Anda di halaman 1dari 4

TOURISM PSYCHOLOGY

PERTUMBUHAN PARIWISATA DI TEBING BREKSI D.I YOGYAKARTA

DOSEN PENGAMPU: Dyah Putri Kinasih, S.Psi.,M.A.

RICKY (1730800)
RISA AYU DITHA (173088)
TENGKU LIZA C.D (173093)

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMBARUKKMO YOGYAKARTA


2019
1. Latar Belakang
Perkembangan obyek wisata Taman Tebing Breksi turut berkontribusi dalam meningkatkan jumlah
wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sleman. Obyek wisata Taman Tebing Breksi terletak di Desa
Sambirejo Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelum adanya
Taman Tebing Breksi, kehidupan masyarakat di Desa Sambirejo sebagian besar masih mengandalkan
olahan potensi alam yaitu dengan menambang dan bertani. Karena kegiatan menambang semakin lama
dapat merusak potensi alam tersebut, akhirnya Pemerintah Daerah Sleman memunculkan kebijakam
untuk memberhentikan penambangan. Dengan bekas galian tambang memunculkan guratan yang indah,
tak memutus kekreativan warga desa Sambirejo, akhirnya warga menyulap menjadi objek wisata Taman
Tebing Breksi.
Taman Tebing Breksi diresmikan oleh gubernur DIY sebagai destinasi wisata pada 30 Mei 2015.
Taman Tebing Breksi mulai dikunjungi masyarakat umum sekitar tahun 2014 dengan sarana dan
prasarana yang masih minim. Kemudian pada akhir 2014 kawasan tersebut mulai dibangun oleh
Pemerintah Daerah dan Dinas Pariwisata DIY.

pembangunan tahap pertama yaitu pembangunan panggung terbuka lalu setelah itu dilanjutkan
pembangunan pembangunan yang lain, seperti stand kuliner, kamar mandi, dan mushala. Seiring
berjalannya waktu Taman Tebing Breksi mulai mengalami kemajuan. Dana yang dicairkan untuk
pembanguan wisata taman breksi ini berasal dari dinas pariwisata provinsi.

Jumlah pengunjung Taman Tebing Breksi menurut pengelola berada pada kisaran 500 pengunjung setiap
harinya pada hari kerja, dan dapat melonjak tajam sekitar 600 persen menjadi 3000 pengunjung pada
akhir pekan. Dengan tingginya jumlah pengunjung Taman Tebing Breksi mengisyaratkan bahwa destinasi
wisata tersebut berpotensi dan terbukti mampu menarik minat wisatawan.

Saat ini, optimalisasi pengembangan pada destinasi wisata Taman Tebing Breksi juga belum mencakup
keseluruhan aspek yang terdapat dalam suatu destinasi wisata, dimana dalam suatu destinasi wisata
seharusnya didukung oleh amenitas, atraksi, aksesibilitas, infrastruktur, dan fasilitas pendukung lainnya
untuk menunjang aktivitas wisata tersebut.

Saat ini sebagian besar penambang telah beralih ke sektor pariwisata, baik mejadi petugas parkir ataupun
berjualan makanan di area Taman Tebing Breksi. Beberapa di antaranya ikut mengerjakan proyek
pembangunan destinasi wisata Taman Tebing Breksi, karena nantinya lokasi tersebut tidak hanya
mengandalkan pemandangan dan panggung terbukanya saja, namun akan dibuat daya tarik wisata yang
lain seperti kebun buah, dan danau buatan .

2.1 Yang Mengikuti Berperan Dalam Pertumbuhan Pariwisata

A. Pihak Swasta
Terkait pihak swasta terlibat dalam pembangunan kawasan wisata mempunyai beberapa alasan
yang pertama, adalah sebagai alternatif untuk menyelesaikan masalah keterbatasan sumber daya yang
dimiliki pemerintah yaitu anggaran pemerintah dalam pembangunan sektor pariwisata sementara tuntutan
masyarakat terhadap sektor ini semakin lama semakin meningkat, yang kedua, keterlibatan atau
partisipasi sektor pariwisata dalam kerjasama pembangunan kawasan wisata adalah merupakan wujud
peningkatan peran swasta, yang ketiga adalah keterlibatan swasta bisa meningkatkan transparansi dan
peningkatan kualitas. Keterlibatan swasta sebagai alternatif menyelesaikan masalah keterbatan sumber
daya yang dimiliki pemerintah daerah merupakan alasan yang paling utama dalam proses kerjasama
antara pemerintah kabupaten dengan Pihak swasta, hal ini dibuktikan untuk anggaran pendapatan untuk
pengembangan sektor pariwisata sangat minim. Hal ini berimplikasi pada pembangunan yang kerdil bagi
sektor pariwisata, minimnya sarana dan prasarana serta pengelolaan manajemen yang buruk menjadi
akibatnya. Minimnya dana dalam pengembangan wisata ini menjadikan alasan pemerintah daerah
bekerjasama dengan pihak swasta dalam pengembangan dan pembangunan kawasan wisata. Pihak swasta
diharapkan mampu menanamkan modalnya untuk memperkuat kelemahan yang ditinggalkan oleh
pemerintah daerah. Dalam kerjasama ini peranan Swasta dalam pengembangan kawasan wisata ini
berperan sebagai investor dimana mereka menyediakan modal untuk membangun kawasan wisata. Pihak
swasta juga berperan untuk mengoperasikan dan mengelolah anajemennya sebagai wujud pelaksanaan
kerjasama model BOT (Build Operate and Transfer) dimana kontrak kerja selama kurun waktu 25 Tahun
pihak swasta harus mampu mengelola wisata hingga perjanjian diperbaharui atau dikembalikan kepada
pihak pemerintah daerah.

B. Pemerintah
Badan pemerintah yang mengelola pariwisata sering kali disebut sebagai penyedia sektor publik.
Mereka bukan organisasi komersial yang memiliki tujuan membuat keuntungan, tetapi berusaha
mempresentasikan pandangan dari pembayar pajak dan memilih mereka. Hal itu karena pemerintah
mendapatkan dananya dari pajak dan di beberapa negara maju mereka secara demokratis dipilih sebagai
wakil rakyat dan didukung oleh bayaran yang diterima sebagai pelayan publik. Di bagian dunia lainnya,
pada negara maju tertentu yang pemerintahnya dipimpin oleh diktator yang tidak dipilih rakyat.
atau dipimpin oleh pemimpin militer. Mereka tidak menganggap sektor pariwisata adalah bagian sektor
publik yang penting untuk dikembangkan. Bagaimanapun juga, ada banyak macam badan pemerintah
yang berhubungan dengan perencanaan dan pengelolaan pariwisata. Badan tersebut berbeda berdasarkan
tingkat skalanya, baik skala nasional, regional, dan paling rendah lokal. Beberapa negara di Eropa, seperti
Perancis dan Spanyol (dua destinasi paling penting dunia pada tahun 2001 berdasarkan jumlah
pengunjung internasional) memiliki badan pariwisata setingkat nasional dalam bentuk kementerian atau
departemen pariwisata. Inggris memiliki banyak destinasi pariwisata juga memiliki kementerian
pariwisata, tetapi memiliki peran kecil dan fungsi sektor publik di pariwisata pada tingkat nasional berada
pada departemen kultur, media dan olahraga. Pada tingkat lokal dan regional di inggris sebanyak yang ada
di negara maju lainnya, tidak ada badan pemerintah yang penting dan fokus secara khusus pada
pariwisata atau perwakilan pariwisata dengan pengetahuan dan pengalaman pariwisata (Middleton dan
Hawkins, 1998). Faktor tersebut akan memberikan dampak yang signifikan pada kemampuan sektor
publik dalam menentukan arah tujuan dari pengembangan pariwisata pada tujuan destinasi pariwisata
tertentu. Alasan utama adanya penyedia sektor publik pada pariwisata adalah sebagai berikut
(Swarbrooke, 1999, p 87):
 Penyedia sektor publik adalah mandat yang mempresentasikan keseluruhan populasi dan tidak
hanya satu stakeholders atau kelompok tertentu yang memiliki kepentingan
 Penyedia sektor publik memiliki tujuan untuk melakukan hal yang berimbang, tanpa adanya
kepentingan pribadi atau kepentingan komersial.
 Penyedia sektor publik dapat melihat manfaat jangka panjang pada pengembangan pariwisata
dibanding organisasi lainnya (sebagai contoh pihak swasta).
Memasarkan biasanya berhubungan dengan mempromosikan pariwisata, dan hal itu bukan
mengendalikan atau mengatur pariwisata itu. Meskipun demikian, ada beberapa contoh ketika pemasaran
digunakan sebagai juga sebagai pengendalian.

C. Masyarakat
Pengembangan sektor pariwisata tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya peran serta pihak
lain, manfaat yang optimal hanya dapat dicapai bila pertumbuhannya selaras dengan usaha pemeliharaan
dan pengembangan sektor lain. Dalam hal ini masyarakat merupakan salah satu unsur yang dapat
mendukung tercapainya satu hasil yang optimal tersebut. Oleh karena itu peran serta masyarakat sangat
dibutuhkan, baik secara langsung maupun tidak. Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini lebih menitik
beratkan pada peningkatankemampuan masyarakat lokal untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan
pariwisata, tidak lain adalah usaha membuka akses atas kekuasaan, sumber daya dan kerjasama dengan
pemerintah serta pihak swasta. Peran serta masyarakat dapat terwujud karena manfaatnya dapat secara
langsung dirasakan oleh masyarakat yaitu melalui terbukanya kesempatan kerja dan usaha jasa wisata
sehingga mampu meningkatkan pendapatan mereka. Dengan demi diharapkan situasi tersebut akan
mendorong keterlibatan masyarakat untuk ikut berperan di dalamnya, baik secara aktif maupun pasif.
Peran aktif dilaksanakan secara langsung baik dilakukan secara perorangan maupun bersama-sama. Peran
ini secara sadar ikut membantu program pemerintah dengan inisiatif dan kreasi mau melibatkan diri
dalam kegiatan pengusahaan pariwisata melalui pembinaan rasa ikut memiliki dikalangan masyarakat.
Peran pasif adalah timbulnya kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat
menggangu atau merusak lingkungan alam serta masyarakat cenderung sekedar melaksanakan perintah
dan mendukung terpeliharanya sumber daya alam.

D. INVESTOR
Investasi di sektor pariwisata rata-rata mengalami pertumbuhan hingga 20 persen per tahun, dan
pada 2017 tercatat mencapai 31 persen atau Rp 1,7 miliar dolar AS sebagaimana data BKPM, investor
asing yang tertarik menanamkan modalnya di sektor pariwisata antara lain dari Timur Tengah, Korea
Selatan, AS, Jepang, Singapura, Taiwan, Malaysia, Australia, Tiongkok, Inggris, India, dan Rusia. Untuk
mendukung hal itu pemerintah juga berupaya mengembangkan investasi parwisata dengan menerapkan
sejumlah strategi diantaranya memberikan insentif, kemudahan, serta melakukan promosi investasi.
Pengembangan destinasi pariwisata haruslah bertujuan customer-centric strategy yang mencakup tiga
hal. Pertama, customer satisfactiondi mana wisatawan puas dengan destinasi wisata yang ditawarkan.
Kedua, customer retention/loyalty dimana wisatawan berkunjung kembali dan loyal dengan destinasi
wisata Indonesia. Ketiga, customer advocac dimana wisatawan merekomendasikan destinasi wisata
Indonesia kepada wisatawan lain.

E. Wisatawan sudah pasti adalah key players pada pariwisata. Hal itu dikarenakan tanpa adanya
wisatawan, maka pariwisata tidak dapat dikatakan pariwisata. Mereka adalah komponen penting, serta
sumber pendapatan dari suatu pariwisata. Namun, wisatawan itu sendiri sering dilihat sebagai masalah
utama yang ada di pariwisata. Sebagai orang luar, mereka akan mudah disalahkan oleh masyarakat lokal
dari konsekuensi negatif yang timbul dari pariwisata. Untuk lebih mudah, hal itu dapat digambarkan
seperti ini, ketika mereka memiliki tingkah laku dan pakaian yang sangat berbeda dengan masyarakat
lokal, mereka akan mudah ditunjuk dan disalahkan. Tetapi ketika hal itu terjadi, kita dapat berargumen
wisatawan juga memiliki hak dan tanggung jawab (Swarbrooke, 1999). Ketika wisatawan telah
memenuhi tanggung jawabnya, maka hak-hak mereka perlu dipenuhi juga. Swarbrooke telah membagi 2
macam tanggung jawab wisatawan menjadi 2, yakni tanggung jawab dasar wisatawan dan tanggung
jawab tambahan wisatawan dalam hubungannya dengan keberlanjutan pariwisata

Anda mungkin juga menyukai