Anda di halaman 1dari 11

KLIPING

Tentang
SEJARAH INDONESIA

KELOMPOK
1. FENI PUTRI FEBRIANI
2. MUTMAINNAH
3. KHAERUNISA
4. JAILAN
5. FARDILLAH
6. GALANG AUDIKA
7. ALFITO
8. AMIRUDIN

DIBIMBING OLEH:
PAK ANDI AKBAR, S.Pd

SMP NEGERI 1 WOHA


TAHUN AJARAN 2018 / 2019
Candi Borobudur
Borobudur merupakan candi terbesar di Indonesia. Candi Borobudur

menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi, juga menjadi pusat ibadah bagi

penganut Buddha di Indonesia khususnya pada setiap perayaan Waisak. Hal ini

sesuai dengan arti namanya yaitu "biara di perbukitan". Saat ini Borobudur

ditetapkan sebagai salah satu Warisan Dunia UNESCO. Borobudur adalah

candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi

adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di

sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para

penganut agama Buddha Mahayanasekitar tahun 800-an Masehi pada masa

pemerintahan wangsa Syailendra.


Candi Prambanan

Candi Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang yang terletak

di Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini

terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur Yogyakarta,

40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan

antaraprovinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara

Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara

kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi

oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua

wangsa Mataram I atau Balitung Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak

lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.


Candi Pandawa Lima

Disini terdapat situs reruntuhan candi purbakala hindu yang konon

dibangun bersamaan dengan zaman dengan dibangunnya Candi Borobudur, sekitar

abad ke-8 Masehi, dulu merupakan pusat penyebaran agama Hindu pertama di

Jawa Tengah. Para ahli arkeolog yakin komunitas hindu didataran tinggi dieng

adalah awal lahirnya Dinasty Syailendra yang pada jamannya membangun candi

yang monumental dalam sejarah. Selain reruntuhan candi kita juga menemukan

reruntuhan sisa – sisa kerajaan masa lampau. Yang unik, candi-candi disekitar

dieng ini dinamai tokoh-tokoh pewayangan Pandawa Lima. Untuk itu candi ini

dinamakan Candi Pandawa Lima.


Candi Kalasan

Candi Kalasan atau Candi Kalibening[1] merupakan sebuah candi yang

dikategorikan sebagai candi umat Buddha terdapat di desa Kalasan, kabupaten

Sleman, provinsi Yogyakarta, Indonesia. 7°46′2.33″S 110°28′20.04″E Candi ini

memiliki 52 stupa dan berada di sisi jalan raya antara Yogyakarta dan Solo serta

sekitar 2 km dari candi Prambanan. Pada awalnya hanya candi Kalasan ini yang

ditemukan pada kawasan situs ini, namun setelah digali lebih dalam maka

ditemukan lebih banyak lagi bangunan bangunan pendukung di sekitar candi ini.

Selain candi Kalasan dan bangunan - bangunan pendukung lainnya ada juga tiga

buah candi kecil di luar bangunan candi utama, berbentuk stupa.

Berdasarkan prasasti Kalasan bertarikh 778 yang ditemukan tidak jauh dari

candi ini menyebutkan tentang pendirian bangunan suci untuk

menghormatiBodhisattva wanita, Tarabhawana dan sebuah vihara untuk para

pendeta.[2][1] Penguasa yang memerintah pembangunan candi ini bernama Maharaja

Tejapurnapana Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari keluarga Syailendra.


Kemudian dengan perbandingan dari manuskrip pada prasasti Kelurak tokoh ini

dapat diidentifikasikan dengan Dharanindra atau dengan prasasti Nalanda adalah

ayah dari Samaragrawira


Candi Dieng

Candi Dieng berada di dataran tinggi Dieng yang dianggap merupakan

suatu tempat yang memiliki kekuatan misterius sebagai tempat bersemayamnya

arwah para leluhur, sehingga tempat ini dianggap suci. Dieng berasal dari kata

Dihyang yang artinya tempat arwah para leluhur. Terdapat beberapa komplek

candi di daerah ini, komplek Candi Dieng dibangun pada masa agama Hindu,

dengan peninggalan Arca Dewa Siwa,Wisnu, Agastya, Ganesha dan lain-lainya

bercirikan Agama Hindu.


Candi Cetha

Candi Cetha merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan

masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama

mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga

melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan

rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia

Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini

memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun

Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian

1400m di atas permukaan laut. Sampai saat ini, komplek candi digunakan oleh

penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan populer

sebagai tempat pertapaan bagi kalangan penganut agama asli Jawa/Kejawen.


Candi Pawon

Candi Pawon adalah nama sebuah candi. Candi Pawon dipugar tahun 1903.

Nama Candi Pawon tidak dapat diketahui secara pasti asal-usulnya. J.G. de

Casparis menafsirkan bahwa Pawon berasal dari bahasa Jawa Awu yang

berarti abu, mendapat awalan pa dan akhiran an yang menunjukkan suatu tempat.

Dalam bahasa Jawa sehari-hari kata pawon berarti dapur, akan tetapi De

Casparis mengartikan perabuan. Penduduk setempat juga menyebutkan candi

Pawon dengan nama Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari

kata Sansekerta vajra = "halilintar" dan anala = "api". Di dalam bilik candi ini

sudah tidak ditemukan lagi arca sehingga sulit untuk mengidentifikasikannya

lebih jauh. Suatu hal yang menarik dari Candi Pawon ini adalah ragam hiasnya.

Dinding-dinding luar candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang

diapit pundi-pundi dan kinara-kinari(mahluk setengah manusia setengah

burung/berkepala manusia berbadan burung). Letak Candi Pawon ini berada di

antara candi Mendut dan candi Borobudur, tepat berjarak 1750 meter dari candi

Borobudur dan 1150 m dari Candi Mendut. 7°36′21.98″S 110°13′10.3″E


Candi Brahma

CANDI BRAHMA terletak di sebelah candi Siwa, bentuk dan ukurannya

lebih kecil. Luas dasarnya 20 meter persegi dan tingginya 37 meter. Ditinjau dari

segi arsitektur seperti halnya candi SIwa candi ini juga terdiri dari tiga bagian

yaitu kaki, badan dan atap candi. Kaki candi yang tingginya 3,30 m mempunyai

hiasan yaitu sebuah relung yang berisi motif prambanan, berupa singa diapit oleh

dua pohon kalpataru penuh dengan bunga-bunga teratai biru, putih dan merah

yang di bawahnya ada kinara dan kinari (makhluk setengah manusia setengah

dewa).
Candi Sambisari

Candi Sambisari adalah candi Hindu (Siwa) yang berada kira-kira 12 km di

sebelah timur kota Yogyakarta ke arah kota Solo atau kira-kira 4 km sebelum

kompleks candi Prambanan. Candi ini dibangun pada abad ke 9 pada masa

pemerintahan raja Rakai Garung di zaman kerajaan Mataram Kuno. Posisi Candi

Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah, kemungkinan besar

karena tertimbun lahar dari Gunung Merapi yang meletus secara besar-besaran

pada awal abad ke-11 (kemungkinan tahun 1006). Hal ini terlihat dari banyaknya
batu material volkanik di sekitar candi. Dengan dikelilingi oleh tembok candi yang

asli dengan ukuran 50 m x 48 m, kompleks ini mempunyai candi utama didampingi

oleh tiga candi perwara (pendamping). Di dalam candi ini terdapat

patung Durga (di sebelah utara), patung Ganesha (sebelah timur), patung Siwa

Agastya(sebelah selatan), dan di sebelah barat terdapat dua patung dewa

penjaga pintu: Mahakala dan Nadisywara. Di dalam candi utama terdapat

patungLingga dan Yoni dengan ukuran cukup besar. Pada saat penggalian, benda-

benda bersejarah, di antaranya beberapa tembikar, perhiasan, cermin logam

serta prasasti lempengan emas juga ditemukan. Candi ini ditemukan pada tahun

1966 oleh seorang petani di Desa Sambisari yang diabadikan menjadi nama candi

tersebut, dan dipugar pada tahun 1986 oleh Dinas Purbakala.


Candi Banyunibo

Candi Banyunibo (yang berarti air jatuh-menetes dalam bahasa Jawa)

adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian

sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah kota Wonosari. Candi ini dibangun

pada sekitar abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian

atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.

Keadaan dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan ukiran relief

kala-makara dan bentuk relief lainnya yang masih nampak sangat jelas. Candi

yang mempunyai bagian ruangan tengah ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki

kembali pada tahun 1940-an, dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.

Anda mungkin juga menyukai