Anda di halaman 1dari 18

KLIPING

sejarah Indonesia

Nama:

Viko.Rahmadani

Kelas:XII Multimedia 1
Tahun Ajaran 2019/2020
SMK NEGERI 19 SAMARINDA

Candi Borobudur

Borobudur merupakan candi terbesar di Indonesia. Candi Borobudur menjadi

obyek wisata yang ramai dikunjungi, juga menjadi pusat ibadah bagi penganut

Buddha di Indonesia khususnya pada setiap perayaan Waisak. Hal ini sesuai dengan

arti namanya yaitu "biara di perbukitan". Saat ini Borobudur ditetapkan sebagai

salah satu Warisan Dunia UNESCO. Borobudur adalah candi Buddha yang terletak
di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di

sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini

didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayanasekitar tahun 800-an

Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

Candi Prambanan

Candi Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang yang terletak

di Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini terletak

di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan

120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antaraprovinsi Jawa

Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang terletak di desa

Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini

dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini,

yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung Maha Sambu,

semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan

mulai rusak.

Candi Pandawa Lima


Disini terdapat situs reruntuhan candi purbakala hindu yang konon dibangun

bersamaan dengan zaman dengan dibangunnya Candi Borobudur, sekitar abad ke-8

Masehi, dulu merupakan pusat penyebaran agama Hindu pertama di Jawa Tengah.

Para ahli arkeolog yakin komunitas hindu didataran tinggi dieng adalah awal lahirnya

Dinasty Syailendra yang pada jamannya membangun candi yang monumental dalam

sejarah. Selain reruntuhan candi kita juga menemukan reruntuhan sisa – sisa

kerajaan masa lampau. Yang unik, candi-candi disekitar dieng ini dinamai tokoh-

tokoh pewayangan Pandawa Lima. Untuk itu candi ini dinamakan Candi Pandawa Lima.

Candi Kalasan

Candi Kalasan atau Candi Kalibening[1] merupakan sebuah candi yang

dikategorikan sebagai candi umat Buddha terdapat di desa Kalasan, kabupaten

Sleman, provinsi Yogyakarta, Indonesia. 7°46′2.33″S 110°28′20.04″E Candi ini

memiliki 52 stupa dan berada di sisi jalan raya antara Yogyakarta dan Solo serta
sekitar 2 km dari candi Prambanan. Pada awalnya hanya candi Kalasan ini yang

ditemukan pada kawasan situs ini, namun setelah digali lebih dalam maka ditemukan

lebih banyak lagi bangunan bangunan pendukung di sekitar candi ini. Selain candi

Kalasan dan bangunan - bangunan pendukung lainnya ada juga tiga buah candi kecil di

luar bangunan candi utama, berbentuk stupa. Berdasarkan prasasti

Kalasan bertarikh 778 yang ditemukan tidak jauh dari candi ini menyebutkan

tentang pendirian bangunan suci untuk

menghormatiBodhisattva wanita, Tarabhawana dan sebuah vihara untuk para

pendeta.[2][1] Penguasa yang memerintah pembangunan candi ini bernama Maharaja

Tejapurnapana Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari keluarga Syailendra. Kemudian

dengan perbandingan dari manuskrip pada prasasti Kelurak tokoh ini dapat

diidentifikasikan dengan Dharanindra[3] atau dengan prasasti Nalanda adalah ayah

dari Samaragrawira[4]. Sehingga candi ini dapat menjadi bukti kehadiran Wangsa

Syailendra, penguasa Sriwijaya di Sumatera atas Jawa. Pada bagian selatan candi

terdapat dua relief Bodhisattva, sementara pada atapnya terdiri dari 3 tingkat.

Atap paling atas terdapat 8 ruang, atap tingkat dua berbentuk segi 8, sedangkan

atap paling bawah sebangun dengan candi berbentuk persegi 20 yang dilengkapi

kamar-kamar setiap sisinya.

Candi Dieng

Candi Dieng berada di dataran tinggi Dieng yang dianggap merupakan suatu

tempat yang memiliki kekuatan misterius sebagai tempat bersemayamnya arwah


para leluhur, sehingga tempat ini dianggap suci. Dieng berasal dari kata Dihyang

yang artinya tempat arwah para leluhur. Terdapat beberapa komplek candi di

daerah ini, komplek Candi Dieng dibangun pada masa agama Hindu, dengan

peninggalan Arca Dewa Siwa,Wisnu, Agastya, Ganesha dan lain-lainya bercirikan

Agama Hindu.

Candi Cetha

Candi Cetha merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan

masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama

mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga

melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan

rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia

Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini

memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun

Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian

1400m di atas permukaan laut. Sampai saat ini, komplek candi digunakan oleh

penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan populer

sebagai tempat pertapaan bagi kalangan penganut agama asli Jawa/Kejawen.

Candi Pawon
Candi Pawon adalah nama sebuah candi. Candi Pawon dipugar tahun 1903.

Nama Candi Pawon tidak dapat diketahui secara pasti asal-usulnya. J.G. de

Casparis menafsirkan bahwa Pawon berasal dari bahasa Jawa Awu yang berarti abu,

mendapat awalan pa dan akhiran an yang menunjukkan suatu tempat. Dalam bahasa

Jawa sehari-hari kata pawon berarti dapur, akan tetapi De Casparis mengartikan

perabuan. Penduduk setempat juga menyebutkan candi Pawon dengan nama

Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari kata Sansekerta vajra = "halilintar"

dan anala = "api". Di dalam bilik candi ini sudah tidak ditemukan lagi arca sehingga

sulit untuk mengidentifikasikannya lebih jauh. Suatu hal yang menarik dari Candi

Pawon ini adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar candi dihias dengan relief

pohon hayati (kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari(mahluk setengah

manusia setengah burung/berkepala manusia berbadan burung). Letak Candi Pawon

ini berada di antara candi Mendut dan candi Borobudur, tepat berjarak

1750 meter dari candi Borobudur dan 1150 m dari Candi Mendut.

7°36′21.98″S 110°13′10.3″E

Candi Brahma
CANDI BRAHMA terletak di sebelah candi Siwa, bentuk dan ukurannya lebih

kecil. Luas dasarnya 20 meter persegi dan tingginya 37 meter. Ditinjau dari segi

arsitektur seperti halnya candi SIwa candi ini juga terdiri dari tiga bagian yaitu

kaki, badan dan atap candi. Kaki candi yang tingginya 3,30 m mempunyai hiasan yaitu

sebuah relung yang berisi motif prambanan, berupa singa diapit oleh dua pohon

kalpataru penuh dengan bunga-bunga teratai biru, putih dan merah yang di

bawahnya ada kinara dan kinari (makhluk setengah manusia setengah dewa).

Candi Sambisari

Candi Sambisari adalah candi Hindu (Siwa) yang berada kira-kira 12 km di

sebelah timur kota Yogyakarta ke arah kota Solo atau kira-kira 4 km sebelum

kompleks candi Prambanan. Candi ini dibangun pada abad ke 9 pada masa

pemerintahan raja Rakai Garung di zaman kerajaan Mataram Kuno. Posisi Candi

Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah, kemungkinan besar karena

tertimbun lahar dari Gunung Merapi yang meletus secara besar-besaran pada awal

abad ke-11 (kemungkinan tahun 1006). Hal ini terlihat dari banyaknya batu
material volkanik di sekitar candi. Dengan dikelilingi oleh tembok candi yang asli

dengan ukuran 50 m x 48 m, kompleks ini mempunyai candi utama didampingi oleh

tiga candi perwara (pendamping). Di dalam candi ini terdapat patung Durga (di

sebelah utara), patung Ganesha (sebelah timur), patung Siwa Agastya(sebelah

selatan), dan di sebelah barat terdapat dua patung dewa penjaga pintu: Mahakala

dan Nadisywara. Di dalam candi utama terdapat patungLingga dan Yoni dengan

ukuran cukup besar. Pada saat penggalian, benda-benda bersejarah, di antaranya

beberapa tembikar, perhiasan, cermin logam serta prasasti lempengan emas juga

ditemukan. Candi ini ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani di Desa

Sambisari yang diabadikan menjadi nama candi tersebut, dan dipugar pada tahun

1986 oleh Dinas Purbakala.

Candi Banyunibo

Candi Banyunibo (yang berarti air jatuh-menetes dalam bahasa Jawa) adalah

candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah

timur dari kota Yogyakarta ke arah kota Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar

abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini

terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha. Keadaan dari candi

ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan ukiran relief kala-makara dan

bentuk relief lainnya yang masih nampak sangat jelas. Candi yang mempunyai bagian
ruangan tengah ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun 1940-

an, dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.

Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan

budaya Hindu yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Bandungan,Kabupaten

Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks

candi ini terdapat sembilan buah candi. Candi ini diketemukan oleh Raffles pada

tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa

Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi). Candi ini memiliki persamaan dengan

kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200

m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara

19-27 °C). Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki

pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang

tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang.

Candi Plaosan
Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang terletak

di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten,Provinsi J

awa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-

laut dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha,

serta candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan

bahwa candi-candi tersebut adalah candi Buddha. Kompleks ini dibangun pada abad

ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Medang, atau

juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno. Kompleks Candi Plaosan terdiri

atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.

Candi Badut

Candi Badut terletak di kawasan Tidar, Arah ITN[institutTeknologi

Nasional] ke barat kota Malang. Dapat ditempuh dengan kendaraan umum jurusan

Tidar. Lokasinya bisa dilihat di Wikimapia [1]. Candi ini diperkirakan berusia lebih

dari 1400 tahun dan diyakini adalah peninggalan Prabu Gajayana, penguasa
kerajaan Kanjuruhan sebagaimana yang termaktub dalam prasasti Dinoyo bertahun

760 Masehi. Kata Badut di sini berasal dari bahasa sansekerta “Bha-dyut” yang

berarti sorot Bintang Canopus atau Sorot Agastya. Hal itu terlihat pada ruangan

induk candi yang berisi sebuah pasangan arca tidak nyata dari Siwa dan Parwati

dalam bentuk lingga dan yoni. Pada bagian dinding luar terdapat relung-relung yang

berisi arca Mahakal dan Nadiswara. Pada relung utara terdapat arca Durga

Mahesasuramardhini. Relung timur terdapat arca Ganesha. Dan disebelah Selatan

terdapat arca Agastya yakni Syiwa sebagai Mahaguru. Namun di antara semua arca

itu hanya arca Durga Mahesasuramardhini saja yang tersisa. Candi ini ditemukan

pada tahun 1921 dimana bentuknya pada saat itu hanya berupa gundukan bukit batu,

reruntuhan dan tanah. Orang pertama yang memberitakan keberadaan Candi Badut

adalah Maureen Brecher, seorang kontrolir bangsa Belanda yang bekerja di Malang.

Candi Badut dibangun kembali pada tahun 1925-1927 di bawah pengawasan B. De

Haan dari Jawatan Purbakala Hindia Belanda. Dari hasil penggalian yang dilakukan

pada saat itu diketahui bahwa bangunan candi telah runtuh sama sekali, kecuali

bagian kaki yang masih dapat dilihat susunannya.

Candi Gebang

Candi Gebang adalah candi Hindu yang berada di dusun Gebang, kelurahan

Wedomartani, Ngemplak, Sleman, DIY. Candi yang ditemukan pada tahun 1936 ini

diperkirakan dibangun pada sekitar abad ke-8 M pada saat wangsa


Sanjaya berkuasa di zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi yang dipugar oleh Van

Romondt tahun 1937-1939 ini mempunyai ukuran kira-kira 5 x 5 meter dengan tinggi

8 meter. Candi Gebang mempunyai puncak berbentuk lingga, dan pada relung sebelah

barat dan timur terdapat arca Ganesa, Nandiswara dan yoni.

Candi Mendut

Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini

terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kota Mungkid,Kabupaten

Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.

7°36′17.17″S 110°13′48.01″E. Reruntuhan candi Mendut sebelum dipugar, tahun 1880.

Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di

dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja

Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan

bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini

dihubungkan dengan Candi Mendut

Candi Lumbung
Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman

Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi Bubrah. Menurut perkiraan, candi

ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini

merupakan kumpulan dari satu candi utama (bertema bangunan candi Buddha) yang

dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus.

Candi Sukuh

Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak

di Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini

dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek

pujaan lingga dan yoni. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang

kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang

melambangkan seksualitas. Candi Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi

salah satu Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995.

Candi Pari
Candi Pari adalah sebuah candi yang terletak sekitar 2 km ke arah barat laut

pusat semburan lumpur PT Lapindo Brantas saat ini. Candi ini berada di Desa Candi

Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur. Candi ini

merupakan suatu bangunan persegi empat dari batu bata, menghadap ke barat

dengan ambang serta tutup gerbang dari batu andesit batu alam. Dahulu, diatas

gerbang ada batu dengan angka tahun 1293 Saka = 1371 Masehi. Merupakan

peninggalan zaman Majapahit di masa pemerintahan PrabuHayam Wuruk 1350-1389

M.

Candi Brahu

Candi Brahu merupakan salah satu candi yang terletak di Jawa Timur. Lokasi

persisnya ada di Dukuh Jamu Mente, Desa Bejijong atau sekitar 2 kilometer dari

jalan raya Mojokerto, Jombang. Candi ini terletak di dalam kawasan situs

arkeologi Trowulan, bekas ibu kotaMajapahit. Candi Brahu dibangun dari batu bata

merah, dibangun di atas sebidang tanah menghadap ke arah barat dan berukuran
panjang sekitar 22,5 m, dengan lebar 18 m, dan punya ketinggian 20 meter. Candi

Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Budha. Candi ini didirikan pada abad 15

Masehi namun terdapat perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan candi ini berusia

jauh lebih tua ketimbang candi lain di sekitar Trowulan.

Candi Sari Wringin Branjang

Candi Wringin Branjang adalah sebuah candi terletak di Desa

Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi ini letaknya

masih satu kompleks dengan Situs Gadungan, jaraknya sekitar 100 m di sebelah

barat Situs Gadungan I. Candi yang terbuat dari batu andesit ini memiliki bentuk

yang sangat sederhana. Struktur bangunannya tidak memiliki kaki candi, tetapi

hanya mempunyai tubuh dan atap candi saja, dengan ukuran panjang 400 cm, lebar

300 cm dan tingginya 500 cm. Sedangkan pintu masuknya berukuran lebar 100 cm,

tingginya 200 cm dan menghadap ke arah selatan. Pada bagian dinding tidak

terdapat relief atau hiasan lainnya, tetapi dinding-dinding ini memiliki

lubang ventilasi yang sederhana. Bentuk atap candi menyerupai atap rumah biasa,

dan diduga bangunan candi ini merupakan tempat penyimpanan alat-alat upacara dari

zaman Kerajaan Majapahit yakni pada abad ke 15 M.

Candi Ajuna
Candi Arjuna adalah sebuah kompleks candi Hindu peninggalan dari abad ke-

7-8 yang terletak di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa

Tengah, Indonesia. Dibangun pada tahun 809, Candi Arjuna merupakan salah satu

dari delapan kompleks candi yang ada di Dieng. Ketujuh candi lainnya

adalah Semar,Gatotkaca, Puntadewa, Srikandi, Sembadra, Bima dan Dwarawati.

Lokasi di Wikimapia [1]. Di kompleks candi ini terdapat 19 candi namun hanya 8 yang

masih berdiri. Bangunan-bangunan candi ini saat ini dalam kondisi yang

memprihatinkan. Batu-batu candi ada yang telah rontok, sementara di beberapa

bagian bangunan ini terlihat retakan yang memanjang selebar 5 cm. Selain itu,

bangunan ini sudah mulai miring ke arah barat. Fondasi timurnya telah amblas

sekitar 15 hingga 20 cm. Lingkungan sekitar candi juga tidak mendukung

pemeliharaan. Lahannya sudah lama digarap penduduk untuk lahan pertanian tanaman

kentang, sayur-mayur, dan bunga-bungaan.

Candi Plumbangan
Candi Plumbangan adalah sebuah candi yang terletak di Desa

Plumbangan, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Bentuk bangunan candi

ini berupa pintu gerbang paduraksa dengan puncak berbentuk kubus. Pintu gerbang

ini terbuat dari batu andesit, dengan ukuran panjang 4.09 m, lebar 2,27 m dan

tingginya 5,6 m. Pintu gerbang memiliki sayap pada kanan kirinya dan tidak

mempunyai relief, namun hanya mempunyai pelipit garis saja. Pada bagian atas

ambang pintu terdapat pahatan angka tahun 1312 Saka (1390 M). Secara umum

kondisi candi saat ini masih cukup terawat.

Candi Sewu

Candi Sewu adalah candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8 yang

berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara candi Prambanan. Candi Sewu

merupakan komplek candi Buddha terbesar kedua setelah candi Borobudur di Jawa
Tengah. Candi Sewu berusia lebih tua daripada candi Prambanan. Meskipun aslinya

terdapat 249 candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan Candi "Sewu"

yang berarti "seribu" dalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah

legenda Loro Jonggrang.

Candi Ngawen

Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi

Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang.

Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada

zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar

adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M. Candi ini

terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda

dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha

dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada

pada salah satu candi lainnya. Beberapa reliefpada sisi candi masih nampak cukup

jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.

Anda mungkin juga menyukai