semakin umum dan mulai muncul serangga untuk pertama kalinya. Salah
satu fosil Zaman Devon yang dapat dilihat di Museum Geologi Bandung
adalah fosil Ammonoid dan Neutiloid yang ditemukan di Marroko.

50

Gambar. 16 Fosil Ammonoid dan Nautiloid Koleksi Museum Geologi


Bandung

Zaman Karbon: 362.000.000 290.000.000 Tahun Lalu


Zaman ini merupakan zaman perkembangan amfibi dan tumbuhan
hutan. Reptilia dan Serangga raksaa muncul pertama kali. Pohon pertama
yang muncul adalah jamur klab, tumbuhan fern dan paku ekor kuda yang
tumbuh di rawa-rawa. Saat itu benua-benua mulai menyatu membentuk
satu masa daratan yang sangat luas yang disebut Pangea. Bumi mulai
mengalami perubahan lingkungan serta berbagai bentuk kehidupannya.
Iklim tropis menghasilkan secara besar-besaran rawa-rawa yang terisi
pepohonan dan sekarang tersimpan sebagai batu bara.
Zaman Perm: 290.000.000 245.000.000 Tahun Lalu
Pada zaman ini perkembangan reptilian yang mirip mamalia mulai
meningkat dan munculnya serangga modern, begitu juga tumbuhan
conifer dan Ginko primitive. Zaman ini diakhiri dengan kepunahan
massal dalam skala besar, dimana trilobite, koral dan ikan menjadi punah.
d. Mesozoikum (Masa Kehidupan Tengah): 245.000.000 65.000.000
Tahun Lalu
Masa Mesozoikum adalah masa berkembangnya hewan reptilian,
khususnya dinosaurus, serta berkembangnya amonit dan tumbuhan berbiji
purba. Dinosaurus adalah hewan reptilian yang pernah hidup dan
51

menguasai daratan pada masa Mesozoikum, jauh sebelum manusia ada.


Dinosaurus muncul pada zaman Trias, berkembang pesat pada zaman
Jura, dan punah pada akhir zaman kapur. Dinosaurus pemakan daging
(karnivora) terbesar dan terbuas adalah Tyarannosaurus rex yang biasa
disebut T-rex. Masa Mesozoikum ini dibagi menjadi tiga zaman: Trias,
Jura dan Kapur.
Zama Trias: 245.000.000-208.000.000 Tahun Lalu
Di zaman ini, Dinosaurus dan reptilian laut berukuran besar mulai
muncul pertama kali. Amonit semakin umum, sedangkan gastropoda dan
bivalvia semakin meningkat. Cynodont, sejenis reptilian mirip mamalia
pemakan daging mulai berkembang. Mamalia pertama kali mulai muncul
dan rerptilia air semakin banyak seperti penyu dan kura-kura. Jenis
tumbuhan cycad (mirip palem) dan konifer mulai menyebar. Pada zaman
ini benua Pangea bergerak ke utara dan membentuk gurun. Lapisan es
dibagian selatan mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pangea.
Zaman Jura: 208.000.000 145.000.000 Tahun Lalu
Zaman Jura adalah zaman kejayan Dinosaurus yang menguasai
daratan, sedangkan lautan dikuasai reptilian laut seperti Ichthyosaurusus
dan Plesionasaurus, sedangkan di angkasa dikuasai reptilian terbang
seperti Pterosaurus serta Pterodactyl. Burung sejati pertama (Archaeopteryx) mulai muncul. Berbagai jenis buaya mulai berkembang,
sedangkan Amonit dan Balemnit menjadi sangat umum. Tumbuhan
Ginkgo, Benetit dan Sequoida melimpan dan konifer menjadi umum.
Pada zaman ini Benua Pangea terpecah, dimana Amerika Utara terpisah
dari Afrika, sementara Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika
dan Australia. Di Indonesia pernah ditemukan fosil gigi Ichthyosaurus di

52

Pulau Seram (yang dahulunya masih merupakan lautan), yaitu sejenis


reptile laut yang hidup sezaman dengan Dinosaurus.
Gambar. 17 Fosil Amonit Koleksi Museum Geologi Bandung
Lokasi penemuan fosil Amonit koleksi Museum Geologi Bandung
adalah di di Solnhofen, Bavaria, JERMAN (Germany). Fosil Amonit ini
merupakan keluarga Perisphinctidae, hidup tersebar diseluruh dunia,
meskipun lebih suka dilaut hangat. mereka mulai punah pada akhir zaman
Jura. Ukurannya berkisar dari besar hingga sangat besar. Habitat
kehidupan Amonit ini di laut terbuka

Zaman Kapur: 145.000.000 65.000.000 Tahun Lalu


Zaman ini merupakan puncak kejayaan Dinosaurus raksasa dan
reptilian terbang. Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang
baik ragam jenis maupun bentuknya. Mamalia berai-ari mulai muncul
pertama kali. Saat itu iklim sedang mulai muncul. Pada zaman ini India
terlepas jauh dari Afrika dan bergerak menuju Asia.
Dinosaurus punah pada zaman ini, peristiwa kepunahan besar-besaran
yang terjadi pada akhir Zaman Kapur (65 juta tahun yang lalu) merupakan
tanda berakhirnya Masa Mesozoikum, sekaligus awal mula Masa
Kenozoikum. Jenis-jenis kehidupan yang punah meliputi : Dinosaurus,
Pterosaurus, Ichthyosaurus, Plesiosaurus, dan kelompok binatang
moluska (Amonit dan Belemnit), serta sebagian besar Brakiopoda.
Banyak teori yang menerangkan penyebab tentang kepunahan massal,
diantaranya adalah teori tentang jatuhnya meteorit raksasa yang
membentur bumi dengan benturan yang sangat dasyat. Benturan meteorit
ini menimbulkan panas dan kebakaran sehingga terjadi penguapan besarbesaran yang menghasilkan asap dan awan tebal. Awan tebal ini
mengalangi sinar matahari sehingga

terjadi pendinginan global dan

penipisan oksigen yang mengakibatkan sebagian tumbuhan, hewan


53

pemakan tumbuhan dan hewan pemakan daging juga mati. Dinosaurus


yang merupakan hewan berdarah panas tidak mampu bertahan hidup pada
iklim seperti itu, sehingga akhirnya punah.
e.

Kenezoikum (Masa Kehidupan Baru): 65.0000 Tahun Lalu


Sekarang
Masa Kenozoikum merupakan masa perkembangan mamalia dan

tumbuhan berbiji modern. Masa ini dibagi menjadi dua, yaitu Zaman
Tersier dan Zaman Kuarter. Pada zaman Tersier-Kuarter,pemunculan dan
kepunahan hewan serta tumbuhan saling berganti seiring dengan
perubahan iklim global.
Zaman Tersier : 65.000.000 1.700.000 Tahun Lalu
Zaman ini merupakan zaman perkembangan mamalia dibelahan dunia
lain, akan tetapi tidak demikian halnya dengan Indonesia karena pada
zaman ini sebagian besar kepulauan Indonesia terbentuk. Oleh karena itu
fosil-fosil yang dijumpai di Indonesia sebagian besar merupakan fosil
hewan laut terutama moluska dan foranifera
Kala Paleozen : 65.000.000 56.500.000 Tahun Lalu
Kala ini merupakan awal kemunculan hewan mamalia pemakan
rumput, primate, burung dan Discoaster. Kala ini ditandai oleh kegiatan
magma yang sangat intensif, susut laut yang besar dan hujan meteorit.
Kala Eozen: 56.500.000 35.500.000 Tahun Lalu
Pada kala ini mamalia mulai berkembang dengan baik, seperti kuda,
binatang pengerat (Rodent) dan nenek moyang hewan modern seperti
unta, badak, dan lainnya, termasuk hiu raksasa (Basilosaurus) dan Burung
Raksasa (Diatryma). Pecahnya benua Pangea ditandai oleh pergerakan
lempeng, yaitu Benua Afrika menabrak Benua Eropa membentuk Alpen,
India menabrak Asia membentuk Himalaya.
Kala Oligosen: 35.500.000 23.500.000 Tahun Lalu
54

Pada kala ini, mamalia semakin bertambah besar ukurannya. Mamalia


modern termasuk gajah pertama muncul. Nenek moyang kucing, anjing,
beruang mulai berkembang. Kehidupan laut ditandai dengan munculnya
hewan jenis baru seperti: kepiting, kerang, dan siput. Iklim mendingin,
hutan berkurang namun padang rumput meluas disertai dengan
pesatnyaperkembangan hewan pemakan rumput.
Kala Miosen: 23.500.000 5.200.000 Tahun Lalu
Kala ini dicirikan dengan padang rumput yang semakin meluas, oleh
karena itu mamalia pemakan rumput berkembang semakin pesat. Kala ini
dicirikan oleh munculnya Homonoid (Proconsul), lembu, domba, dan
monyet.
Kala Pliosen: 5.200.000 1.700.000 Tahun Lalu
Pada kala ini muncul hormind yang pertama. Fosil-fosil penciri kala
Pliosen yang ditemukan di Indonesia secara melimpah adalah dari
kelompok moluska dan foraminifera.
Zaman Kuarter: 1.700.000 Sekarang
Pada zaman kuarter dibelahan dunia dikenal sebagi zaman
perkembangan

manusia,

sedangkan

di

Indonesia

disamping

berkembangnya manusia berkembang juga mamalia.


Kala Plistozen: 1.700.000 10.000 Tahun Lalu
Mamalia yang berkembang pada kala ini mempunyai ragam bentuk
yang spektakuler, seperti Mammoth, Mastodon, Smilodon (harimau
bergigi pedang), Megatherium (kukang tanah raksasa), Beruang gua, dan
lain sebagainya. Kala ini merupakan zaman es terbesar karena ada lima
kali peristiwa glasiasi. Di sudut peragaan Kala Plistozen Museum Geologi
Bandung, dipamerkan mamalia dan vertebrata lainnya yang pernah hidup
di Indonesia pada kala ini, termasuk fosil manusia purba dari Indonesia
dan seluruh dunia.
55

Kala Holezen: 10.000 - Sekarang


Pada kala Holezen ini jenis kehidupan berkembang pesat dan manusia
modern mulai muncul

56

BAB IV
PENUTUP
4.1

Simpulan
Study tour dilaksanakan oleh mahasiswa program studi jurusan Pendidikan

Geografi, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Hal ini dilaksanakan untuk


mengembangkan wawasan mahasiswa agar dapat melihat budaya di tiap daerah
dalam hal potensi serta peluang yang dimiliki untuk dijadikan refrensi dalam
menimba ilmu di UNDIKSHA. Museum Geologi mempunyai peran yang sangat
penting untuk mendokumentasikan koleksi geologi yang terdiri dari batuan, mineral
dan fosil, termasuk dokumen lainnya yang sangat berharga bagi sejarah dan
perkembangan ilmu geologi di masa yang akan datang.
Di Museum Geologi kami melihat koleksi Museum Geologi dikategorikan
menjadi tiga ruangan, yaitu Sejarah Kehidupan, Geologi Indonesia, Geologi untuk
Kehidupan Manusia. Sejarah Kehidupan menempati ruang sayap timur, dengan
koleksi fosil yang dikelompokkan menurut era Prakrambium-Paleozoikum,
Mesozoikum, dan Kenozoikum. Didalam galeri Mesozoikum terdapat replica fosil Trex dan cetakan kaki Tyrannosaurus, yang ditemukan oleh ahli Peleontologi inggris,
Phil Manning, pada tahun 2007, di Hell Creek Formation, Montana.Di ruang sejarah
kehidupan juga terdapat galeri Vertebrata Indonesia yang menampilkan fosil gajah
purba, badak, kuda nil, kerbau purba, dan kura-kura raksasa. Geologi Indonesia
menempati ruang sayap barat, terdiri dari Asal Mula Bumi, Tektonik Indonesia,
Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Nusa Tenggara Sulawesi, Maluku, Papua, serta
galeri Survey Geologi, Eksploritas , Gunung api, Dunia Batuan dan Mineral.
4.2

Saran
Melalui laporan study tour ini, diharapkan agar kegiatan study tour terus

dilaksanakan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa dan dosen tentang


kawasan nusantara terutama yang berkaitan dengan objek studi geografi. Untuk
perjalanan study tour selanjutnya diharapkan dapat melebihi informasi yang telah
didapatkan dalam perjalanan sebelumnya.
57

http://www.scribd.com/doc/71985008/82/Teori-Asal-MulaKehidupan-di-Bumi

58

Anda mungkin juga menyukai