Merak
Merak adalah tiga spesies burung dalam genus Pavo dan Afropavo dari familia ayam
hutan (pheasant), Phasianidae. Burung jantannya memiliki bulu ekor yang indah yang dapat
dikembangkan untuk menarik perhatian merak betina.
Ketiga spesies tersebut adalah:
Merak Biru atau disebut dengan Merak India, memiliki nama ilmiahnya Pavo cristatus. Jenis
burung ini merupakan salah satu burung dari tiga spesies jenis burung merak.
Burung Merak Biru ini memiliki bulu yang warnanya biru gelap mengkilap cantik .Untuk
burung jantan yang sudah dewasa ukuran tubuhnya besar, dan panjangnya bisa mencapai
hingga 230 cm, yang dilengkapi penutup ekor yang begitu panjang dengan warna hijau yang
metalik. Pada bagian atas kepalanya dihiasi dengan jambul yang tegak berwarna biru yang
membentuk mekar seperti kipas kipas. Sedangkan burung merak yang betina ukurannya lebih
kecil jika dibandingkan burung jantan yang ukurannya lebih dari 2 meter.
Bagian bulu-bulunya tidak terlihat mengilap, warnanya coklat agak kehijauan dengan garis-
garis hitam dan tanpa dilengkapi dengan hiasan bulu penutup ekor. Untuk populasi Merak
Biru ini menyebar pada hutan terbuka dengan padang rumput yang ada di India, Pakistan, Sri
Lanka, Nepal dan juga wilayah Bhutan. Spesies ini sebelumnya dijumpai juga di wilayah
Bangladesh. Akan tetapi sekarang kemungkinan besar juga sudah punah di sana.
Merak Hijau merupakan salah satu jenis burung dari tiga spesies burung merak dari suku
Phasianidae. Seperti halnya jenis burung merak yang lainnya, Merak Hijau punya bulu yang
sangat terlihat indah, bulu yang ada pada tubuhnya memiliki warna hijau keemasan. Untuk
burung jantan yang dewasa mempunyai ukuran yang sangat besar, panjangnya bisa mencapai
3 meter, dan untuk bagian penutup ekor yang juga sangat panjang.
Di atas bagian kepalanya dihiasi dengan jambul yang tegak. Burung betina memiliki ukuran
tubuh yang lebih kecil dari pada burung merak yang jantan.
Bulu-bulunya kurang terlihat mengkilap, dan warnanya hijau keabu-abuan dan juga tidak
dihiasi dengan bulu penutup ekor yang panjang.
Di negara Indonesia, jenis burung merak hijau hanya terdapat di pulau jawa. Habitat burung
cantik dengan bulu yang sangat indah ini dimulai dari dataran rendah sampai dengan tempat-
tempat yang tinggi. Antara lain yang tetap bisa diperoleh terdapat di taman nasional alas
purwo, provinsi jawa timur.
Selain itu, diperkirakan masih ada burung merak ini di taman nasional ujung kulon, dan juga
di taman nasional meru betiri. Untuk saat ini populasi merak hijau semakin terus menyusut.
Hal ini diakibatkan oleh rusaknya habitat dan juga karena perburuan liar. Burung langka yang
tubuh dan bulunya sangat indah ini diburu secara liar biasanya untuk di ambil bulunya.
Atau para pembulu liar akan memperdagangkan burung ini sebagai bintang peliharaan. Guna
menghindari kepunahan jenis burung yang sudah langka ini, maka burung merak telah
dilindungi oleh undang-undang.
Untuk di wilayah pulau jawa sekarang ini jumlah merak hijau diperkirakan hanya sekitar
tidak lebih dari 800 ekor saja. Meskipun untuk ukurannya sangat besar, burung Merak Hijau
ini merupakan jenis burung yang lihai dan trampil dalam terbang. Seperti halnya burung
Merak Biru pada saat musim berkembang biak, burung merak jantan akan memamerkan bulu
ekornya yang indah dan menawan ini di depan burung yang betina. Bulu-bulu penghias atau
penutup ekor akan dibuka membentuk kipas dengan bintik yang berbentuk mata. Burung
merak Hijau betina biasanya menetaskan tiga hingga enam butir telur.
c. . Merak Kongo
Burung Merak Kongo jantan dewasa tubuhnya besar panjangnya 70 cm dan punya bulu
berwarna biru gelap yang dihiasi warna hijau serta ungu mengkilap. Warna kulit lehernya
merah dan bagian atas kepalanya ada jambul tegak berwarna putih.
Kemudian burung Merak Kongo betina warnanya coklat dengan bulu pada bagian sayap.
Serta pada bagian belakang tubuhnya dengan warna hijau mengkilap. Dan juga pada bagian
kepala ada jambul yang warnanya coklat.
2. Orang Utan
Orang Utan(Pongo sp.) merupakan satwa asli Indonesia yang populasinya tersebar di
Sumatera ( Pongo abelii) dan di Kalimantan(Pongo pygmaeus). Kera berambut merah
berlengan panjang ini bertinggi badan sekitar 1.25-1.5 meter. Orang utan jantan memiliki
masa tubuh sekitar 50-90 kg dan betina sekitar 30-50 kg. Saat mencapai tingkat kematangan
seksual, orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk pada kedua sisi, ubun-ubun yang
besar, rambut menjadi panjang dan tumbuh janggut disekitar wajah.
Populasi Orang utan terus mengalami penurunan yang tajam akibat dari deforestasi.
Orangutan sumatera ditetapkan sebagai sangat terancam punah oleh lembaga IUCN, dengan
populasi hanya tersisa beberapa ribu, sedangkan orangutan Kalimantan dianggap Terancam.
PBB mengatakan status orangutan yang tersisa "darurat konservasi." Perusakan habitat yang
disebabkan oleh mega ekspansi perkebunan kelapa sawit adalah alasan utama orangutan
menghadapi ancaman kepunahan.
Orangutan Sumatra (Pongo abelii) adalah spesies orangutan terlangka. Orangutan Sumatra
hidup dan endemik terhadap Sumatra, sebuah pulau yang terletak di Indonesia. Mereka lebih
kecil daripada orangutan Kalimantan. Orangutan Sumatra memiliki tinggi sekitar 4.6 kaki
dan berat 200 pon. Betina lebih kecil, dengan tinggi 3 kaki dan berat 100 pon.
Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili
Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang
sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini
memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india
dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih
sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski
disebut “badak jawa”, binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh
Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya
sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di
kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi.
Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia.
Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam
dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi
badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada
pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.
4. Kanguru-pohon Mantel Emas (Dendrolagus pulcherrimus)
Kanguru-pohon Mantel-emas ditemukan pada tahun 1990 oleh Pavel German di Gunung
Sapau, Pegunungan Torricelli di Papua New Guinea. Populasi lainnya ditemukan di daerah
terpencil di Pegunungan Foja, provinsi Papua, Indonesia pada bulan Desember 2005. Spesies
ini merupakan jenis mamalia besar baru untuk Indonesia.
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau yang habitat aslinya
di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup
hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically
endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi
Dunia IUCN.
Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di
Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang
menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila
berhasil lestari.
Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan
tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66
ekor harimau terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.
Satwa ini dilindungi berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah RI No.7
Tahun 1999. Hewan ini bisa ditemukan di Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus, Cagar
Alam Gunung Duasudara, Cagar Alam Gunung Ambang, Gunung Lokon dan Tangale, dan
menyukai tempat-tempat di dekat perairan.
Ikan belida atau clown knifefish yaitu ikan yang datang dari Indonesia, Malaysia, serta
Thailand. Ikan yang disebut keluarga notopteridae serta bermarga chitala/notopterus ini di
tanah air hidup di anak-anak sungai besar yang bersebelahan dengan tempat rawa di
sumatera, kalimantan, sertajawa terlebih jawa barat.
Di kalimantan belida dikenal sebagai ikan pipih, di sumatera diberi nama ikan belido, serta
yang datang dari thailand disebutikan belida bangkok. beratnya meraih 5 kg/ekorserta dikenal
sukar memijah.
Ikan belida asal Indonesia serta Thailand cirinya yaitu ada bintik ( spot ) berwarna hitam
berupa bulat di badannya dari depan sampaikepangkal ekor. untuk belida bangkok, ada dua
type yang beredar di pasaran yakni yang berwarna abu-abu keperakan serta albino. Keduanya
mempunyai belang hitam dengan garis pinggiran putih. semakin banyak belangnya, semakin
banyak dicari orang.
sebagai ikan hias belida bangkok dulu amat popular di jaman 1995–1997. Situasi itu semakin
diperparah karenanya ada pergantian lingkungan alam dan eksploitasiyang terlalu berlebih.
Di sumatera selatan hingga awal 1980-an, belida tetap gampang ditemukan di anak sungai
musi layaknya sungai arisan belida serta sungai meriak. lantas hingga 1998, di sungai
citarum, jawa barat, jumlahnya tetap ditangkap sampai 6 ton, namun 1 tahun lantas tidak
seekor lalu dapat ditemukan
8. Anoa
Anoa adalah hewan khas Sulawesi. Ada dua spesies anoa yaitu: Anoa Pegunungan (Bubalus
quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Keduanya tinggal dalam hutan
yang tidak dijamah manusia. Penampilan mereka mirip dengan kerbau dan memiliki berat
150-300 kg. Anak anoa akan dilahirkan sekali setahun.
Kedua spesies tersebut dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Sejak tahun 1960-an berada
dalam status terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang
masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
Anoa Pegunungan juga dikenal dengan nama Mountain Anoa, Anoa de Montana, Anoa de
Quarle, Anoa des Montagnes, dan Quarle’s Anoa. Sedangkan Anoa Dataran Rendah juga
dikenal dengan nama Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines.
Babirusa (Babyrousa babirussa) hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge,
Sula, Buru dan Maluku. Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini
gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka
hanya berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang
sering menyerang.
Mereka sering diburu penduduk setempat untuk dimangsa atau sengaja dibunuh karena
merusak lahan pertanian dan perkebunan. Populasi hewan yang juga memangsa larva ini kian
sedikit hingga termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi. Jumlah mereka diperkirakan
tinggal 4000 ekor dan hanya terdapat di Indonesia.
Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk dalam kategori langka dan dilindungi oleh IUCN
dan CITES. Namun masih sering dijumpai perdagangan daging babirusa di daerah Sulawesi
Utara. Karena itu, pusat penelitian dan pengembangan biologi LIPI bekerja sama dengan
pemerintah daerah setempat beserta Departemen Kehutanan dan Universitas Sam Ratulangi
mengadakan program perlindungan terhadap hewan langka ini. Perlindungan tersebut
meliputi pengawasan habitat babirusa dan membuat taman perlindungan babirusa di atas
tanah seluas 800 hektar.
10. Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)
Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) merupakan salah satu spesies elang berukuran sedang
yang endemik (spesies asli) di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang
negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai
maskot satwa langka Indonesia. Pertama kali saya menyaksikan penampakan burung Elang
Jawa secara langsung pada pertengahan tahun 2005 di sekitar Air Tiga Rasa di Gunung Muria
Jawa Tengah. Sayang, sampai sekarang saya belum berkesempatan untuk menyaksikannya
untuk yang kedua kali.
Populasi burung Elang Jawa di alam bebas diperkirakan tinggal 600 ekor. Badan Konservasi
Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengategorikannya terancam punah. Konvensi
Perdagangan Internasional untuk Flora dan Fauna yang Terancam Punah memasukkannya
dalam Apendiks 1 yang berarti mengatur perdagangannya ekstra ketat. Berdasarkan kriteria
keterancaman terbaru dari IUCN, Elang Jawa dimasukan dalam kategori Endangered atau
“Genting” (Collar et al., 1994, Shannaz et al., 1995). Melalui Keputusan Presiden Nomor 4
Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional, Pemerintah RI mengukuhkan Elang Jawa
sebagai wakil satwa langka dirgantara.
Habitat burung Elang Jawa hanya terbatas di Pulau Jawa, terutama di wilayah-wilayah
dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan
pegunungan.
11. Gajah Sumatera
Gajah Sumatera adalah sub-spesies gajah asia yang hanya ada di Pulau Sumatera. Postur
gajah sumatera lebih kecil daripada sub-spesies gajah india. Gajah Sumatera merupakan
mamalia terbesar yang ada di Indonesia. Berat Gajah Sumatera sekitar 6 ton dan tinggi bahu
3,5 meter. Gajah Sumatera dapat berumur hingga 60 tahun.
Populasi gajah sumatera di alam liar saat ini hanya sekitar 2000-2700 ekor(survei tahun
2000). Penurunan jumlah populasi ini disebabkan oleh perburuan liar untuk mengambil
gading gajah dan juga penurunan luas habitat hutan yang beralih fungsi menjadi perkebunan
sawit.
*Langkah Pelestarian Binatang Langka*
Meski sudah ada aturan pemerintah yang melarang transaksi spesies binatang langka, namun
dalam praktiknya populasi binatang yang dilindungi semakin menipis. Dengan beragam
motif, makin banyak manusia yang berusaha memiliki secara pribadi binatang-binatang
langka tersebut.
Untuk itu, diperlukan langkah terintegrasi dalam proses pelestarian binatang langka tersebut.
Hal ini sebagai upaya untuk menjaga agar binatang-binatang tersebut tetap lestari sehingga
keberadaaannya bisa dilihat oleh para generasi penerus. Beberapa langkah yang harus
dilakukan dalam usaha pelestarian binatang langka di antaranya :
1. Memberikan edukasi kepada masyarakat pentingnya kelestarian binatang langka untuk tetap
hidup di habitatnya. Sehingga, mereka tidak lagi mengusik keberadaan mereka dan menjaga
binatang langka tersebut untuk tetap hidup di habitat aslinya.
2. Mendukung setiap aktivitas pelestarian binatang langka yang dilakukan oleh lembaga
pelestarian lingkungan. Caranya dengan membantu kampanye serta memberikan dukungan
finansial dan moral.
3. Membuat tempat penangkaran bagi hewan-hewan langka agar bisa berkembang biak untuk
selanjutnya melepas mereka ke alam bebas agar bisa hidup secara alamiah.
4. Tidak melakukan perburuan binatang langka dan melaporkan setiap aktivitas perburuan
binatang langka tersebut kepada pihak berwajib.
5. Tidak melakukan transaksi atas binatang langka, terutama binatang hidup. Andai pun
melakukan transaksi, sebaiknya ditujukan untuk menyelamatkan binatang tersebut agar tidak
dikuasai oleh orang yang kurang bertanggung jawab, dan selanjutnya menyerahkan binatang
tersebut pada pihak yang berkompeten. Dalam hal ini lembaga konservasi binatang langka
dan lingkungan hidup.