KELOMPOK 2
AKBAR WADDU
AZHARI ALI RAHMAN
M.FADHIL LATIF
RENALDI
NUR CAHAYA
RISKA
SLTP NEGERI 1 ANGGERAJA
TAHUN AJARAN 2013/2014
1. AGAMA ISLAM
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut)
adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan
syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat,
zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi
macam-macam
ibadah
yang
berkaitan
dengan
amalan
hati,
lisan
dan
badan.
Ibadah
inilah
yang
menjadi
tujuan penciptaan
manusia. Allah
berfirman:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.
Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya
mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang
mempunyai
kekuatan
lagi
sangat
kokoh.
[Adz-Dzaariyaat:
56-58]
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah
agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya,
tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena
ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah,
ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang
disyariatkan-Nya, maka ia adalah mubtadi (pelaku bidah). Dan barangsiapa yang beribadah
kepada-Nya hanya dengan apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang
mengesakan Allah).
Cara mengerjakan shalat
1. Bediri tegak menghadap kiblat dan niat mengerjakan shalat.
Lafazh niat-niat shalat Fardhu:
Shalat Subuh:
USHALLII FARDHASH-SHUBHI RAK'ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI
ADAA'AN (MA'MUUMAN / IMAAMAN) LILLAHI TA'AALAA
artinya: Aku sengaja shalat fardhu subuh dua raka'at menghadap kiblat (menjadi
makmum / imam) karena Allah
Shalat Dzuhur:
USHALLII FARDHADZ-DZUHRI ARBA'A RAKA'ATIM MUSTAQBILAL QIBLATI
ADAA'AN (MA'MUUMAN / IMAAMAN) LILLAHI TA'AALAA
artinya: Aku sengaja shalat fardhu dzuhur empat raka'at menghadap kiblat (menjadi
makmum / imam) karena Allah
Shalat Ashar:
USHALLII FARDHAL-'ASHRI ARBA'A RAKA'ATIM MUSTAQBILAL QIBLATI
ADAA'AN (MA'MUUMAN / IMAAMAN) LILLAHI TA'AALAA
artinya: Aku sengaja shalat fardhu ashar empat raka'at menghadap kiblat (menjadi
makmum / imam) karena Allah
Shalat Maghrib:
USHALLI FARDHAl-MAGHRIBI TSALAATSA RAKA'ATIM MUSTAQBILAL
QIBLATI ADAA'AN (MA'MUUMAN / IMAAMAN) LILLAHI TA'AALAA
artinya: Aku sengaja shalat fardhu maghrib tiga raka'at menghadap kiblat (menjadi
makmum / imam) karena Allah
Shalat 'Isya:
USHALLI FARDHAL-'ISYAA'I ARBA'A RAKA'AATIM MUSTAQBILAL QIBLATI
ADAA'AN (MA'MUUMAN / IMAAMAN) LILLAHI TA'AALAA
artinya: Aku sengaja shalat fardhu 'Isya empat raka'at menghadap kiblat (menjadi
makmum / imam) karena Allah
2. Mengangkat kedua belah tangan serta membaca takbiratul ihram "ALLAAHU AKBAR"
3. Kedua belah tangan di letakan (sedakep) pada dada, tangan kanan di depan tangan kiri.
4. Membaca doa iftitah
ALLAHU AKBAR KABIIRAA WAL-HAMDU LILLAAHI KATSIIRAA WA
SUBHANAALLAHI BUKRATAW WA ASHIILLA.
INNII WAJJAHTU WAJHIYA LIL-LADZII FATHARASSAMAAWAATI WALARDHA HANIIFAM MUSLIMAW WA MAA ANA MINAL-MUSYRIKIIN.
INNA SHALAATII WA NUSUKII WA MAHYAAYA WA MAMAATII LILLAHI
RABBIL-'AALAMIIN.
LAA SYARIIKALAHU WA BI DZAALIKA UMIRTU WA ANA MINALMUSLIMIIN.
artinya:
"Allah Maha Besar lagi Sempurna Kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan Maha Suci
Allah sepanjang pagi dan sore. Ku hadapkan muka hatiku kepada Dzat yang menciptakan
langit dan bumi dengan keadaan yang lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah dari
golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata
hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu
aku diperintahkan untuk tidak menyukutukan-Nya. Dan aku dari golonan orang
muslimin.
atau
boleh
juga
membaca
doa
iftitah
sebagai
berikut
artinya:
Ya Allah, jauhkanlah aku daripada kesalahan dan dosa sejauh antara jarak timur dan
barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari segala kesalahan dan dosa sebagaimana bersihnya
kain putih dari kotoran. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku dengan air, dan air salju yang
sejuk.
5. Membaca surat Fatihah
BIMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM.
AL-HAMDU LILLAAHI RABBIL-'AALAMIIN.
AR-RAHMAANIR-RAHIIM. MAALIKI YAUMID-DIIN.
IYYAAKA NA'BUDU WA IYYAAKA NASTA'IIN.
IHDINASH-SHIRAATHAL-MUSTAQIIM.
SHIRAATHAL-LADZIINA
AN'AMTA
'ALAIHIM
GHAIRIL-MAGHDHUUBI
'ALAIHIM WA LADH-DHAALLIIN.
AAMIIN.
artinya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Yang Pengasih dan Penyayang.
Yang menguasai hari kemudian.
Hanya pada-Mu lah aku mengabdi dan kepada-Mu lah aku meminta pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat.
Bukan jalan mereka yang pernah Engkau murkai, atau jalannya orang-orang yang sesat.
6. Selesai membaca Fatihah dalam raka'at pertama dan kedua, disunatkan membaca surat atau
ayat Al-Qur'an. Kami menyertakan 3 surat pendek sebagai contoh.
Surat Al-Ikhlash:
BIMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM.
QUL HUWALLAHU AHAD.
ALLAHUSH-SHAMAD.
LAM YALID WA LAM YUULAD.
WA LAM YAKUL LAHUU KUFUAN AHAD.
artinya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Katakanlah (hai Muhammad): Allah itu Esa.
Allah tempat meminta.
Tiada Ia beranak dan tiada pula Ia dilahirkan.
Dan tak ada bagi-Nya seorangpun yang menyerupai-Nya.
Surat Al-Falaq :
BIMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM.
QUL A'UUDZU BI RABBIL-FALAQ.
MIN SYARRI MAA KHALAQ.
WA MIN SYARRI GHAASIQIN IDZAA WAQAB.
WA MIN SYARRIN-NAFFAATSAATI FIL-'UQAD.
WA MIN SYARRI HAASIDIN IDZAA HASAD.
artinya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Katakanlah: aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh.
Dari kejahatan mahluk-Nya.
Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.
Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul.
Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.
Surat An-Naas :
BIMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM.
QUL A'UUDZU BI RABBIN-NAAS.
MALIKIN-NAAS.
ILAAHIN-NAAS.
MIN SYARRIL WASWAASIL KHANNAAS.
AL LADZII YUWASWISU FII SHUDUURIN-NAAS.
MINAL JINNATI WAN-NAAS
artinya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara dan menguasai manusia.
Raja manusia.
Sembahan manusia.
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi.
Yang membisikkan (kejahatan) kedalam dada manusia.
Dari jin dan manusia.
7. Rukuk
Mengucap "ALLAHU AKBAR" seraya mengangkat kedua belah tangan setinggi telinga.
Lalu badan membungkuk, membentuk sudut 90 derajat dengan pangkal sudut di pinggang, kedua
tangan diletakkan diatas kedua lutut, ditekankan antara punggung dan kepala supaya rata. Setelah
cukup sempurna, membaca bacaan tasbih:
SUBHAANA RABBIYAL-'ADHIIMII WA BI HAMDIH --- sebanyak 3 kali
artinya:
Maha suci Tuhan Yang Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya
8. I'tidal
Kembali bangkit tegak dengan mengangkat kedua belah tangan setinggi telinga, seraya
membaca:
SAMI'ALLAAHU LI MAN HAMIDAH
artinya:
Allah mendengar orang yang memuji-Nya
Setelah berdiri tegak, kemudian membaca:
RABBANAA LAKAL-HAMDU MIL'US-SAMAAWAATI WA MIL UL-ARDHI WA
MIL'U MAA SYITA MIN SYAI'IN BA'DU
artinya:
Ya Allah Tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh
barang yang Kau kehendaki sesudah itu.
9. Sujud
Bersujud dengan dahi ke bumi dan ketika turun, seraya mengucap "ALLAHU AKBAR"
kemudian membaca tasbih:
SUBHAANA RABBIYAL-A' LAA WA BI HAMDIH --- sebanyak 3 kali
artinya:
Maha suci Tuhan Yang Maha Tinggi serta memujilah aku kepada-Nya
10. Duduk antara dua sujud
Duduk serta mengucap "ALLAHU AKBAR" dan setelah sempurna duduk, membaca:
RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA'NII WARZUQNII
WAHDINII WA' AAFINII WA'FU'ANNI
artinya:
Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku, dan cukupkanlah segala
kekuranganku, dan angkatlah derajatku, dan berilah rizki kepada ku, dan berilah aku
petunjuk, dan berilah kesehatan kepadaku, dan berilah ampunan kepadaku.
11. Sujud kedua
Sama
seperti
sujud
pertama
(point
nomor
9),
baik
cara
maupun
bacaannya.
Hal-hal yang dikerjakan sampai nomor 11 ini disebut satu raka'at, untuk raka'at kedua dan
selanjutnya tidak perlu mengulang niat & doa iftitah (sehingga hanya perlu mengerjakan point
2,3, 5 s/d 11)
12. Duduk tasyahud / tahiyat awal
Jika kita melakukan shalat tiga atau empat raka'at, maka setelah sujud kedua dalam raka'at, kita
melakukan duduk tasyahud awal. Posisi telapak kaki kiri diduduki, dan kaki kanan tegak.
Bacaan tasyahud/ tahiyat awal adalah:
AT-TAHIYYAATUL-MUBAARAKAATUSH-SHALAWAATUTH-THAYYIBAATU
LILLAAH.
AS-SLAAMU 'ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA
BARAKAATUH,
AS-SALAAMU 'ALAINAA WA 'ALA 'IBAADILLAHISH-SHAALIHIN.
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH, WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAR RASUULULLAH.
ALLAHUMMA SHALLI 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD
artinya:
Segala kehormatan, keberkahan, kebahagian dan kebaikan bagi Allah. Salam, rahmat dan
berkah-Nya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam (keselamatan)
semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah,
Limpahilah rahmat kepada Nabi Muhammad.
13. Tasyahud akhir
Dilakukan setelah sujud kedua pada raka'at terakhir shalat, bacaannya sama dengan tasyahud
awal, hanya saja ditambah dengan shalawat atas warga Nabi Muhammad, lafazh-nya adalah:
WA 'ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD
artinya:
Dan limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad
Cara duduk tahiyat akhir adalah:
Kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, jari-jari kaki kanan tetap menekan ke tanah.
Pada
tahiyat
akhir
disunatkan
membaca
shalawat
Ibrahimiyah,
lafazh-nya
adalah:
'ALAIKUM
WA
RAHMATULLAAH
artinya:
Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian
Waktu mengucap salam yang pertama, muka kita menengok ke kanan, dan waktu membaca
salam yang kedua muka kita menengok ke kiri. Dengan salam ini maka berakhirlah shalat kita.
2. AGAMA KRISTEN
Justin Martyr menggambarkan liturgi (tata cara urutan ibadah) Kristen di First
Apology (c. 150) kepada Penguasa Antoninus Pius pada abad ke-2, dan penggambarannya masih
relevan untuk menggambarkan struktur dasar dari liturgi ibadah Kristen. Justin menggambarkan,
orang Kristen berkumpul untuk ibadah bersama pada hari Minggu, yaitu hari Yesus bangkit dari
kubur. Pembacaan Firman Tuhan diambil dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tapi
terutama dari Injil. Pada akhir dari liturgi ibadah, diadakan Perjamuan Kudus, untuk
memperingati pengorbanan Yesus.
Namun gereja pada saat ini juga ada yang mengadakan ibadah selain hari Minggu. Gereja
Advent Hari Ketujuh berkumpul pada hari Sabtu. Gereja Pentakosta atau Karismatik mengikuti
"tuntunan Roh Kudus" dan tidak memiliki liturgi yang tertulis, walaupun ada tata cara urutan
umum kebiasaan ibadah yang biasanya dari minggu ke minggu mirip. Gereja Evangelical
menggabungkan Pop dan Rock ke dalam ibadahnya, sementara beberapa Gereja yang lain
melarang sama sekali penggunaan alat musik dalam ibadah, seperti Gereja Ortodoks.
Ibadah dapat divariasikan untuk acara-acara khusus, seperti baptisan, pernikahan, atau
hari raya Kristen seperti Natal dan Paskah. Ada pula ibadah untuk anak-anak, yang biasanya
disebut Sekolah Minggu atau Ibadah Anak.
Sakramen
Sakramen adalah ritus Agama Kristen yang menjadi perantara (menyalurkan) rahmat
ilahi. Kata 'sakramen' berasal dari Bahasa Latin sacramentum yang secara harfiah berarti
"menjadikan suci". Salah satu contoh penggunaan kata sacramentum adalah sebagai sebutan
untuk sumpah bakti yang diikrarkan para prajurit Romawi; istilah ini kemudian digunakan oleh
Gereja dalam pengertian harfiahnya dan bukan dalam pengertian sumpah tadi.
Kalender Liturgis
Komunitas Katolik Roma, Anglikan, dan Kristen Protestan mengatur ibadah dalam
jadwal kalender liturgis. Hal ini termasuk hari-hari suci, misalnya Hari Perenungan yang
memperingati sebuah kejadian di dalam hidup Yesus Kristus, hari-hari puasa, atau perayaanperayaan biasa seperti hari memperingati orang-orang kudus. Komunitas Kristen yang tidak
mengikuti tradisi kalender liturgis biasanya masih tetap merayakan perayaan-perayaan tertentu,
seperti Natal, Paskah, dan Kenaikan Yesus ke Surga. Beberapa Gereja sama sekali tidak memakai
kalender liturgis.
Simbol
Salib, yang saat ini adalah simbol Kekristenan yang paling mudah dikenali di seluruh
dunia, telah digunakan sebagai simbol Kristen pada zaman sangat awal.
[4]
nampaknya berada di urutan teratas lambang favorit setelah salib. Lambang ikan dipakai oleh
karena kemiripan 5 huruf konsonan yang membentuk kata ikan (Ichthys), yang mana dapat
dipakai sebagai singkatan untuk menggambarkan Yesus: Iesous Christos Theou Yios Soter,
artinya Yesus Kristus, Anak Allah, Penyelamat.
Orang Kristen awal mula suka untuk menghiasi makam-makam mereka dengan ukirukiran dan gambar mengenai Yesus, orang-orang kudus, kejadian dari Alkitab, dan perlambangperlambang yang lain. Orang-orang Kristen awal tidak memiliki pemikiran negatif menganai
gambar, ukiran, maupun patung. Simbol-simbol yang lain meliputi burung merpati (simbol Roh
Kudus), anak domba (simbol pengorbanan Yesus), pohon anggur beserta ranting-rantingnya
(simbol bahwa orang Kristen harus memiliki hubungan secara pribadi dengan Yesus) dan banyak
yang lain. Semua ini diambil dari ayat-ayat Alkitab Perjanjian Baru.
Baptisan
Baptisan merupakan sebuah ritual dan sakramen menggunakan air, yang menandakan
seseorang berkomitmen menjadi seorang Kristen dan tergabung menjadi anggota Gereja. Ada
gereja yang memperbolehkan baptisan dengan air yang dipercikkan (misalnya Gereja Kristen
Protestan, Gereja Katolik dan Ortodoks), ada gereja yang mengharuskan baptisan dilakukan
dengan diselamkan ke dalam air seperti Yesus (misalnya Gereja Pantekosta dan Karismatik).
Doa
Pengajaran Yesus tentang doa pada Khotbah di Bukit menggambarkan bahwa doa secara
Kristiani hanya memakai sedikit faktor eksternal, atau tidak ada sama sekali, seperti misalnya
harus menggambar simbol-simbol tertentu atau harus menyembelih hewan-hewan tertentu
terlebih dahulu sebelum berdoa. Dalam doa secara Kristiani, semua perilaku-perilaku yang
menekankan kepada "teknik-teknik berdoa" yang menggunakan faktor eksternal seperti yang tadi
disebutkan biasanya dituduh sebagai "pagan" (paganisme, penyembahan berhala). Karena itu,
dalam doa secara Kristiani, yang ditekankan adalah cukup hanya perlu percaya kepada kebaikan
Tuhan ketika berdoa. Di seluruh Perjanjian Baru, penekanan terhadap kebebasan untuk datang
kepada Tuhan ini pun ditekankan. Keyakinan ini harus dilihat dari sudut pandang kepercayaan
Kristen terhadap hubungan yang unik antara orang percaya dengan Yesus, lewat Roh Kudus. [10]
Dalam tradisi lanjutan, beberapa gerakan sebelum berdoa dianjurkan, seperti misalnya membuat
tanda salib, berlutut, atau membungkuk. Kebiasaan melipat tangan, menyatukan kedua tangan di
depan dada, atau mengangkat tangan pun terkadang sering dilakukan untuk meningkatkan
konsentrasi ketika berdoa dan mengekspresikan isi doa.
3. AGAMA KATOLIK
Walaupun ibadah ada di dalam setiap agama, namun dalam ibadahlah nampak perbedaan
antara agama. Dalam perspektif agama katolik, ibadah dipandang sebagai pertemuan antara
Allah dan manusia, sebagai ungkapan ketaqwaan dan saling mengukuhkan dalam iman.
Biasanya dalam ibadah Katolik dipakai simbol-simbol atau tanda yang khusus, karena
baik untuk pengungkapan iman maupun untuk tanda kehadiran Allah, pemakaian bahasa atau
ekspresi yang biasa dianggap kurang memadahi. Karena misteri Allah dan penyelamatanNya
hanya dapat ditunjuk dengan tanda-tanda, tidak pernah dapat dirumuskan atau diungkapkan
secara penuh oleh manusia.
Ibadah adalah kegiatan manusia yang beragama, lalu pertanyaanya mengapa perlu ibadah dalam
hidup beragama? Yang pokok dalam agama adalah sikap batin, namun untuk mewujudnyatakan
iman perlu pengungkapan yang nyata lewat tata cara ibadah. Gereja Katolik mengungkapkan
imannya melalui perayaan-perayaan liturgi.Untuk membentuk hidup yang saleh bagi umat,
diperlukan berbagai bentuk ibadah. Tidak akan ada agama tanpa iman dan tidak ada ibadah tanpa
agama.
1.
Secara garis besar dalam agama katolik ibadah digolongkan dalam 2 bagian besar.
a. Ibadah Rohani
Yang dimaksudkan dengan ibadah rohani adalah setiap ibadah yang dilakukan dalam Roh oleh
setiap orang Katolik. Dalam urapan Roh, seluruh hidup umat Katolik dapat dijadikan satu ibadah
rohani. Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya, oleh
karena itu Gereja bertekun dalam doa, memuji Allah, dan mempersembahkan diri sebagai kurban
yang hidup, suci dan berkenan kepada Allah. Itulah ibadah rohani yang sejati (bdk. Rm 12:1).
1)
Doa
a)
Arti Doa
b)
Fungsi Doa
c)
Macam-macam doa
Doa permohonan
Doa syukur
Doa pujian
d)
2)
Perayaan Sakramen
a)
Arti Sakramen
Kata sakramen berasal dari bahasa Latin Sacramentum, yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan yang kudus atau yang ilahi.
Sakramen juga berarti tanda,lambang atau simbol keselamatan Allah yang diberikan
kepada Manusia
Sakramen biasanya diungkapkan dengan kata-kata dan tindakan. Maka sakramen dalam
Gereja Katolik mengandung 2 (dua) unsur hakiki yaitu :
b)
Fungsi/makna Sakramen
c)
Sakramen Baptis/permandian
Sakramen Ekaristi
Sakramen Tobat
Sakramen Krisma
Sakramen Perkawinan
3)
Sakramen Imamat
Perayaan Sakramentali
a)
Arti Sakramentali
Tindakan liturgi dengan mengadakan tanda-tanda suci yang diperoleh melalui doa-doa
permohonan.
b)
Devosi
a)
Arti Devosi
Devosi bukanlah liturgi. Devosi adalah suatu sikap bakti yang berupa penyerahan seluruh pribadi
kepada Allah dan kehendak-Nya sebagai perwujudan cinta kasih, atau yang lebih lazim: devosi
adalah kebaktian khusus kepada berbagai misteri iman yang dikaitkan dengan pribadi tertentu.
b)
Jenis devosi
Ziarah
c)
Tujuan Devosi
mengantar umat pada penghayatan iman yang benar akan misteri karya keselamatan
Allah dalam Yesus Kristus;
mengungkapkan dan meneguhkan iman terhadap salah satu kebenaran misteri iman;
b. Ibadah Sosial
Ibadah sosial dapat diartikan sebagai semua kegiatan sebagai perwujudan nyata iman. Dalam
Agama Katolik ibadah sosial didasarkan pada ajaran Yesus Kristus sendiri yang begitu solider
dengan kehidupan manusia, sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 25:35-36 dimana sebagai
manusia kita dapat memberi makan minum yang lapar dan haus, mengunjungi yang dipenjara,
melawat yang sakit, memberi tumpangan bagi orang asing dan memberikan pakaian bagi yang
telanjang.
2.
a.
1)
3)
Memulai bacaan injil dengan membuat tanda salib pada dahi, mulut dan dada.
4)
b.
Perarakan
Perarakan dilakukan oleh Pemimpin ibadah beserta pembantunya berjalan bersama menuju altar,
juga dilakukan oleh beberapa wakil umat untuk mengantarkan persembahan berupa: roti, anggur,
lilim, bunga dan kolekte ke altar.
c.
Berjalan
Berjalan yang baik dilakukan dengan tegap dan khidmat serta pandangan kearah depan
merupakan tanda penghormatan dan kesungghuan niat kita bertemu dengan Tuhan serta dengan
tidak tergesa-gesa supaya suasana khidmat dan tenang terjaga, namun tidak lambat juga supaya
tidak memberi kesan lamban
d.
Berdiri
Berdiri sebagai ungkapan rasa hormat dan syukur, dilakukan waktu menyambut imam,
pembacaan Injil, mengucapkan Syahadat, menyampaikan doa Umat, memulai Doa Syukur
Agung dan menyanyikan lagu Bapa Kami.
e.
Duduk
Duduk dilakukan ketika Kitab Suci dibacakan (selain Injil) sebagai suatu ungkapan kesediaan
mendengar dan merenungkan sabda Tuhan. Persiapan persembahan sebagai ungkapan kesediaan
memberi diri kepada Tuhan dengan penuh penyerahan. Petugas membacakan penguman sebagai
tanda ungkapan kesediaan mendengarkan dan melaksakan tugas kewajiban
f.
Membungkuk
Membungkukan badan dan kepala merupakan tanda penghormatan terhadap Pemimpin ibadah,
altar Tuhan, salib dan sakramen Maha Kudus.
g.
Berlutut
Berlutut merupakan sikap doa yang mengungkapkan kerendahan hati seseorang yang ingin
memohon kepada Tuhan atau bersembah sujud kepada-Nya.
h.
Mengangkat Tangan
Sebagai sikap doa yang mengungkapkan permohonan dengan kebulatan hati yang disertai
pengharapan, dilakukan oleh imam ketika mengangkat patena dan piala berisi roti dan anggur
untuk dipersembahkan kepada Tuhan, serta mengangkat sibori atau patena dan piala yang berisi
Tubuh dan Darah Kristus untuk diperlihatkan kepada umat.
i.
Mengatupkan Tangan
Mengatupkan tangan dibuat ketika sebelum dan setelah menerima komuni (mengatupkan tangan
didada waktu berjalan) sebagai ungkapan kesetiaan pada Tuhan, juga dilakukan oleh umat ketika
berdoa pribadi.
j.
Tiarap/Menelungkup
Tiarap atau menelungkup merupakan ungkapan tidak pantas, merasa berdosa dihadapan Allah,
dilakukan oleh para calon Imam dan Uskup ketika ditahbiskan, serta oleh Umat sebagai sikap
Doa, merasa diri berdosa besar dan tidak layak dihadapan Tuhan.
k.
Memerciki
Sebagai tanda penyucian dan peringatan akan pembatisan, memerciki dilakukan pada permulaan
Ekaristi dan juga dilakukan setelah pembaharuan janji naptis pada Malam Paska, saat menerima
daun Palma pada perarakan Minggu Palma. Mmemerciki juga dilakukan untuk kepentingan
pernikahan, pemakaman, pemberkatan tempat/gedung, pemberkatan benda-benda devosi lainnya.
l.
Mendupai
Untuk menciptakan suasana doa dan kurban bagi Allah. Pendupaan altar bergerak dari bagian
kiri ke kanan mengelilingi altar. Asap putih yang mengepul keatas melambangkan persembahan
kita diterima oleh Allah.
m. Bersalaman
Berjabat tangan atau bersalaman mengungkapkan wujud dari Kasih dan Persaudaraan.
Bersalaman dilakukan oleh umat ketika saling memberikan Salam Damai.
n.
Memberkati
Memberkati adalah bentuk menguduskan umat yang dilakukan oleh seorang pemimpin ibadah,
memberkati adalah Doa, ungkapan permohonan pada Tuhan, semoga yang diminta umat-Nya
terkabulkan, terjadi, terlaksana. Memberkati disertai dengan gerakan tangan yang bertanda
salib dengan mengucapkan Atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Tiada berkat imam yang
tidak diberikan dalam tanda salib.
4. AGAMA HINDU
Dalam banyak praktik keagamaan dan ritual, umat Hindu biasanya mengucapkan mantra.
Mantra adalah seruan, panggilan, atau doa yang membantu umat Hindu agar dapat memusatkan
pikiran kepada Tuhan atau dewa tertentu, melalui kata-kata, suara, dan cara pelantunan. Pada
pagi hari, di tepi sungai yang dikeramatkan, banyak umat Hindu yang melaksanakan upacara
pembersihan sambil melantunkan Gayatri Mantra atau mantra-mantra Mahamrityunjaya.
Wiracarita Mahabharata mengagungkan japa (lagu-lagu pujaan) sebagai kewajiban terbesar
pada masa Kaliyuga (zaman sekarang, 3102 SMkini).Banyak aliran yang mengadopsi japa
sebagai praktik spiritual yang utama.
Praktik spiritual Hindu yang cukup populer adalah Yoga. Yoga merupakan ajaran Hindu
yang gunanya melatih kesadaran demi kedamaian, kesehatan, dan pandangan spiritual. Hal ini
dilakukan melalui seperangkat latihan dan pembentukan posisi tubuh untuk mengendalikan raga
dan pikiran.
Bhajan merupakan praktik pelantunan lagu-lagu pujian. Praktik ini memiliki bentuk
beragam: dapat berupa mantra semata atau kirtan, atau berupa dhrupad atau kriti dengan musik
berdasarkan raga dan tala menurut musik klasik India.Biasanya, bhajan mengandung syair
untuk mengungkapkan cinta kepada Tuhan. Istilah tersebut sepadan dengan bhakti yang artinya
"pengabdian religius", menyiratkan pentingnya bhajan bagi gerakan bhakti yang menyebar dari
India bagian selatan ke seluruh subkontinen India pada masa Moghul.
Penggalan cerita dari kitab suci, ajaran para orang suci, serta deskripsi para dewa telah
menjadi subjek bagi pelaksanaan bhajan. Tradisi dhrupad, qawwali Sufi, dan kirtan atau lagu
dalam tradisi Haridasi berkaitan dengan bhajan. Nanak, Kabir, Meera, Narottama Dasa, Surdas,
dan Tulsidas adalah para pujangga bhajan terkemuka. Tradisi dalam bhajan seperti Nirguni,
Gorakhanathi, Vallabhapanthi, Ashtachhap, Madhura-bhakti, dan Sampradya Bhajan dari India
Selatan memiliki repertoar dan cara pelantunan masing-masing.
Upacara
Banyak umat Hindu dari berbagai aliran yang melaksanakan ritual keagamaan seharihari. Banyak umat Hindu yang melaksanakannya di rumah, tetapi pelaksanaannya berbeda-beda
tergantung daerah, desa, dan kecenderungan umat itu sendiri. Umat Hindu yang saleh
melaksanakan ritual sehari-hari seperti sembahyang subuh sehabis mandi (biasanya di kamar
suci/tempat suci keluarga, dan biasanya juga diiringi dengan menyalakan pelita serta
menghaturkan sesajen ke hadapan arca dewa-dewi), membaca kitab suci berulang-ulang,
menyanyikan lagu-lagu pemujaan, meditasi, merapalkan mantra-mantra, dan lain-lain.
Ciri menonjol dalam ritual keagamaan Hindu adalah pembedaan antara yang murni dan
sudah tercemar. Ada aturan yang mengisyaratkan bagaimana kondisi-kondisi yang dikatakan
tercemar atau tak murni lagi, sehingga pelaksana upacara harus melakukan pembersihan atau
pemurnian kembali sebelum upacara dimulai. Maka dari itu, penyucianbiasanya dengan air
menjadi ciri umum dalam kebanyakan aktivitas keagamaan Hindu.Ciri lainnya meliputi
kepercayaan akan kemujaraban upacara dan konsep pahala yang diperoleh melalui kemurahan
hati atau keikhlasan, yang akan bertumpuk-tumpuk dari waktu ke waktu sehingga mengurangi
penderitaan di kehidupan selanjutnya.
Ritus dengan sarana api (yadnya) kini tidak dilakukan sesering mungkin, meskipun
pelaksanaannya sangat diagungkan dalam teori. Akan tetapi, dalam upacara pernikahan dan
pemakaman adat Hindu, pelaksanaan yadnya dan perapalan mantra-mantra Weda masih
disesuaikan dengan norma. Beberapa upacara juga berubah seiring berjalannya waktu. Sebagai
contoh, pada masa beberapa abad yang lalu, persembahan tarian dan musik sakral menurut
kaidah Sodasa Upachara yang standarsebagaimana tercantum dalam Agamashastra
tergantikan oleh persembahan dari nasi dan gula-gula.
Peristiwa seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian melibatkan seperangkat tradisi
Hindu yang terperinci. Dalam agama Hindu, upacara bagi "siklus kehidupan" meliputi
Annaprashan (ketika bayi dapat memakan makanan yang keras untuk pertama kalinya),
Upanayanam (pelantikan anak-anak kasta menengah ke atas saat mulai menempuh pendidikan
formal), dan rddha (upacara menjamu orang-orang dengan makanan karena bersedia
melantunkan doa-doa kepada "Tuhan" agar jiwa mendiang mendapatkan kedamaian).
Untuk perihal pernikahan, bagi sebagian besar masyarakat India, masa pertunangan
pasangan muda-mudi serta tanggal dan waktu pernikahan ditentukan oleh para orang tua dengan
konsultasi ahli perbintangan. Untuk perihal kematian, kremasi merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh kerabat mendiang, kecuali bila mendiang adalah sanyasin, hijra, atau anak di
bawah lima tahun. Biasanya, kremasi dilakukan dengan membungkus jenazah dengan pakaian
terlebih dahulu, lalu membakarnya dengan api unggun.
Ahimsa
Mahatma Gandhi adalah tokoh Hindu dari India yang memilih untuk menerapkan praktik
ahimsa dalam upaya menentang pemerintah kolonial Inggris pada masa Gerakan Kemerdekaan
India.
Umat Hindu menganjurkan praktik ahimsa (ahims; artinya "tanpa kekerasan") dan
penghormatan kepada seluruh bentuk kehidupan karena mereka meyakini bahwa "percikan dari
Tuhan" juga meresap ke dalam setiap makhluk hidup, termasuk tumbuhan dan hewan. Istilah
ahimsa disebutkan dalam kitab-kitab Upanishad dan wiracarita Mahabharata. Ahimsa adalah
yang pertama di antara lima yama (pancayamabrata; lima prinsip pengendalian diri) dalam
Yogasutra Patanjali, dan menjadi prinsip pertama bagi seluruh anggota Warnasramadarma
(brahmana, ksatria, waisya, dan sudra) menurut Manusmerti.
Konsep ahimsa dalam Hinduisme tidak seketat agama Buddha dan Jainisme, karena jejak
keberadaan praktik-praktik pengorbanan dapat ditelusuri dalam kitab-kitab Weda, contohnya
mantra-mantra untuk kurban kambing (dalam Regweda), kurban kuda (Aswameda, dalam
Yajurweda), dan kurban manusia (Purusameda, dalam Yajurweda), sedangkan dalam ritus
Jyotistoma ada tiga hewan yang dikurbankan melalui upacara yang masing-masing disebut
Agnisomiya, Sawaniya, dan Anubandya. Yajurweda dianggap sebagai Weda pengorbanan dan
ritual, serta menyebutkan beberapa ritus pengurbanan hewan, contohnya mantra dan prosedur
pengurbanan kambing putih kepada Bayu, seekor anak lembu kepada Saraswati, seekor sapi
bertutul kepada Sawitr, seekor banteng kepada Indra, seekor sapi yang dikebiri kepada Baruna,
dan lain-lain.
Tanggapan yang menentang pelaksanaan kurban datang dari aliran Carwaka yang
menuliskan kritik mereka dalam Barhaspatyasutra (abad ke-3 SM) sebagai berikut:
"Jika hewan yang dikurbankan dalam ritus Jyotistoma akan segera mencapai surga,
mengapa si pelaksana tidak segera mengurbankan ayahnya saja?"
Pada masa perkembangan Hinduisme dan Buddhisme di India, para raja Buddhis seperti
Ashoka memengaruhi rakyatnya dengan larangan pelaksanaan kurban. Pada masa pemerintahan
Ashoka, sebuah titah diberlakukan dan dituliskan pada sebuah batu, dengan kata-kata sebagai
berikut:
"Ini adalah titah dari orang yang disayangi para dewa, Raja Piyadasi. Tindak pembunuhan
kepada hewan tidak boleh dilakukan untuk seterusnya."
Dari sini, reaksi sosial berkenaan dengan kitab tata cara pengorbanan (Brahmana) dapat
ditelusuri. Menurut Panini, ada dua macam Brahmana, yaitu Brahmana Lama dan Brahmana
Baru. Dalam Brahmana Lamaseperti Aitareya Brahmana untuk Regwedapengorbanan
benar-benar dilakukan, namun dalam Brahmana Baru seperti Shatapatha Brahmana, hewan
kurban dilepaskan setelah terikat pada tiang pengorbanan. Hal ini merupakan reaksi dari
kebangkitan agama-agama Sramanaseperti agama Buddha dan Jainismeyang berakibat pada
peletakan konsep ahimsa di kalangan praktisi kitab Brahmana.
Pertapaan
Sejumlah umat Hindu memilih untuk hidup sebagai petapa (Sanysa) dalam upaya
mencapai "moksa" atau pun bentuk kesempurnaan spiritual lainnya. Para petapa berkomitmen
untuk hidup sederhana, tidak berhubungan seksual, tidak mencari harta duniawi, serta
berkontemplasi tentang Tuhan. Petapa Hindu disebut sanyasin, sadu, atau swmi, sedangkan
yang wanita disebut sanysini.
Orang yang melepaskan diri dari ikatan duniawi memperoleh respek yang tinggi dalam
masyarakat Hindu karena egoisme dan ikatan duniawi yang mereka lepaskan menjadi inspirasi
bagi umat yang masih berkeluarga untuk berjuang dalam pengendalian pikiran. Beberapa petapa
tinggal di tempat suci atau asrama, sedangkan yang lainnya berkelana dari satu tempat ke tempat
lain dengan keyakinan bahwa hanya Tuhan yang dapat memenuhi keinginan mereka. Bagi umat
Hindu awam, menyediakan makanan dan kebutuhan untuk para petapa atau sadu merupakan jasa
yang sangat besar. Sebaliknya, para sadu menerimanya dengan rasa hormat dan simpatitanpa
memedulikan orang miskin atau kaya, baik atau jahattanpa perlu memuji, mencela,
menunjukkan rasa senang, atau pun sedih.
Bagi sebagian besar umat Hindu di India, mengunjungi kuil bukanlah suatu kewajiban,
dan banyak umat yang mengunjungi kuil hanya pada saat ada perayaan/hari raya. Murti atau
pratima dalam kuil berperan sebagai medium antara umat dan Tuhan. Pencitraan murti dianggap
sebagai perwakilan atau manifestasi dari Tuhan, sebab umat Hindu meyakini bahwa Tuhan ada di
mana-mana. Meskipun demikian, ada golongan umat Hindu yang tidak melakukan
persembahyangan dengan murti dalam bentuk apa pun; contoh yang terkemuka adalah aliran
Arya Samaj.
Urutan-urutan sembah baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun sembahyang
bersama yang dipimpin oleh Sulinggih atau seorang Pemangku adalah seperti di bawah ini:
1. Sembah puyung (sembah dengan tangan kosong)
Mantram:
Om atma tattvatma suddha mam svaha.
Artinya:
Om atma, atmanya kenyataan ini, bersihkanlah hamba.
2. Menyembah Sanghyang Widhi sebagai Sang Hyang Aditya
Mantram:
Om Aditisyaparamjyoti,
rakta teja namo'stute,
sveta pankaja madhyastha,
bhaskaraya namo'stute
Artinya:
Om, sinar surya yang maha hebat,
Engkau bersinar merah,
hormat padaMu,
Engkau yang berada di tengah-tengah teratai putih,
Hormat padaMu pembuat sinar.
Sarana :Bunga
3. Menyembah Tuhan sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembahyangan
Ista Dewata artinya Dewata yang diingini hadirnya pada waktu pemuja memuja-Nya. Ista
Dewata adalah perwujudan Tuhan dalam berbagai-bagai wujud-Nya seperti Brahma, Visnu,
Isvara, Saraswati, Gana, dan sebagainya. Karena itu mantramnya bermacam-macam sesuai
dengan Dewata yang dipuja pada hari dan tempat itu. Misalnya pada hari Saraswati yang dipuja
ialah Dewi Saraswati dengan Saraswati Stawa. Pada hari lain dipuja Dewata yang lain dengan
stawa-stawa yang lain pula.
Pada persembahyangan umum seperti pada persembahyangan hari Purnama dan Tilem, Dewata
yang dipuja adalah Sang Hyang Siwa yang berada dimana-mana. Stawanya sebagai berikut:
Mantra :
Om nama deva adhisthannaya,
sarva vyapi vai sivaya,
padmasana ekapratisthaya,
ardhanaresvaryai namo namah
Artinya:
Om, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang inggi, kepada Siwa yang
sesungguhnyalah berada dimana-mana, kepada Dewa yang yang bersemayam pada tempat duduk
bunga
teratai
sebagai
satu
tempat,
kepada
Adhanaresvari,
hamba
menghormat
Sarana : kawangen
4. Menyembah Tuhan sebagai Pemberi Anugrah
Mantra:
Om anugraha manohara,
devadattanugrahaka,
arcanam sarvapujanam
namah sarvanugrahaka.
Deva devi mahasiddhi,
yajnanga nirmalatmaka,
laksmi siddhisca dirghayuh,
nirvighna sukha vrddhisca
Artinya:
Om, Engkau yang menarik hati, pemberi anugerah,
anugerah pemberian dewa, pujaan semua pujaan,
hormat pada-Mu pemberi semua anugerah.
Kemahasidian Dewa dan Dewi, berwujud yadnya, pribadi suci,
kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegem- biraan dan kemajuan
Sarana : Bunga
5. AGAMA BUDHA
Ajaran Hyang Buddha berpedoman dengan Hukum Karma. Oleh karena itu,
melaksanakan Ajaran Hyang Buddha dalam kehidupan sehari-hari wajib adanya, apalagi Hyang
Buddha bersabda bahwa : Semua perbuatan manusia semuanya dimulai dari cetana / kemauan
dan diwujudkan dalam pebuatan yang nyata......(vairocana Sutra Bab I) Buddha bersabda : ?Jika
ada manusia yang menerima, memegang dan melafal nama Kwan Se Im Po Sat?didalam waktu
waktu tertentu, menghormat, bernamaskara dan memberikan puja ; dua perbuatan ini dapat
menambah keberuntungan di dalam kehidupan manusia. Dengan kesujudan yang dilakukannya
ini, akan mendapatkan ratusan tahun, berkali-kali tummbal lahir dapat menghasikan pahala yang
tiada batasnya. ........... (Sad Dharma Pundarika Sutra, bab Kwan Im Po Sat Ayat ke 6)
Oleh karena itu, penghayatan Ajaran Hyang Buddha untuk umat yang saleh harus dimulai
dari menghormat dan sembahyang, memuji kemuliaan Buddha, bertekad memperoleh
kegembiraan hidup di Surga Sukhavati, instropeksi / samadhi di dalam melaksanakan ajaran
Buddha, dan membagi keberuntungan kepada semua makhluk. (Berbuat baik membagikan
kebahagiaan kita kepada makhluk lainnya).
Sebagai umat Buddha yang saleh, setiap hari kita wajib menjalankan :
1.
2.
pribadi, berdoa bersama, kebaktian membaca Sutra, Matra, memuliakan nama Buddha.
Berusaha selama 24 jam untuk melatih diri di jalan kesucian yaitu tidak berbuat jahat,
selalu berbuat kebajikan, sucikan hati dan pikran.
4.
Membiasakan diri melakukan Sad Paramita, membalas 4 budi besar (Catur Bhakti)
Meningkatkan rasa taqwa kepada Hyang Tathagata / Tuhan Yang Maha Esa, para
5.
6.
Bila dilakukan dengan rutin berarti melatih, memperkuat dan mengembangkan daya
kemampuan otak kiri dan kanan kita, sekaligus memperkuat rasa kepercayaan diri dan
meletakkan dasar untuk memperoleh hidup yang lebih beruntung dan bahagia, seta
menyimpan jasa dan pahala agar tumimbal lahir ke alam yang lebih baik, bahkan ke
Surga Sukhavati
Sembahyang sebagai pengamalan dari Ajaran Hyang Buddha. Pengertian ini merupakan
perwujudan kesadaran yang penuh kesucian / paramita, setiap ucapan, perbuatan, pikiran / jiwa,
selalu dilandasi dengan kesucian dan iklas. Makhluk yang melaksanakan kehidupan sehari-hari
dengan cara ini, berarti ia sudah bersembahyang dalam kehiudupan sehari-harinya.
Selain Cattari Ariya Saccani yang telah kita pelajari, agama Buddha juga mengajarkan
tata cara peribadatan, yang biasanya disebut sebagai puja. Pelajaran ini merupakan ajaran dasar
dari agama Buddha karena akan mengajarkan kepada umat tentang tata cara melaksanakan
ibadah.
Istilah 'puja' berarti menghormat atau memuja, dan mengacu pada upacara sebagai sarana
untuk menguatkan dan menuangkan keyakinan serta mengingatkan kita sehari-hari akan janji
kita pada Tiratana - Tiga Permata; Buddha, Dhamma serta Sangha. Ada pendapat yang
menganggap 'puja' adalah 'suatu upacara ritual tak berarti', berdasar pengertian bahwa dalam
agama Buddha, tidak diakui adanya makhluk-agung atau dewa-agung yang padanya kita harus
bermohon dan dengan demikian upacara adalah mubazir.
Pandangan diatas jelas salah. Pertama, tidak ada upacara yang 'tak punya arti' bila kita
berusaha mencari makna artinya. Kedua, keikutsertaan dalam upacara tidak perlu bertentangan
dengan keberadaan kita sebagai manusia yang kritis. Upacara ritual memang ganjil bila dikaitkan
dengan ilmu gaib, tapi upacara agama Buddha bukanlah hal yang demikian. Pelaksanaan 'puja'
mempunyai nilai yang tinggi karena mampu menguatkan keyakinan dan menanamkan pengertian
yang khusus dalam batin kita.
Pemujaan (pelaksana Puja) bukan keharusan dalam pelaksanaan keagamaan Buddha, tapi
karena sebagian besar orang dapat melihat dampak positif-nya, maka kita akan mempelajari arti
dan pelaksanaannya secara terinci. Ada bermacam-macam cara pemujaan tergantung budaya
dimana tata pemujaan itu berkembang, ada yang sederhana dan anggun, ada yang rumit dan
ramai. Mari kita teliti Nava Puja. Istilah 'nava' berarti 'baru' dan juga berarti 'sembilan', karena
Nava Puja adalah penyesuaian moderen dari Puja Buddha yang kuno di Sri Lanka, dan karena
Nava Puja terdiri atas sembilan bagian. Seperti 'puja' yang lain, maka Nava Puja dapat
dilaksanakan dalam bahasa sehari-hari kita ataupun dalam bahasa Pali.
Pemujaan paling tepat dilakukan di depan meja-sembahyang (Inggris: shrine) di vihara
ataupun di rumah. Ada umat yang salah mengartikan dengan menyamakan serta menyebut mejasembahyang dirumahnya sebagai 'altar'. Pada kenyataannya secara harfiah, altar berarti tempat
pelaksanaan korban, yang tentunya tidaklah tepat untuk menggambarkan meja-sembahyang
agama Buddha. Meja-sembahyang terdiri dari suatu meja atau panggung yang agak ditinggikan,
yang diatasnya diletakkan patung Buddha (Buddha rupa) dan obyek-obyek lain yang digunakan
pada pemujaan tersebut.
Meja-sembahyang secara estetis hendaknya terawat, menyenangkan dan senantiasa rapih.
Pada dasarnya, kita hendaknya merawat meja-sembahyang seperti hati kita - bersih, indah dan
rapih. Meja-sembahyang hendaknya dibersihkan setiap hari dari debu, abu dupa dan guguran
bunga. Meja-sembahyang hendaknya indah, ditempati peralatan sembahyang terbaik, diletakkan
simetris agar baik dipandang mata. Lebih jauh, meja-sembahyang hendaknya tidak menjadi
kacau karena adanya foto-foto para bhikkhu, guru kebatinan, patung dewa-dewa Tao ataupun
segala macam obyek yang tak ada hubungannya dengan puja.
6. AGAMA KONGHUCHU
membakar dupa dihadapan abu atau papan arwah leluhurnya, dan juga di hadapan
patung dewa yang dipuja dalam rumahnya. Upacara ini mereka lakukan pada pagi
hari dan petang.
3). Sembahyang besar pada hari-hari kemuliaan Thian, yaitu:
a. Sembahyang malam penutupan tahun/malam menjelang Gwan Tan.
b. Sembahyang King Thi Kong, tanggal 8 menjelang tanggal 9 Cia Gwee (bulan
pertama).
c. Sembahyang saat Siang Gwan atau Cap Go Meh, 15 Cia Gwee (bulan
pertama).
d. Sembahyang hari Tangcik (hari di mana letak matahari tepat di atas garis balik
23,5 Lintang Selatan, yakni tepat tanggal 22 Desember), yang dilakukan pada
tanggal 22 Desember.
B. Kebaktian pada Nabi
1). Peringatan hari lahir nabi (Khonghucu), tanggal 27-8 Imlek/Ci Sing Tan.
2). Peringatan hari wafat nabi, tanggal 18-2/Ci Sing Ki Sien.
3). Peringatan hari genta rohani/Bok Tok (genta yang dibuat dari logam dan dipukul
dengan pemukul yang terbuat dari kayu), setiap tanggal 22 Desember.
C. Kebaktian untuk Para Suci
1). Hari Twan Yang, tanggal 5-5 Imlek. Twan artinya lurus, terkemuka, terang, dan
Yang artinya sifat positif atau matahari. Twan Yang artinya pada saat matahari
memancarkan cahaya paling keras.
2). Sembahyang Tiong Chiu, tanggal 15-8 Imlek. Tanggal 15 bulan 8 Imlek adalah
saat bulan purnama dipertengahan musim rntok (musim gugur/autumn) di belahan
bumi utara. Pada saat itu cuaca baik dan bulan nampak sangat cemerlang. Pada
saat itu juga para petani sibuk dan gembira karena berada di tengah musim panen.
Pada saat bulan purnama itu dilakukan sembahyang Hok Tik Cing Sien (malaikat
bumi) untuk mengungkapkan pernyataan syukur.
3). Hari He Gwan, tanggal 15-10 Imlek. He Gwan diartikan sebagai pernyataan
terakhir dalam satu tahun akan maha kasih Tuhan. Pada saat He Gwan ini
dilakukan sembahyang besar bagi malaikat Bumi (ok Tik Cing Sien) yang
merupakan lambing semesta alam ciptaan Tuhan.
Mendekatkan diri pada Tuhan yang maha esa, tidak bisa dipungkiri bahwa pola
komunikasi vertical antara mahluq hidup dengan tuhannya harus dilakukan oleh umat beragama
setiap harinya, baik pelaksanaannya dirumah maupun di tempat tempat ibadah sesuai dengan
agamanya masing masing, dengan tujuan untuk lebih dekat dengan Tuhan- Tian- yang menguasai
seluruh alam.
b. Memohon pertolongan dan perlindungan, ketika manusia merasa bahwa dirinya terancam
dan tidak ada lagi yang bias menolongnya maka dia akan berdoa pada tuhannya dan memint
pertolongan pada-Nya, oleh karena itu ketika melakukan peribadatan maka umat konghucu
meminta kepada Tian agar selalu dilindungi dan diberi pertolongan ketika dalam kesusahan,
Perlu diketahui bahwa memohon berbeda dengan meminta, ketika kita meminta sedangkan
tidak diberi maka yang salah adalah yang tidak memberi, akan tetapi ketika kita memohon maka
sepenuhnya hak berada pada yang dimohon, apa mau dikasih atau tidak terserah pada yang
punya wewenang dalam hal ini Tuhan.demikian tambah Liem Tiong Yang.
c.
Bersyukur atas nikmat Tuhan, manusia tidak akan pernah bias menghitung berapa
banyak nikmat yang telah tuhan anugrahkan buat kita semua, sejak kita didalam kandungan
sampai kita lahir manusia tidak bias menghitungnya, oleh karena itu manusia hanya bisa
mensyukuri nikmat yang telah Tuhan anugrahkan buat kita, dalam melakukan peribadatan umat
konghucu mengucapkan syukur kepada Tian yang telah member nikmat dan anugrah kepada
hambanya. Disebutkan dalam salahsatu bab kitab suci agama konghucu bahwa Kepada orang
yang bertaqwa pada Tuhan yang maha esa maka Tuhan akan memberikan bantuan.
2. Prosesi Peribadatan Umat Konghucu
Ada dua tempat peribadatan yang biasnya digunakan oleh umat konghucu yang pertama
adalah dirumah, sedangkan yang kedua adalah diklenteng, tidak ada perbedaan yang mendasar
antara proses pelaksanaan peribadatan dirumah dan diklenteng, keduanya sama yakni beribadah
pada arwah leluhur yang suci, beribadah pada Tuhan dan beribadah pada Nabi konghucu.
Secara umum tempat ibadah Konghucu adalah Litang, Miao (Bio), Kongzi Miao, Khongcu
Bio dan Kelenteng. Litang, selain merupakan tempat sembahyang, juga merupakan tempat
kebaktian berkala (biasanya setiap hari Minggu atau tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek). Di
sini umat mendapat siraman rohani (khotbah) dari para rohaniwan. Miao dan Kelenteng biasanya
hanya merupakan tempat sembahyang. Kalau pun ada kebaktian, biasanya ditempatkan di
ruangan yang terpisah agar tak terganggu aktivitas sembahyang. Di samping menjadi tempat
ibadah agama Konghucu, Kelenteng biasanya juga menjadi tempat ibadah agama Tao dan agama
Buddha Mahayana.
Rohaniwan agama Konghucu terdiri atas : Xueshi, Wenshi, Jiaosheng, Zhanglao dan KetuaKetua / Pimpinan-Pimpinan Majelis dan atau Tempat Ibadah. Sebelum menjadi Xueshi (biasa
disingkat Xs), harus melalui jenjang Wenshi (Ws). Sebelum menjadi Wenshi, harus melalui
jenjang Jiaosheng (Js). Tokoh yang sudah mencapai tingkatan sesepuh atau sangat senior di sebut
Zhanglao (Zl).
Setiap rohaniwan, sesepuh dan para pimpinan tempat ibadah yang memegang mandat dan
Surat Pengangkatan dari Dewan Pengurus Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia
(MATAKIN) dan atau menerima Surat Liyuan Rohaniwan (persidian, peneguhan iman) dari
Dewan Rohaniwan MATAKIN, memiliki kewenangan :
a. Menyelenggarakan kebaktian bagi umat Konghucu di daerahnya.
b. Melakukan Liyuan umat.
c. Memimpin berbagai upacara suci bagi umat Konghucu, sesuai Hukum Agama Konghucu,
termasuk Hukum Perkawinan Agama Konghucu, yang diatur dalam Tata Agama Konghucu.
Perlu diketahui juga ada perbedaan antara prosesi peribadatan di klenteng Boen Bio dengan
klenteng lain, kalau di klenteng lain ketika kita akan masuk klenteng maka terlebih dahulu kita
sembahyang untuk Tuhan di altar luar baru kemudian kita masuk dan beribadah untuk para nabi
dan arwah leluhur yang suci di altar dalam, sedangkan di kelnteng Boen Bio, kita langsung
melaksanakan prosesi peribadatan di altar dalam tanpa ada altar luar, adapun prosesi peribadatan
umat konghucu adalah sebagai berikut:
a. Terlebih dahulu menyalakan lilin di tempat berdoa atau altar,
b. Membakar Hio atau Dupa sebanyak 3 atau 9 batang yang melambangkan Tuhan, Manusia
dan Bumi, kemudian dinaikkan dahi sebanyak 3 kali, dengan berkata sebagai berikut, pada
angkatan Hio yang pertama maka yang diuacapkan adalah kehadiran Tuhan yang maha esa
ditempat yang maha tinggi,dimuliakanlah. Pada angkata Hio yang kedua yang harus diucapkan
adalah kehadapan nabi Konghucu, pembimbing dan penyadar hidup kami, di muliakanlah.
Sedangkan pada angkata ketiga yang diucapkan adalah kehadapan para suci dan leluhur yang
kami hormati, dimuliakanlah.
c. Setelah pengangkatan Hio maka langkah selanjutnya adalah meletakkan Hio di Youlu atau
tempat peletakan Hio yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk hati, Hio pertama diletakkan
di tengah, yang kedua diletakkan di sebelah kanan, dan yang terakhir diletakkan disebelah kiri.
d. Berdoa dengan sikap Pat Tik, ada dua sikap pat tik, Pertama sikap pat tik delapan kebajikan
mendekap Thai Kik yaitu dengan cara tangan kanan dikepalkan lalu ditutup dengan tangan kiri,
sikap tangan ini gunakan juga pada waktu bersembahyang, kedua sikap delapan kebajikan
mendekap hati dengan cara tangan kanan tetap membuka, tangan kiri merangkap punggung
tangan kanan dan kedua ibu jari dipertemukan kemudian didekappan di dada, sikap ini hanya
digunakan pada waktu berdoa.
Tangan bersikap pat tik dan didekappan di dada mempunyai makna Aku selalu ingat bahwa
dengan perantara ayah bunda Tian telah berkenan menjadikan daku manusia, maka manusia
wajib melakukan delapan kebajikan.
Delapan jalan kebajikan tersebut adalah:
Berbakti atau Hau, berbakti disini mempunyai makna yang sangat universal, mulai dari berbakti
kepada tuhan yang maha esa, berbakti kepada oran tua dan sampai berbakti pada Negara nusa
dan Bangsa, pada asal artinya berbakti di khususkan pada orangtua saja, di contohkan oleh Liem
ketika kami melaksanakan wawancara ketika seorang melaksanakan proses pembelajaran
(Kuliyah-semisal-) dan sampai di Drop Out oleh akademik maka dia telah tidak berbakti pada
orang tua karena sesungguhnya orang tua selalu menginginkan anaknya untuk lulus kuliyah
Rendah Hati atau Tee, yakni tidak sombong dan tidak Gumede roso, selalu berbuat rendah hati
dikatakan.
Susila atau Lee yaitu berisi tentang aturan yang ada di masyarakat umum.
Kebenaran atau Gi.
Suci hati atau Liam, dengan selalu positive thingking dan bersih hati.
Tahu malu atau Thi, menjadi manusia harus punya rasa tahu malu, karena dengan rasa inilah kita
secara tidak langsung juga akan dihormati oleh orang lain, salah satu hal yang membedakan
antara manusia dengan Hewan adalah hewan tidak pernah punya rasa malu sedangkan manusia
mempunyai rasa malu, ketika manusia tidak punya rasa malu berarti dia tidak ada bedanya
dengan hewan.
Selain delapan jalan kebajikan dalam pat tik diatas, ada beberapa makna yang terkandung
dalam pat tik,
artinya manusia.
Delapan jari yang lain melambangkan delapan kebajikan seperti yang telah dipaparkan diatas,
Kesatuan genggaman melambangkan Tian, Tuhan yang maha esa.
Dekapan dalam dada melambangkan bahwa kita selalu ingat pada-Nya.
Lain dari pada itu ada juga aturan yang harus dilaksanakan dalam penggunaan Pat Tik
dalam hal jumlah:
Kepada sesama orang hidup maka hanya satu kali angkatan saja atau pai
Kepada jenazah atau orang meninggal dengan dua kali angkatan atau Tinglee.
Kepada Altar Tuhan, Nabi atau para arwah Suci sebanyak tiga kali angkatan atau Tinglee2[8].
3. Makna dari symbol dan Benda yang digunakan dalam prosesi peribadatan.
Dupa yang bergagang Hijau, berguna ketika bersembahyang didepan jenazah keluarga sendiri.
Dupa yang bergagang merah, digunakan untuk bersembahyang pada umumnya.
Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida atau serbuk, berguna untuk menentramkan
Dupa warna Hijau, 2 batang digunakan untuk menghormati jenazah keluarga sendiri atau
kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa berkabung, boleh saja digunakan hanya
satu batang.
- Dupa warna merah:
a. 1 batang, dapat digunakan untuk segala macam sembahyang, bermakna memusatkan fikiran
untuk sungguh sungguh bersujud.
b. 2 atau 4 batang untuk menghormati kepada arwah orang tua yang meninggalnya telah melampaui
2 x 360 hari, atau kehadapan altar jenazah bukan keluarga sendiri dan mengandung makna ada
hubungan duniawi atau urusan keduniaan.
c. 5 batang, untuk menghormati arwah umum, mengandung makna melaksanakan lima kebajikan.
d. 8 batang, mengandung makna delapan kebajikan, dan digunakan sama dengan 2 atau 4 batang.
e. 9 batang, untuk bersembahyang kepada tuhan yang maha esa, para nabi dan para suci.
lilin itu sendiri dilambangkan sebagai bentuk naiknya doa keperaduan Tuhan yang maha esa,
Youlou, tempat untuk meletakkan Hio setelah dibakar yang terbuat dari besi kuningan dan
Peribadatan setiap hari, pagi dan sore, peribadatan ini bias dilaksanakan dirumah ataupun
tanggal 8 menjelang 9 cia gwee, saat cap go meh, tang cik saat tanggal 22 desember.
Kebaktian bagi nabi
Peringatan hari lahir nabi konghucu pada tanggal 27-VIII lemlik
Peringatan hari wafat nabi konghucu pada tanggal 18-II lemlik
Peringatan hari genta Rohani pada tanggal 22 desember.
Kebaktian bagi para suci
Hari twan yang jatuh pada tanggal 5-V lemlik
Sembayang tiong chu pada tanggal 15-VIII lemlik
Hari he gwan pada tanggal 15-X lemlik.
Sembahyang bagi para leluhur
Sembahyang pada tanggal 1 dan 15 penanggalan bula.
Hari wafatnya leluhur atau orang tua.
3
e.
-
REFERENSI:
http://viharadhammasasana.blogspot.com/2009/05/tata-cara-peribadatan-agama-buddha.html
http://liahilyatulmasrifah-liachmon.blogspot.com/2011/04/tata-cara-peribadatan-agamakonghucu.html
http://yuliarrifadah.wordpress.com/photos/michael-in-concert/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekristenan
http://www.tips-caramudah.com/2012/12/tata-cara-sholat-yang-baik-dan-benar.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu
http://agama--hindu.blogspot.com/2012/07/urut-urutan-dan-mantra-sembahyang.html
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2212.0