Besar di
Indonesia
Sejarah Indonesia Masa Hindu
Budha
Drs. R. Wisnubroto, M.Pd
Daftar Materi
01 Candi Borobudur
02 Candi Prambanan
03 Candi Dieng
Tingkat 2 Tingkat 3
Dinding relief Gandawyuha : 128 panil, dinding relief Gandawyuha : 88
langkan relief Jataka/Avadana : 100 panil, Relief ini menggambarkan
panil Relief ini mungkin melanjutkan
riwayat Bodhisattva Maitreya
kehidupan Sang Buddha di masa lalu.
Beberapa adegan dikenal kembali sebagai calon Budha yang akan
antara lain terdapat pada sudut barat datang, merupakan kelanjutan
laut, yaitu Bodhisattva menjelma dari cerita di tingkat II.
sebagai burung merak dan
tertangkap, akhirnya memberikan
ajarannya.
Tiga Candi Serangkai
Selain Borobudur, terdapat beberapa candi Buddha dan Hindu di
kawasan ini. Pada masa penemuan dan pemugaran di awal abad ke-
20 ditemukan candi Buddha lainnya yaitu Candi Mendut dan Candi
Pawon yang terbujur membentang dalam satu garis lurus.Awalnya
diduga hanya suatu kebetulan, akan tetapi berdasarkan dongeng
penduduk setempat, dulu terdapat jalan berlapis batu yang dipagari
pagar langkan di kedua sisinya yang menghubungkan ketiga candi ini.
Ditelantarkannya Candi Borobudur
Alasan sesungguhnya penyebab Borobudur ditinggalkan hingga kini masih
belum diketahui. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan bangunan suci ini
tidak lagi menjadi pusat ziarah umat Buddha. Pada kurun 928 dan 1006, Raja
Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur
setelah serangkaian letusan gunung berapi; tidak dapat dipastikan apakah
faktor inilah yang menyebabkan Borobudur ditinggalkan, akan tetapi
beberapa sumber menduga bahwa sangat mungkin Borobudur mulai
ditinggalkan pada periode ini.
Monumen ini tidak sepenuhnya dilupakan, melalui dongeng rakyat Borobudur
beralih dari sebagai bukti kejayaan masa lampau menjadi kisah yang lebih
bersifat tahayul yang dikaitkan dengan kesialan, kemalangan dan
penderitaan. Dua Babad Jawa yang ditulis abad ke-18 menyebutkan nasib
buruk yang dikaitkan dengan monumen ini. Menurut Babad Tanah Jawi
(Sejarah Jawa),
Asal-Usul Penamaan Candi Borobudur
Rafles Casparis
Budur yang kuno (Boro= kuno, Berasal dari kata sang kamulan
budur= nama tempat) Sang Budha ibhumisambharabudara,
yang agung (Boro= agung, budur= berdasarkan kutipan dari prasasti
Buddha) Budha yang banyak (Boro= Sri Kahulunan 842 M yang artinya
banyak, budur= Buddha) bangunan suci yang melambangkan
kumpulan kebaikan dari kesepuluh
tingkatan Bodhisattva.
Asal-Usul Penamaan Candi Borobudur
• Pada dinding di kiri dan kanan ambang pintu bangunan utara terdapat relung
berisi arca Syiwa dalam posisi berdiri. Dalam relung pada dinding selatan candi
utama terdapat Arca Ganesha dalam posisi bersila, sedangkan dalam relung
pada dinding selatan terdapat Arca Durga bertangan delapan dalam posisi
berdiri
Candi Gedong 4
• Candi Gedong IV terdiri dari 1 buah candi
utama yang menghadap ke timur dan
sejumlah bangunan candi yang berupa
reruntuhan di sekelilingnya, yang
kemungkinan besar adalah sebuah candi
perwara.
• Di ketiga sisi dinding luar candi juga
terdapat bilik penampil dengan relung
yang berisi arca dalam keadaan rusak.
• Atap Candi Gedong IV berbentuk 3
persegi bersusun, makin ke atas makin
mengecil dengan puncak atap runcing,
mirip atap Candi Gedong II.
Candi Gedong 5
Candi Gedong V juga mirip dengan Candi
Gedong IV yang terdiri dari 1 bangunan candi
utama dan sejumlah reruntuhan candi di
dekatnya yang diduga adalah sebuah candi
perwara.
Bangunan utama Candi Gedong V ini
bentuknya juga sangat mirip dengan
bangunan Candi Gedong II.
Hampir keseluruhan bentuk candi
menyerupai Candi Gedong II, hanya saja
pada relung dinding luar Candi Gedong V
terdapat sebuah Arca Ganesha yang masih
tersisa, dengan posisi duduk bersila.
Anggota Kelompok