sejarah Indonesia
Oleh:
1. Riana ayudisti
2. Ismawati
3. Tintin
4. Sandi rusmana
5. Jidan bana
6. Tarpiansyah
Candi Borobudur
Borobudur merupakan candi terbesar di Indonesia. Candi Borobudur menjadi
obyek wisata yang ramai dikunjungi, juga menjadi pusat ibadah bagi penganut
Buddha di Indonesia khususnya pada setiap perayaan Waisak. Hal ini sesuai dengan
arti namanya yaitu "biara di perbukitan". Saat ini Borobudur ditetapkan sebagai
Candi Prambanan
dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini,
semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan
mulai rusak.
Candi Pandawa Lima
Disini terdapat situs reruntuhan candi purbakala hindu yang konon dibangun
bersamaan dengan zaman dengan dibangunnya Candi Borobudur, sekitar abad ke-8
Masehi, dulu merupakan pusat penyebaran agama Hindu pertama di Jawa Tengah.
Para ahli arkeolog yakin komunitas hindu didataran tinggi dieng adalah awal lahirnya
Dinasty Syailendra yang pada jamannya membangun candi yang monumental dalam
sejarah. Selain reruntuhan candi kita juga menemukan reruntuhan sisa – sisa
kerajaan masa lampau. Yang unik, candi-candi disekitar dieng ini dinamai tokoh-
tokoh pewayangan Pandawa Lima. Untuk itu candi ini dinamakan Candi Pandawa Lima.
Candi Kalasan
Candi Kalasan atau Candi Kalibening[1] merupakan sebuah candi yang
sekitar 2 km dari candi Prambanan. Pada awalnya hanya candi Kalasan ini yang
ditemukan pada kawasan situs ini, namun setelah digali lebih dalam maka ditemukan
lebih banyak lagi bangunan bangunan pendukung di sekitar candi ini. Selain candi
Kalasan dan bangunan - bangunan pendukung lainnya ada juga tiga buah candi kecil di
terdapat dua relief Bodhisattva, sementara pada atapnya terdiri dari 3 tingkat.
Atap paling atas terdapat 8 ruang, atap tingkat dua berbentuk segi 8, sedangkan
atap paling bawah sebangun dengan candi berbentuk persegi 20 yang dilengkapi
Candi Dieng
Candi Dieng berada di dataran tinggi Dieng yang dianggap merupakan suatu
para leluhur, sehingga tempat ini dianggap suci. Dieng berasal dari kata Dihyang
yang artinya tempat arwah para leluhur. Terdapat beberapa komplek candi di
daerah ini, komplek Candi Dieng dibangun pada masa agama Hindu, dengan
Agama Hindu.
Candi Cetha
mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga
rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia
Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini
memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun
1400m di atas permukaan laut. Sampai saat ini, komplek candi digunakan oleh
penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan populer
Candi Pawon
dan anala = "api". Di dalam bilik candi ini sudah tidak ditemukan lagi arca sehingga
sulit untuk mengidentifikasikannya lebih jauh. Suatu hal yang menarik dari Candi
Pawon ini adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar candi dihias dengan relief
7°36′21.98″S 110°13′10.3″E
Candi Brahma
CANDI BRAHMA terletak di sebelah candi Siwa, bentuk dan ukurannya lebih
kecil. Luas dasarnya 20 meter persegi dan tingginya 37 meter. Ditinjau dari segi
arsitektur seperti halnya candi SIwa candi ini juga terdiri dari tiga bagian yaitu
kaki, badan dan atap candi. Kaki candi yang tingginya 3,30 m mempunyai hiasan yaitu
sebuah relung yang berisi motif prambanan, berupa singa diapit oleh dua pohon
kalpataru penuh dengan bunga-bunga teratai biru, putih dan merah yang di
bawahnya ada kinara dan kinari (makhluk setengah manusia setengah dewa).
Candi Sambisari
abad ke-11 (kemungkinan tahun 1006). Hal ini terlihat dari banyaknya batu
material volkanik di sekitar candi. Dengan dikelilingi oleh tembok candi yang asli
selatan), dan di sebelah barat terdapat dua patung dewa penjaga pintu: Mahakala
beberapa tembikar, perhiasan, cermin logam serta prasasti lempengan emas juga
ditemukan. Candi ini ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani di Desa
Sambisari yang diabadikan menjadi nama candi tersebut, dan dipugar pada tahun
Candi Banyunibo
candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah
timur dari kota Yogyakarta ke arah kota Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar
abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini
terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha. Keadaan dari candi
ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan ukiran relief kala-makara dan
bentuk relief lainnya yang masih nampak sangat jelas. Candi yang mempunyai bagian
ruangan tengah ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun 1940-
candi ini terdapat sembilan buah candi. Candi ini diketemukan oleh Raffles pada
m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara
19-27 °C). Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki
pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang
Candi Plaosan
Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang terletak
di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten,Provinsi J
awa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-
juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno. Kompleks Candi Plaosan terdiri
Candi Badut
Tidar. Lokasinya bisa dilihat di Wikimapia [1]. Candi ini diperkirakan berusia lebih
dari 1400 tahun dan diyakini adalah peninggalan Prabu Gajayana, penguasa
kerajaan Kanjuruhan sebagaimana yang termaktub dalam prasasti Dinoyo bertahun
760 Masehi. Kata Badut di sini berasal dari bahasa sansekerta “Bha-dyut” yang
berarti sorot Bintang Canopus atau Sorot Agastya. Hal itu terlihat pada ruangan
induk candi yang berisi sebuah pasangan arca tidak nyata dari Siwa dan Parwati
dalam bentuk lingga dan yoni. Pada bagian dinding luar terdapat relung-relung yang
berisi arca Mahakal dan Nadiswara. Pada relung utara terdapat arca Durga
terdapat arca Agastya yakni Syiwa sebagai Mahaguru. Namun di antara semua arca
itu hanya arca Durga Mahesasuramardhini saja yang tersisa. Candi ini ditemukan
pada tahun 1921 dimana bentuknya pada saat itu hanya berupa gundukan bukit batu,
reruntuhan dan tanah. Orang pertama yang memberitakan keberadaan Candi Badut
adalah Maureen Brecher, seorang kontrolir bangsa Belanda yang bekerja di Malang.
Haan dari Jawatan Purbakala Hindia Belanda. Dari hasil penggalian yang dilakukan
pada saat itu diketahui bahwa bangunan candi telah runtuh sama sekali, kecuali
Candi Gebang
8 meter. Candi Gebang mempunyai puncak berbentuk lingga, dan pada relung sebelah
bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini
Candi Lumbung
Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman
ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini
merupakan kumpulan dari satu candi utama (bertema bangunan candi Buddha) yang
dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus.
Candi Sukuh
kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang
Candi Pari
Candi Pari adalah sebuah candi yang terletak sekitar 2 km ke arah barat laut
pusat semburan lumpur PT Lapindo Brantas saat ini. Candi ini berada di Desa Candi
dengan ambang serta tutup gerbang dari batu andesit batu alam. Dahulu, diatas
M.
Candi Brahu
Candi Brahu merupakan salah satu candi yang terletak di Jawa Timur. Lokasi
persisnya ada di Dukuh Jamu Mente, Desa Bejijong atau sekitar 2 kilometer dari
jalan raya Mojokerto, Jombang. Candi ini terletak di dalam kawasan situs
arkeologi Trowulan, bekas ibu kotaMajapahit. Candi Brahu dibangun dari batu bata
merah, dibangun di atas sebidang tanah menghadap ke arah barat dan berukuran
panjang sekitar 22,5 m, dengan lebar 18 m, dan punya ketinggian 20 meter. Candi
Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Budha. Candi ini didirikan pada abad 15
Masehi namun terdapat perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan candi ini berusia
masih satu kompleks dengan Situs Gadungan, jaraknya sekitar 100 m di sebelah
barat Situs Gadungan I. Candi yang terbuat dari batu andesit ini memiliki bentuk
yang sangat sederhana. Struktur bangunannya tidak memiliki kaki candi, tetapi
hanya mempunyai tubuh dan atap candi saja, dengan ukuran panjang 400 cm, lebar
300 cm dan tingginya 500 cm. Sedangkan pintu masuknya berukuran lebar 100 cm,
tingginya 200 cm dan menghadap ke arah selatan. Pada bagian dinding tidak
dan diduga bangunan candi ini merupakan tempat penyimpanan alat-alat upacara dari
Candi Ajuna
Candi Arjuna adalah sebuah kompleks candi Hindu peninggalan dari abad ke-
dari delapan kompleks candi yang ada di Dieng. Ketujuh candi lainnya
adalah Semar,Gatotkaca, Puntadewa, Srikandi, Sembadra, Bima dan Dwarawati.
Lokasi di Wikimapia [1]. Di kompleks candi ini terdapat 19 candi namun hanya 8 yang
masih berdiri. Bangunan-bangunan candi ini saat ini dalam kondisi yang
bagian bangunan ini terlihat retakan yang memanjang selebar 5 cm. Selain itu,
bangunan ini sudah mulai miring ke arah barat. Fondasi timurnya telah amblas
pemeliharaan. Lahannya sudah lama digarap penduduk untuk lahan pertanian tanaman
Candi Plumbangan
Candi Plumbangan adalah sebuah candi yang terletak di Desa
ini terbuat dari batu andesit, dengan ukuran panjang 4.09 m, lebar 2,27 m dan
tingginya 5,6 m. Pintu gerbang memiliki sayap pada kanan kirinya dan tidak
mempunyai relief, namun hanya mempunyai pelipit garis saja. Pada bagian atas
ambang pintu terdapat pahatan angka tahun 1312 Saka (1390 M). Secara umum
berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara candi Prambanan. Candi Sewu
terdapat 249 candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan Candi "Sewu"
yang berarti "seribu" dalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah
legenda Loro Jonggrang.
Candi Ngawen
Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada
adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M. Candi ini
terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda
dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha
dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada
pada salah satu candi lainnya. Beberapa reliefpada sisi candi masih nampak cukup