Anda di halaman 1dari 3

1.

RATANA1 SUTTA

Permata

Puji pujian terhadap permata-permata Buddha, Dhamma, dan Sangha

1. Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia
maupun dari luar angkasa, semoga semua makhluk itu bahagia.
Demikian juga, semoga mereka mendengarkan dengan penuh (222
perhatian apa yang dikatakan. )
2. Karena itu, wahai para makhluk, perhatikanlah baik-baik.
Pancarkanlah kasih sayang kepada umat manusia yang siang malam
memberikan persembahan kepadamu. Karena itu, lindungilah mereka (223
dengan setulus hati. )
3. Harta apapun yang ada di sini atau di dunia lain, atau permata tak
ternilai apa pun yang ada di alam-alam surga, tidak ada satu pun yang
sebanding dengan Sang Tathagata. Permata tak ternilai ini ada di (224
dalam Buddha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian! )
4. Manusia bijak dari suku Sakya, yang tenang pikirannya, telah
mewujudkan penghentian yang bebas dari nafsu, yang bebas dari
kematian, dan luar biasa. Tidak ada sesuatu pun yang sebanding
dengan keadaan itu. Permata tak ternilai ini ada di dalam Dhamma. (225
Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian ! )
5. Buddha yang agung memuji meditasi murni yang segera memberikan
hasil. Tidak ada sesuatu pun yang sebanding dengan meditasi itu.
Permata berharga ini ada di dalam Dhamma. Dengan kebenaran ini, (226
semoga ada kedamaian! )
6. Delapan individu yang dipuji oleh orang-orang baik2 terdiri dari
empat pasang.3 Mereka adalah siswa-siswa Sang Buddha, yang
pantas menerima persembahan. Apapun yang dipersembahkan
kepada mereka akan memberikan buah yang melimpah. Permata tak
ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada (227
kedamaian! )
7. Mereka yang terbebas dari nafsu semuanya mantap di dalam ajaran
Gotama yang berpikiran teguh. Mereka telah mencapai apa yang
harus dicapai karena telah menyelam ke dalam Nibbana yang bebas
dari kematian. Mereka menikmati Kedamaian yang dicapai, yang tak
ternilai. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan (228
kebenaran ini, semoga ada kedamaian! )
8. Bagaikan gerbang kota yang berfondasi kokoh tidak tergoyahkan (229
oleh angin dari empat penjuru, demikianlah kunyatakan bahwa orang )
yang sepenuhnya memahami Kebenaran Mulia adalah orang yang
baik. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran
ini, semoga ada kedamaian!
9. Mereka yang dengan jernih memahami Kebenaran Mulia yang telah
diajarkan dengan baik oleh Yang Maha Bijaksana, betapapun tidak
berhati-hatinya mereka itu, mereka tidak akan terlahir untuk
kedelapan kalinya. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. (230
Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian! )
10. Tiga kondisi telah ditinggalkan oleh dia pada saat mencapai
pandangan terang,4 yaitu: (i) pandangan salah tentang diri, (ii)
keraguan, dan (iii) pandangan salah bahwa ritual dan upacara dapat
menyelamatkan. Dia juga telah sepenuhnya terbebas dari empat
keadaan menderita5 dan tidak dapat lagi melakukan enam kejahatan.6
Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, (231
semoga ada kedamaian ! )
11. Kejahatan apa pun yang dilakukan, baik lewat tubuh, ucapan atau
pikiran, tak dapat disembunyikannya. Karena telah dikatakan bahwa
tindakan semacam itu tidak mungkin dilakukan oleh orang yang telah
melihat Sang Jalan.7 Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. (232
Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian! )
12. Bagaikan pohon-pohon yang pucuknya berbunga pada bulan-bulan
pertama musim panas, begitu juga ajaran tertinggi yang menuju ke
Nibbana ini diajarkan untuk tujuan tertinggi. Permata tak ternilai ini (233
ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian! )
13. Yang Luar Biasa, Yang Maha Mengetahui, Sang Pemberi yang luar
biasa, dan Sang Pembawa Kesempurnaan telah membabarkan ajaran
yang luar biasa. Permata tak ternilai ini ada di dalam Buddha. (234
Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian! )
14. Dengan musnahnya (kamma) lampau, tidak ada (kamma) baru yang
dihasilkan, maka pikiran pun tak melekat pada kelahiran di masa
depan mereka telah menghancurkan benih-benih tumimbal lahir.
Nafsu-nafsu tidak lagi muncul dan para bijaksana itu pergi, sama
seperti lampu ini.8 Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. (235
Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian! )
15. Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia
maupun dari luar angkasa, marilah kita menghormat Buddha. Sang
Tathagata dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada (236
kedamaian! )
16. Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia
maupun dari ruang angkasa, marilah kita menghormat Dhamma.
Sang Tathagata dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada (237
kedamaian! )
17. Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia
maupun dari luar angkasa, marilah kita menghormat Sangha. Sang
Tathagata, dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada (238
kedamaian! )

Catatan

1. Permata atau batu mulia. Lihat Paramatthajotika I, hal. 165, II, hal. 278, edisi Helmer
Smith, Pali Text Society, London, cetak ulang 1966.

2. Paramatthajotika I, hal. 275: satam pasattha ti sappurisehi Buddha-


paccekabuddhasavakehi annehi ca devamanussehi pasattha.

3. Mereka yang mencapai tingkat kesucian pertama, yaitu pemenang-arus (sotapatti) dan
buahnya; dengan demikian keduanya ini menjadi sepasang. Begitu juga tingkat kesucian
kedua yaitu Yang-kembali-sekali-lagi (sakadagami), tingkat kesucian ketiga yaitu Yang
tak-kembali-lagi (anagami) dan Yang-mulia (arahatta). Demikian maka terbentuk
delapan individu.

4. Pandangan terang (dassana): Sang Jalan dan Buah dari Pemenang-arus (sotapatti).

5. (i) Naraka (keadaan yang menderita), (ii) alam binatang, (iii) alam setan, (iv) alam
raksasa.

6. (i) Membunuh ibu, (ii) membunuh ayah, (iii) membunuh orang suci, (iv) memecah-belah
Sangha, (v) melukai seorang Buddha, (vi) mengukuhi pandangan salah.

7. Sang Jalan (pada) menunjuk pada Pemenang-arus (sotapatti), tahap dimana Sang Calon
memahami Nibbana untuk pertama kalinya.

8. Di sini Nibbana dilukiskan dengan perumpamaan sebuah lampu. Asvaghosa


menjelaskannya sebagai berikut: Seperti sebuah lampu, ketika ia padam, tidak ke sana
dan tidak kemari, tidak di bumi tidak juga di langit, tidak di arah ini tidak juga di arah itu,
setelah sepenuhnya padam karena minyaknya habis, begitu juga seorang suci mencapai
Nirvana ketika nafsu dan gairahnya yang kuat telah habis. Dia tidak pergi ke sini maupun
ke sana, tetapi mencapai kedamaian seutuhnya. (Saundaranandakavya, Bab XVI, syair
28).

Anda mungkin juga menyukai