SEJARAH
KAMADHIS UGM
Kamadhis UGM (Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Gadjah Mada) adalah sebuah
organisasi yang bersifat kerohanian, mencakup sikap dan kepedulian mahasiswa Buddhis
UGM terhadap dinamika kampus UGM, dinamika kehidupan sosial (bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara), dan dinamika kehidupan individual sebagai wujud
implementasi Buddhadhamma. Kamadhis UGM berfungsi sebagai wadah, penyalur
aspirasi, perencana, dan pelaksana kegiatan Buddhis UGM. Organisasi ini berdiri sejak
tanggal 6 September 1990.
EKA-CITTA
Eka-ci a diterbitkan pertama kali pada bulan September 1995. Awalnya, penerbitan
Eka-ci a merupakan salah satu program kerja Bidang Dhamma dan Pendidikan
Kamadhis UGM. Pada tahun 2011, Eka-ci a dipisah dari Bidang Dhamma dan Pendidikan
dan menjadi suatu Badan Semi Otonom supaya lebih berfokus dalam penerbitan bule n
Eka-ci a.
: Kamadhis UGM
: kamadhis_ugm
: @uhp2234o
Donasi
Rekening BCA 0372551648 a.n. J Effendi SU IR
Beri kode akhiran 8 (Contoh : Rp 100.008,00)
Konfirmasi kepada Cherla Safhira
Line :cherlasafhira WA/SMS : +6287868585568
Salam Redaksi
Namo Buddhaya,
Halo para pembaca! Apakah hari ini kalian bahagia? Apakah setiap waktu
kalian selalu merasa bahagia? Setiap orang umumnya akan mempunyai perspektif
bahagia yang berbeda-beda. Banyak uang, jabatan tinggi, pekerjaan sempurna,
pasangan setia, keluarga harmonis, teman banyak, tubuh sehat. Begitukah bahagia?
Jika salah satunya tidak terpenuhi, apakah langsung begitu saja kita menjadi tidak
bahagia?
PURSUING HAPPINESS
Pembahasan tentang 'bahagia' menjadi sesuatu yang menarik. Dewasa ini,
tantangan zaman dan kehidupan yang semakin kompleks mudah saja membuat
mood kita naik turun. Untuk itulah diperlukan wawasan tentang kebahagiaan agar
bisa mendampingi kita untuk selalu hidup bahagia. Sebagaimana Buddha
mengatakan bahwa 'happiness doesn't depend on who you are or what you have, it's
solely relies on what you think', maka melalui edisi kali ini diharapkan dapat
membuka pandangan secara lebih luas tentang konsep bahagia.
Jadi bagaimana, siapkah kalian menjadi bahagia melalui Eka-citta edisi L?
Temukan pembahasan menarik dan ciptakanlah bahagiamu sekarang juga. Tidak
lupa, terima kasih kepada para kontributor, sponsor, donator, serta berbagai pihak
yang turut mendukung penerbitan Eka-citta edisi ini.
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā, semoga semua makhluk hidup
berbahagia. Sādhu sādhu, sādhu.
Salam Hangat,
Tim Redaksi
1
Daftar Isi
Salam Redaksi 1
2 Daftar Isi
Artikel Utama
PURSUING HAPPINESS
Bahagia,
3
Kualitas atau Kuantitas? 7 Untaian Dhamma
Empat Kondisi :
Serba-serbi Kebahagiaan Berkondisi dan
Berita Zaman Now....Hoax? 13 Kebahagiaan tidak berkondisi
Senyummu Mengubah Duniaku 17
Film Mendatang : Abominable 24
Semua Mahluk Berhak Berbahagia 27 Liputan Kegiatan
32 Latihan Pengembangan Diri dan Spiritual 2019
34 Bakti Sosial 2019
36 Dhammasanti Trisuci Waisak 2563 BE
Galeri Foto 37
39
Pojok Kampus
Penyerangan Paham Radikalisme di PTN
Wawancara 43
Djoko Soeprijadi, S.Hut., M.Cs.
46 Hiburan
Psychology Quiz
Dhammapada Atthakhata 47
Kisah Pengantin Muda Wanita
48 Kontak Dhamma
Eka-ci a itu bule n yang sangat menarik, baik dari segi kontennya
maupun dari segi proses pembuatannya. Senang sekali saya melihat
Eka-ci a merilis edisi baru. Topik - topik yang disajikan sangat mengiku
perkembangan zaman. Konten yang disusun juga sangat menarik seper
pembahasan Dhamma, kisah-kisah, kuis, dan sebagainya. Selain itu,
konten yang disajikan telah melalui beberapa proses pengecekan, mulai
dari konten hingga tata letak sehingga lebih terpercaya. Eksistensi Eka-
ci a pun berkembang dari tahun ke tahun. Semoga kedepannya dapat
berkembang lagi dengan konten-konten yang lebih menarik lagi.
Semangat berkarya m Eka-ci a!! Viva Kamadhis!!
-Filbert Utomo
2
Artikel Utama
BAHAGIA; BICARA TENTANG KUALITAS ATAU KUANTITAS?
PURSUING HAPPINESS
bagaimanapun mereka mendefinisikan, secara garis besar jawabannya mungkin
akan sama. Apa itu? Bahagia adalah sesuatu yang kondisional. Hari ini kita bisa saja
bahagia, besok belum tentu, tergantung dari masalah apa yang mungkin datang.
Jangankan berganti hari, menit selanjutnya pun tidak ada yang dapat memastikan
apakah tawa yang baru saja kita gulirkan tidak akan menjadi sedih dan tangis.
Benarkah begitu?
Bukan manusia namanya kalau setelah berasumsi tidak akan membuat
asumsi lainnya. Setelah memunculkan jawaban dalam pikiran bahwa 'bahagia itu
kondisional', mungkin saja muncul pertanyaan berikutnya. Bisa saja yang muncul
adalah pertanyaan yang seperti pada judul. Jika sekali lirik saja, mayoritas tentu akan
menjawab 'kualitas'. Mengapa? Ya, ingat-ingat saja seperti film atau novel cinta
remaja dengan mudah sepasang kekasih saling mengatakan, “Asalkan bersamamu,
sedetik saja serasa satu abad”. Namun, mungkinkah bahagia juga bicara tentang
kuantitas? Mungkin juga bisa. Coba ingat, seringkali setiap kali kita mempunyai
masalah yang bertubi-tubi bak pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, umumnya kita
refleks mengatakan, “Kok masalah banyak banget? Kapan aku bisa bahagia sebentar
saja?” Ujaran ini jika diperhatikan mengisyaratkan tentang kuantitas bahwa semua
orang ingin bahagia terus-menerus dan tiap waktu.
Penting untuk dipahami paling mendasar adalah kita bukan sekadar
mencari jawaban saja. Sebagai makhluk yang dianugerahi akal dan pikiran, kita
memiliki beragam cara unik untuk mendefinisikan secara bijak. Jika bahagia
merupakan hal yang kondisional, hal ini dapat dimanifestasikan dalam berbagai
pengertian. Pertama, bahagia tersebut berarti baru akan dirasakan setelah ada hal
yang mengondisikan kita mampu berbahagia seperti terealisasinya kenyataan sesuai
dengan harapan. Semua orang tentu akan sangat bahagia jika yang terjadi sesuai
dengan ekspetasi seperti sukses dalam ujian akhir, pekerjaan selesai dengan
maksimal, tubuh sehat dan bisa beraktivitas bebas, memiliki keluarga yang
3
Sumber Gambar: Google Image
harmonis, memiliki teman-teman yang peduli, memiliki pekerjaan yang gemilang,
dan berbagai hal menyenangkan lainnya. Namun, permasalahannya adalah
kesemuanya itu tidak selalu berjalan dengan mulus. Sesuai dengan Hukum Anicca
bahwa segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal adanya. Lalu, apakah mungkin kita
masih dapat bahagia jika ada saja cacat dan cela dari setiap harapan yang dimiliki?
PURSUING HAPPINESS
Pertanyaan ini mengantarkan kita kepada pengertian kedua bahwa yang kondisional
dapat diatur sesuai dengan ritme pikiran kita sendiri. Sesuatu yang kondisional itu
merupakan ciri dari segala sesuatu yang terbentuk. Jika berbicara tentang konteks
kehidupan ini, sesuatu yang kondisional itu tidak hanya berbagai peristiwa yang
datang dan pergi tetapi pikiran kita juga merupakan sesuatu yang kondisional.
Sebagaimana dalam Dhammapada Bab I Yamaka Vagga (Syair Berpasangan) bahwa
'pikiran adalah pelopor, pikiran adalah pemimpin, dan pikiran adalah pembentuk',
maka berarti ada yang mampu memelopori, memimpin, dan membentuk pikiran itu
untuk menjadi berbahagia; tidak lain tidak bukan adalah diri kita sendiri.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang usaha untuk menjadi bahagia,
mungkin banyak dari kita yang berpikir kembali tentang Hukum Kesunyataan Mulia
(Cattari Ariya Saccani). Sebagai salah satu pokok ajaran agama Buddha, hukum ini
selalu berbicara tentang dukkha. Tidak heran jika sekilas membaca isi dari hukum ini,
orang akan mudah berpendapat bahwa agama Buddha adalah agama yang pesimis;
yang selalu memandang segala sesuatunya penuh dengan cacat dan cela. Lalu,
benarkah Buddha sendiri tidak pernah mengajarkan kita untuk bahagia?
Hukum Kesunyataan Mulia memang selalu mengandung kata 'dukkha' pada
setiap poinnya. Namun, ingatlah kembali bahwa sekalipun pada hukum pertama
berbunyi 'kesunyataan mulia tentang dukkha', Buddha juga memberikan petunjuk
untuk menuju akhir dukkha dan jalan untuk melenyapkan dukkha. Jalan
melenyapkan dukkha yang biasa dikenal dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan
(Ariya Atthangika Magga)—yang secara garis besar dibagi ke dalam tiga kelompok
Sila, Samadhi, dan Panna—jika dicermati secara saksama, jelas merupakan petunjuk
untuk mencapai kebahagiaan. Berawal dari pandangan benar dan pikiran benar,
seseorang akan mampu mengatur ucap, laku, tindakannya. Jalan-jalan ini bagai
sebuah domino berisi petunjuk bagaimana seseorang dengan kebijaksanaan (panna)
akan mampu mendasarkan seluruh penghidupannya secara benar hingga diakhiri
4
Sumber Gambar: www.vexels.com
diakhiri dengan konsentrasi dan perhatian yang benar.
Berpedoman pada penjelasan di atas, apakah kita sebagai manusia yang
penuh dengan keterbatasan dan kecerobohan pikiran, ucapan, maupun tindakan
akan langsung dengan mudahnya mentransformasikan delapan jalan tersebut?
Sekalipun kita berusaha untuk mengondisikan bahagia dalam setiap keadaan, realita
PURSUING HAPPINESS
yang tidak sesuai dengan cita-cita pasti akan mudah sekali untuk mengondisikan kita
menjadi tidak bahagia. Jika kita seorang yang pemarah dan berusaha untuk tenang
dalam meredam emosi, mungkin saja akan kembali berapi-api saat menemui hal
yang tidak sesuai ekspetasi. Lalu, bagaimana cara paling sederhana kita mendasari
pikiran untuk tetap tenang dan bahagia dalam kondisi apapun? Kembali lagi kepada
delapan jalan tersebut dengan memfokuskan pada jalan pertama yaitu pandangan
benar (samma dithi). Mengembangkan pandangan benar sederhananya dapat
dimaknai dengan menjaga dan mengembangan kesadaran dalam segala kondisi.
Sadar ketika kita sedih, sadar ketika kita sedang marah, sadar ketika badan bertanda-
tanda sakit, dan termasuk sadar ketika kita bahagia.
Kesadaran menjadi hal yang sangat penting untuk menjadi pedoman dalam
hidup. Berbekal kesadaran yang baik, seseorang akan mampu
Sumber Gambar: www.fourjay.org
5
berusaha mempertahankan kondisi batinnya agar tetap bahagia; tidak menjadi
lengah ketika hidup lurus-lurus saja atau tidak juga menjadi menyalahkan diri sendiri,
orang lain, dan keadaan ketika hidup menyodorkan sesuatu diluar harapan. Melalui
usaha mengembangkan kesadaran dengan mengarahkan pada pandangan benar,
seseorang akan mengalami dan merasakan sendiri proses belajar dalam
PURSUING HAPPINESS
6
Untaian Dhamma
EMPAT
KONDISI:
KEBAHAGIAAN
BERKONDISI
PURSUING HAPPINESS
DAN
KEBAHAGIAAN
TIDAK
BERKONDISI
Oleh Pratama Dharma Surya
Bahagia? Sebenarnya apa definisi dari bahagia? Banyak dari kita yang
menganggap bahagia adalah apa yang kita cita-citakan tercapai atau yang kita
inginkan dapat kita gapai, tetapi apakah benar dengan mendapatkan itu semua
kita akan benar-benar merasakan yang namanya bahagia?
7
Empat kondisi, vyagghapajja, untuk kesejahteraan rumah tangga dan
kebahagiaan di kehidupan ini. Apakah yang empat itu? Rajin dan semangat,
penuh hati-hati, sahabat yang baik, hidup sesuai kemampuan.
(Vyagghapajja Sutta-Aṅgutara Nikāya)
Tentunya kita
bertanya-tanya
mengapa keempat hal
PURSUING HAPPINESS
Jika seorang memiliki kerajinan dan memiliki semangat juang yang tinggi
dalam bekerja, maka secara tidak langsung kebutuhan mereka akan terpenuhi.
Hal ini dikarenakan mereka yang rajin tidak akan menunda pekerjaan mereka
dengan banyak beralasan mereka akan bekerja
keras, dengan bekerja keras ini mereka akan
mencapai kebahagiaan dikarenakan memiliki harta
kekayaan.
8
seseorang akan selalu waspada dalam meletakkan barang berharganya dan
dijaga dengan baik sehingga tidak mengundang niat buruk orang lain untuk
memiliki barang tersebut.
Namun, tentu saja jangan sampai sifat kehati-hatian dalam menyimpan
barang berharga ini membuat kita menjadi melekat akan harta kekayaan
tersebut, karena pada nyatanya semua yang berada di dunia ini adalah anicca
PURSUING HAPPINESS
(tidak kekal). Harta kekayaan ini nantinya hanya bisa dimanfaatkan untuk
kehidupan kita pada saat ini dan pada kehidupan ini, tapi bukan berarti juga kita
tidak menjaga harta yang kita miliki karena dengan menjaga yang sudah ada
inilah akan menunjang kebagaiaan.
9
orang dungu dan tidak bermoral kita akan mendapatkan reputasi buruk dan
mungkin saja untuk dicela.Namun, jika seorang yang batinnya sudah maju tentu
tidak ada salahnya untuk berada pada pergaulan yang kurang baik, bukan untuk
terbawa melainkan untuk membawa pengaruh baik.
10
1. Saddhāsampadā, harus mempunyai keyakinan, keyakinan terhadap
nilai-nilai luhur, keyakinan terhadap Buddha, Dhamma, Sangha.
Demi tercapainya kebahagiaan di masa yang akan datang dan demi
tercapainya Nibbana, seseorang harus memiliki keyakinan pada Sang Buddha dan
ajarannya yang sangat penting untuk dipraktikkan. Ketika seseorang
PURSUING HAPPINESS
mempraktikkan apa yang diajarkan Sang Buddha, ia dapat melihat hasilnya.
Tekadnya akan muncul dan berkembang. Kekuatan tekad tersebut akan
mengembangkan semangat dan usaha untuk mencapai tujuan. Kemudian
keyakinan dirinya secara bertahap meningkat dalam Dhamma dan Sangha.
Sebagai hasil dari latihan ini, keyakinan pada tiga permata terus tumbuh dan
berkembang.
2. Sīlasampadā, harus melakukan latihan kemoralan, y a n g m a n a
pada perumah tangga melakukan Pancasila (lima latihan moral).
Sila bukan merupakan suatu peraturan larangan, tetapi merupakan latihan
kemoralan yang bertujuan agar umat Buddha menyadari adanya akibat baik dari
hasil pelaksanaannya dan akibat buruk bila tidak melaksanakannya. Seseorang
bertanggung jawab penuh terhadap setiap perbuatannya. Pelaksanaan sila
berhubungan erat dengan melatih perbuatan melalui ucapan dan badan jasmani.
Ketika seseorang berpengetahuan luas, dia mencoba mengendalikan ucapan dan
perilakunya sebanyak yang dia bisa untuk kesejahteraan hidup. Memiliki disiplin
yang baik membantu
kesuksesan kehidupan
spiritual dengan konsentrasi
dan wawasan. Bagi seseorang
yang melaksanakan sila,
berarti ia telah membuat
dirinya maupun orang lain
merasa aman, tentram, dan
damai. Keadaan ini
merupakan kondisi yang tepat
u n t u k m e m b i n a ,
mengembangkan, dan
Sumber Gambar: Google Images
meningkatkan kemajuan serta
kesejahteraan masyarakat
dalam rangka tercapainya tujuan akhir, yaitu terealisasinya Nibbana.
11
3. Cāgasampadā, harus memiliki sifat murah hati,
kedermawanan, kasih sayang demi kebahagiaan semua makhluk tanpa adanya
perasaan iri hati dan benci.
Pengembangan caga dengan mempraktikkan kedermawanan membawa
kebahagiaan besar kepada siapapun yang murah hati. Dapat pula dengan
mengembangkan kasih sayang dengan menyatakan dalam batinnya
PURSUING HAPPINESS
Referensi :
Sobhana, 2016, Tuesday Dhamma Discussion of Los Angeles Buddhist Vihara in Pasadena,
diakses pada tanggal 17 Juli 2019, dari
h p://www.sobhana.net/contact/sinhala/dhammagaru/dh291.pdf
Thera, N., 2006, Everyman's Ethics: Four Discourses of the Buddha, transl. Kandy, Buddhist
Publica on Society.
12
serba-serbi ETC
BERITA ZAMAN NOW… HOAX?
PURSUING HAPPINESS
terkini. Yah, ini juga membuktikan bahwa manusia adalah orang yang ingin terus
menerus mencari tahu segala hal. Namun, di saat membaca headline broadcast di
WhatsApp, misalnya, berikut ini :
“Publik figur berinisial LT tertangkap kamera sedang berselingkuh
dengan seorang wanita bule.”
Coba tebak apa yang akan dilakukan manusia setelah membaca headline
berita tersebut? Saya berani menjamin untuk beberapa orang akan mudahnya
“terbakar” kemudian membagikan berita tersebut kepada semua orang karena pada
dasarnya manusia seringkali suka menyebar gosip. Nah, faktanya apa yang terjadi?
Setelah diteliti lebih lanjut, wanita bule tersebut merupakan anak dari pamannya –
dengan kata lain, sepupu – yang sedang berlibur dan ingin melepas rindu dengan
sepupunya tersebut. Cukup menarik bukan? Oleh karena itu, berita semacam di atas
tergolong atau akan menjadi berita hoax.
Menurut KBBI, hoax adalah berita bohong. Dengan kata lain, hoax adalah
berita yang menjamur luas di kehidupan masyarakat tanpa adanya bukti yang
mendukung berita tersebut. Hoax kini sedang menjadi isu yang cukup hangat di
kalangan masyarakat Indonesia. Berita semacam ini dapat menimbulkan kebencian
terhadap suatu pihak, kecemasan bahkan ketakutan yang dirasakan seseorang. Pada
13
Sumber Gambar: pinterest.com
zaman sang Buddha sendiri, hoax juga sudah cukup merajalela yang dilakukan
beberapa petapa dengan tujuan untuk menghancurkan reputasi sang Buddha dan
menyebarkan kebencian terhadap-Nya. Hal ini disebabkan oleh munculnya sikap iri
terhadap Sang Buddha yang memiliki banyak pengikut. Namun pertanyaannya,
mengapa orang sangat tega untuk menyebarkan kebohongan dan kemungkinan
PURSUING HAPPINESS
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan sebagai seorang Buddhis
dalam menanggapi hoax, yaitu:
1. Jangan mudah percaya terhadap berita tersebut
Berita yang muncul di media sosial saat ini memang berfungsi untuk
memberikan informasi terkini, tetapi meskipun berita itu berasal dari orang
terdekat, jangan langsung percaya terhadap konten berita tersebut. Kita
seharusnya jangan langsung tersulut emosi atau takut akan berita tersebut.
Sesuai dengan yang diajarkan Sang Buddha pada Kalama Sutta, Anguttara
Nikaya, Sutta Pitaka:
“Janganlah percaya begitu saja terhadap apa yang kalian dengar, hanya
karena kalian telah mendengar hal itu sejak lama. Janganlah mengikuti
14
tradisi secara membuta hanya karena hal itu telah dipraktikkan karena hal
itu telah dipraktikkan secara turun-temurun. Janganlah cepat terpancing
desas-desus, janganlah meyakini segala sesuatu hanya karena hal itu
sesuai dengan kitab suci kalian, janganlah membuat asumsi-asumsi secara
bodoh, jangan tergesa-gesa menarik kesimpulan berdasarkan apa
PURSUING HAPPINESS
yangkalian lihat dan dengar, janganlah terkecoh oleh penampakan-
penampakan luar, janganlah berpegang kuat pada pandangan atau
gagasan apa pun hanya karena kalian menyukainya, jangan menerima
segala sesuatu yang kalian pandang masuk akal sebagai fakta, dan
janganlah menyakini segala sesuatu hanya karena rasa hormat dan segan
kepada guru-guru spiritual kalian.”
Dengan kata lain, janganlah mudah kita menerima segala macam
berita atau informasi baik dari orang terdekat ataupun seorang pemuka
agama, karena bisa saja berita yang diberikan adalah tidak benar adanya.
15
terdekat atau penyebar berita tersebut agar semua orang dapatmengetahui
kebenaran sehingga intensitas dari kebencian, kecemasan, dan ketakutan
dapat berkurang. Dengan ini selain kita menumbuhkan kamma baik dalam
diri, kita juga memberikan orang lain kesempatan untuk menumbuhkan
kamma baik pula dari perbuatan kita menyebarkan kebenaran berita.
PURSUING HAPPINESS
Referensi:
Bhagavant, 2017, Cara Mengatasi “Hoax” dengan 2 Ajaran dari Agama Buddha Ini, diakses pada
tanggal 8 Juli 2019, dari https://berita.bhagavant.com/2017/01/23/cara-mengatasi-hoax-dengan-2-
ajaran-dari-agama-buddha-ini.html
Ngasiran, 2017, Bhante Pannyavaro: Jangan Ikut Menyebarkan Hoax, diakses pada tanggal 8 Juli 2019,
dari http://buddhazine.com/bhante-pannyavaro-jangan-ikut-menyebarkan-hoax/
Santacitto, n. d., Pandangan Agama Budha terhadap Penggunaan Sosial Media yang Sehat dalam
Menjaga Persaudaraan Sejati demi Memperkuat Bangsa dan Negara, diakses pada tanggal 8 Juli 2019,
dari https://www.gpibmargamulya.or.id/article/515
16
serba-serbi ETC
Senyummu Mengubah Duniaku
PURSUING HAPPINESS
romantis hingga gombalan jalanan. Namun, seberapa tepatkah kalimat ini? Apakah
sebuah senyuman sederhana benar dapat mengubah rumitnya kehidupan, atau ini
hanyalah bualan belaka? Mari kita coba bahas bersama-sama.
Umumnya, kita pada saat dilahirkan ke dunia ini adalah dalam keadaan
menangis. Kita menangis, mengeluarkan suara takut, dan mengerakkan tubuh kita
sebagai emosi dan ekspresi dari rasa ketidaknyamanan. Begitu halnya dengan
senyuman. Saat masih bayi pun kita sudah bisa tersenyum dan mengeluarkan suara
tawa sebagai wujud kegembiraan.
Semua ini berlangsung secara alami, tidak ada yang mengajarkan ini dan itu.
Senyuman pada masa-masa ini sangatlah alami dan sering dikenal dengan istilah The
Duchenne Smile. The Duchenne Smile merupakan hasil penelitian dari peneliti
Guillaume Duchenne pada abad ke-19. Dari berbagai penelitiannya, The Duchenne
Smile dihasilkan, yang secara singkat adalah sebuah ekspresi senyuman alami yang
ditandai dengan aktivitas otot wajah pada
bagian bawah pipi dan pada bagian kantong
mata.
Namun sayangnya, seiring berjalannya
waktu, kita perlahan mulai mengenal Non
Duchenne Smile atau biasa juga disebut
senyum palsu, senyum sosial, dan lain
Sumber Gambar: pluspng.com sebagainya. Senyuman ini ditandai dengan
aktivitas otot pipi bawah saja, tanpa melibatkan
otot pada bagian kantong mata. Senyum palsu ini hanya seperti gerakan
mengangkat pipi dan bibir saja. Senyuman ini dihasilkan dari
keterpaksaan dan tidak dihadirkannya perasaan senang dari dalam diri.
Umumnya kita lakukan saat kita tersenyum hanya untuk sekadar
meladeni orang, tuntutan pekerjaan, dan lainnya.
17
Dalam berbagai kasus, senyuman palsu ini
tentu sangat mudah untuk dikenali. Mulai dari
tidak adanya perubahan pada daerah kantong
mata, cara pandang, gestur tubuh, dan lain
sebagainya. Walaupun begitu, tidak menutup
PURSUING HAPPINESS
18
dipelajari karena sejujurya kita semua sudah tau, yang perlu dilakukan saat ini adalah
berlatih. Berlatih untuk menghadirkan pikiran yang senantiasa dalam kondisi
bahagia. Dengan begitu, Duchenne Smile dapat kita hadirkan dalam hari-hari kita.
Bahagia tidak perlu kita jadikan sebagai sebuah tujuan atau target yang
perlu dicapai. Kita jadikan bahagia sebagai sumber dari kehidupan kita. Bagaimana
PURSUING HAPPINESS
caranya? Kita mulai dari hal kecil dan sederhana. Sudahkah kita bersyukur atas
berbagai hal yang kita miliki? Sudahkah kita memberikan rasa hormat baik kepada
orang lain dan diri kita sendiri? Sudahkah kita arahkan pikiran kita menuju
optimisme?
Dengan menghadirkan buah-buah pikiran baik ini, saya rasa perlahan
emosi, ekspresi, gestur, kebiasaan atau bahkan pola hidup kita akan penuh dengan
senyuman. Dengan begitu senyumku mengubah duniaku, senyumku mengubah
duniamu dan senyummu mengubah duniaku.
Referensi:
Burke, C., Is Smiling Really Contagious? It Totally Is & The Science Behind The Phenomenon Is
Fascinating, diakses pada tanggal 25 Juni 2019, dari https://www.elitedaily.com/p/is-smiling-really-
contagious-it-totally-is-the-science-behind-the-phenomenon-is-fascinating-9363923.
Jarret, C., Most people can fake a genuine "Duchenne" smile, diakses pada tanggal 25 Juni 2019, dari
https://digest.bps.org.uk/2012/11/12/most-people-can-fake-a-genuine-duchenne-smile/.
Peck, D., Why Psychologists Study The Duchenne Smile, And What It Mea ns For You, diakses pada
tanggal 25 Juni 2019, dari https://www.betterhelp.com/advice/general/why-psychologists-study-the-
duchenne-smile-and-what-it-means-for-you/.
Widrich, L., The Science of Smiling: A Guide to The World's Most Powerful Gesture, diakses pada tanggal
24 Juni 2019, dari https://buffer.com/resources/the-science-of-smiling-a-guide-to-humans-most-
powerful-gesture.
19
serba-serbi ETC
Abominable
Sutradara : Jill Culton, Todd Wilderman
Penulis : Jill Culton, Dave Polsky
Pemeran : Albert Tsai, Chloe Bennet,
Sarah Paulson
Menceritakan tentang seorang remaja bernama Yi. Pada suatu hari, Yi bertemu
dengan makhluk mitologi Everest yang dikenal dengan nama Yeti di atap
apartemennya. Bersama dengan dua temannya, Jin dan Peng, mereka menamai
makhluk mitologi tersebut dengan nama “Everest”.
Yi, Jin, dan Peng kemudian terlibat dalam aksi heroik untuk mempertemukan
makhluk mitologis dengan keluarganya yang berada di puncak tertinggi
Pegunungan Himalaya. Tantangan besar mereka adalah menghadapi Burnish, pria
kaya raya yang berambisi memiliki makhluk mitologis tersebut, serta seorang ahli
zoologi bernama Dr. Zara.
Referensi:
Dreamworks, 2019, Abominable, diakses pada tanggal 20 Agustus 2019, dari
https://www.dreamworks.com/movies/abominable
IMDb, 2019, Abominable (2019), diakses pada tanggal 20 Agustus 2019, dari
https://www.imdb.com/title/tt6324278/
20
Andre Krislee, S.Ked. S1 Pendidikan Dokter
Cindy, S.Farm. S1 Farmasi
Deena Kazia, S.E. S1 Akuntansi
Delvita Denny Cung, S.H., M.Kn. S2 Kenotariatan
Dody Tansil, S.Ars. S1 Arsitektur
dr. Christine Profesi Dokter
dr. Intan Hartandy Profesi Dokter
dr. Lily Chandra Profesi Dokter
dr. Natalia Christina Angsana Profesi Dokter
dr. Susanti Mareta Anggraeni Profesi Dokter
dr. Toni Febriyanto Profesi Dokter
dr. Yoko Chairio Profesi Dokter
Febrian Kachina, S.T. S1 Teknik Nuklir
Fernando Wijaya, S.Ked. S1 Pendidikan Dokter
Filbert Utomo, S.Kom. S1 Ilmu Komputer
Fransiska Eygenio, S.Si. S1 Statistika
Graciella Alva Cristian, S.TP. S1 Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
Handi Virawan, S.Ked. S1 Pendidikan Dokter
Herlin Puspita Kuarso, S.E. S1 Akuntansi
Jekli, S. Si. S1 Biologi
Joanna Gautami Djuasa, S.Psi. S1 Psikologi
Kelvin Supriami, S.Ked. S1 Pendidikan Dokter
Kumala Paramitha, A.Md. D3 Akuntansi
Kwan, William Kurniawan, S.T. S1 Teknik Geologi
Lusi Elpina, S.KG. S1 Pendidikan Dokter Gigi
Eka-citta edisi L
PURSUING HAPPINESS
untuk hidup bahagia. Pada umumnya, cita-cita manusia dalam memperoleh
kebahagiaan yaitu mencapai kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin, keduanya
saling berkaitan sangat erat. Misalnya, memiliki suatu kekayaan yang banyak namun
tidak ada kedamaian batin, tentunya kebahagiaan juga tidak akan tercipta.
Sebaliknya pula, kebahagiaan batin tidak akan tercapai jika kesejahteraan lahir
belum terpenuhi.
Agama Buddha menyatakan bahwa sebuah “kesejahteraan” dan
“kebahagiaan” merupakan bukan dilihat dari sifat badani dan jasmani setiap
manusia. Kesejahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan
hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu ‒ yakni: Keyakinan ‒ dan penuaian
hasil dari kebajikan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti
titah batinnya.” Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan
kekuatan keyakinan (Saddhabala) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.
Kebahagiaan berada dalam jalan mencapainya dan bukan pada tujuan yang
hendak dicapai. Seperti halnya kata mutiara dari Sang
Buddha, yaitu “There is no way to happiness, happiness is
the way” yang berarti tidak ada jalan menuju kebahagiaan,
namun kebahagiaan ada dalam jalan mencapainya. “Ia
bahagia jika memiliki cita-cita yang tinggi dan mulia. Ia
bahagia jika dapat memperkaya kehidupannya,
membiarkan orang-orang lain hidup damai, memberikan
sumbangan agar dunia menjadi tempat tinggal yang lebih
baik. Ia bahagia jika pekerjaan, kewajiban, dan tugas sehari-harinya diliputi oleh
kasih sayang.”
Dalam usaha untuk mencapai hidup yang bahagia dan mempunyai arti, kita
harus melatih rasa belas kasihan dan kebijaksaan kita, dua hal yang dapat menuntun
manusia menuju puncak kesempurnaan manusiawi. Jika kita ingin mengembangkan
27
segi perasaan saja tanpa pikiran, akan membuat kita menjadi sitolol yang berhati
emas, sementara berkembangnya pikiran tanpa perasaan akan membentuk pribadi
pintar berhati batu tanpa perasaan. Menurut Sang Buddha, rasa belas kasihan dan
kebijkasanaan harus dikembangkan bersama-sama oleh manusia untuk mencapai
kebebasan. Hidup yang baik adalah hidup yang dilandasi oleh cinta dan bimbingan
PURSUING HAPPINESS
oleh pengetahuan.
28
dhamma, yang dapat menghasilkan kebahagiaan. Ketiga, Dana. Dengan
berdana kebahagiaan surgawi juga dapat dicapai. Ketika berdana kepada
orang lain/makhluk lain, maka berkah akan melimpah kepada kita semua.
Yang terakhir yaitu Panna. Dengan kebijaksanaan maka kita dapat
membedakan yang baik dan buruk, sehingga kita akan terus melakukan hal
PURSUING HAPPINESS
baik yang dapat berdampak pada kebahagiaan.
3. Kebahagiaan Paramatha (Nibbana), yang terakhir kebahagiaan paramatha
atau kebahagiaan nibbana, atau juga kebahagiaan yang sejati. Ini adalah
kebahagiaan yang paling tinggi; Nibbanam paramam Sukham. Dapat
dicapai dengan terus mensucikan pikiran baik melalui meditasi maupun
berdana atau perbuatan baik lainnya. Dan ada juga jalan mulia berunsur
delapan yaitu: Pengertian benar, Pikiran Benar, Ucapan benar, Perbuatan
benar, Mata Pencaharian benar, Usaha benar, Perhatian benar, dan
Konsentrasi benar. Hanya lewat Delapan Jalan inilah seseorang akan
merealisasikan kebahagiaan tertinggi di dalam Buddha Dharma.
Kebahagiaan meliputi unsur-unsur yang sederhana dan merupakan keadaan
pikiran. Hal ini tak dapat ditemui dalam benda-benda materi disekitar kita, seperti
harta, kekuasaan, atau popularitas. Orang-orang yang mengumpulkan harta
melebihi yang diperlukan selama hidupnya, akan kecewa pada saat mereka
menyadari bahwa semua uang didunia ini tidak dapat membeli kebahagiaan, dan
semuanya sudah terlambat. Kesenangan berlalu begitu saja dan tidak memberikan
kebahagiaan abadi. Kesenangan dapat
dibeli, tetapi kebahagiaan tidak.
Kebahagiaan berasal dari dalam diri
kita, berdasarkan kebaikan dan suara
hati. Tak seorangpun yang bahagia jika
ia tidak puas dengan dirinya sendiri.
Kebahagiaan adalah parfum yang tak
dapat kita semprotkan kepada orang-
orang lain tanpa kecipratan sedikit
untuk diri sendiri.
29
Sang Buddha juga telah menunjukkan bahwa adalah nafsu keinginan dan
kemelekatanlah yang sesungguhnya menyebabkan kita selalu merasa tidak puas,
yang menyebabkan kita menderita. Jika dapat menyadari bahwa nafsu keinginan dan
kemelekatanlah yang menyebabkan ia terperangkap dalam lingkaran samsara, maka
mereka sesungguhnya dapat membebaskan batinnya dan menjadi bahagia dalam
PURSUING HAPPINESS
hidup ini, tidak sesudah mati. Mengendalikan keinginan, maka akan bebas dari
ketidak-bahagiaan yang mungkin pernah dialami. “Aku hanya mengajarkan satu hal,
kata sang Buddha “penyebab dukkha dan jalan menuju lenyapnya dukkha. Seperti
laut yang memiliki satu rasa, begitu juga halnya dengan ajaran-Ku yang berhubungan
dengan dukkha dan lenyapnya dukkha. Aku akan menunjukkan anda jalan dari khayal
menuju nyata, dari gelap ke terang, dan dari kematian menuju kekekalan.”
Dalam kehidupan jika ingin berbahagia dan berdamai, maka membiarkan
orang lain untuk dapat hidup bahagia dan damai pula. Tanpa prinsip tersebut tidak
mungkin ada kebahagiaan dan kedamaian di dunia. Dan jangan mengharapkan
terimakasih dari orang lain. Dale Carnegie berkata, “Jika kita ingin menemukan
kebahagiaan, jangan memikirkan terimakasih dan
marilah berdana karena kepuasan yang terkandung
didalamnya.”
Referensi :
Bodhi, B., 2006, Buddha & DhammaNya, pustaka.dhammacitta.com, diakses dari
https://pustaka.dhammacitta.org/ebook/umum/buddha-dan-dhamma-nya.pdf
Sayadaw, Y.M.C., 2018, Jalan Buddha Menuju Kedamaian dan Kebahagiaan, Chanmyay Yeiktha
Meditation Centre Yangon, Myanmar
Thera, Y.M.B.K., 2012. Happiness Through Buddha Dhamma, Indonesia Theravada Buddhist Centre,
Medan
30
*Penulis berasal dari KMB Dharmavamsa Universitas Diponegoro dan merupakan
pemenang Lomba Menulis Artikel Eka-citta Edisi L.
Karangan setiap peserta Lomba Menulis Artikel Eka-citta Edisi L dapat dilihat di
ugm.id/KaranganLombaMenulisArtikelEkacitta
PURSUING HAPPINESS
TERBUKA UNTUK KONTRIBUTOR
Suka menulis? Atau punya ide untuk rubrik Hiburan?
Atau anda suka membuat komik?
Kami membuka kesempatan untuk menjadi kontributor Eka-citta Edisi LI nih!
Syarat kontributor : anggota/alumni Kamadhis UGM.
Untuk info lebih lanjut, hubungi Melia Lichwan
(WA 087881222099 / LINE ID melia.lichwan)
31
Liputan Kegiatan
Latihan Pengembangan Diri dan Spiritual 2019
Acara LPDS dikemas dengan berbagai kegiatan yang penuh manfaat dan
menarik, seperti sesi pemaparan materi oleh salah satu anggota Kamadhis angkatan
2016, Saudara Leon Tandela, dengan tema “Menanggapi Lingkungan Intoleran
dalam Perspektif Remaja Buddhis”, Forum Group Discussion (FGD) yang
dimoderatori oleh anggota Kamadhis angkatan 2018, Saudari Felice Valeria, dan
tidak lupa juga ada kegiatan yoga di sore hari. Pada hari ketiga, sebagian peserta
menemani anak-anak di sekolah minggu dan sebagian lainnya membantu
membersihkan lingkungan Vihara Tanah Putih.
32
PURSUING HAPPINESS
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
Banyak peserta yang merasa puas dengan acara ini dan tidak sedikit pula
yang memberikan feedback positif terhadap kegiatan LPDS Kamadhis UGM 2019.
“LPDS baik-baik saja,” ujar Julius, salah satu peserta LPDS Kamadhis UGM 2019.
“Mungkin yang berkesan dari LPDS ini adalah pengembangan diri mengikuti
atthasila, tapi menurut saya masih terdapat hal-hal yang membuat atthasila-nya
tidak terlaksanakan dengan baik, misalnya seperti masih adanya percakapan yang
tidak diperlukan dan lain sebagainya,” lanjut Julius.
33
Bakti Sosial 2019
Oleh William
Bakti Sosial (Baksos) merupakan kegiatan tahunan Kamadhis UGM yang
dapat diikuti oleh anggota Kamadhis UGM dengan mendaftarkan diri sebagai
volunteer. Pada tahun ini, Bakti Sosial diadakan di Desa Tempuran, Kecamatan
PURSUING HAPPINESS
Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah pada tanggal 10—12 Mei 2019
dengan tagline “Beraksi nyata, berbagi cita, merajut asa”. Mengapa Bakti Sosial harus
diadakan? “Bakti Sosial harus diadakan karena sesuai dengan visi dan misi Kamadhis,
yakni salah satunya, mempraktikkan ajaran Buddhadhamma ke internal Kamadhis
UGM dan masyarakat. Melalui baksos ini, kita dapat mempraktekkan Brahma
Vihara, yakni: Pertama, Metta (cinta kasih), kita dapat melatih metta dengan
merangkul dan membantu semua makhluk di baksos ini, tidak membedakan yang tua,
muda, rupawan, buruk rupa, kaya dan lainnya. Kedua, Karuna (Welas Asih), dengan
mengikuti atau mendukung kegiatan baksos ini, kita dapat mengembangkan Karuna,
seperti memberikan pelayanan kesehatan gratis dan lainnya. Ketiga, Mudita (turut
berbahagia), ketika kegembiraan terbagi ke masyarakat setempat dan kita turut
berbahagia akan hal tersebut, kita telah melatih mudita. Keempat, Upekkha
(keseimbangan batin), kita dapat melatih pemahaman kita bagaimana semua
perubahan hidup ini berasal dan sifat sejati diri kita sendiri. Pengalaman yang
beraneka ragam yang kita alami berasal dari kamma kita, baik itu melalui kata-kata
maupun ucapan” ujar Felix Pratama.
Bakti Sosial dimulai dengan pembukaan acara di Balairung UGM.
Pembukaan acara ini dihadiri oleh volunteer, Pembina Kamadhis UGM, dan Direktur
Kemahasiswaan UGM. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Direktur
Kemahasiswaan. Setelah itu, volunteer berangkat menggunakan bus menuju lokasi.
Namun, bus tidak dapat melewati jalan menuju desa sehingga
volunteer menggunakan pickup karena jalan yang dilalui cukup
ekstrim. Setelah sampai di desa, warga menyambut dengan hangat di
depan Vihara Buddha Metta. Kemudian, kepala wihara memberi
sambutan dan dilakukan pembagian rumah warga yang akan ditinggali
volunteer.
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
34
Esok harinya, dilakukan pembagian sembako pada pagi hari yang dilanjutkan
dengan pemberian materi kepada warga terkait dengan pemasaran hasil pertanian
yang diberikan oleh Saudara Dharmawan. Pada malam hari, dilakukan puja bakti
bersama warga di dua tempat, yaitu Vihara Buddha Metta dan Vihara Metta Karuna.
Setelah puja bakti, semua warga dan volunteer berkumpul di Vihara Buddha Metta
PURSUING HAPPINESS
untuk sharing dhamma.
Pada hari terakhir, volunteer yang menyusul sampai saat acara pelayanan
kesehatan bersamaan dengan tim medis. Namun, muncul hal yang tidak disangka
karena tiba-tiba Romo Effendie (Pembina Kamadhis UGM) datang ke desa untuk
membuka acara pelayanan kesehatan. Acara pelayanan kesehatan pun berjalan
dengan lancar yang ditutup dengan foto bersama warga, volunteer, dan tim medis.
Setelah itu, volunteer berkemas dan berpamitan dengan warga, terutama keluarga
yang rumahnya mereka tinggali untuk meninggalkan desa. “Pengalaman yang paling
berkesan itu adalah ketika masyarakat tersenyum kepada kita dan mereka mengatakan
terima kasih kepada kita, baik pada saat kita menjual sembako murah maupun
penyuluhan kesehatan. Pada kondisi tersebut lah, saya merasa telah melaksanakan
kamma baik dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat setempat,” ujar Felix
Pratama selaku volunteer.
“Bakti Sosial tahun ini berjalan dengan lancar dan baik, walaupun ada beberapa
masalah secara internal maupun eksternal, panitia bakti sosial Kamadhis UGM tahun
2019 telah bekerja baik secara maksimal dan kompak dalam mengatasi masalah-
masalah tersebut untuk menyukseskan acara ini bersama,” ujar Nathasya selaku
Ketua Panitia Bakti Sosial 2019.
35
Dhammasanti Trisuci Waisak 2563 BE
Fang Shen, dan Malam Puncak yang bertujuan untuk memperingati tiga peristiwa
penting, yaitu lahirnya Pangeran Siddharta, pencapaian pencerahan sempurna
petapa Gautama, dan parinibbana Buddha Gautama.
Rangkaian acara dimulai dengan Puja Bakti pada pukul 07.00 WIB di
Auditorium Gedung C Fakultas Filsafat UGM. Rangkaian acara kedua, yaitu Fang
Shen, diadakan di Wisdom Park UGM langsung setelah Puja Bakti selesai. Peserta
berdoa bersama kemudian melepaskan ikan lele ke Danau Lembah UGM.
36
DONOR DARAH KAMADHIS UGM
19 April 2019
Galeri Foto
PELATIHAN DESAIN
28 April 2019
DHAMMATALK
4 Mei 2019
WAISAK BOROBUDUR
18-19 Mei 2019
Pojok Kampus
Oleh Monica I.
Pada tanggal 25 Mei 2019, telah dilaksanakan seminar “Pencegahan
Radikalisme dan Penguatan Identitas Bangsa di Perguruan Tinggi”. Acara ini
PURSUING HAPPINESS
berlangsung dari pukul 08.30 – 13.00 WIB. Topik ini sendiri dibawakan oleh orang
yang memang sangat dekat dengan ranah ini. Dewasanya, topik ini dianggap penting
dikarenakan paham radikalisme mudah menyerang kalangan mahasiswa sehingga
membuat para generasi penerus bangsa terpengaruh dan menjadi “barbar”.
Dikatakan mahasiswa merupakan sasaran
empuk untuk ditanamkan bibit dari radikalisme
sendiri, stigma ini bukan tiba-tiba ada tanpa alasan.
Mahasiswa dikatakan sebagai sasaran empuk
dikarenakan mereka masih mencari jati diri mereka
selama kuliah dan para remaja yang akan menginjak
usia dewasa ini butuh pengakuan, di kala masa
transisi ini pula para mahasiswa bersifat cukup labil,
sehingga bukan sulit untuk mengiming-imingi
mereka dengan hal-hal yang mereka inginkan.
Tahun 2018 yang lalu, Hamli, sebagai
Direktur Pencegahan Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT), mengatakan
terdapat 7 perguruan tinggi yang telah terpapar
paham radikalisme, paham radikalisme ini bisa
Sumber Gambar: kisspng.com
dikatakan tumbuh subur dalam universitas-
universitas tertentu.
Di Indonesia sendiri radikalisme tumbuh dikarenakan
pandangan intoleran dari segelintir orang mengenai paham yang
mereka anut, menganggap yang mereka pegang selama inilah yang
paling benar dan yang lain adalah salah keberadaannya. Walau
sebenarnya mereka tidak pernah tahu sebenarnya ajaran “tetangga” itu
seperti apa.
39
Sifat intoleran ini biasanya timbul pada ranah keagamaan yang dampaknya
bisa sangat luas. Pandangan intoleran dapat menyebabkan terjadinya perpecahan
antar setiap masyarakat, bahkan dalam lingkup keluarga sekalipun. Hal ini
dikarenakan intoleran bukan hanya dalam agama, tetapi bisa saja intoleran timbul
karena perbedaan pendapat sehingga terjadi perpecahan, selisih paham.
PURSUING HAPPINESS
40
mereka cenderung mengaitkan dengan logika tanpa berdasarkan fakta yang ada.
Paham radikalisme yang ditanamkan pada mahasiswa bentuknya dapat bermacam-
macam adanya. Bisa saja dengan membawa isu mengenai kerukunan dalam
beragama, membuat mereka terlebih dahulu bersifat intoleran sehingga akhirnya
paham tersebut sudah melekat erat. Perekrutan juga mereka lakukan dengan
PURSUING HAPPINESS
pendekatan emosional agar target merasa dipahami dan dimengerti.
Radikalisme tentu saja tidak dapat tumbuh jika tidak terdapat hal-hal
menarik di dalamnya. Tentu saja terdapat faktor-faktor yang menyebabkan orang-
orang menjadi tertarik dalam paham radikalisme, seperti adanya pengakuan,
menyatakan dirinya eksklusif, menyatakan jika melakukan tindakan radikalisme akan
mendapatkan pahala dan sebagainya. Selain hal tersebut, radikalisme ini juga
memberi tantangan sendiri bagi pelaku untuk melakukannya, dan dengan
melakukan radikalisme ini mereka juga seolah mendapatkan kepastian, yaitu berupa
uang atau ketenaran dan juga relasi.
41
Kontribusi mahasiswa sebagai tenaga terdidik adalah dengan tidak ikut
menyebarkan informasi yang belum diketahui kepastiannya. Mahasiswa juga dapat
mensosialisasikan bahaya adanya radikalisme masyarakat, dan apa saja yang
termasuk kategori radikalisme serta ciri-ciri seseorang sudah mulai terkena paham
radikalisme.
PURSUING HAPPINESS
42
Wawancara
Sumber Gambar: Google Images
PURSUING HAPPINESS
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
43
Djoko sendiri. Eka-citta diartikan sebagai cita-cita yang sama atau pemikiran yang
tunggal, dimana nama dan arti di balik ini dimaksudkan karena pada saat tersebut
cenderung terbelah-belah antar-aliran. Sehingga dengan adanya Eka-citta
diharapkan bisa menyatukan semuanya. Eka-citta lahir juga untuk melihat
Buddhisme dalam kerangka sains, kerangka keilmuwan, karena Eka-citta lahir di
PURSUING HAPPINESS
dunia kemahasiswaan, namun tetap dikemas sebagai suatu bacaan yang ringan.
Membahas Eka-citta tentu tidak bisa terlepas dari karakter Pono dan Kamad.
Kemunculan Pono dan Kamad pun awalnya melalui peran Pak Djoko. Pono dan
Kamad sendiri sebenarnya merupakan singkatan dari Ponokawan Kamadhis, yang
diambil dari tokoh Petruk dan Gareng. “Karena Petruk itu lambang perasaan dan
Gareng lambang pikiran,” ungkap Beliau. “Sehingga harapannya dapat menjadi
pengingat untuk Kamadhis yang harmoni, karena pesan kami adalah harmoni, dan
ternyata pesan harmoni yang dibangun dengan keikhlasan ini bisa bertahan
panjang.”
Membuat Eka-citta pertama kali bukan tanpa rintangan, pada saat itu dana
yang ada sangat terbatas, bahkan awalnya dana dikumpulkan dari urunan para
pembuatnya. Pada saat itu juga Eka-citta disebarluaskan dengan di-fotokopi
sehingga yang menjadi tantangan juga adalah bagaimana membuat desain hitam
putih menjadi menarik, dan dahulu pun desain masih dibuat manual dengan
digambar tangan sendiri. Pada saat itu, Pak Djoko lah yang membuat desain dan
mengatur tata letak. Pada awalnya, Eka-citta hanya terdiri dari 12 hingga 16 halaman
saja. Namun, lama-kelamaan, banyak orang yang mulai ikut menyumbang untuk Eka-
citta, banyak diantaranya yang sampai menunggu dan bertanya kapan kemunculan
Eka-citta edisi selanjutnya, bahkan ada yang sampai mengoleksi seluruh edisi Eka-
citta yang diterbitkan.
Saat ditanya mengenai hal yang paling menarik dan dikenang selama aktif
mengurus Eka-citta, Pak Djoko menjawab bahwa pengerjaan Eka-citta pertama
hingga terakhir semuanya menarik, namun mungkin ada 2 hal yang terus dikenang.
Pertama, awal mula munculnya rubrik halaman tanda baca, karena sebenarnya
halaman tersebut merupakan halaman kosong yang sampai akhir mendekati waktu
terbit bingung akan diisi konten jenis apa, sehingga akhirnya tercetus ide untuk
membuat tanda tanya besar dan diberi makna, saat itu mengingatkan bahwa hidup
44
perlu ada peringatan. Berawal dari sini lah, akhirnya di setiap edisi Eka-citta awal ada
halaman tanda baca, di mana berbagai simbol seperti tanda baca diberi makna. Hal
kedua adalah pembuatan Pono Kamad, karena Pak Djoko sendiri yang menggambar
Pono Kamad pertama kali.
Pak Djoko sangat bangga dan senang masih ada yang meneruskan penerbitan
PURSUING HAPPINESS
Eka-citta, dan juga terharu Pono Kamad masih muncul hingga saat ini. Beliau tidak
menyangka sama sekali bahwa Eka-citta masih terbit, bahkan sekarang telah
mencapai 50 edisi. Menurut Beliau, Eka-citta bisa bertahan selama ini sudah
termasuk prestasi. “Saya kira tinggal kenangan, tapi rupanya sampai edisi 50. Luar
biasa. Saya sangat berterima kasih, salut untuk kalian,” ungkap Beliau.
Pak Djoko berharap Eka-citta akan dapat terus bertumbuh lebih baik, dan juga
bisa ke arah yang scientific, mengingat bahwa Buddhisme sendiri juga sebenarnya
bersifat scientific. Beliau juga melihat kedepannya Eka-citta sangat mungkin untuk
berkembang dengan merambah ke media baru yaitu video, dengan membuat
channel Eka-citta melalui platform Youtube, sehingga di dalamnya dapat membawa
pesan-pesan Buddhis yang simpel, sederhana tetapi dapat diterapkan untuk semua
orang.
Melihat tema yang diusung Eka-citta edisi 50 ini yaitu happiness, jika ditanya
apakah kebahagiaan bagi Pak Djoko, Beliau menjawab, “Kebahagiaan saya saat ini
yang paling signifikan adalah bertahannya Eka-citta.” Terima kasih Pak Djoko!
45
hiburan
Psychology Quiz
Apakah anda bahagia dengan kehidupan anda saat ini? Jawablah 5 pernyataan di
bawah ini dengan memberi nilai 1 sampai 7 dengan 1 artinya sangat tidak setuju dan
7 artinya sangat setuju.
PURSUING HAPPINESS
4. Saya telah mendapatkan hal-hal yang saya anggap penting dalam hidup saya.
Skor: ……
5. Jika saya bisa mengulang lagi kehidupan saya, saya tidak akan mengubah apa
pun. Skor: ……
Referensi:
Diener, E., n.d., Satisfaction with Life Scale, diakses pada tanggal 26 Juli 2019, dari
http://www.oprah.com/oprahshow/are-you-satisfied-with-life-and-happiness-test_1
46
Dhammapada Atthakhata
Kisah Pengantin Muda Wanita
Pada hari pernikahan seorang wanita muda, orang tua pengantin wanita
mengundang Sang Buddha dan delapan puluh bhikkhu untuk menerima dana
makanan. Melihat si gadis di rumahnya mempersembahkan makanan, pengantin
PURSUING HAPPINESS
pria sangat gembira dan dia dapat sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan
Sang Buddha dan bhikkhu-bhikkhu lainnya. Sang Buddha mengetahui dengan pasti
perasaan pengantin laki-laki itu. Pada saat itu, pengantin laki-laki dan pengantin
wanita sudah siap untuk mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Dengan kemampuan batin luar biasa-Nya, Sang Buddha membuat pengantin
wanita tidak tampak oleh pengantin laki-laki. Saat laki-laki muda itu tidak lagi melihat
pengantin wanita, dia dapat mencurahkan perhatiannya kepada Sang Buddha
sehingga hormatnya kepada Sang Buddha bertambah kuat.
Kemudian Sang Buddha berkata pada laki-laki muda itu, “O anak muda, tidak
ada api yang menyamai nafsu, tidak ada kejahatan yang menyamai marah dan benci,
tidak ada penderitaan yang menyamai kemelekatan lima kelompok kehidupan
(khandha), tidak ada kebahagiaan yang menyamai 'Kedamaian Abadi' (nibanna).”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 202 berikut:
Tiada api yang menyamai nafsu; tidak ada kejahatan yang
menyamai kebencian; tidak ada penderitaan yang menyamai kelompok
kehidupan (khandha); dan tidak ada kebahagiaan yang lebih tinggi dari
'Kedamaian Abadi' (nibanna).
Pengantin laki-laki maupun pengantin wanita mencapai tingkat kesucian
sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Referensi:
Tim Penerjemah Vidyasena, 1997, Dhammapada Atthakatha, Vidyasena, Yogyakarta.
47
Kontak Dhamma
Apakah se ap orang ke ka
terlahir pas mempunyai dosa,
lobha, dan moha?
Kalau se ap orang (100 %), jawabannya dak.
Tergantung pada karmaphala yang dibawa
vinnana saat pertama pertemuan sperma dan
ovum. Pengecualian untuk yang terlahir
Sumber Gambar : Google Images
sebahai Bodhisa va.
Bijaksana atau dak sangat tergantung kepada Cetana atau niat dan tekad sang
kakek. Jika niatnya dak ingin menghabiskan harta untuk dirinya, tetapi untuk
kepen ngan anak cucu dan masyarakat lain yang mebutuhkan, apalagi dengan
dilandasi me a tentu sangat bijaksana.
Semua pertanyaan beserta jawaban yang masuk di edisi ini
dapat dilihat di ugm.id/KontakDhammaEkacittaEdisiL
48
Anumodana
Tim Eka-citta mengucapkan
terima kasih kepada para donatur.
Cetak Buletin Eka-citta (52 hlm. 100 eksemplar full color , @17.200,00) Rp 1.720.000
Jasa desainer Rp 500.000
Cetak pop-up Rp 32.300
Sub-Total Pengeluaran Rp 2.252.300,00
Namo Buddhaya
ugm.id/ForumAspirasiEkacittaEdisiL
Terima Kasih.
“Masa Lalu bisa saja membuatmu
terluka , namun bagaimana caramu
mengambil hikmahnya, kita bisa
belajar dari masa lalu”
EDISI L/AGUSTUS/2019