Anda di halaman 1dari 9

KONFLIK SOSIAL

1. Kasus Kerusuhan di Poso

Poso adalah sebuah daerah di Sulawesi Tengah. Konflik yang terjadi di Poso merupakan
salah satu konflik multi etnik terbesar yang terjadi di Indonesia. Konflik ini merupakan
konflik horizontal dimana pihak yang bertikai memiliki status yang sama dalam masyarakat.
Kedua pihak merupakan warga masyarakat dalam dua kelompok yang berbeda. Penyebab
dari kerusuhan Poso adalah ketegangan antara pendatang muslim Bugis dengan etnis
Protestan yang kemudian meluas menjadi konflik agama. Konflik ini memerlukan bantuan
langsung dari pemerintah Indonesia untuk menyelesaikannya melalui Deklarasi Malino.
2. Kasus Sampit di Kalimantan Tengah

Konflik Sampit merupakan konflik multi etnis yang terjadi antara suku Madura (transmigran)
dengan suku Dayak asli. Konflik ini termasuk konflik horizontal karena kelompok yang
bertikai memiliki kesetaraan dalam masyarakat. Berbagai spekulasi muncul akan penyebab
dari konflik ini. Konflik Sampit membutuhkan bantuan dari berbagai pihak karena banyaknya
korban yang berjatuhan selama konflik terjadi.
KONFLIK SOSIAL

1. Kerusuhan Ambon 2011

Contoh bentuk konflik horizontal lainnya adalah konflik di Ambon tahun 2011. Konflik ini
terjadi antara warga masyarakat karena suatu peristiwa kecelakaan. Pemerintah kota Ambon
pun harus turut serta menyelesaikan konflik yang terjadi dengan menyediakan personel
kepolisian untuk membuat keadaan lebih kondusif.
2. Tawuran antar Pelajar

Kejadian ini sangat sering terjadi di masyarakat. Beberapa sekolah menengah di ibu kota pun
sudah menjadi pelaku rutin dalam konflik ini. Banyak sekali hal yang menjadi penyebab
munculnya konflik ini. Tawuran termasuk salah satu contoh konflik horizontal karena pelaku
yang terlibat adalah kelompok siswa yang memiliki status yang sama dalam masyarakat.
KONFLIK SOSIAL

1. Konflik antara Israel dan Palestina

Konflik ini termasuk konflik yang sulit untuk diselesaikan. Konflik kedua negara ini terjadi
karena perebutan wilayah negara dan alasan politik lainnya. Banyak sekali korban berjatuhan
dalam konflik ini dan negara lain serta PBB sudah mencoba untuk membantu menyelesaikan
konflik ini namun belum ada hasilnya hingga saat ini. Konflik ini termasuk konflik horizontal
karena keduanya termasuk negara yang memiliki kedaulatan yang sama.
2. Tragedi  Penembakan Mahasiswa Trisakti 1998

Sebelum dimulainya masa reformasi, terjadilah sebuah kerusuhan yang sangat fenomenal di
tahun 1998. Penyebab dari kerusuhan ini adalah tragedi penembakan mahasiswa Trisakti oleh
aparat yang berwenang saat sedang menggelar aksi unjuk rasa. Konflik kemudian berlanjut
antara pemerintah dan masyarakat yang berbuntut turunnya Presiden Soeharto setelah
menjabat selama 32 tahun sebagai presiden RI.
3. Kasus Gerakan Aceh Merdeka

Gerakan Aceh Merdeka atau lebih dikenal dengan GAM adalah sebuah kelompok separatis
yang ingin berpisah dari NKRI. Gerakan ini muncul karena adanya ketidakpuasan akan
sistem pemerintahan pusat ditambah adanya provokasi pihak lain. Konflik ini baru mereda di
tahun 2006, setelah kejadi tsunami besar di Aceh. Konflik ini bisa digolongkan sebagai
konflik vertikal karena pihak yang bertikai adalah kelompok masyarakat tertentu dengan
pemerintah NKRI.
4. Kasus OPM (Operasi Papua Merdeka)

Serupa dengan kasus diatas, di Papua terdapat pula gerakan separatis yang ingin memisahkan
diri dari NKRI. Hal in tentu memicu konflik antara pemerintah pusat dengan kelompok ini
karena kelompok ini dianggap membahayakan keutuhan NKRI. Konflik ini pun termasuk
konflik vertikal karena kedua pihak yang bertikai memiliki perbedaan tingkatan, gerakan
OPM adalah kelompok masyarakat biasa sedangkan pemerintah memiliki kekuasaan untuk
menentukan sesuatu.
5. Konflik Buruh dan Pengusaha

Konflik antara pekerja dan pemilik perusahaan sangat sering terjadi, meskipun termasuk
dalam konflik yang bermotifkan ekonomi namun berimbas pula pada kehidupan sosial.
Beberapa yang sering terjadi adalah konflik upah antara buruh dengan pengusaha. Buruh
menuntut hak upah yang lebih tinggi sedangkan pengusaha biasanya menghendaki
sebaliknya. Hal ini dapat menimbulkan konflik vertikal. Hal ini dikarenakan buruh biasanya
memiliki tingkatan di bawah pemilik perusahaan baik dalam hal tingkatan ekonomi maupun
sosial.

Anda mungkin juga menyukai