Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN STUDI TOUR DI YOGYAKARTA

Disusun untuk memenuhi tugas bidang study Bahasa Indonesia


sebagai persyaratan mengikuti penilaian akhir semester genap.

Disusun oleh :
 Shela Ayu Agustin
 Septiana Puspita Arum Sari

SMPN 2 Purwoharjo
Jalan PB Sudirman No.54 Bulurejo, Purwoharjo telepon (0333) 392628
Jaman 2019
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya, Sehingga skripsi Laporan ini selesai tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
dalam rangka untuk memenuhi syarat penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia semester
genap. Dalam laporan ini termuat beberapa Wisata yang dikunjungi saat study tour yaitu:
Sangiran, Candi Prambanan, Museum Dirgantara, Malioboro, Kraton Yogya, Museum
Monumen Yogya Kembali, Candi Borobudur.
Terima kasih terhadap semua pihak yang telah mendukung atas tersusunnya karya
tulis ini. Khususnya kepada Guru Bahasa Indonesia “Bu Della ” yang telah memberi
bantuan, petunjuk, saran – saran maupun arahan.
Penulisan dan penyusunan ini masih jauh dari kata sempurna. Maka saran dan kritik
yang Konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Semoga laporan ini mendapatkan tanggapan positif dari pembaca dan dapat bermanfaat bagi
pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................I

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .........................................................................................01
1.2. Waktu Atau Pelaksanaan Studi Tour........................................................01
1.3. Tujuan Studi Tour.....................................................................................01
1.4. Manfaat Study Tour .................................................................................01
BAB II OBJEK KUNJUNGAN
2.1. Hari Ke-1
1. Sangiran ..................................................................................02
2. Candi Prambanan ....................................................................06
3. Museum Dirgantara ................................................................08
4. Malioboro ...............................................................................10
2.2. Hari Ke-2
1. Keraton Yogyakarta.................................................................12
2. Museum Monumen Yogya Kembali........................................15
3. Candi Borobudur......................................................................17
BAB III PENUTUP
3.1.Simpulan....................................................................................................19
3.2.Kesan.........................................................................................................19

.
1
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan dunia pariwisata di negara kita terutama peninggalan -
peninggalan sejarah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke menjadi salah satu alasan
diadakan karya wisata. Karya wisata atau yang sering disebut studi. tour merupakan suatu
kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh sekolah kami. Studi tour kali ini diadakan
di beberapa objek objek karya wisata kota Yogyakarta, karena disana banyak tempat tempat
wisata yang bisa menambah pengetahuan Siswa, baik itu Sejarah, Budaya, Tata krama dll.
Dalam kegiatan studi tour ini semua siswa diharapkan dapat memperoleh banyak
wawasan pengalaman dan pengetahuan . pengalaman dan pengetahuan selama mengikuti
studi tour Yogyakarta dapat diterapkan di kehidupan sehari hari. Setelah melaksanakan karya
wisata siswa di wajibkan untuk membuat kaya tulis selama mengikuti studi tour 3 hari
tersebut. Karya tulis ini akan dijadikan bukti bahwa siswa memahami kegiatan yang telah ia
lakukan dan sebagai pembelajaran bagi Siswa studi.

1.2.Waktu Atau Pelaksanaan Studi Tour


Kegiatan Studi tour ini dilaksanakan pada:

Sabtu 8 Desember 2018 – Selasa 11 Desember 2018

1.3 Tujuan Studi Tour


1. Sebagai wawasan tambahan informasi dan ilmu pengetahuan
2. Sebagai tambahan materi diluar kelas
3. Mengembangkan sifat tentang etika dan tata krama
4. Mensyukuri keindahan Alam
5. Memberi pembelajaran langsung terhadap sumbernya
6. Bersenang senang

1.4 Manfaat Studi tour

1. wawasan pengetahuan siswa terhadap wisata yogya menjadi lebih dalam


2. Siswa dapat mengenal budaya lain
3. Menghilangkan kebosanan siswa terhadap bidang study sekolah
4. Perilaku siswa menjadi lebih sopan
5. Mewujudkan rasa Bekerja sama dalam tour
6. Sarana rekreasi siswa untuk menghadapi UAS
2

BAB II OBJEK KUNJUNGAN

2.1. Hari Ke-1

1. Sangiran

Hari pertama anggota studi tour menuju ke Museum Purbakala Sangiran. Museum
Purbakala Sangiran adalah museum arkeologi yang terletak di Kalijambe, Kabupaten
Sragen, Jawa Tengah, Indonesia. Museum Purbakala Sangiran merupakan salah satu Situs
Warisan Dunia UNESCO. Di Museum ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil
ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan.

Sebelum memasuki museum kita telah disambut dengan palang gading gajah yang
terdapat digerbang masuk setelah kita melewati gerbang masuk kita juga akan disambut oleh
patung patung museum purbakala tidak cukup itu saja kita akan diajak menikmati
pemandangan kaki Gunung Lawu tempat Sangiran didirikan dari balik pilar-pilar kokoh yang
menyokong bangunan ini. Di salah satu sisi bahkan kita akan disuguhi pemandangan lahar
Gunung Lawu purba yang berusia 1.8 juta tahun.

Didalam museum terdapat tiga ruang pameran, Ketiga ruang pamer yang terletak di
sepanjang lorong terbuka masing-masing mempunyai tema tersendiri. Ruang Pamer 1,
bertemakan Kekayaan Sangiran yang berisi berbagai fosil yang ditemukan di daerah
Sangiran oleh G. H. Ralph Von Koenigswald dan sejumlah peneliti lainnya, menyajikan
koleksi berupa bukti-bukti temuan fosil dan artefak di Sangiran. Terdapat pula gambaran
mengenai lapisan tanah Sangiran yang

mengandung nilai penting untuk memahami lingkungan purba Sangiran. Keseluruhan


koleksi memiliki label dengan penulisan label yang mempertimbangkan kesesuaiannya
dengan kaidah yang berlaku memberikan kemudahan bagi pengunjung untuk mendapatkan
informasi mengenai kekayaan apa saja yang terkandung di Situs Sangiran.

Ruang Pamer 2, bertemakan langkah-langkah Kemanusiaan yang berisi rekam jejak


silsilah umat manusia dan kehidupan mereka saat itu, lengkap dengan tayangan audio visual
mengenai proses terbentuknya tata surya jagat raya, Perkembangan Bumi dari jutaan tahun
yang lalu dan kondisi bumi dari berbagai periode, diorama manusia purba serta profil para
peneliti Indonesia setelah merdeka. Langkah-langkah kemanusiaan dijelaskan pada teori
evolusi. Mulai dari Seleksi Alam, Adaptasi dan
4

Variasi. Seleksi Alam menjelaskan tentang keturunan suatu makhluk tampaknya sama
dengan induk atau saudaranya, kemudian makhluk yang mampu menyesuaikan diri (adaptasi)
akan bertahan hidup dan hingga bisa menciptakan suatu variasi. Setiap makhluk yang
dilahirkan itu mempunyai unsur keturunan masing-masing, unik. Ini beberapa foto yang ada
disangiran diruang pamer 2

Ruang Pamer 3, bertemakan Masa Keemasan Homo Erectus 500.000 tahun yang Lalu
dan berisi replika kehidupan Spesies Homo Erectus dan fosil-fosil yang ditemukan pada
jaman itu. Fosil binatang darat (gajah purba, banteng purba, rusa purba, dll), binatang air
(buaya purba, ikan, kepiting, hiu purba, dll), . Di ruang pamer 3 tidak terlalu banyak diorama,
hanya diorama besar mengenai kehidupan manusia purba kala itu dan video mengenai
bagaimana diorama atau patung
5

ke Museum Purbakala Sangiran tidak memerlukan tour guide untuk menjelaskan


tentang kronologi masa per masa. Tempat ini sudah dilengkapi dengan teknologi komputer
layar sentuh canggih yang dapat menjelaskan sendiri kepada pengunjung dalam dua bahasa,
Inggris dan Indonesia. Dengan AC dan tata pencahayaan yang apik, kenyamanan pengunjung
jelas menjadi prioritas utama disini

Berjalan menyusuri ruang pamer demi ruang pamer tentu tidak akan lengkap jika kita
tidak membeli sesuatu sebagai kenang-kenangan. Di sebelah Museum Purbakala Sangiran, di
bawah rindang pohon beringin yang bersulur, terdapat kios-kios cinderamata yang menjual
berbagai suvenir menarik. Mulai dari gelang dan rosario dari batu berwarna-warni, hingga
pahatan manusia purba dalam berbagai ukuran. Harganya berkisar antara belasan ribu hingga
ratusan ribu, tergantung kebolehan pembeli dalam menawar dan memilah barang.
6

2. Candi Prambanan

Setelah dari Sangiran kita menuju ke Candi Prambanan. Sekitar jam 12.00 kita tiba
dicandi Prambanan. Candi Prambanan merupakan peninggalan pada zaman dahulu, baik
sebagai tempat suci atau tempat beribadah bagi umat Hindu kini, Candi Prambanan berperan
sangat penting sebagai sarana ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan di
kalangan pelajar. Manfaat candi Prambanan bagi pelajar untuk mengenal lebih luas dan
mendalam tentang sejarah Candi Prambanan, benda-benda bersejarah, yang ada di dalam
candi Prambanan, serta memberi motivasi bagi pelajar supaya lebih peduli dengan
peninggalan yang sangat bersejarah serta menjaga aga tidak dirusak oleh Tangan jahil
manusia. Candi Prambanan ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar budaya dunia
(Word Wonder Herltage) sejak tahun 1991 menempuh lahan 39,8 hektar, menjulang
setinggi 47 meter Candi Prambanan terlihat perkasa dan megah
Denah asli Candi Prambanan berbentuk persegi panjang, terdiri atas halaman luar dan
tiga pelataran, yaitu Jaba (pelataran luar), Tengahan (pelataran tengah) dan Njero (pelataran
dalam). Halaman luar merupakan areal terbuka yang mengelilingi pelataran luar. Pelataran
luar berbentuk bujur dengan luas 390 m2. Pelataran ini dahulu dikelilingi oleh pagar batu
yang kini sudah tinggal reruntuhan. Pelataran luar saat ini hanya merupakan pelataran
kosong. Belum diketahui apakah semula terdapat bangunan atau hiasan lain di pelataran ini.

Di tengah pelataran luar, terdapat pelataran kedua, yaitu pelataran tengah yang
berbentuk persegi panjang seluas 222 m2. Pelataran tengah dahulu juga dikelilingi pagar batu
yang saat ini juga sudah runtuh. Pelataran ini terdiri atas empat teras berundak, makin ke
dalam makin tinggi. Di teras pertama, yaitu teras yang terbawah, terdapat 68 candi kecil yang
berderet berkeliling, terbagi dalam empat baris oleh jalan penghubung antar pintu pelataran.
Di teras kedua terdapat 60 candi, di teras ketiga terdapat 52 candi, dan di teras keempat, atau
teras teratas, terdapat 44 candi. Seluruh candi di pelataran tengah ini mempunyai bentuk dan
ukuran yang sama, yaitu luas denah dasar 6 m2 dan tinggi 14 m. Hampir semua candi di
7
pelataran tengah tersebut saat ini dalam keadaan hancur. Yang tersisa hanya reruntuhannya
saja.

Pelataran dalam, merupakan pelataran yang paling tinggi letaknya dan yang dianggap
sebagai tempat yang paling suci. Pelataran ini berbenah persegi empat seluas 110 m2, dengan
tinggi sekitar 1,5 m dari permukaan teras teratas pelataran tengah. Pelataran ini dikelilingi
oleh turap dan pagar batu. Di keempat sisinya terdapat gerbang berbentuk gapura paduraksa.
Saat ini hanya gapura di sisi selatan yang masih utuh. Di depan masing-masing gerbang
pelataran teratas terdapat sepasang candi kecil, berbenah dasar bujur sangkar seluas 1, 5 m2
dengan tinggi 4 meter. Di pelataran dalam terdapat 2 barisan candi yang membujur arah utara
selatan. Di barisan barat terdapat 3 buah candi yang menghadap ke timur. Candi yang
letaknya paling utara adalah Candi Wisnu, di tengah adalah Candi Syiwa, dan di selatan
adalah Candi Brahma. Di barisan timur juga terdapat 3 buah candi yang menghadap ke barat.
Ketiga candi ini disebut candi wahana (wahana = kendaraan), karena masing-masing candi
diberi nama sesuai dengan binatang yang merupakan tunggangan dewa yang candinya
terletak di hadapannya.

Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu,
Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang trimurti dalam kepercayaan Hidu.
Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping
yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda
untuk Wisnu.

Dalam filosofi hindu, trimurti adalah tiga kekuatan Brahma ( Sang Hyang Widhi,
sebutan Tuhan dalam agama hindu) dalam menciptakan, memelihara, melebur alam beserta
isinya. Trimurti terdiri dari 3 yaitu:

a. Dewa Brahma yang berfungsi sebagai pencipta/umpati, Sakti : Dewi


Saraswati yang merupakan dewi ilmu pengetahuan l, Senjata: Busur, simbol:A,
Warna: merah.
b. Dewa Wisnu berfungsi sebagai pemelihara/ Shiti. Dalam menjalankan
tugasnya beliau dibantu oleh dewi laksmi atau sri. Atribut atau senjata dewa Wisnu
adalah cakram dengan simbol aksara U. Warna Hitam

c. Dewa siwa Berfungsi sebagai penghancur/ Parlina yang memiliki


kekuatan atau sakti dewi Durga. Uma, dan Parwati. Dewa siwa bersenjatakan trisula
Dengan Simbol M dan warna panca warna
Apabila simbol dari ketiga dewa tersebut digabungkan, maka akan menjadi AUM
yang dibaca “OM” yang merupakan simbol suci agama Hindu. Inilah yang menjadi dasar
candi Prambanan

3. Museum Dirgantara

Pada pukul 14.00 perjalanan ke museum dirgantara, sekitar pukul 14.30 kita telah tiba
dimuseum dirgantara. Sebagai basecamp sekaligus kota kelahiran TNI AURI, Yogyakarta
memiliki sebuah museum dengan koleksi kedirgantaraan yang paling lengkap di Indonesia.
Museum tersebut adalah Museum Dirgantara Mandala. Beragam pesawat yang memiliki
peranan penting dan pernah berjasa dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia
disimpan di museum ini. Karena itu, Museum Dirgantara merupakan salah satu tempat yang
wajib Anda datangi saat berkunjung ke Yogyakarta. Museum Dirgantara Mandala merupakan
museum yang dikelola oleh TNI Angkatan Udara dan menyajikan secara lengkap tentang
sejarah penerbangan dan dunia aviasi di Indonesia. Di museum ini wisatawan bisa
menyaksikan beragam koleksi alutsista dan pesawat mulai dari pesawat sipil, pesawat
tempur, hingga rudal TNI AU.
Mengunjungi Museum Dirgantara Mandala adalah hal yang sangat menarik.
Pengunjung dapat melihat koleksi lengkap kedirgantaraan di Indonesia serta menyaksikan
9
betapa pemberaninya pilot-pilot Indonesia pada zaman perjuangan kemerdekaan. Di museum
ini terdapat 38 koleksi pesawat, baik pesawat tempur maupun pesawat sipil.

Beberapa pesawat yang memiliki nilai sejarah tinggi antara lain replika pesawat Dakota
VT-CLA milik perusahaan penerbangan India yang ditembak jatuh oleh Belanda di Ngoto saat
hendak mendarat di Maguwo, pesawat Guntei bersayap ganda bekas tentara Jepang yang
digunakan untuk melakukan pengeboman pertama dalam sejarah TNI AU, serta koleksi
pesawat Mustang yang digunakan untuk menggempur Permesta.

Selain koleksi pesawat,


Gedungnya dibagi menjadi enam ruang. Yakni, Ruang Utama, Ruang Kronologi I dan II,
Ruang Alutsista, Ruang Paskhas, Ruang Diorama, dan Ruang Minat Dirgantara.
A.Ruang Utama
Di ruang ini di pajang Beberapa foto Mantan Pimpinan TNI – AU , Antara lain: Laksamana
Udara Suryadi Pimpinan TNI – AU (Kepala stafmTRI AU tahun1946 – 1962), Laksamana
Udara Omar Dani (Mentri Panglima Angkatan Udara tahun 1962 – 1965), Laksamana Muda
Udara Sri Mulyono Herlambang (Menteri Panglima Angkatan Udara 1965 – 1966),
Laksamana Muda Udara Roesmin Nurjadin ( Menteri Panglima angkatan udara tahun 1966 –
1969, Marsekal TNI Suwoto Sukendar (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 1969 – 1973,
Marsekal TNI Saleh Baasarah (Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1973 – 1976). Selain
foto-foto tersebut, diruang ini juga di pamerkan Lambang – Lambang dan Motto dari korps
TNI-AU antara lain: Swa Bhuwana adalah lambang TNI angkatan Udara, yang artinya sayap
Tanah Air, Pataka Komando Operasi TNI AU (Koopsau), Dengan Motto: Abhibuti
Antariksa Artinya : keunggulan di udara adalah tujuan utama, Pataka Komando Panduan
tempur Udara (Kopatdara) Dengan Motto : Nitya Smakta Maarwati Sarwabaya Artinya :
senantiasa siaga bertindak terhadap segala ancaman bahaya, Pataka komando pertahanan
Udara (Kohadud) Dengan Motto nyaSurakhsita Nabhastata. Artinya : Udara yang di
pertahankan dengan baik
B. Ruang Kronologi I dan II
Di Ruang ini pengunjung bisa melihat diorama sejarah dan dokumen-dokumen
semasa zaman Proklamasi Kemerdekaan, pembentukan AURI, Serangan Udara Pertama
terhadap Semarang-Salatiga-Ambarawa, Operasi Penumpasan PKI Muso/Madiun, Operasi
Lintas Udara, Pembentukan Skuadron AURI tahun 1950, Penumpasan DI/TII-
PRRI/Permesta-Trikora-Dwikora, Operasi Non Militer TNI AU, hingga Operasi Penumpasan
sisa-sisa pemberontakan G30S/PKI.

C. Ruang Alutsista
di ruang ini kita dapat melihat peralatan tempur TNI-AU, antara lain : rudal anti
pesawat, senjata PSU (penangkis serangan udara) dan beberapa senapan yang dipakai oleh
pasukan Indonesia yang melawan Belanda waktu itu. Beberapa pesawat, dirancang bisa
dinaiki oleh pengunjung. Tentu saja secara statis, tidak diterbangkan. Jadi siapa pun bisa
langsung tahu keadaan di dalam pesawat, dan teknologi yang sudah ada saat itu. Jenis Tu-16
10
yang terletak di pelataran museum. Ada juga pesawat PBY-5A Catalina dan UF 1 Albatros
IR-0117. Catalina buatan AS masuk ke jajaran Skuadron V Lanud Abdulrachman Saleh pada
1950. AURI mendapatkan delapan Catalina bekas pakai AU Hindia Belanda sebagai realisasi
Konferensi Meja Bundar, 1949.
Sementara Albatros, pesawat amfibi angkut sedang buatan AS juga masuk ke dalam jajaran
Skuadron V Intai Laut AURI- Lanud Abdulrachman Saleh tahun 1955. AURI membeli
sebanyak delapan pesawat dari AS, Selain, ketiga pesawat, di halaman masih ditempatkan
rudal pertahanan udara jarak sedang SA-75 buatan Soviet alat ini sempat digunakan sebagai
salah satu senjata untuk mempertahankan Ibu Kota.

D. Ruang diorama
Diruang ini Terdapat beberapa Diorama Antara lain: Diorama penerbangan pertama
pesawat merah putih, Diorama peristiwa 29 Juli 1947, Diorama setelah penerbangan pertama,
Diorama Trikora, Diorama Satelit (SKSD) Palapa.
4. Malioboro

Sebelum pergi ke hotel kita pergi ke Malioboro untuk berbelanja dan membeli pakean
khas Yogya. Malioboro merupakan kawasan perbelanjaan yang legendaris yang menjadi
salah satu kebanggaan kota Yogyakarta. Penamaan Malioboro berasal dari nama seorang
anggota kolonial Inggris yang dahulu pernah menduduki Yogya pada tahun 1811 – 1816 M
yang bernama Marlborough
Malioboro menyajikan berbagai aktivitas belanja, mulai dari bentuk aktivitas
tradisional sampai dengan aktivitas belanja modern. Salah satu cara berbelanja di Malioboro
adalah dengan proses tawar-menawar terutama untuk komoditi barang barang yang berupa
souvenir dan cenderamata yang dijajakan oleh pedagang kaki lima yang berjajar di sepanjang
trotoar jalan Malioboro. Berbagai macam cenderamata dan kerajinan dapat anda dapatkan
disini seperti kerajinan dari perak, kulit, kayu, kain batik, gerabah

11

ditempat ini, kita bisa menawar barang misalnya penjual souvenir menawarkan barang
tersebut seharga Rp.50.000,- Kalau anda tertarik barang tersebut maka tawaran tersebut harus
segera disusul dengan proses tawar menawar dari wisatawan. Dari proses tersebut harga
menjadi turun drastis, misalnya pedagang tersebut akhirnya rela melepas barang tersebut
dengan harga Rp.20.000,-. Hal ini juga berlaku bila wisatawan berkunjung dan belanja di
pasar tradisional Beringharjo yang letaknya tak jauh dari Malioboro. Begitulah keunikan
tradisi dari wisata belanja di Malioboro, pembeli harus bisa tawar menawar.

Kawasan Malioboro dekat dengan obyek wisata sejarah lainya yang sangat banyak
menyimpan cerita sejarah yang menarik. Setelah anda berbelanja di Malioboro anda bisa
meneruskan mengunjungi obyek wisata lain yang jaraknya cukup dekat. Tempat dan obyek
wisata tersebut seperti berwisata arsitektur peninggalan kolonial Belanda dan wisata belanja
tradisional lainnya. Obyek wisata sejarah yang berdekatan dengan Malioboro seperti :
Keraton Yogyakarta, Alun-alun Utara, Masjid Agung, Benteng Vredeburg, Museum
Sonobudoyo dan Kampung Kauman.
Wisata Arsitektur peninggalan kolonial di Yogyakarta yang masih bisa disaksikan
seperti Gedung Siciatet ( sekarang menjadi Taman Budaya ), Bank Indonesia, Hotel Inna
Garuda dan Bank BNI’46. Sedangkan wisata belanja tradisional yang cukup berdekatan
dengan Malioboro terdapat di Pasar Ngasem dan Pasar Beringharjo. Terdapat juga
perpustakaan umum milik Pemerintah Provinsi DIY bagi wisatawan yang gemar membaca.

Wisatawan juga dapat menyaksikan kekhasan lain dari Malioboro seperti puluhan
andong dan becak yang parkir berderet disebalah kanan jalan pada jalur lambat Malioboro.
Sedangkan pada sebelah kiri jalan wisatawan dapat melihat ratusan kendaraan bermotor yang
diparkir berjajar yang menjadi tanda bahwa Malioboro merupakan kawasan yang banyak
menyedot para pengunjung.

Aktivitas wisatawan di Malioboro tidak hanya pada siang hari saja, akan tetapi di
kawasan Malioboro ini aktivitas wisata akan terus berlanjut dengan adanya nuansa makan
malam yang disediakan warung-warung yang bermunculan pada malam hari, terutama
setelah pukul 21.00 WIB. Sambil menyantap hidangan di warung lesehan Malioboro,
wisatawan akan dihibur oleh musisi jalanan yang mengunjungi lesehan tersebut sambil
mengalunkan lagu-lagu tertentu.

Fasilitas dan akomodasi sebagai sarana penunjang yang mendukung sektor


kepariwisataan di tempat ini sudah sangat lengkap. Hotel berbintang lima sampai dengan
hotel kelas melati banyak tersedia di sekitar tempat ini seperti di Jalan Mangkubumi, Jalan
Dagen, Jalan Sosrowijayan, Jalan Malioboro, Jalan Suryatmajan dan Jalan Mataram. Atau
mencari penginapan di bagian barat, yaitui di Jalan Ngasem dan daerah Wijilan yang letaknya
tidak jauh dari Malioboro.

Rumah makan pun banyak tersebar di wilayah ini dengan menu dan selera yang
sangat beragam mulai dari warung angkringan ( warung berbentuk gerobak yang
menyediakan makanan lokal ), masakan khas Yogyakarta yang disajikan dalam suasana
lesehan seperti gudeg, nasi goreng, sambel+lalapan dan sebagainya. Tersedia juga restoran

12
atau Cafe yang menyediakan makanan masakan cina, Fast Foods atau masakan ala barat
berupa steak, beef lasagna dan lain-lain.

Fasilitas lain berupa tempat ibadah, polisi pariwisata, pos informasi, kios Money
changer, ATM, warnet, tempat parkir dan lain-lain. Tersedia juga kios yang menyediakan
oleh –oleh makanan khas Yogyakarta yang berada di Jalan Mataram atau sebelah barat
Malioboro yang menyediakan beragam jenis dan bentuk oleh-oleh dan penganan khas Yogya
seperti yangko, geplak, bakpia, berbagai jenis keripik dan lain-lain

2.2. Hari Ke-2


1. Keraton Yogyakarta

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta


merupakan resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara
resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton
ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih
menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu
objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang
menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja
Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan
salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah
dan lapangan serta paviliun yang luas. Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan
Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi
keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.
Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram
(Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi
keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan.
Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam
di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping
Kabupaten Sleman
13
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti
Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti,
Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil
Kidul (Balairung Selatan) Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya
baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton
Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh
karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi
Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Kraton Yogyakarta memiliki lambang atau simbol kerajaan yang dijunjung tinggi
masyarakat Mataram. Simbol tersebut sarat akan makna serta filosofi yang membawa pada
kesejahteraan dan kejayaan kraton. Lambang tersebut dikenal dengan nama Praja Cihna.
Praja Cihna dibuat oleh Sultan Hamengku Buwono I yang berasal dari bahasa
Sanskerta. Praja berarti abdi negara, sedang Cihna berarti sifat sejati. Secara harfiah Praja
Cihna bermakna sifat sejati seorang abdi negara.
Praja Cihna terdiri dari beberapa bagian yang juga memiliki makna yang terkandung
di dalamnya.

Aksara Jawa

Aksara Jawa yang berada di tengah Praja Cihna berupa huruf ‘Ha’ dan ‘Ba’ yakni
singkatan dari Hamengku Buwono yang berarti memangku atau mengayomi bumi. Aksara
Jawa tertulis tegak menjadi simbol kebudayaan asli bangsa juga jati diri Kraton Yogyakarta.

Mahkota

Mahkota di atas lambang bermakna pemimpin pemerintahan. Sultan sebagai raja


merupakan pimpinan tertinggi dan memiliki tanggung jawab untuk memelihara menuju
tatanan kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik.

14

Sayap Garuda

Dua sayap burung garuda di kiri dan kanan menggambarkan keagungan serta
kewibawaan kraton yang tegas, kuat juga pantang menyerah.

Bunga Padma
Bunga teratai atau Padma melambangkan kebijaksanaan dan kekuatan prinsip. Teratai
merupakan tanaman yang memiliki akar kuat, walau hidup di air sekalipun namun tumbuhan
ini tak akan pernah hanyut dan tetap kokoh di tempatnya berpijak.

Tumbuhan Sulur

Tumbuhan Sulur yang hidup merambat melambangkan kejayaan dan kemuliaan


kebudayaan bangsa nusantara yang lestari berkembang dan bermanfaat bagi bangsa serta
rakyat yang beraneka ragam.

Warna

Warna emas dalam Praja Cihna merupakan simbol keluhuran, sedangkan warna
merah di tengah berarti berani. (Van)

Keunikan lain dari keraton Yogyakarta adalah pemandu yang sudah lanjut usia, atau
yang sering disebut sebagai abdi dalem begitu banyaknya abdi dalem yang lalu lalang. Ya,
abdi dalem ialah mereka yang rela dengan sepenuh hati mengabdikan diri untuk keraton dan
juga raja dengan segala peraturan yang berlaku. Biasanya memakai baju Seragam ada dua
baju seragam:

Seragam pertama disebut Sikep Alit yang digunakan sebagai busana sehari-hari.
Busana ini terdiri dari kain batik sawitan, baju hitam berbahan laken, selop hitam, keris, dan
tentunya blangkon. Kancingnya pun tidak sembarangan lho, kancing dengan bahan dasar
tembaga atau kuningan yang disepuh emas itu harus berjumlah tujuh atau sembilan buah.
Keris juga harus diletakkan di pinggang bagian kanan.

15

Sementara yang kedua ialah model Langeran yang digunakan untuk perhelatan
khusus. Disamping kain batik, keris, selop, dan blangkon yang sama, model seragam ini
terdiri dari baju bukakan dengan bahan laken, kemeja putih, dan dasi kupu-kupu putih.
Kemeja berkerah berdiri dan dasi yang dikenakan akan menambah kesan formal yang sesuai
dengan acara-acara perjamuan makan malam atau event spesial Keraton Yogyakarta.
2. Museum Monumen Yogya Kembali

Di karena kan Taman pintar tutup tujuan studi tour di alihkan ke Monumen Yogya Kembali.
Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985, dengan Upacara Tradisional
penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX
dan Sri Paduka Paku Alam VIII.
Dipilihnya nama “Yogya Kembali” dengan pengertian yang luas, berfungsinya
pemerintah Republik Indonesia dan sebagai tetenger peristiwa sejarah ditarik mundurnya
tentara Belpengguna dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya
Presiden Soekarno, Wakil Presiden, Pimpinan Negara yang lain pada tanggal 6 Juli 1949 di
Yogyakarta. Hal ini dapat dippenggunang sebagai titik awal bangsa Indonesia secara nyata
bebas dari cengkeraman penjajah khususnya Belpengguna dan merupakan tonggak sejarah
yang menentukan bagi kelangsungan hidup Negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Dilihat dari bentuknya Monumen Yogya Kembali berbentuk kerucut / gunungan
dengan ketinggian 31,80 meter adalah sebagai gambaran “Gunung Kecil” ditempatkan di
sebuah lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi ini sangat berarti bagi masyarakat
Yogyakarta baik secara simbolik maupun faktual. Muntahan lava Gunung Merapi
memberikan kesuburan bagi daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, sementara itu
konturnya di langit selalu menghias cakrawala Yogyakarta dimanapun orang berada, dari
gunung Merapi pula sungai Winongo dan Code yang mengalir melalui kota Yogyakarta.
Secara simbolik bersama laut selatan (Istana Ratu Kidul) yang berfungsi sebagai
“Yoni” dan gunung Merapi sebagai “Lingga” merupakan suatu kepercayaan yang sangat tua
dan berlaku sepanjang masa. Bahkan sementara orang menyebut Monumen Yogya Kembali
sebagai tumpeng raksasa bertutup warna putih mengkilat, dalam tradisi Jawa tumpeng seolah-

16
olah sebagai bentuk gunung yang dapat dihubungkan dengan kakayon atau gunungan dalam
wayang kulit, yang melambangkan kebahagiaan / kekayaan kesucian dan sebagai penutup
setiap episode perjuangan bangsa.
Monumen Yogya Kembali terletak di Jalan Lingkar Utara, dusun Jongkang, desa
Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, kabupaten Sleman, Yogyakarta. Didirikan di atas lahan seluas
49.920 meter persegi. lokasi ini ditetapkan oleh Sri Paduka Hamengku Buwono IX dengan
alternatif diantarinya terletak digaris poros antara gunung Merapi - Monumen Yogya
Kembali - Tugu Pal Putih - Kraton - Panggung Krapyak - Laut Selatan, yang merupakan
“Sumbu Imajiner” yang pada kenyataannya sampai sekarang masih dihormati oleh
masyarakat Yogyakarta, dan menurut kepercayaan bersatunya Lingga dan Yoni akan
menimbulkan kemakmuran di tempat ini sebagai batas akhir ditariknya mundur tentara
Belpengguna kearah utara, usaha kesinambungan tata kota kegiatan dan keserasian Daerah
Yogyakarta.
Museum Monumen Yogya Kembali ini memiliki 4 lantai secara keseluruhan
didalamnya terdapat benda-benda bersejarah dan klasik diantaranya adalah mesin ketik jaman
dahulu, telephone, buku – buku ensiklopedia, Senjata, replika dan masih banyak lagi.
Saat memasuki halaman museum, dimana terdapat sebuah dinding besar yang
memuat sebuah puisi Chairil Anwar berjudul “Karawang-Bekasi” dan 422 nama pahlawan
yang telah gugur di daerah Wehrkreise III tanggal 19 Desember 1948 sampai 29 Juni 1949.
Pada lantai dasar terdapat beberapa benda bukti sejarah perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajah dan juga beberapa benda klasik yang cukup unik seperti telpon jaman dulu,
mesin ketik, beragam senjata dan masih banyak lagi.

Lantai kedua, terdapat beberapa diorama atau patung sebuah patung lengkap dengan
background dan pakaiannya menggambarkan perjuangan ketika pada zaman penjajahan
Belanda yang mengkhianati perjanjian Revilia dan membuat pemerintah marah dan terjadi
pertumpahan darah, selain itu di lantai dua ini terdapat lukisan dinding yang menggambarkan
perjuangan bangsa Indonesia pada waktu itu dengan 2 Dimensi. Lantai ke tiga, pada ruangan
ini dikhususkan ruangan untuk mendoakan para pahlawan yang telah berjuang dan gugur,
tempat ini dinamakan sebagai tempat Garbha Graha, pada bagian tengah ruangan ini terdapat
bendera merah putih berkibar yang melambangkan kemerdekaan Indonesia yang di
belakangnya terdapat lukisan tulisan Mantan Presiden ke 2 RI yaitu Alm. Pak Suharto.

17
3. Candi Borobudur

Sesudah dari monjali kita pergi Candi Borobudur. Sejarah Singkat Candi
Borobudur. Megahnya Candi Borobudur tak lepas dari kehebatan Indonesia di masa lampau.
Seperti ucapan Bung Karno, agar kita mempelajari api sejarah kita sepatutnya kita tahu
bagaimana Candi Borobudur tersebut megah berdiri hingga kini. Berikut ini merupakan
sejarah singkat Candi Borobudur yang megah tersebut.

Menurut catatan sejarah, Candi Borobudur diperkirakan mulai dibangun pada abad
ke-9 yang mana saat itu wilayah Magelang saat ini dikuasai oleh Dinasti Syailendra yang
dipimpin oleh Raja Samaratungga. Raja bertitah untuk membangun sebuah pembangunan
Candi yang kala itu dipimpin oleh seorang arsitek bernama Gunadharma. Tanpa bantuan
kecanggihan teknologi masa kini, Gunadharma menggambar Candi Borobudur yang luasnya
mencapai ratusan meter persegi itu. Dari pembangunan tersebut, Borobudur dapat
diselesaikan dalam waktu 50-70 tahun kemudian. Yang mana konon Gunadharma sendiri
tidak melihat hasil akhirnya.

Nama Borobudur sendiri berarti ‘Vihara Buddha Uhr’ yang berasal dari bahasa
Sansekerta dan berarti Biara Buddha di bukit. Memang saat itu, Borobudur terletak di sebuah
bukit. itulah sejarah singkat Candi Borobudur sebelum pembangunannya. Namun, setelahnya
Borobudur juga menjadi saksi bagi sejarah Indonesia lainnya. Karena pada masa itu agama
Budha menjadi mayoritas agama di tanah Jawa, maka Candi Borobudur pun tak lepas dari
kegiatan keagamaan. Candi Borobudur menjadi pusat

18

keguatan keagamaan terbesar baik di tanah air maupun dari berbagai kerajaan di sekitar
nusantara. Namun lambat laun perkembangan Islam mulai masuk ke Nusantara.
Masuknya pengaruh Islam ke Indonesia pada abad ke-15 membuat candi Borobudur
mulai ditinggalkan oleh masyarakat yang berpindah ke agama Islam. Sempat ada beberapa
waktu Borobudur terlupakan serta beberapa kali Borobudur semakin terlupakan saat terjadi
letusan Gunung Merapi yang mengakibatkannya terkubur abu vulkanik.

Dalam sejarah singkat Candi Borobudur di masa kolonialisme Belanda, yakni


tepatnya pada tahun 1814, Sir Thomas Stamford Raffles berhasil mengungkap keberadaan
Candi Borobudur. Raffles mendapat informasi bahwa ada sebuah bangunan besar yang
tertimbun abu vulkanik di Jawa. Terhitung, Borobudur terlupakan hingga 10 abad lamanya
hingga ditemukan oleh Raffles. Kondisi dari Borobudur yang sempat terlupakan saat itu tak
hanya tertimbun abu vulkanik saja namun juga dipenuhi dengan semak belukar sehingga
tidak terlihat bentuk dan rupanya yakni berantakan dan terpendam sebagian.

Candi Borobudur memiliki tinggi yang mencapai 42 meter namun saat ditemukan dan
hingga kini tingginya adalah 34,5 meter saja. Ada tingkatan yang memang terkubur dan
dibiarkan terkubur karena alasan menguatkan pondasi candi dan yang kedua adalah karena
tingkatan terbawah memiliki gambar panel hubungan suami istri. Hingga pada akhirnya
ditemukan dan dilakukan pemugaran serta berbagai usaha rekontstruksi candi yang dimulai
sejak saat penjajahan Inggris dan juga Belanda. Pemugaran semenjak Indonesia merdeka pun
terhitung dalam sejarah singkat Candi Borobudur baik dari usaha dalam negeri hingga dari
berbagai belahan dunia.

Meskipun kini Candi Borobudur tidak lagi masuk dalam 7 keajaiban dunia, namun
Borobudur tetap masuk dalam Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991 setelah
restorasi panjang terhadap candi Buddha terbesar di dunia ini. Borobudur juga masuk dalam
daftar memori dunia, diusulkan bersama Cerita Panji, Gerakan Non-Blok, dan Tsunami Aceh.
Sedangkan 4 dokumen yang telah masuk dalam daftar Memori Dunia milik UNESCO dari
Indonesia adalah I La Galigo dari Sulawesi, Negarakertagama, Babad Diponegoro, serta
Konferensi Asia-Afrika. Menunjukkan betapa kayanya sejarah dan budaya Indonesia pada
dunia.
19

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

Wisata merupakan sarana yang mampu untuk mengobati segala jenis kepenatan hidup,
apalagi objek wisatanya mengacu pada pendidikan yang mampu menambah wawasan dan
pengetahuan dengan cara yang menarik. Hal inilah yang diterapkan pada setiap kegiatan Studi,
dimana objek wisata yang dikunjungi mendominasi pada peningkatan kemampuan berpikir
yang memiliki berbagai unsur. Diantaranya
a) Sangiran
b) Candi Prambanan
c) Museum dirgantara
d) Malioboro
e) Keraton Yogyakarta
f) Monumen Yogya Kembali
g) Candi Borobudur

3.2 Kesan

Kesan dan pengalaman yang kita dapatkan selama mengikuti study tour Yogyakarta ini
mungkin tak akan pernah bisa dilupakan dan kenangan itu akan menjadi sebuah cerita yang
sangat menarik untuk dicerita kan kembali pada saat kita dewasa nanti. Kebersamaan yang
sangat terasa pada saat berada di perjalanan, di penginapan pada saat ditempat objek wisata,
foto bersama itu semua dapat menambah kekompakan serta rasa kekeluargaan antara
siswa/siswi kelas VIII SMPN 2 Purwoharjo.Selain itu kami juga mendapatkan banyak sekali
ilmu baru.

Anda mungkin juga menyukai