Anda di halaman 1dari 52

TERSENYUMLAH DAN SATU LANGKAH KEBAHAGIAAN TELAH DIMULAI

SEJARAH
KAMADHIS UGM
Kamadhis UGM (Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Gadjah Mada) adalah sebuah
organisasi yang bersifat kerohanian, mencakup sikap dan kepedulian mahasiswa Buddhis
UGM terhadap dinamika kampus UGM, dinamika kehidupan sosial (bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara), dan dinamika kehidupan individual sebagai wujud
implementasi Buddhadhamma. Kamadhis UGM berfungsi sebagai wadah, penyalur
aspirasi, perencana, dan pelaksana kegiatan Buddhis UGM. Organisasi ini berdiri sejak
tanggal 6 September 1990.

EKA-CITTA

Eka-ci a diterbitkan pertama kali pada bulan September 1995. Awalnya, penerbitan
Eka-ci a merupakan salah satu program kerja Bidang Dhamma dan Pendidikan
Kamadhis UGM. Pada tahun 2011, Eka-ci a dipisah dari Bidang Dhamma dan Pendidikan
dan menjadi suatu Badan Semi Otonom supaya lebih berfokus dalam penerbitan bule n
Eka-ci a.

: Kamadhis UGM
: kamadhis_ugm
: @uhp2234o

KRITIK DAN SARAN : @KamadhisUGM


ec.kamadhisugm@gmail.com : kamadhis.ukm.ugm.ac.id

Donasi
Rekening BCA 0372551648 a.n. J Effendi SU IR
Beri kode akhiran 8 (Contoh : Rp 100.008,00)
Konfirmasi kepada Cherla Safhira
Line :cherlasafhira WA/SMS : +6287868585568
Salam Redaksi
Namo Buddhaya,
Halo para pembaca! Apakah hari ini kalian bahagia? Apakah setiap waktu
kalian selalu merasa bahagia? Setiap orang umumnya akan mempunyai perspektif
bahagia yang berbeda-beda. Banyak uang, jabatan tinggi, pekerjaan sempurna,
pasangan setia, keluarga harmonis, teman banyak, tubuh sehat. Begitukah bahagia?
Jika salah satunya tidak terpenuhi, apakah langsung begitu saja kita menjadi tidak
bahagia?

PURSUING HAPPINESS
Pembahasan tentang 'bahagia' menjadi sesuatu yang menarik. Dewasa ini,
tantangan zaman dan kehidupan yang semakin kompleks mudah saja membuat
mood kita naik turun. Untuk itulah diperlukan wawasan tentang kebahagiaan agar
bisa mendampingi kita untuk selalu hidup bahagia. Sebagaimana Buddha
mengatakan bahwa 'happiness doesn't depend on who you are or what you have, it's
solely relies on what you think', maka melalui edisi kali ini diharapkan dapat
membuka pandangan secara lebih luas tentang konsep bahagia.
Jadi bagaimana, siapkah kalian menjadi bahagia melalui Eka-citta edisi L?
Temukan pembahasan menarik dan ciptakanlah bahagiamu sekarang juga. Tidak
lupa, terima kasih kepada para kontributor, sponsor, donator, serta berbagai pihak
yang turut mendukung penerbitan Eka-citta edisi ini.
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā, semoga semua makhluk hidup
berbahagia. Sādhu sādhu, sādhu.

Salam Hangat,
Tim Redaksi

PELINDUNG PENANGGUNG JAWAB KONTRIBUTOR


Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. Vivin Purnamawati Luis Tanoto
Monica Inggrini
PEMBINA PEMIMPIN UMUM Pratama Dharma Surya
Dr. Dr. Ir. Effendie Tanumihardja, S.U., M.M. Cherla Safhira Ryan Kurnia
Dr. Endang Soelistiyowati, S.Pd., M.Pd. Yuni Adhita Silavati

REDAKSI DESAIN DAN TATA LETAK PEMASARAN DAN KEMITRAAN


Melia Lichwan (Pimpinan) Danniel Yuwono (Koordinator) Louis Wili Wijaya (Koordinator)
Adhitya Pratama Putra Antoni Sudibjo Julius Cipta Jaya
Novirene Tania Chelsea Ciandry Riadi
Sherine Devi Sutomo Pratama Dharma Surya Shania Angelina
William Vincent Sinarta

1
Daftar Isi

Salam Redaksi 1

2 Daftar Isi
Artikel Utama
PURSUING HAPPINESS

Bahagia,
3
Kualitas atau Kuantitas? 7 Untaian Dhamma
Empat Kondisi :
Serba-serbi Kebahagiaan Berkondisi dan
Berita Zaman Now....Hoax? 13 Kebahagiaan tidak berkondisi
Senyummu Mengubah Duniaku 17
Film Mendatang : Abominable 24
Semua Mahluk Berhak Berbahagia 27 Liputan Kegiatan
32 Latihan Pengembangan Diri dan Spiritual 2019
34 Bakti Sosial 2019
36 Dhammasanti Trisuci Waisak 2563 BE
Galeri Foto 37
39
Pojok Kampus
Penyerangan Paham Radikalisme di PTN
Wawancara 43
Djoko Soeprijadi, S.Hut., M.Cs.

46 Hiburan
Psychology Quiz
Dhammapada Atthakhata 47
Kisah Pengantin Muda Wanita

48 Kontak Dhamma

Eka-ci a itu bule n yang sangat menarik, baik dari segi kontennya
maupun dari segi proses pembuatannya. Senang sekali saya melihat
Eka-ci a merilis edisi baru. Topik - topik yang disajikan sangat mengiku
perkembangan zaman. Konten yang disusun juga sangat menarik seper
pembahasan Dhamma, kisah-kisah, kuis, dan sebagainya. Selain itu,
konten yang disajikan telah melalui beberapa proses pengecekan, mulai
dari konten hingga tata letak sehingga lebih terpercaya. Eksistensi Eka-
ci a pun berkembang dari tahun ke tahun. Semoga kedepannya dapat
berkembang lagi dengan konten-konten yang lebih menarik lagi.
Semangat berkarya m Eka-ci a!! Viva Kamadhis!!

-Filbert Utomo

2
Artikel Utama
BAHAGIA; BICARA TENTANG KUALITAS ATAU KUANTITAS?

Oleh Novirene Tania


Jika mendengar atau membaca kata yang disebut 'bahagia', akan
bermacam-macam pikiran yang dibentuk oleh masing-masing orang. Lazimnya,

PURSUING HAPPINESS
bagaimanapun mereka mendefinisikan, secara garis besar jawabannya mungkin
akan sama. Apa itu? Bahagia adalah sesuatu yang kondisional. Hari ini kita bisa saja
bahagia, besok belum tentu, tergantung dari masalah apa yang mungkin datang.
Jangankan berganti hari, menit selanjutnya pun tidak ada yang dapat memastikan
apakah tawa yang baru saja kita gulirkan tidak akan menjadi sedih dan tangis.
Benarkah begitu?
Bukan manusia namanya kalau setelah berasumsi tidak akan membuat
asumsi lainnya. Setelah memunculkan jawaban dalam pikiran bahwa 'bahagia itu
kondisional', mungkin saja muncul pertanyaan berikutnya. Bisa saja yang muncul
adalah pertanyaan yang seperti pada judul. Jika sekali lirik saja, mayoritas tentu akan
menjawab 'kualitas'. Mengapa? Ya, ingat-ingat saja seperti film atau novel cinta
remaja dengan mudah sepasang kekasih saling mengatakan, “Asalkan bersamamu,
sedetik saja serasa satu abad”. Namun, mungkinkah bahagia juga bicara tentang
kuantitas? Mungkin juga bisa. Coba ingat, seringkali setiap kali kita mempunyai
masalah yang bertubi-tubi bak pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, umumnya kita
refleks mengatakan, “Kok masalah banyak banget? Kapan aku bisa bahagia sebentar
saja?” Ujaran ini jika diperhatikan mengisyaratkan tentang kuantitas bahwa semua
orang ingin bahagia terus-menerus dan tiap waktu.
Penting untuk dipahami paling mendasar adalah kita bukan sekadar
mencari jawaban saja. Sebagai makhluk yang dianugerahi akal dan pikiran, kita
memiliki beragam cara unik untuk mendefinisikan secara bijak. Jika bahagia
merupakan hal yang kondisional, hal ini dapat dimanifestasikan dalam berbagai
pengertian. Pertama, bahagia tersebut berarti baru akan dirasakan setelah ada hal
yang mengondisikan kita mampu berbahagia seperti terealisasinya kenyataan sesuai
dengan harapan. Semua orang tentu akan sangat bahagia jika yang terjadi sesuai
dengan ekspetasi seperti sukses dalam ujian akhir, pekerjaan selesai dengan
maksimal, tubuh sehat dan bisa beraktivitas bebas, memiliki keluarga yang

3
Sumber Gambar: Google Image
harmonis, memiliki teman-teman yang peduli, memiliki pekerjaan yang gemilang,
dan berbagai hal menyenangkan lainnya. Namun, permasalahannya adalah
kesemuanya itu tidak selalu berjalan dengan mulus. Sesuai dengan Hukum Anicca
bahwa segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal adanya. Lalu, apakah mungkin kita
masih dapat bahagia jika ada saja cacat dan cela dari setiap harapan yang dimiliki?
PURSUING HAPPINESS

Pertanyaan ini mengantarkan kita kepada pengertian kedua bahwa yang kondisional
dapat diatur sesuai dengan ritme pikiran kita sendiri. Sesuatu yang kondisional itu
merupakan ciri dari segala sesuatu yang terbentuk. Jika berbicara tentang konteks
kehidupan ini, sesuatu yang kondisional itu tidak hanya berbagai peristiwa yang
datang dan pergi tetapi pikiran kita juga merupakan sesuatu yang kondisional.
Sebagaimana dalam Dhammapada Bab I Yamaka Vagga (Syair Berpasangan) bahwa
'pikiran adalah pelopor, pikiran adalah pemimpin, dan pikiran adalah pembentuk',
maka berarti ada yang mampu memelopori, memimpin, dan membentuk pikiran itu
untuk menjadi berbahagia; tidak lain tidak bukan adalah diri kita sendiri.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang usaha untuk menjadi bahagia,
mungkin banyak dari kita yang berpikir kembali tentang Hukum Kesunyataan Mulia
(Cattari Ariya Saccani). Sebagai salah satu pokok ajaran agama Buddha, hukum ini
selalu berbicara tentang dukkha. Tidak heran jika sekilas membaca isi dari hukum ini,
orang akan mudah berpendapat bahwa agama Buddha adalah agama yang pesimis;
yang selalu memandang segala sesuatunya penuh dengan cacat dan cela. Lalu,
benarkah Buddha sendiri tidak pernah mengajarkan kita untuk bahagia?
Hukum Kesunyataan Mulia memang selalu mengandung kata 'dukkha' pada
setiap poinnya. Namun, ingatlah kembali bahwa sekalipun pada hukum pertama
berbunyi 'kesunyataan mulia tentang dukkha', Buddha juga memberikan petunjuk
untuk menuju akhir dukkha dan jalan untuk melenyapkan dukkha. Jalan
melenyapkan dukkha yang biasa dikenal dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan
(Ariya Atthangika Magga)—yang secara garis besar dibagi ke dalam tiga kelompok
Sila, Samadhi, dan Panna—jika dicermati secara saksama, jelas merupakan petunjuk
untuk mencapai kebahagiaan. Berawal dari pandangan benar dan pikiran benar,
seseorang akan mampu mengatur ucap, laku, tindakannya. Jalan-jalan ini bagai
sebuah domino berisi petunjuk bagaimana seseorang dengan kebijaksanaan (panna)
akan mampu mendasarkan seluruh penghidupannya secara benar hingga diakhiri

4
Sumber Gambar: www.vexels.com
diakhiri dengan konsentrasi dan perhatian yang benar.
Berpedoman pada penjelasan di atas, apakah kita sebagai manusia yang
penuh dengan keterbatasan dan kecerobohan pikiran, ucapan, maupun tindakan
akan langsung dengan mudahnya mentransformasikan delapan jalan tersebut?
Sekalipun kita berusaha untuk mengondisikan bahagia dalam setiap keadaan, realita

PURSUING HAPPINESS
yang tidak sesuai dengan cita-cita pasti akan mudah sekali untuk mengondisikan kita
menjadi tidak bahagia. Jika kita seorang yang pemarah dan berusaha untuk tenang
dalam meredam emosi, mungkin saja akan kembali berapi-api saat menemui hal
yang tidak sesuai ekspetasi. Lalu, bagaimana cara paling sederhana kita mendasari
pikiran untuk tetap tenang dan bahagia dalam kondisi apapun? Kembali lagi kepada
delapan jalan tersebut dengan memfokuskan pada jalan pertama yaitu pandangan
benar (samma dithi). Mengembangkan pandangan benar sederhananya dapat
dimaknai dengan menjaga dan mengembangan kesadaran dalam segala kondisi.
Sadar ketika kita sedih, sadar ketika kita sedang marah, sadar ketika badan bertanda-
tanda sakit, dan termasuk sadar ketika kita bahagia.
Kesadaran menjadi hal yang sangat penting untuk menjadi pedoman dalam
hidup. Berbekal kesadaran yang baik, seseorang akan mampu
Sumber Gambar: www.fourjay.org

untuk mengontrol tindak lakunya. Saat kita sadar bahwa


sedang dalam amarah, kita akan berlatih untuk menghindari
diri dari orang lain agar kemarahan kita tidak meluap-luap
kepada orang lain. Saat kita sadar bahwa tubuh kita memberi
sinyal seperti akan sakit, kita akan berusaha meluangkan
waktu kita untuk istirahat lebih banyak dari biasanya dan
makan lebih bergizi. Pun begitu kita sedang bahagia, kita jaga
kebahagiaan itu agar tidak menjadi sesuatu yang melekat. Semuanya ini, dengan
mencoba mengembangkan kesadaran, kita akan lebih mudah menerima setiap
apapun yang terjadi dengan tetap bersyukur dan berpikir positif.

Lalu, coba kita kembali ke judul, sudahkah kamu menemukan jawabannya?

Setiap orang tentu mempunyai tolok ukur kebahagiaan yang berbeda-beda.


Hal tersebut tidak menjadi masalah dengan syarat asalkan seseorang selalu

5
berusaha mempertahankan kondisi batinnya agar tetap bahagia; tidak menjadi
lengah ketika hidup lurus-lurus saja atau tidak juga menjadi menyalahkan diri sendiri,
orang lain, dan keadaan ketika hidup menyodorkan sesuatu diluar harapan. Melalui
usaha mengembangkan kesadaran dengan mengarahkan pada pandangan benar,
seseorang akan mengalami dan merasakan sendiri proses belajar dalam
PURSUING HAPPINESS

pendewasaan mental. Ini merupakan proses belajar. Sungguh-sungguh sebagai


proses belajar. Ketika sekali kita mendapatkan manfaat dengan mengembangkan
kesadaran, kita akan memperoleh kualitas bahagia yang paling sesuai untuk kita. Bila
hal ini terus dikembangkan, tentu kita akan mampu menciptakan kebahagiaan yang
terus-menerus sehingga kebahagiaan itu tidak hanya untuk kita tetapi juga dapat
dirasakan oleh makhluk lain di sekitar kita. Jadi, tunggu apa lagi?
Ciptakan setidaknya satu kebahagiaan setiap harinya, maka dunia juga akan
berbahagia lebih dari yang kamu pikirkan. Sebab, kebahagiaan itu bukan dicari dan
ditemukan, tetapi diciptakan. Semoga selalu berbahagia.

Sumber Gambar: pluspng.com

6
Untaian Dhamma

EMPAT
KONDISI:
KEBAHAGIAAN
BERKONDISI

PURSUING HAPPINESS
DAN
KEBAHAGIAAN
TIDAK
BERKONDISI
Oleh Pratama Dharma Surya

Bahagia? Sebenarnya apa definisi dari bahagia? Banyak dari kita yang
menganggap bahagia adalah apa yang kita cita-citakan tercapai atau yang kita
inginkan dapat kita gapai, tetapi apakah benar dengan mendapatkan itu semua
kita akan benar-benar merasakan yang namanya bahagia?

“Cattārome, vyagghapajja, dhammā kulaputtassa


diṭṭhadhammahitāya saṃvattanti
diṭṭhadhammasukhāya. Katame cattāro?
Uṭṭhānasampadā, ārakkhasampadā,
kalyāṇamittatā, samajīvitā”

Lalu sebenarnya bahagia itu apa? Bagaimana cara kita agar


dapat bahagia baik di masa kini maupun masa yang akan datang?
Apakah mungkin bagi kita untuk mendapatkan kebahagiaan itu?

7
Empat kondisi, vyagghapajja, untuk kesejahteraan rumah tangga dan
kebahagiaan di kehidupan ini. Apakah yang empat itu? Rajin dan semangat,
penuh hati-hati, sahabat yang baik, hidup sesuai kemampuan.
(Vyagghapajja Sutta-Aṅgutara Nikāya)
Tentunya kita
bertanya-tanya
mengapa keempat hal
PURSUING HAPPINESS

itu dapat membuat


kebahagiaan pada
masa kini.

1. Uṭṭhānasampadā, rajin dan semangat di dalam


bekerja mencari nafkah

Jika seorang memiliki kerajinan dan memiliki semangat juang yang tinggi
dalam bekerja, maka secara tidak langsung kebutuhan mereka akan terpenuhi.
Hal ini dikarenakan mereka yang rajin tidak akan menunda pekerjaan mereka
dengan banyak beralasan mereka akan bekerja
keras, dengan bekerja keras ini mereka akan
mencapai kebahagiaan dikarenakan memiliki harta
kekayaan.

2. Ārakkhasampadā, penuh hati-hati

Seseorang yang melakukan


kegiatannya dengan penuh hati-hati
dan dengan perhatian maka secara
langsung dia telah melakukan tindakan
untuk mempertahankan kebahagiaanya. Mengapa demikian? Hal
ini dikarenakan seorang yang penuh dengan hati – hati dalam
bertindak akan selalu waspada dan tidak lalai. Kebahagiaan yang
dimaksud disini contohnya dalam mempertahankan kekayaannya,
Sumber Gambar: pluspng.com

8
seseorang akan selalu waspada dalam meletakkan barang berharganya dan
dijaga dengan baik sehingga tidak mengundang niat buruk orang lain untuk
memiliki barang tersebut.
Namun, tentu saja jangan sampai sifat kehati-hatian dalam menyimpan
barang berharga ini membuat kita menjadi melekat akan harta kekayaan
tersebut, karena pada nyatanya semua yang berada di dunia ini adalah anicca

PURSUING HAPPINESS
(tidak kekal). Harta kekayaan ini nantinya hanya bisa dimanfaatkan untuk
kehidupan kita pada saat ini dan pada kehidupan ini, tapi bukan berarti juga kita
tidak menjaga harta yang kita miliki karena dengan menjaga yang sudah ada
inilah akan menunjang kebagaiaan.

3. Kalyāṇamittatā, teman yang baik dan tidak bergaul


dengan orang yang tidak baik
Pada zaman modern ini banyak dari kita yang pasti saling bergantung satu
sama lain, karena manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Dalam suatu
pergaulan, kita hendaknya berteman dengan orang yang baik seperti halnya
ketika kita berteman dengan penjual minyak wangi sekurang-kurangnya kita
akan ikut merasakan dan mencium bau wangi tersebut hal ini sama halnya jika
kita bergaul dengan orang baik maka kita akan mendapatkan dampak positif
yang dibawa orang tersebut.
Hal di atas berkebalikan jika kita berteman dengan orang yang membawa
dampak negatif, misalnya saja, jika kita berteman dengan orang yang boros
maka kita akan menghabiskan harta kita dengan sia-sia, tanpa kita sadari harta
yang telah kita kumpulkan juga akan habis nantinya. Hal ini dikarenakan bisa saja
teman kita ini hanya berteman untuk memanfaatkan kekayaan yang kita miliki.
Seperti rumput alang-
alang yang dipakai
membungkus ikan busuk
akan ikut berbau busuk,
pernyataan diatas sama
saja seperti jika kita
bergaul dengan

Sumber Gambar: pluspng.com

9
orang dungu dan tidak bermoral kita akan mendapatkan reputasi buruk dan
mungkin saja untuk dicela.Namun, jika seorang yang batinnya sudah maju tentu
tidak ada salahnya untuk berada pada pergaulan yang kurang baik, bukan untuk
terbawa melainkan untuk membawa pengaruh baik.

4. Samajīvitā, harus dapat hidup sesuai dengan batas-batas


kemampuannya
PURSUING HAPPINESS

Dapat menjalankan kehidupan


yang sesuai dan seimbang dengan
penghasilan yang diperoleh tidak
bersifat boros tetapi juga tidak bersifat
kikir.
Jika seorang dalam kehidupannya
bersifat boros, mengeluarkan untuk hal
yang tidak perlu dan tidak membawa
m a nfa at h i n g ga m e n g h a b i s ka n
penghasilannya secara cepat, tidak
menutup kemungkinann nantinya Sumber Gambar: pluspng.com

orang ini akan terlilit hutang ,


diakibatkan apa yang dikeluarkan lebih besar daripada yang dihasilkan. Hutang
yang terus ditanam tentu saja akan menimbulkan berbagai masalah, entah itu
dalam pergaulan maupun dalam rumah tangga.
Tidak boros juga bukan berarti kita tidak ingin berbagi kepada orang
lain(kikir), karena jika kita terus berhemat tanpa ada niatan berbagi, rasa hemat
ini akan berubah menjadi kemelekatan dengan harta yang dimiliki. Ada baiknya
harta yang kita miliki tetap kita sisihkan untuk berbuat kebajikan sebagai dana,
dan akhirnya kita dapat hidup sesuai batas tanpa melebihi kemampuan tetapi kita
juga tidak lupa untuk berbuat kebajikan kepada sesama.
“Cattārome, vyagghapajja, dhammā kulaputtassa samparāyahitāya
saṃvattanti samparāyasukhāya. Katame cattāro? Saddhāsampadā,
sīlasampadā, cāgasampadā, paññāsampadā”
Empat kondisi, vyagghapajja, untuk kesejahteraan rumah
tangga dan kebahagiaan di masa yang akan datang. Apakah yang
empat itu? Keyakinan, moralitas, kemurahan hati, kebijaksanaan.
(Vyagghapajja Sutta-Aṅgutara Nikāya)

Keempat hal itu dapat menciptakan kesejahteraan dan


kebahagiaan di masa yang akan datang. Mengapa demikian?

10
1. Saddhāsampadā, harus mempunyai keyakinan, keyakinan terhadap
nilai-nilai luhur, keyakinan terhadap Buddha, Dhamma, Sangha.
Demi tercapainya kebahagiaan di masa yang akan datang dan demi
tercapainya Nibbana, seseorang harus memiliki keyakinan pada Sang Buddha dan
ajarannya yang sangat penting untuk dipraktikkan. Ketika seseorang

PURSUING HAPPINESS
mempraktikkan apa yang diajarkan Sang Buddha, ia dapat melihat hasilnya.
Tekadnya akan muncul dan berkembang. Kekuatan tekad tersebut akan
mengembangkan semangat dan usaha untuk mencapai tujuan. Kemudian
keyakinan dirinya secara bertahap meningkat dalam Dhamma dan Sangha.
Sebagai hasil dari latihan ini, keyakinan pada tiga permata terus tumbuh dan
berkembang.
2. Sīlasampadā, harus melakukan latihan kemoralan, y a n g m a n a
pada perumah tangga melakukan Pancasila (lima latihan moral).
Sila bukan merupakan suatu peraturan larangan, tetapi merupakan latihan
kemoralan yang bertujuan agar umat Buddha menyadari adanya akibat baik dari
hasil pelaksanaannya dan akibat buruk bila tidak melaksanakannya. Seseorang
bertanggung jawab penuh terhadap setiap perbuatannya. Pelaksanaan sila
berhubungan erat dengan melatih perbuatan melalui ucapan dan badan jasmani.
Ketika seseorang berpengetahuan luas, dia mencoba mengendalikan ucapan dan
perilakunya sebanyak yang dia bisa untuk kesejahteraan hidup. Memiliki disiplin
yang baik membantu
kesuksesan kehidupan
spiritual dengan konsentrasi
dan wawasan. Bagi seseorang
yang melaksanakan sila,
berarti ia telah membuat
dirinya maupun orang lain
merasa aman, tentram, dan
damai. Keadaan ini
merupakan kondisi yang tepat
u n t u k m e m b i n a ,
mengembangkan, dan
Sumber Gambar: Google Images
meningkatkan kemajuan serta
kesejahteraan masyarakat
dalam rangka tercapainya tujuan akhir, yaitu terealisasinya Nibbana.

11
3. Cāgasampadā, harus memiliki sifat murah hati,
kedermawanan, kasih sayang demi kebahagiaan semua makhluk tanpa adanya
perasaan iri hati dan benci.
Pengembangan caga dengan mempraktikkan kedermawanan membawa
kebahagiaan besar kepada siapapun yang murah hati. Dapat pula dengan
mengembangkan kasih sayang dengan menyatakan dalam batinnya
PURSUING HAPPINESS

(merenungkan) sebagai berikut: "Semoga semua makhluk berbahagia, bebas


dari penderitaan, kebencian, kesakitan, dan kesukaran. Semoga mereka dapat
mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri."
4. Paññāsampadā, kebijaksanaan, harus melatih dan
mengembangkan kebijaksanaan.
Kebijaksanaan membantu kita untuk mengatasi penderitaan dan mencapai
pembebasan dari kekotoran batin. Kebijaksanaan sangat dipuji dalam agama
Buddha sebagai cahaya terang dan permata. Kebijaksanaan harus ditingkatkan
dari awal hingga akhir ke tingkat maksimum dari jalan pencerahan. Karena itu
agama Buddha selalu membimbing kita untuk mendapatkan kebijaksanaan
melalui semua jenis nasihat yang dijelaskan oleh Buddha tertinggi sepanjang
hidupnya.
Kebijaksanaan, timbul dan padamnya segala sesuatu yang berkondisi; atau
pandangan terang yang bersih dan benar terhadap segala sesuatu yang
berkondisi, yang membawa ke arah terhentinya penderitaan. Kebijaksanaan
tidak hanya sekedar teori, tetapi pengalaman dan penghayatan. Panna berkaitan
erat dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan.
Singkatnya, ia mengetahui dan mengerti tentang: masalah yang dihadapi,
timbulnya penyebab masalah itu, masalah itu dapat dipadamkan diatasi, dan
cara untuk memadamkan penyebab masalah itu.
Melalui beragam hal diatas, dapat kita ketahui bahwa Sang Buddha tidak
melarang perumah tangga untuk mendapatkan kebahagiaan berkondisi, namun
tetap berusaha untuk merealisasikan kebahagiaan yang tidak berkondisi.

Referensi :
Sobhana, 2016, Tuesday Dhamma Discussion of Los Angeles Buddhist Vihara in Pasadena,
diakses pada tanggal 17 Juli 2019, dari
h p://www.sobhana.net/contact/sinhala/dhammagaru/dh291.pdf
Thera, N., 2006, Everyman's Ethics: Four Discourses of the Buddha, transl. Kandy, Buddhist
Publica on Society.

12
serba-serbi ETC
BERITA ZAMAN NOW… HOAX?

Oleh Luis Tanoto


Selain makhluk pribadi, manusia pada hakikatnya juga merupakan
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, tidak dipungkiri manusia membutuhkan
media informasi ataupun media sosial untuk memperoleh informasi ataupun berita

PURSUING HAPPINESS
terkini. Yah, ini juga membuktikan bahwa manusia adalah orang yang ingin terus
menerus mencari tahu segala hal. Namun, di saat membaca headline broadcast di
WhatsApp, misalnya, berikut ini :
“Publik figur berinisial LT tertangkap kamera sedang berselingkuh
dengan seorang wanita bule.”
Coba tebak apa yang akan dilakukan manusia setelah membaca headline
berita tersebut? Saya berani menjamin untuk beberapa orang akan mudahnya
“terbakar” kemudian membagikan berita tersebut kepada semua orang karena pada
dasarnya manusia seringkali suka menyebar gosip. Nah, faktanya apa yang terjadi?
Setelah diteliti lebih lanjut, wanita bule tersebut merupakan anak dari pamannya –
dengan kata lain, sepupu – yang sedang berlibur dan ingin melepas rindu dengan
sepupunya tersebut. Cukup menarik bukan? Oleh karena itu, berita semacam di atas
tergolong atau akan menjadi berita hoax.

Sumber Gambar: kisspng.com

Menurut KBBI, hoax adalah berita bohong. Dengan kata lain, hoax adalah
berita yang menjamur luas di kehidupan masyarakat tanpa adanya bukti yang
mendukung berita tersebut. Hoax kini sedang menjadi isu yang cukup hangat di
kalangan masyarakat Indonesia. Berita semacam ini dapat menimbulkan kebencian
terhadap suatu pihak, kecemasan bahkan ketakutan yang dirasakan seseorang. Pada

13
Sumber Gambar: pinterest.com
zaman sang Buddha sendiri, hoax juga sudah cukup merajalela yang dilakukan
beberapa petapa dengan tujuan untuk menghancurkan reputasi sang Buddha dan
menyebarkan kebencian terhadap-Nya. Hal ini disebabkan oleh munculnya sikap iri
terhadap Sang Buddha yang memiliki banyak pengikut. Namun pertanyaannya,
mengapa orang sangat tega untuk menyebarkan kebohongan dan kemungkinan
PURSUING HAPPINESS

besar mereka sadar bahwa akibatnya cukup krusial antarmanusia? Jawabannya


cukup sederhana, yakni karena orang tersebut tidak memiliki sifat hiri dan Otappa.
Hiri adalah perasaan malu untuk melakukan perbuatan jahat dan Otappa adalah
perasaan takut akan akibat perbuatan jahat. Pertanyaannya, jika orang tersebut
tidak mau untuk berubah atas perbuatannya, apa yang harus dilakukan? Apa dunia
akan kiamat? Tentu tidak. Secara sederhana, kita sebagai insan yang mengerti hal-hal
yang salah dapat menghentikan penyebaran berita hoax dari diri kita sendiri sebagai
umat Buddhis agar hal-hal yang “menambah kobaran api” dapat lenyap atau
setidaknya berkurang sesegera mungkin sebelum bertambah besar.

Sumber Gambar: kisspng.com

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan sebagai seorang Buddhis
dalam menanggapi hoax, yaitu:
1. Jangan mudah percaya terhadap berita tersebut
Berita yang muncul di media sosial saat ini memang berfungsi untuk
memberikan informasi terkini, tetapi meskipun berita itu berasal dari orang
terdekat, jangan langsung percaya terhadap konten berita tersebut. Kita
seharusnya jangan langsung tersulut emosi atau takut akan berita tersebut.
Sesuai dengan yang diajarkan Sang Buddha pada Kalama Sutta, Anguttara
Nikaya, Sutta Pitaka:
“Janganlah percaya begitu saja terhadap apa yang kalian dengar, hanya
karena kalian telah mendengar hal itu sejak lama. Janganlah mengikuti

14
tradisi secara membuta hanya karena hal itu telah dipraktikkan karena hal
itu telah dipraktikkan secara turun-temurun. Janganlah cepat terpancing
desas-desus, janganlah meyakini segala sesuatu hanya karena hal itu
sesuai dengan kitab suci kalian, janganlah membuat asumsi-asumsi secara
bodoh, jangan tergesa-gesa menarik kesimpulan berdasarkan apa

PURSUING HAPPINESS
yangkalian lihat dan dengar, janganlah terkecoh oleh penampakan-
penampakan luar, janganlah berpegang kuat pada pandangan atau
gagasan apa pun hanya karena kalian menyukainya, jangan menerima
segala sesuatu yang kalian pandang masuk akal sebagai fakta, dan
janganlah menyakini segala sesuatu hanya karena rasa hormat dan segan
kepada guru-guru spiritual kalian.”
Dengan kata lain, janganlah mudah kita menerima segala macam
berita atau informasi baik dari orang terdekat ataupun seorang pemuka
agama, karena bisa saja berita yang diberikan adalah tidak benar adanya.

2. Cari tahu kebenaran/fakta sesungguhnya


Sebelum berpikir untuk menyebarluaskan, alangkah baiknya kita
mencari tahu kebenaran dari berita tersebut. Kita harus ingat bahwa 2 hal
yang bisa kita dapatkan bila berita tersebut adalah hoax, yaitu kita telah
melakukan musavada secara tidak langsung dan menumbuhkan kamma
buruk karena secara tidak langsung menjerumuskan orang lain ke sesuatu
yang tidak benar. Oleh karena itu, patutnya kita menjalankan ajaran Sang
Buddha yang telah cukup lama menjadi fondasi dalam bertindak, yaitu
ehipassiko. Ehipassiko bermakna datang dan lihatlah. Sebaiknya kita
melakukan penyelidikan terlebih dahulu terhadap berita tersebut melalui
berbagai sumber dan kita sendirilah yang dapat melihat kebenaran dan
bukti dari kebenaran berita tersebut.

3. Hentikan dan sebarkan klarifikasi kepada orang terdekat


Jika berita tersebut merupakan berita hoax, alangkah baiknya kita
menghentikan penyebaran berita tersebut dari diri sendiri dan kemudian
memberikan bukti serta klarifikasi terhadap berita tersebut kepada orang

15
terdekat atau penyebar berita tersebut agar semua orang dapatmengetahui
kebenaran sehingga intensitas dari kebencian, kecemasan, dan ketakutan
dapat berkurang. Dengan ini selain kita menumbuhkan kamma baik dalam
diri, kita juga memberikan orang lain kesempatan untuk menumbuhkan
kamma baik pula dari perbuatan kita menyebarkan kebenaran berita.
PURSUING HAPPINESS

Putuskan rantai berita hoax!

Dengan melakukan ketiga cara di atas, kita turut


berkontribusi terhadap perdamaian karena dengan
menghentikan rantai penyebaran berita hoax, berarti kita
telah menghindari sifat kebencian, kecemasan, dan ketakutan
yang mungkin timbul apabila seseorang menerima berita
tersebut. Seperti yang dikutip dari BuddhaZine, menurut Sumber Gambar: kisspng.com

Bhante Pannyavaro, selain kita memperhatikan makanan fisik (kabalimka ahara),


kita juga harus memperhatikan makanan batin. Jika kita tidak pandai-pandai
memilah informasi mana yang benar dan mana yang salah, kita akan memperoleh
semua jenis makanan batin dari media sosial yang bisa saja buruk sepanjang hidup.
Dalam keseharian pula, Sang Buddha lebih sering membahas tentang makanan batin
daripada makanan fisik. Sebelum melakukan penyebaran, kita harus
mempertimbangkan apakah berita tersebut benar dan yang terpenting, apakah
bermanfaat bagi orang lain, serta apakah dapat menumbuhkan sifat dosa pada diri
orang lain. Jadi, sebagai umat Buddhis, terutama pelajar Buddhis, bijaklah dalam
menerima informasi yang ada!

Referensi:
Bhagavant, 2017, Cara Mengatasi “Hoax” dengan 2 Ajaran dari Agama Buddha Ini, diakses pada
tanggal 8 Juli 2019, dari https://berita.bhagavant.com/2017/01/23/cara-mengatasi-hoax-dengan-2-
ajaran-dari-agama-buddha-ini.html
Ngasiran, 2017, Bhante Pannyavaro: Jangan Ikut Menyebarkan Hoax, diakses pada tanggal 8 Juli 2019,
dari http://buddhazine.com/bhante-pannyavaro-jangan-ikut-menyebarkan-hoax/
Santacitto, n. d., Pandangan Agama Budha terhadap Penggunaan Sosial Media yang Sehat dalam
Menjaga Persaudaraan Sejati demi Memperkuat Bangsa dan Negara, diakses pada tanggal 8 Juli 2019,
dari https://www.gpibmargamulya.or.id/article/515

16
serba-serbi ETC
Senyummu Mengubah Duniaku

Sumber Gambar: Google Images Oleh Ryan Kurnia


“Senyummu mengubah duniaku”, ini merupakan salah satu kalimat yang
umum digunakan dalam berbagai situasi. Mulai dari perbincangan antarpasangan

PURSUING HAPPINESS
romantis hingga gombalan jalanan. Namun, seberapa tepatkah kalimat ini? Apakah
sebuah senyuman sederhana benar dapat mengubah rumitnya kehidupan, atau ini
hanyalah bualan belaka? Mari kita coba bahas bersama-sama.
Umumnya, kita pada saat dilahirkan ke dunia ini adalah dalam keadaan
menangis. Kita menangis, mengeluarkan suara takut, dan mengerakkan tubuh kita
sebagai emosi dan ekspresi dari rasa ketidaknyamanan. Begitu halnya dengan
senyuman. Saat masih bayi pun kita sudah bisa tersenyum dan mengeluarkan suara
tawa sebagai wujud kegembiraan.
Semua ini berlangsung secara alami, tidak ada yang mengajarkan ini dan itu.
Senyuman pada masa-masa ini sangatlah alami dan sering dikenal dengan istilah The
Duchenne Smile. The Duchenne Smile merupakan hasil penelitian dari peneliti
Guillaume Duchenne pada abad ke-19. Dari berbagai penelitiannya, The Duchenne
Smile dihasilkan, yang secara singkat adalah sebuah ekspresi senyuman alami yang
ditandai dengan aktivitas otot wajah pada
bagian bawah pipi dan pada bagian kantong
mata.
Namun sayangnya, seiring berjalannya
waktu, kita perlahan mulai mengenal Non
Duchenne Smile atau biasa juga disebut
senyum palsu, senyum sosial, dan lain
Sumber Gambar: pluspng.com sebagainya. Senyuman ini ditandai dengan
aktivitas otot pipi bawah saja, tanpa melibatkan
otot pada bagian kantong mata. Senyum palsu ini hanya seperti gerakan
mengangkat pipi dan bibir saja. Senyuman ini dihasilkan dari
keterpaksaan dan tidak dihadirkannya perasaan senang dari dalam diri.
Umumnya kita lakukan saat kita tersenyum hanya untuk sekadar
meladeni orang, tuntutan pekerjaan, dan lainnya.

17
Dalam berbagai kasus, senyuman palsu ini
tentu sangat mudah untuk dikenali. Mulai dari
tidak adanya perubahan pada daerah kantong
mata, cara pandang, gestur tubuh, dan lain
sebagainya. Walaupun begitu, tidak menutup
PURSUING HAPPINESS

kemungkinan bahwa seseorang dapat mempelajari


cara melakukan The Duchenne Smile. Tetap saja
kertas tidak mampu menutupi api, kita dapat Sumber Gambar: Google Images
memalsukan sebuah Duchenne Smile ini tetapi tidak
untuk selamanya.
Senyuman alami ini menjadi sangat penting dalam hidup kita. Entah
disadari atau tidak, saat pikiran kita sedang dalam posisi bahagia. Seperti
mengenang kenangan indah, bertemu dengan yang dicintai, melakukan kegiatan
yang positif, ataupun sedang berandai-andai positif, wajah secara natural akan
berada pada senyuman Duchenne ini, dan senyuman Duchenne pada wajah kita ini
secara tidak langsung akan memberikan respon positif pada pikiran kita. Alhasil, diri
kita mendapatkan rantai kesenangan secara terus menerus.
Tidakkah ini menyenangkan?
Tidak hanya sekadar menghasilkan kebahagiaan yang
berkesinambungan, senyuman kita juga dapat menyebarkan
wabah positif dan kebahagiaan pada orang lain dengan
menampikan senyuman di wajah dengan ketulusan. Secara
tidak langsung, baik berhasil ataupun tidak, kita telah
memberikan pesan kebaikan dan ketulusan kepada lawan
bicara maupun sekitar kita. Dengan membangun konstruksi
sosial yang positif di lingkungan kita, tentu saja
Sumber Gambar: Google Images
kita juga cepat ataupun lambat dapat
menerima kembali senyuman tulus ini.
Apakah senyuman kita selama ini adalah senyuman alami?
Baik sudah ataupun belum, kita dapat menggunakan momen ini untuk
mengasah kembali senyum alami yang telah kita miliki dulu. Tidak ada
yang perlu dipelajari karena sejujurya kita semua sudah tau, yang perlu

18
dipelajari karena sejujurya kita semua sudah tau, yang perlu dilakukan saat ini adalah
berlatih. Berlatih untuk menghadirkan pikiran yang senantiasa dalam kondisi
bahagia. Dengan begitu, Duchenne Smile dapat kita hadirkan dalam hari-hari kita.
Bahagia tidak perlu kita jadikan sebagai sebuah tujuan atau target yang
perlu dicapai. Kita jadikan bahagia sebagai sumber dari kehidupan kita. Bagaimana

PURSUING HAPPINESS
caranya? Kita mulai dari hal kecil dan sederhana. Sudahkah kita bersyukur atas
berbagai hal yang kita miliki? Sudahkah kita memberikan rasa hormat baik kepada
orang lain dan diri kita sendiri? Sudahkah kita arahkan pikiran kita menuju
optimisme?
Dengan menghadirkan buah-buah pikiran baik ini, saya rasa perlahan
emosi, ekspresi, gestur, kebiasaan atau bahkan pola hidup kita akan penuh dengan
senyuman. Dengan begitu senyumku mengubah duniaku, senyumku mengubah
duniamu dan senyummu mengubah duniaku.

Referensi:
Burke, C., Is Smiling Really Contagious? It Totally Is & The Science Behind The Phenomenon Is
Fascinating, diakses pada tanggal 25 Juni 2019, dari https://www.elitedaily.com/p/is-smiling-really-
contagious-it-totally-is-the-science-behind-the-phenomenon-is-fascinating-9363923.
Jarret, C., Most people can fake a genuine "Duchenne" smile, diakses pada tanggal 25 Juni 2019, dari
https://digest.bps.org.uk/2012/11/12/most-people-can-fake-a-genuine-duchenne-smile/.
Peck, D., Why Psychologists Study The Duchenne Smile, And What It Mea ns For You, diakses pada
tanggal 25 Juni 2019, dari https://www.betterhelp.com/advice/general/why-psychologists-study-the-
duchenne-smile-and-what-it-means-for-you/.
Widrich, L., The Science of Smiling: A Guide to The World's Most Powerful Gesture, diakses pada tanggal
24 Juni 2019, dari https://buffer.com/resources/the-science-of-smiling-a-guide-to-humans-most-
powerful-gesture.

19
serba-serbi ETC
Abominable
Sutradara : Jill Culton, Todd Wilderman
Penulis : Jill Culton, Dave Polsky
Pemeran : Albert Tsai, Chloe Bennet,
Sarah Paulson

Menceritakan tentang seorang remaja bernama Yi. Pada suatu hari, Yi bertemu
dengan makhluk mitologi Everest yang dikenal dengan nama Yeti di atap
apartemennya. Bersama dengan dua temannya, Jin dan Peng, mereka menamai
makhluk mitologi tersebut dengan nama “Everest”.
Yi, Jin, dan Peng kemudian terlibat dalam aksi heroik untuk mempertemukan
makhluk mitologis dengan keluarganya yang berada di puncak tertinggi
Pegunungan Himalaya. Tantangan besar mereka adalah menghadapi Burnish, pria
kaya raya yang berambisi memiliki makhluk mitologis tersebut, serta seorang ahli
zoologi bernama Dr. Zara.

Referensi:
Dreamworks, 2019, Abominable, diakses pada tanggal 20 Agustus 2019, dari
https://www.dreamworks.com/movies/abominable
IMDb, 2019, Abominable (2019), diakses pada tanggal 20 Agustus 2019, dari
https://www.imdb.com/title/tt6324278/

20
Andre Krislee, S.Ked. S1 Pendidikan Dokter
Cindy, S.Farm. S1 Farmasi
Deena Kazia, S.E. S1 Akuntansi
Delvita Denny Cung, S.H., M.Kn. S2 Kenotariatan
Dody Tansil, S.Ars. S1 Arsitektur
dr. Christine Profesi Dokter
dr. Intan Hartandy Profesi Dokter
dr. Lily Chandra Profesi Dokter
dr. Natalia Christina Angsana Profesi Dokter
dr. Susanti Mareta Anggraeni Profesi Dokter
dr. Toni Febriyanto Profesi Dokter
dr. Yoko Chairio Profesi Dokter
Febrian Kachina, S.T. S1 Teknik Nuklir
Fernando Wijaya, S.Ked. S1 Pendidikan Dokter
Filbert Utomo, S.Kom. S1 Ilmu Komputer
Fransiska Eygenio, S.Si. S1 Statistika
Graciella Alva Cristian, S.TP. S1 Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
Handi Virawan, S.Ked. S1 Pendidikan Dokter
Herlin Puspita Kuarso, S.E. S1 Akuntansi
Jekli, S. Si. S1 Biologi
Joanna Gautami Djuasa, S.Psi. S1 Psikologi
Kelvin Supriami, S.Ked. S1 Pendidikan Dokter
Kumala Paramitha, A.Md. D3 Akuntansi
Kwan, William Kurniawan, S.T. S1 Teknik Geologi
Lusi Elpina, S.KG. S1 Pendidikan Dokter Gigi

Sumber Gambar : Google Images


Michael Tanoto, S.T. S1 Teknik Geodesi
Novera Hartanty, S.T. S1 Teknik Fisika
Novie Chiuman, S.T. S1 Teknik Geodesi
Patricia Ghozali, S.TP. S1 Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
Ratna Sari Dewi, S.T. S1 Teknik Nuklir
Renardi Winata, S.E. S1 Manajemen
Sandi Halim, S.H. S1 Ilmu Hukum
Satria Dewi Chandra, S.H. S1 Ilmu Hukum
Sony Hostiadi, S.T. S1 Teknik Kimia
Susanty, S.Ars. S1 Arsitektur
Wati, S.Ked. S1 Pendidikan Dokter
Yenawati, S.H. S1 Ilmu Hukum
Yensita, S.TP. S1 Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian
Yolanda Kadir, S.Ked. S1 Pendidikan Dokter

Sumber Gambar : Google Images


Selamat
anda sudah memasuki halaman special

Eka-citta edisi L

Hayo, kira-kira apa yang spesial pada


Eka-citta edisi L (50) ini?
Sebelum kita melihat kejutan pada halaman
selanjutnya, mari ikuti langkah-langkah berikut!

1. Siapkan lem terlebih dahulu.

2. Cabut halaman 23 - 26.

3. Buka halaman yang telah dicabut tersebut.


Namo Buddhaya

Anumodana atas dukungan yang anda berikan pada

setiap edisi Eka-citta hingga terciptalah

Eka-citta edisi ke-50 ini.

Semoga Eka-citta dapat terus menerbitkan buletin yang berkualitas

kepada masyarakat Buddhis


Setelah kalian membuka halaman Pop-up
Pono dan Kamad yang telah kalian cabut,
pop-up bisa kalian tempel atau pajang di
meja, lemari, atau lainnya selama masih ada
gaya gravitasi bumi dan diletakan dengan posisi
yoga “Uttanpadasana” (Coba cari di Google)

Semoga kalian semua senang dengan Pop-up


Pono dan Kamad
serta buletin Eka-citta edisi 50 persembahan dari
kami, seluruh Tim Eka-citta!
<3<3<3
Semua Makhluk Berhak Bahagia

Oleh Yuni Adhita Silavati


Di dunia ini, siapa yang tidak ingin bahagia? Bukan hanya manusia yang ingin
bahagia, bahkan seluruh makhluk hidup yang ada didunia ini pasti memiliki cita-cita

PURSUING HAPPINESS
untuk hidup bahagia. Pada umumnya, cita-cita manusia dalam memperoleh
kebahagiaan yaitu mencapai kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin, keduanya
saling berkaitan sangat erat. Misalnya, memiliki suatu kekayaan yang banyak namun
tidak ada kedamaian batin, tentunya kebahagiaan juga tidak akan tercipta.
Sebaliknya pula, kebahagiaan batin tidak akan tercapai jika kesejahteraan lahir
belum terpenuhi.
Agama Buddha menyatakan bahwa sebuah “kesejahteraan” dan
“kebahagiaan” merupakan bukan dilihat dari sifat badani dan jasmani setiap
manusia. Kesejahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan
hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu ‒ yakni: Keyakinan ‒ dan penuaian
hasil dari kebajikan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti
titah batinnya.” Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan
kekuatan keyakinan (Saddhabala) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.
Kebahagiaan berada dalam jalan mencapainya dan bukan pada tujuan yang
hendak dicapai. Seperti halnya kata mutiara dari Sang
Buddha, yaitu “There is no way to happiness, happiness is
the way” yang berarti tidak ada jalan menuju kebahagiaan,
namun kebahagiaan ada dalam jalan mencapainya. “Ia
bahagia jika memiliki cita-cita yang tinggi dan mulia. Ia
bahagia jika dapat memperkaya kehidupannya,
membiarkan orang-orang lain hidup damai, memberikan
sumbangan agar dunia menjadi tempat tinggal yang lebih
baik. Ia bahagia jika pekerjaan, kewajiban, dan tugas sehari-harinya diliputi oleh
kasih sayang.”
Dalam usaha untuk mencapai hidup yang bahagia dan mempunyai arti, kita
harus melatih rasa belas kasihan dan kebijaksaan kita, dua hal yang dapat menuntun
manusia menuju puncak kesempurnaan manusiawi. Jika kita ingin mengembangkan

27
segi perasaan saja tanpa pikiran, akan membuat kita menjadi sitolol yang berhati
emas, sementara berkembangnya pikiran tanpa perasaan akan membentuk pribadi
pintar berhati batu tanpa perasaan. Menurut Sang Buddha, rasa belas kasihan dan
kebijkasanaan harus dikembangkan bersama-sama oleh manusia untuk mencapai
kebebasan. Hidup yang baik adalah hidup yang dilandasi oleh cinta dan bimbingan
PURSUING HAPPINESS

oleh pengetahuan.

Sumber Gambar : twitter.com

Sang Buddha dalam membabarkan dhamma-nya, bahwa dalam Agama


Buddha sendiri ada tiga macam kebahagiaan :
1. Kebahagiaan duniawi, merupakan kebahagiaan yang diperoleh saat hidup
didunia seperti halnya kebahagiaan perumah tangga dapat dicapai dengan
keuletan, rajin dan semangat juang yang tinggi (utthana-sampada) dengan
itu, maka perumah tangga akan mendapatkan kebahagiaan (berupa harta
kekayaan). Setelah berhasil mendapatkan kebahagiaan (harta kekayaan)
sepatutnya perumah tangga berusaha menjaganya dan merawatnya
(arakkha-sampada). Karena harta kekayaan dapat hilang dan lenyap oleh
api (kebakaran), air (banjir, tsunami), gempa dan lain-lain.
2. Kebahagiaan surgawi, dapat dicapai dengan empat hal yaitu dengan
Saddha atau keyakinan maka kita akan mudah melakukan setiap ajaran
Buddha. Ketika yakin untuk melaksanakan ajaran Sang Buddha (dhamma)
maka kebahagiaan surgawi juga akan tercapai. Kedua yaitu Moralitas,
adalah bagian dari dhamma, menjalankan sila berarti juga menjalankan

28
dhamma, yang dapat menghasilkan kebahagiaan. Ketiga, Dana. Dengan
berdana kebahagiaan surgawi juga dapat dicapai. Ketika berdana kepada
orang lain/makhluk lain, maka berkah akan melimpah kepada kita semua.
Yang terakhir yaitu Panna. Dengan kebijaksanaan maka kita dapat
membedakan yang baik dan buruk, sehingga kita akan terus melakukan hal

PURSUING HAPPINESS
baik yang dapat berdampak pada kebahagiaan.
3. Kebahagiaan Paramatha (Nibbana), yang terakhir kebahagiaan paramatha
atau kebahagiaan nibbana, atau juga kebahagiaan yang sejati. Ini adalah
kebahagiaan yang paling tinggi; Nibbanam paramam Sukham. Dapat
dicapai dengan terus mensucikan pikiran baik melalui meditasi maupun
berdana atau perbuatan baik lainnya. Dan ada juga jalan mulia berunsur
delapan yaitu: Pengertian benar, Pikiran Benar, Ucapan benar, Perbuatan
benar, Mata Pencaharian benar, Usaha benar, Perhatian benar, dan
Konsentrasi benar. Hanya lewat Delapan Jalan inilah seseorang akan
merealisasikan kebahagiaan tertinggi di dalam Buddha Dharma.
Kebahagiaan meliputi unsur-unsur yang sederhana dan merupakan keadaan
pikiran. Hal ini tak dapat ditemui dalam benda-benda materi disekitar kita, seperti
harta, kekuasaan, atau popularitas. Orang-orang yang mengumpulkan harta
melebihi yang diperlukan selama hidupnya, akan kecewa pada saat mereka
menyadari bahwa semua uang didunia ini tidak dapat membeli kebahagiaan, dan
semuanya sudah terlambat. Kesenangan berlalu begitu saja dan tidak memberikan
kebahagiaan abadi. Kesenangan dapat
dibeli, tetapi kebahagiaan tidak.
Kebahagiaan berasal dari dalam diri
kita, berdasarkan kebaikan dan suara
hati. Tak seorangpun yang bahagia jika
ia tidak puas dengan dirinya sendiri.
Kebahagiaan adalah parfum yang tak
dapat kita semprotkan kepada orang-
orang lain tanpa kecipratan sedikit
untuk diri sendiri.

29
Sang Buddha juga telah menunjukkan bahwa adalah nafsu keinginan dan
kemelekatanlah yang sesungguhnya menyebabkan kita selalu merasa tidak puas,
yang menyebabkan kita menderita. Jika dapat menyadari bahwa nafsu keinginan dan
kemelekatanlah yang menyebabkan ia terperangkap dalam lingkaran samsara, maka
mereka sesungguhnya dapat membebaskan batinnya dan menjadi bahagia dalam
PURSUING HAPPINESS

hidup ini, tidak sesudah mati. Mengendalikan keinginan, maka akan bebas dari
ketidak-bahagiaan yang mungkin pernah dialami. “Aku hanya mengajarkan satu hal,
kata sang Buddha “penyebab dukkha dan jalan menuju lenyapnya dukkha. Seperti
laut yang memiliki satu rasa, begitu juga halnya dengan ajaran-Ku yang berhubungan
dengan dukkha dan lenyapnya dukkha. Aku akan menunjukkan anda jalan dari khayal
menuju nyata, dari gelap ke terang, dan dari kematian menuju kekekalan.”
Dalam kehidupan jika ingin berbahagia dan berdamai, maka membiarkan
orang lain untuk dapat hidup bahagia dan damai pula. Tanpa prinsip tersebut tidak
mungkin ada kebahagiaan dan kedamaian di dunia. Dan jangan mengharapkan
terimakasih dari orang lain. Dale Carnegie berkata, “Jika kita ingin menemukan
kebahagiaan, jangan memikirkan terimakasih dan
marilah berdana karena kepuasan yang terkandung
didalamnya.”

Sumber Gambar : google image

Referensi :
Bodhi, B., 2006, Buddha & DhammaNya, pustaka.dhammacitta.com, diakses dari
https://pustaka.dhammacitta.org/ebook/umum/buddha-dan-dhamma-nya.pdf
Sayadaw, Y.M.C., 2018, Jalan Buddha Menuju Kedamaian dan Kebahagiaan, Chanmyay Yeiktha
Meditation Centre Yangon, Myanmar
Thera, Y.M.B.K., 2012. Happiness Through Buddha Dhamma, Indonesia Theravada Buddhist Centre,
Medan

30
*Penulis berasal dari KMB Dharmavamsa Universitas Diponegoro dan merupakan
pemenang Lomba Menulis Artikel Eka-citta Edisi L.
Karangan setiap peserta Lomba Menulis Artikel Eka-citta Edisi L dapat dilihat di
ugm.id/KaranganLombaMenulisArtikelEkacitta

PURSUING HAPPINESS
TERBUKA UNTUK KONTRIBUTOR
Suka menulis? Atau punya ide untuk rubrik Hiburan?
Atau anda suka membuat komik?
Kami membuka kesempatan untuk menjadi kontributor Eka-citta Edisi LI nih!
Syarat kontributor : anggota/alumni Kamadhis UGM.
Untuk info lebih lanjut, hubungi Melia Lichwan
(WA 087881222099 / LINE ID melia.lichwan)

31
Liputan Kegiatan
Latihan Pengembangan Diri dan Spiritual 2019

Oleh Adhitya Pratama Putra


Latihan Pengembangan Diri dan Spiritual atau yang biasa disingkat LPDS
adalah kegiatan tahunan dari Keluarga Mahasiswa Buddhis (Kamadhis) yang tahun
ini diselenggarakan pada tanggal 22-24 Maret 2019. Kegiatan LPDS tahun ini
PURSUING HAPPINESS

dilaksanakan di Vihara Tanah Putih, Semarang. Seperti namanya, LPDS merupakan


kegiatan yang dilaksanakan untuk melatih pengembangan diri kita dengan
melaksanakan atthanga sila. Tema yang diangkat tahun ini adalah “the Magic of
Calmness, Mindfullness, Soulfulness” dengan tagline “Control Your Mind, Make a
Change”.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Acara LPDS dikemas dengan berbagai kegiatan yang penuh manfaat dan
menarik, seperti sesi pemaparan materi oleh salah satu anggota Kamadhis angkatan
2016, Saudara Leon Tandela, dengan tema “Menanggapi Lingkungan Intoleran
dalam Perspektif Remaja Buddhis”, Forum Group Discussion (FGD) yang
dimoderatori oleh anggota Kamadhis angkatan 2018, Saudari Felice Valeria, dan
tidak lupa juga ada kegiatan yoga di sore hari. Pada hari ketiga, sebagian peserta
menemani anak-anak di sekolah minggu dan sebagian lainnya membantu
membersihkan lingkungan Vihara Tanah Putih.

32
PURSUING HAPPINESS
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Banyak peserta yang merasa puas dengan acara ini dan tidak sedikit pula
yang memberikan feedback positif terhadap kegiatan LPDS Kamadhis UGM 2019.
“LPDS baik-baik saja,” ujar Julius, salah satu peserta LPDS Kamadhis UGM 2019.
“Mungkin yang berkesan dari LPDS ini adalah pengembangan diri mengikuti
atthasila, tapi menurut saya masih terdapat hal-hal yang membuat atthasila-nya
tidak terlaksanakan dengan baik, misalnya seperti masih adanya percakapan yang
tidak diperlukan dan lain sebagainya,” lanjut Julius.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

33
Bakti Sosial 2019

Oleh William
Bakti Sosial (Baksos) merupakan kegiatan tahunan Kamadhis UGM yang
dapat diikuti oleh anggota Kamadhis UGM dengan mendaftarkan diri sebagai
volunteer. Pada tahun ini, Bakti Sosial diadakan di Desa Tempuran, Kecamatan
PURSUING HAPPINESS

Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah pada tanggal 10—12 Mei 2019
dengan tagline “Beraksi nyata, berbagi cita, merajut asa”. Mengapa Bakti Sosial harus
diadakan? “Bakti Sosial harus diadakan karena sesuai dengan visi dan misi Kamadhis,
yakni salah satunya, mempraktikkan ajaran Buddhadhamma ke internal Kamadhis
UGM dan masyarakat. Melalui baksos ini, kita dapat mempraktekkan Brahma
Vihara, yakni: Pertama, Metta (cinta kasih), kita dapat melatih metta dengan
merangkul dan membantu semua makhluk di baksos ini, tidak membedakan yang tua,
muda, rupawan, buruk rupa, kaya dan lainnya. Kedua, Karuna (Welas Asih), dengan
mengikuti atau mendukung kegiatan baksos ini, kita dapat mengembangkan Karuna,
seperti memberikan pelayanan kesehatan gratis dan lainnya. Ketiga, Mudita (turut
berbahagia), ketika kegembiraan terbagi ke masyarakat setempat dan kita turut
berbahagia akan hal tersebut, kita telah melatih mudita. Keempat, Upekkha
(keseimbangan batin), kita dapat melatih pemahaman kita bagaimana semua
perubahan hidup ini berasal dan sifat sejati diri kita sendiri. Pengalaman yang
beraneka ragam yang kita alami berasal dari kamma kita, baik itu melalui kata-kata
maupun ucapan” ujar Felix Pratama.
Bakti Sosial dimulai dengan pembukaan acara di Balairung UGM.
Pembukaan acara ini dihadiri oleh volunteer, Pembina Kamadhis UGM, dan Direktur
Kemahasiswaan UGM. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Direktur
Kemahasiswaan. Setelah itu, volunteer berangkat menggunakan bus menuju lokasi.
Namun, bus tidak dapat melewati jalan menuju desa sehingga
volunteer menggunakan pickup karena jalan yang dilalui cukup
ekstrim. Setelah sampai di desa, warga menyambut dengan hangat di
depan Vihara Buddha Metta. Kemudian, kepala wihara memberi
sambutan dan dilakukan pembagian rumah warga yang akan ditinggali
volunteer.
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi

34
Esok harinya, dilakukan pembagian sembako pada pagi hari yang dilanjutkan
dengan pemberian materi kepada warga terkait dengan pemasaran hasil pertanian
yang diberikan oleh Saudara Dharmawan. Pada malam hari, dilakukan puja bakti
bersama warga di dua tempat, yaitu Vihara Buddha Metta dan Vihara Metta Karuna.
Setelah puja bakti, semua warga dan volunteer berkumpul di Vihara Buddha Metta

PURSUING HAPPINESS
untuk sharing dhamma.
Pada hari terakhir, volunteer yang menyusul sampai saat acara pelayanan
kesehatan bersamaan dengan tim medis. Namun, muncul hal yang tidak disangka
karena tiba-tiba Romo Effendie (Pembina Kamadhis UGM) datang ke desa untuk
membuka acara pelayanan kesehatan. Acara pelayanan kesehatan pun berjalan
dengan lancar yang ditutup dengan foto bersama warga, volunteer, dan tim medis.
Setelah itu, volunteer berkemas dan berpamitan dengan warga, terutama keluarga
yang rumahnya mereka tinggali untuk meninggalkan desa. “Pengalaman yang paling
berkesan itu adalah ketika masyarakat tersenyum kepada kita dan mereka mengatakan
terima kasih kepada kita, baik pada saat kita menjual sembako murah maupun
penyuluhan kesehatan. Pada kondisi tersebut lah, saya merasa telah melaksanakan
kamma baik dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat setempat,” ujar Felix
Pratama selaku volunteer.
“Bakti Sosial tahun ini berjalan dengan lancar dan baik, walaupun ada beberapa
masalah secara internal maupun eksternal, panitia bakti sosial Kamadhis UGM tahun
2019 telah bekerja baik secara maksimal dan kompak dalam mengatasi masalah-
masalah tersebut untuk menyukseskan acara ini bersama,” ujar Nathasya selaku
Ketua Panitia Bakti Sosial 2019.

Sumber Gambar : Dokumen Pribadi

35
Dhammasanti Trisuci Waisak 2563 BE

Oleh Melia Lichwan


Pada hari Minggu, 26 Mei 2019, Kamadhis UGM menyelenggarakan acara
Dhammasanti Trisuci Waisak 2563 BE dengan tiga rangkaian acara, yaitu Puja Bakti,
PURSUING HAPPINESS

Fang Shen, dan Malam Puncak yang bertujuan untuk memperingati tiga peristiwa
penting, yaitu lahirnya Pangeran Siddharta, pencapaian pencerahan sempurna
petapa Gautama, dan parinibbana Buddha Gautama.
Rangkaian acara dimulai dengan Puja Bakti pada pukul 07.00 WIB di
Auditorium Gedung C Fakultas Filsafat UGM. Rangkaian acara kedua, yaitu Fang
Shen, diadakan di Wisdom Park UGM langsung setelah Puja Bakti selesai. Peserta
berdoa bersama kemudian melepaskan ikan lele ke Danau Lembah UGM.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi


Acara diakhiri dengan Malam Puncak pada pukul 15.00 WIB di Auditorium
Fakultas Peternakan UGM. Terdapat berbagai penampilan, seperti tarian, band,
pembacaan Dhammapada, serta persembahan panitia berupa drama. Peserta
merasa senang dan puas dengan acara ini, salah satunya Eric Andrian, “Perayaan hari
raya Waisak yang diadakan Kamadhis ini menurut saya sangat bagus. Penampilan-
penampilannya dapat dikatakan cukup unik dan berbeda dari penampilan acara
Kamadhis yang lain, terutama drama persembahan panitia pada akhir acara, selain
memberikan kesan yang tak terlupakan, juga memiliki makna yang mendalam.”
“Senang banget karena waktu Malam Puncak, persembahan pelita dan drama
sederhana dari panitia bisa tersampaikan niatnya, jadi tidak sia-sia latihannya,” kata
Jessica Hansen, salah satu panitia Dhammasanti Trisuci Waisak 2563 BE.

36
DONOR DARAH KAMADHIS UGM
19 April 2019

Galeri Foto

AYO NONTON BERSAMA


26 April 2019

PELATIHAN DESAIN
28 April 2019
DHAMMATALK
4 Mei 2019

WAISAK BOROBUDUR
18-19 Mei 2019
Pojok Kampus

Penyerangan Paham Radikalisme di PTN

Oleh Monica I.
Pada tanggal 25 Mei 2019, telah dilaksanakan seminar “Pencegahan
Radikalisme dan Penguatan Identitas Bangsa di Perguruan Tinggi”. Acara ini

PURSUING HAPPINESS
berlangsung dari pukul 08.30 – 13.00 WIB. Topik ini sendiri dibawakan oleh orang
yang memang sangat dekat dengan ranah ini. Dewasanya, topik ini dianggap penting
dikarenakan paham radikalisme mudah menyerang kalangan mahasiswa sehingga
membuat para generasi penerus bangsa terpengaruh dan menjadi “barbar”.
Dikatakan mahasiswa merupakan sasaran
empuk untuk ditanamkan bibit dari radikalisme
sendiri, stigma ini bukan tiba-tiba ada tanpa alasan.
Mahasiswa dikatakan sebagai sasaran empuk
dikarenakan mereka masih mencari jati diri mereka
selama kuliah dan para remaja yang akan menginjak
usia dewasa ini butuh pengakuan, di kala masa
transisi ini pula para mahasiswa bersifat cukup labil,
sehingga bukan sulit untuk mengiming-imingi
mereka dengan hal-hal yang mereka inginkan.
Tahun 2018 yang lalu, Hamli, sebagai
Direktur Pencegahan Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT), mengatakan
terdapat 7 perguruan tinggi yang telah terpapar
paham radikalisme, paham radikalisme ini bisa
Sumber Gambar: kisspng.com
dikatakan tumbuh subur dalam universitas-
universitas tertentu.
Di Indonesia sendiri radikalisme tumbuh dikarenakan
pandangan intoleran dari segelintir orang mengenai paham yang
mereka anut, menganggap yang mereka pegang selama inilah yang
paling benar dan yang lain adalah salah keberadaannya. Walau
sebenarnya mereka tidak pernah tahu sebenarnya ajaran “tetangga” itu
seperti apa.

39
Sifat intoleran ini biasanya timbul pada ranah keagamaan yang dampaknya
bisa sangat luas. Pandangan intoleran dapat menyebabkan terjadinya perpecahan
antar setiap masyarakat, bahkan dalam lingkup keluarga sekalipun. Hal ini
dikarenakan intoleran bukan hanya dalam agama, tetapi bisa saja intoleran timbul
karena perbedaan pendapat sehingga terjadi perpecahan, selisih paham.
PURSUING HAPPINESS

Radikalisme ini terkadang erat kaitannya dengan terorisme. Hal tersebut


dikarenakan sifat yang bermula dari intoleran dapat menyebabkan radikalisme, dan
dari sifat radikalisme inilah dapat muncul bibit terorisme yang dapat membahayakan
orang banyak, seperti melakukan penyerangan-penyerangan, pengeboman
mengatasnamakan apa yang mereka telah percayai yang akibatnya menimbulkan
korban jiwa, perusakan fasilitas, dan rasa tidak aman bagi masyarakat setempat.
Pandangan intoleran ini dapat timbul di Indonesia dapat dikarenakan
berawal dari segelintir orang yang menganggap paham yang mereka anut adalah
paling benar, yang kemudian ditanamkan selanjutnya pada orang lain. Setelah dirasa
orang-orang tersebut sudah “terdoktrin” maka barulah paham radikalisme ini
timbul. Jaringan radikalisme juga dapat timbul karena beberapa hal, diantaranya
banyak dari manusia terus mencari tujuan atas keinginan dirinya untuk hidup,
merasa ingin diakui atas tindakan besar yang telah dilakukan. Rasa ingin diakui dan
melekatnya terhadap jaringan radikalisme yang diluar Indonesia mengakibatkan
jaringan radikalisme dapat timbul. Hal ini karena pada jaringan tersebut mereka
merasa diakui, merasa tidak perlu pergi jauh-jauh yang berada di luar Indonesia
bahkan orang yang berada di belahan bumi lain akan mengetahui aksi besar yang
telah mereka lakukan.
Salah satu pembicara Studium Generale yang pernah
“terjerumus” dalam hal radikalisme mengatakan, “sebenarnya
mahasiswa merupakan sasaran yang cukup empuk untuk
ditanamkan paham-paham radikalisme.” Mahasiswa dikatakan
menjadi sasaran empuk karena mahasiswa ini masih mencari jati
diri, mencari pengakuan dan beberapa mahasiswa terkadang
sifatnya cenderung masih labil, sehingga pada saat diberikan paham-
paham baru terutama mengenai elite politik dan agama. Selain itu,
jarang dari mahasiswa ini benar-benar mencari tahu karena
Sumber Gambar: kisspng.com

40
mereka cenderung mengaitkan dengan logika tanpa berdasarkan fakta yang ada.
Paham radikalisme yang ditanamkan pada mahasiswa bentuknya dapat bermacam-
macam adanya. Bisa saja dengan membawa isu mengenai kerukunan dalam
beragama, membuat mereka terlebih dahulu bersifat intoleran sehingga akhirnya
paham tersebut sudah melekat erat. Perekrutan juga mereka lakukan dengan

PURSUING HAPPINESS
pendekatan emosional agar target merasa dipahami dan dimengerti.
Radikalisme tentu saja tidak dapat tumbuh jika tidak terdapat hal-hal
menarik di dalamnya. Tentu saja terdapat faktor-faktor yang menyebabkan orang-
orang menjadi tertarik dalam paham radikalisme, seperti adanya pengakuan,
menyatakan dirinya eksklusif, menyatakan jika melakukan tindakan radikalisme akan
mendapatkan pahala dan sebagainya. Selain hal tersebut, radikalisme ini juga
memberi tantangan sendiri bagi pelaku untuk melakukannya, dan dengan
melakukan radikalisme ini mereka juga seolah mendapatkan kepastian, yaitu berupa
uang atau ketenaran dan juga relasi.

Sikap kita sebagai mahasiswa yang dapat ditumbuhkan agar mencegah


kita menganut paham radikalisme diantaranya adalah dengan dapat menerapkan
“THE GRAND WHY”, yaitu mengetahui siapa kita dan apa tujuan kita. Berpacu pada
tujuan tersebut, kontribusi kita dapat terpenuhi dengan sendirinya. Kita sebagai
mahasiswa juga hidup di lingkup dimana perbedaan ada di sekitar kita. Maka dari itu,
kita harus bersikap toleran dengan teman-teman kita dan perbedaan yang ada. Nilai-
nilai Pancasila juga harus kita dalami agar kita tidak salah kaprah dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Mahasiswa juga harus lebih bersikap kritis saat menerima
informasi yang baru diterima, tidak langsung diterima secara mentah-mentah.

Sumber Gambar: kisspng.com

41
Kontribusi mahasiswa sebagai tenaga terdidik adalah dengan tidak ikut
menyebarkan informasi yang belum diketahui kepastiannya. Mahasiswa juga dapat
mensosialisasikan bahaya adanya radikalisme masyarakat, dan apa saja yang
termasuk kategori radikalisme serta ciri-ciri seseorang sudah mulai terkena paham
radikalisme.
PURSUING HAPPINESS

Dengan diselenggarakannya Studium Generale ini, mahasiswa


diberitahukan informasi secara langsung apa saja sebenarnya asal-muasal
radikalisme ini bisa tumbuh dan terus berkembang, agar nantinya kita bisa lebih
waspada dan tidak mudah terjerumus. Acara seperti ini harus digalakan, terutama
pada universitas yang sudah mulai terpapar paham radikalisme agar bibit-bibit yang
mereka hasilkan tetap bibit yang nantinya merupakan generasi emas untuk
Indonesia.
Dengan bersifat toleransi, kita dapat mendapatkan kebahagiaan di masa
kini, yaitu dengan menghargai semua orang kita membangun kalyanamita yang
merupakan salah satu faktor untuk mencapai kebahagiaan pada masa kini karena
pada hakikatnya sahabat yang selalu ada untuk kita dan dapat membantu kita saat
senang maupun sedih, kita tak pernah tahu datang dari mana dan kapan saatnya.

Sumber Gambar: kisspng.com

42
Wawancara
Sumber Gambar: Google Images

Kilas Balik Eka-citta: Kembali ke Awal


Oleh Sherine Devi

PURSUING HAPPINESS
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi

Menyambut Eka-citta edisi ke-50 ini, Tim Redaksi Eka-citta berkeinginan


untuk menggali kembali cerita dibalik munculnya buletin Eka-citta pertama kali. Pada
hari Selasa (14/8), Tim Redaksi berkesempatan untuk bertemu dan mewawancarai
Bapak Djoko Soeprijadi, S.Hut., M.Cs., salah satu pencetus buletin Eka-citta. Saat ini,
selain menjalankan perusahaan dan menjadi konsultan bagi beberapa perusahaan
lainnya, Pak Djoko aktif sebagai dosen di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mada dan utamanya berfokus pada divisi kerjasama dan humas di fakultas Beliau.
Munculnya Eka-citta tak lepas dari keadaan kampus pada saat Pak Djoko
masih mahasiswa. Saat itu, banyak bermunculan majalah-majalah dari berbagai
UKM maupun organisasi kampus, dan karenanya Pak Djoko menjadi tertarik untuk
membuat suatu majalah yang memuat pengumuman penting yang dapat
menghubungkan antar mahasiswa, dan ditujukan kepada mahasiswa-mahasiswa
Buddhis. Melalui kumpul-kumpul santai dengan teman-teman Buddhis
lainnya, ide membuat majalah ini kembali muncul dan mulai dipikirkan
dengan serius, hingga akhirnya mulai dibuatlah suatu buletin yang
diberi nama Eka-citta dengan staf redaksi pertama kali beranggotakan
Johnson, Dwi Sapto, Irmawaty, Fenny Bratawijaya, Ewijaya, Yuliana,
Surianto, dan Bratawijaya, Ewijaya, Yuliana, Surianto, dan tentunya Pak

43
Djoko sendiri. Eka-citta diartikan sebagai cita-cita yang sama atau pemikiran yang
tunggal, dimana nama dan arti di balik ini dimaksudkan karena pada saat tersebut
cenderung terbelah-belah antar-aliran. Sehingga dengan adanya Eka-citta
diharapkan bisa menyatukan semuanya. Eka-citta lahir juga untuk melihat
Buddhisme dalam kerangka sains, kerangka keilmuwan, karena Eka-citta lahir di
PURSUING HAPPINESS

dunia kemahasiswaan, namun tetap dikemas sebagai suatu bacaan yang ringan.
Membahas Eka-citta tentu tidak bisa terlepas dari karakter Pono dan Kamad.
Kemunculan Pono dan Kamad pun awalnya melalui peran Pak Djoko. Pono dan
Kamad sendiri sebenarnya merupakan singkatan dari Ponokawan Kamadhis, yang
diambil dari tokoh Petruk dan Gareng. “Karena Petruk itu lambang perasaan dan
Gareng lambang pikiran,” ungkap Beliau. “Sehingga harapannya dapat menjadi
pengingat untuk Kamadhis yang harmoni, karena pesan kami adalah harmoni, dan
ternyata pesan harmoni yang dibangun dengan keikhlasan ini bisa bertahan
panjang.”
Membuat Eka-citta pertama kali bukan tanpa rintangan, pada saat itu dana
yang ada sangat terbatas, bahkan awalnya dana dikumpulkan dari urunan para
pembuatnya. Pada saat itu juga Eka-citta disebarluaskan dengan di-fotokopi
sehingga yang menjadi tantangan juga adalah bagaimana membuat desain hitam
putih menjadi menarik, dan dahulu pun desain masih dibuat manual dengan
digambar tangan sendiri. Pada saat itu, Pak Djoko lah yang membuat desain dan
mengatur tata letak. Pada awalnya, Eka-citta hanya terdiri dari 12 hingga 16 halaman
saja. Namun, lama-kelamaan, banyak orang yang mulai ikut menyumbang untuk Eka-
citta, banyak diantaranya yang sampai menunggu dan bertanya kapan kemunculan
Eka-citta edisi selanjutnya, bahkan ada yang sampai mengoleksi seluruh edisi Eka-
citta yang diterbitkan.
Saat ditanya mengenai hal yang paling menarik dan dikenang selama aktif
mengurus Eka-citta, Pak Djoko menjawab bahwa pengerjaan Eka-citta pertama
hingga terakhir semuanya menarik, namun mungkin ada 2 hal yang terus dikenang.
Pertama, awal mula munculnya rubrik halaman tanda baca, karena sebenarnya
halaman tersebut merupakan halaman kosong yang sampai akhir mendekati waktu
terbit bingung akan diisi konten jenis apa, sehingga akhirnya tercetus ide untuk
membuat tanda tanya besar dan diberi makna, saat itu mengingatkan bahwa hidup

44
perlu ada peringatan. Berawal dari sini lah, akhirnya di setiap edisi Eka-citta awal ada
halaman tanda baca, di mana berbagai simbol seperti tanda baca diberi makna. Hal
kedua adalah pembuatan Pono Kamad, karena Pak Djoko sendiri yang menggambar
Pono Kamad pertama kali.
Pak Djoko sangat bangga dan senang masih ada yang meneruskan penerbitan

PURSUING HAPPINESS
Eka-citta, dan juga terharu Pono Kamad masih muncul hingga saat ini. Beliau tidak
menyangka sama sekali bahwa Eka-citta masih terbit, bahkan sekarang telah
mencapai 50 edisi. Menurut Beliau, Eka-citta bisa bertahan selama ini sudah
termasuk prestasi. “Saya kira tinggal kenangan, tapi rupanya sampai edisi 50. Luar
biasa. Saya sangat berterima kasih, salut untuk kalian,” ungkap Beliau.
Pak Djoko berharap Eka-citta akan dapat terus bertumbuh lebih baik, dan juga
bisa ke arah yang scientific, mengingat bahwa Buddhisme sendiri juga sebenarnya
bersifat scientific. Beliau juga melihat kedepannya Eka-citta sangat mungkin untuk
berkembang dengan merambah ke media baru yaitu video, dengan membuat
channel Eka-citta melalui platform Youtube, sehingga di dalamnya dapat membawa
pesan-pesan Buddhis yang simpel, sederhana tetapi dapat diterapkan untuk semua
orang.
Melihat tema yang diusung Eka-citta edisi 50 ini yaitu happiness, jika ditanya
apakah kebahagiaan bagi Pak Djoko, Beliau menjawab, “Kebahagiaan saya saat ini
yang paling signifikan adalah bertahannya Eka-citta.” Terima kasih Pak Djoko!

45
hiburan
Psychology Quiz

Apakah anda bahagia dengan kehidupan anda saat ini? Jawablah 5 pernyataan di
bawah ini dengan memberi nilai 1 sampai 7 dengan 1 artinya sangat tidak setuju dan
7 artinya sangat setuju.
PURSUING HAPPINESS

1. Dalam banyak hal, hidup saya sudah mendekati ideal. Skor: ……

2. Kondisi kehidupan saya saat ini sudah sempurna. Skor: ……

3. Saya puas dengan hidup saya. Skor: ……

4. Saya telah mendapatkan hal-hal yang saya anggap penting dalam hidup saya.
Skor: ……

5. Jika saya bisa mengulang lagi kehidupan saya, saya tidak akan mengubah apa
pun. Skor: ……

Anda tidak puas dengan


<15 kehidupan anda

Anda puas dan bahagia


>30 dengan kehidupan anda Cek skormu di tabel

anda belum meni kmati hidup


15-30 saat ini ( living in the not now )

Jangan lupa untuk selalu bersyukur dan berbahagia!

Referensi:
Diener, E., n.d., Satisfaction with Life Scale, diakses pada tanggal 26 Juli 2019, dari
http://www.oprah.com/oprahshow/are-you-satisfied-with-life-and-happiness-test_1

Sumber Gambar: www.handandbeak.com

46
Dhammapada Atthakhata
Kisah Pengantin Muda Wanita

Pada hari pernikahan seorang wanita muda, orang tua pengantin wanita
mengundang Sang Buddha dan delapan puluh bhikkhu untuk menerima dana
makanan. Melihat si gadis di rumahnya mempersembahkan makanan, pengantin

PURSUING HAPPINESS
pria sangat gembira dan dia dapat sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan
Sang Buddha dan bhikkhu-bhikkhu lainnya. Sang Buddha mengetahui dengan pasti
perasaan pengantin laki-laki itu. Pada saat itu, pengantin laki-laki dan pengantin
wanita sudah siap untuk mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Dengan kemampuan batin luar biasa-Nya, Sang Buddha membuat pengantin
wanita tidak tampak oleh pengantin laki-laki. Saat laki-laki muda itu tidak lagi melihat
pengantin wanita, dia dapat mencurahkan perhatiannya kepada Sang Buddha
sehingga hormatnya kepada Sang Buddha bertambah kuat.
Kemudian Sang Buddha berkata pada laki-laki muda itu, “O anak muda, tidak
ada api yang menyamai nafsu, tidak ada kejahatan yang menyamai marah dan benci,
tidak ada penderitaan yang menyamai kemelekatan lima kelompok kehidupan
(khandha), tidak ada kebahagiaan yang menyamai 'Kedamaian Abadi' (nibanna).”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 202 berikut:
Tiada api yang menyamai nafsu; tidak ada kejahatan yang
menyamai kebencian; tidak ada penderitaan yang menyamai kelompok
kehidupan (khandha); dan tidak ada kebahagiaan yang lebih tinggi dari
'Kedamaian Abadi' (nibanna).
Pengantin laki-laki maupun pengantin wanita mencapai tingkat kesucian
sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.

Referensi:
Tim Penerjemah Vidyasena, 1997, Dhammapada Atthakatha, Vidyasena, Yogyakarta.

Sumber Gambar: pngtree.com

47
Kontak Dhamma

Apakah se ap orang ke ka
terlahir pas mempunyai dosa,
lobha, dan moha?
Kalau se ap orang (100 %), jawabannya dak.
Tergantung pada karmaphala yang dibawa
vinnana saat pertama pertemuan sperma dan
ovum. Pengecualian untuk yang terlahir
Sumber Gambar : Google Images
sebahai Bodhisa va.

Apakah untuk menjadi Samma-


Sambuddha harus bertekad di hadapan
Buddha terdahulu? Apabila iya, kepada
siapa Buddha pertama bertekad?

Menurut Riwayat Agung para Buddha, iya,


harus bertekad di hadapan Buddha
terdahulu. Namun, sebagai Buddha pertama,
Sumber Gambar : longfordpc.com
maka Beliau bertekad kepada diri sendiri.

Terdapat suatu kejadian ke ka seseorang kakek berusia sangat tua dan


berobat ke rumah sakit. Dikatakan bahwa karena faktor usia, perlahan-lahan
satu per satu organ tubuhnya dak berfungsi. Apabila ingin menunda, bisa
digunakan alat medis. Akan tetapi, kakek itu memilih untuk dak
menggunakan alat medis meski keluarga masih bisa membiayainya. Hal ini
karena ia tahu bahwa penyakitnya sudah dak bisa teroba . Apakah
ndakan tersebut cukup bijaksana? Bagaimana pandangan Buddhis terkait
keputusannya?

Bijaksana atau dak sangat tergantung kepada Cetana atau niat dan tekad sang
kakek. Jika niatnya dak ingin menghabiskan harta untuk dirinya, tetapi untuk
kepen ngan anak cucu dan masyarakat lain yang mebutuhkan, apalagi dengan
dilandasi me a tentu sangat bijaksana.
Semua pertanyaan beserta jawaban yang masuk di edisi ini
dapat dilihat di ugm.id/KontakDhammaEkacittaEdisiL

Mau bertanya seputar Buddhadhamma? Kirim pertanyaanmu ke ec.kamadhisugm@gmail.com


dengan subject: Kontak Dhamma.

48
Anumodana
Tim Eka-citta mengucapkan
terima kasih kepada para donatur.

Semoga jasa-jasa kebajikan atas dana yang


diberikan dapat menyokong pembabaran
Dhamma serta pematangan parami yang dipupuk
dalam kehidupan.

Laporan Keuangan Eka-citta Edisi ke-50/L


Saldo Awal Rp 5.822.974,10

Donasi a.n Anonim Rp 200.000


Donasi a.n Anonim Rp 100.000
Donasi a.n Anonim Rp 50.000
Donasi a.n Maria Yosefa Deni, SH Rp 250.000
Sub-Total Pendapatan Rp 600.000,00

Cetak Buletin Eka-citta (52 hlm. 100 eksemplar full color , @17.200,00) Rp 1.720.000
Jasa desainer Rp 500.000
Cetak pop-up Rp 32.300
Sub-Total Pengeluaran Rp 2.252.300,00

Saldo Akhir Rp 4.170.674,10

Namo Buddhaya

Kami dari tim Eka-citta ingin meminta waktu Anda untuk


mengisi forum aspirasi Eka-citta edisi ke-50 ini.

Forum aspirasi bisa diakses di tautan dibawah ini :

ugm.id/ForumAspirasiEkacittaEdisiL

Aspirasi Anda semua sangat bermanfaat untuk buletin


Eka-citta edisi selanjutnya yang lebih baik lagi.

Terima Kasih.
“Masa Lalu bisa saja membuatmu
terluka , namun bagaimana caramu
mengambil hikmahnya, kita bisa
belajar dari masa lalu”

- The Lion King

Sumber : Dokumen Pribadi

EDISI L/AGUSTUS/2019

Anda mungkin juga menyukai