Anda di halaman 1dari 23

Kronologi Singkat Sejarah Indonesia Awal Kemerdekaan (1945-1950)

Diterbitkan Oleh BIN HAKIM

Peristiwa Rengasdengklok

Rumah bersejarah tempat "penyekapan" Soekarno-Hatta oleh para pemuda di Rengasdengklok


Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Berita
tentang kekalahan Jepang ini masih dirahasiakan oleh Jepang. Namun demikian para pemimpin
pergeraakan dan pemuda Indonesia lewat siaran luar negeri telah mengetahui pada tanggal 15
Agustus 1945. Untuk itu para pemuda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di
Pegangsaan Timur No.56 Jakarta dan meminta agar mau memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia lepas dari pengaruh Jepang. Bung Karno dan Bung Hatta tidak menyetujui dengan
alasan bahwa proklamasi perlu dibicarakan dalam rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). Sehingga pada malam hari tanggal 15 Agustus 1945 mengadakan rapat di ruang
Laboratorium Mikrobiologi di Pegangsaan Timur yang dihadiri oleh Soekarni, Yusuf Kunto,
Syodanco Singgih, dan Chaerul Saleh sebagai pemimpinnya. Hasil rapat disampaikan oleh
Darwis dan Wikana yaitu mendesak agar Soekarno-Hatta memutuskan ikatan dengan Jepang.
Muncul suasana tegang sebab Soekarno-Hatta tidak menyetujuinya. Namun golongan muda tetap
mendesak agar tanggal 16 Agustus 1945 diproklamasikan kemerdekaan. Prinsip golongan tua
menekankan masih perlunya diadakan rapat PPKI.
Kemudian dini hari tanggal 16 Agustus 1945, golongan muda mengadakan rapat di Asrama
Baperpi, Jalan Cikini 71 Jakarta dengan keputusan untuk membawa Bung Karno dan Bung Hatta
keluar kota agar tidak terkena pengaruh Jepang. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945,
Soekarno-Hatta diculik oleh Soekarni, Yusuf Kunto, dan Syodanco Singgih ke Rangasdengklok.
Pada sore harinya, Ahmad Soebarjo memberi jaminan bahwa selambat-lambantnya esok hari
tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta akan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia,
maka Cudanco Subeno (komandan kompi tentara PETA di Rengasdengklok) memperbolehkan
Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.

Perumusan Teks Proklamasi


Atas jasa Ahmad Soebarjo pertemuan diadakan di rumah Laksamana Muda Maeda di Jalan
Imam Bonjol No.1 Jakarta untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi. Menjelang pagi
tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi dirumuskan oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dam
Ahmad Soebarjo yang disaksikan oleh Sayuti Melik, Sukarni, B.M Diah, dan Sudiro. Naskah
proklamasi yang ditulis tanggan oleh Soekarno dibacakan di hadapan peserta rapat. Setelah
mendapat persetujuan ini dan siapa yang menandatangani teks tersebut kemudian diketik oleh
Sayuti Melik dengan beberapa perubahan yang kemudian ditandatangani oleh Soekarno-Hatta
atas nama bangsa Indonesia. Disetujui pula bahwa proklamasi diadakan di rumah Soekarno di
Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta.

Teks Proklamasi tulisan tangan Ir. Soekarno


Teks Proklamasiketikan Sayuti Melik

Pembacaan Teks Proklamasi

Pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 WIB di Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta dibacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno didampingi Drs.
Moh. Hatta dan dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih oleh S. Suhud dan Cudanco
Latief Hendradiningrat dan diiringi dengan nyanyian lagu Indonesia Raya dan diteruskan oleh
sambutan Walikota Suwiryo dan Dr. Mawardi. Setelah upacara selesai masing-masing
meninggalkan tempat. Proklamasi berlangsung secara sederhana, namun penuh khidmat dan
dihadiri oleh sekitar 1.000 orang terdiri dari para pemimpin bangsa, kelompok pemuda para
pejuang dan rakyat yang mengetahui peristiwa tersebut.
Pernyataan proklamasi memiliki arti yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Proklamasi
merupakan titik puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan, lepas dari belenggu penjajahan
asing dan lainnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan proklamasi, bangsa Indonesia
dapat menentukan hidupnya sendiri sesuai dengan harkat dan martabat, serta sendi-sendi
kehidupan bangsa Indonesia. Dengan demikian proklamasi membawa perubahan yang besar
dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Reaksi Rakyat Indonesia Atas Kemerdekaan Indonesia


1. Di Tingkat Pusat
Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para pemimpin yang
bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak teks proklamasi
dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk
menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita proklamasi yang telah menyebar ke
seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks
proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz
(seorang markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai
pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan pucuk
pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan
menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio disegel oleh
Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun pemuda tidak kehilangan akal dengan
membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi radio yang diambil dari Kantor
Berita Domei. Di Menteng 31 para pemuda berhasil merakit pemancar baru dengan kode
panggilan DJK I. dari sinilah berita Proklamasi Kemerdekaan terus disiarkan. Selain itu juga
lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20
Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia. Demikianlah
sambutan masyarakat dan usaha-usaha para pemuda di pusat dalam menyebarluaskan berita
proklamasi ke seluruh pelosok Tanah Air.

2. Di Tingkat Daerah
Rakyat menyambut berita proklamasi dengan semangat perjuangan yang tinggi, dibuktikan
dengan pelucutan senjata tentara Jepang, pengambilan kekuasaan, semangat membara untuk
terus berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Disamping melalui siaran radio, surat selebaran, berita proklamasi secara resmi juga dibawa oleh
para utusan yang kebetulan menghadiri Sidang PPKI dan menyaksikan peristiwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta, yaitu :
Teuku Muhammad Hassan (diangkat menjadi Gubernur Sumatera)

Sam Ratulangi (diangkat menjadi Gubernur Sulawesi)

Ketut Pujo (diangkat menjadi Gubernur Nusa Tenggara)

P. Mohammad Noor (diangkat menjadi Gubernur Kalimantan)

Kedatangan para utusan di daerah masing-masing disambut dengan penuh kegembiraan dan
diikuti berbagai upacara yang meriah.

3. Kontribusi Daerah Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia


Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara pemerintah Kerajaan Inggris dan Kerajaan Belanda
tercapai suatu persetujuan yang terkenal dengan nama civil Affairs Agreement. Dalam
persetujuan ini disebutkan bahwa panglima tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan
memegang kekuasaan atas nama pemerintah Belanda. Dalam melaksanakan hal-hal yang
berkenaan dengan pemerintah sipil, pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA dibawah
tanggungjawab komando Inggris. Kekuasaan itu kelak di kemudian hari akan dikembalikan
kepada Belanda.
Tentara sekutu (tentara Inggris) mendarat di Jakarta pada tanggal 15 September 1945. bersama
tentara Inggris ikut pula serdadu Belanda dan pegawai sipil Belanda (NICA ) yang dipimpin oleh
Van der Pals. Tugas tentara sekutu adalah melucuti senjata tentara Jepang dan memulangkan
kemabali para tawanan itu ke negerinya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sekutu membentuk
komando khusus yang disebut Aliied Forses Netherland EastIndies (AFNEI). Sejak tanggal 29
September 1945, rombongan besar AFNEI mulai berdatangan ke Indonesia. Belanda dan sekutu
yang mendarat di Surabaya menginginkan hotel Yamato dijadikan markas Angkatan Laut
Belanda. Bendera Merah Putih di Hotel Yamato diturunkan oleh Belanda dan diganti dengan
Bendera Belanda. Merah-Putih-Biru. Hal ini tentu saja menimbulkan kemarahan rakayat
Surabaya. Mereka beramai-ramai menyerbu hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Bendera
Belanda itu setelah samapi bawagh, warana biru dirobek lalu dikibarkan kembali sebagai
Bendera Merah Putih. Peristiwa itu dikenal sebagai insiden Bendera yang terjadi pada tanggal 19
September 1945. untuk mengenang peristiwa itu, kini didepan Hotel Yamato dibangun
monument perjuangan.
Sekutu setelah melihat berbagai perlawananan di Indonesia merasa tidak mamapu menjalankan
tugas tanpa bantuan pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 1 Oktober
1945, Jenderal Christison mengakui secara de facto negara republic Indonesia dan bersedia
berunding. Dengan munculnya kekuatan asing serentak bangsa Indonesia berupaya
mempertahankan kemerdekaan. Adapun peran setiap daerah dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia terlihat seperti berikut ini :

1. Pertempuran di Bandung ( 23 Maret 1946)

Pasukan sekutu atas izin pemerintah RI pada tanggal 12 Oktober 1945 memasuki
Bandung dengan naik kereta api. Pemerintah RI mengizinkan pasukan Sekutu masuk
Bandung bertujuan mengurus para tawanan perang II (Jepang). Pada tanggal 23
November 1945 pemimpin Sekutu di Bandung mengultimatum agar Bandung Utara
segera dikosongkan dari pemuda bersenjata. Namun, para pemuda menolak menyerahkan
senjata sehingga terjadi pertempuran yang sengit didalam kota. Pertempuran pertama
terjadi pada tanggal 1 Desember 1945. Oleh karena pemerintah RI Jakarta para pemuda
Bandung diminta menghentikan pertempuran dan harus mengosongkan kota Bandung.
Dengan berat hati, para pemuda Bandung meninggalkan kota. Agar bangunan-bangunann
peting di kota Bandung tidak dapat digunakan Sekutu sambil mundur mereka
membakarnya. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Maret 1946. seluruh wilayah kota
Bandung diamuk oleh kobaran api. Peristiwa ini terkenal dengan peristiwa Bandung
Lautan Api. Para tokoh yang telibat dalam pertempuran Bandung, antara lain Muhammad
Toha dari Bandung Selatan (gugur), Kol. A.H Nasution, dan Kolonel Hidayat. Sebagai
penggerak semangat juang, maka lahirlah lagu ''Halo-halo Bandung'' ciptaan Ismail
Marzuki. Lagu perjuangan ini melukiskan tekad rakyat yang tidak mungkin padam untuk
merebut kembali kota Bandung.

2. Pertempuran di Sumatera ( Medan Area, 10 Desember 1945)

Tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar berita proklamasi yang dibawa
oleh Mr. Teuku Moh Hassan sebagai Gubernur Sumatera. Mengggapi berita proklamasi
para pemuda dibawah pimpinan Achmad lahir membentuk barisan Pemuda Indonesia.
Pendaratan Sekutu di kota Medan terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945 dibawah pimpinan
T.E.D Kelly. Pendaratan tentara sekutu (Inggris)ini di ikuti oleh pasukan dan NICA
yangdipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Kedatangan tentara sekutu dan
NICa ternyata memacing berbagai iniden. Pada tanggal 13 Oktober 1945 pemuda dan
TKR bertempur melawan Sekutu dan NICA dalam upaya merebut dan mengambil alih
gedung-gedung pemerintahan dari tangan Jepang. Inggris mengeluarkan ultimatum
kepada bangsa Indonesia agar menyerahkan senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini tidak
pernah dihiraukan. Pada tanggal. Pada tanggal 15 Desember 194% Sekutu memasang
papan yang tertulis.kan "Fixed Boundaries Medan Area" ( batas resmi wilayah Medan)
diberbagai pinggiran kota MEdan. Tindakan Sekutu itu merupakan tantangan bagi para
pemuda. Pada tanggal 10 desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-
besaran terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak koraban di kedua belah
pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan
rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Pemantangsiantar. Untuk melanjutkan
perjuangan di Medan maka pada bulan Agustus 1946 dibentuk Komando Resimen Laskar
Rakyat Medan Area. Komandan initerus mengadakan serangan terhadap Sekutu
diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatera terjadi perlawanan rakayat
terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Pertempuran itu terjadi, antara lian di Pandang,
Bukit tinggi dan Aceh.

3. Pertempuran di Surabaya

Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran antara rakyat Surabaya dan Sekutu.
Peristiwa itu diawalai insiden terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallabay (Komandan
Tentara Inggris)pada tanggal 30 Oktober 1945. akibat insiden tersenut pada tanggal
31Oktober 1945 Inggris mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan kaum pejuang
untuk menyerah. Apabila ultimatum tidak diindahkan Inggris akan mengerahkan seluruh
kekuatannya baik dari darat, laut maupun udara. Pada tanggal 9 November 1945 Jenderal
Mansergh mengeluarkan ultimatum kembali kepada para pemuda Surabaya untuk
menyerahkan semua senjatanya. Para pemuda tidak menggapai ultimatum tersebut.
Rakyat Surabaya di bawah pimpinan Bung Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo
menolak ultimatum tersebut serta mulai bmenghadapi gempuran sekutu. Akibatnya, pada
tanggal 10 November 1945, Inggris menyerang Surabaya secara besar-besaran. Para
pemuda menyambut dengan kekuatan senjata. Pengalaman peralatan sejata Sekutu yang
sangat unggul tidak mengeratkan rakyat. Bung tomo yang diangkat sebagai pemimpin
pemuda Surabaya meneriakkan pekik "Allah Akbar" diradio pemerintah untuk
membangkitkan semangat perjuangan. Akibat serangan sekutu (inggris) yang membabi
buta selama lima belas hari, Surabaya menjadi hancur. Para pemuda Surabaya akhirnya
mundur ke beberapa daerah, seperti Mojokerto, Gresik, dan Pasuruhan. Pertempuran
Surabaya menyebabkan ribuan rakyat gugur. Untuk mengenang dan memperingati
semangat kepahlawananan rakyat Surabaya, tanggal 10 November ditetapkan sebagai
hari Pahlawan.

4. Pertempuran Ambarawa

Pada bulan November 1945 tentara sekutu dan NICA bergerak dari Semarang menuju
Ambarawa untuk membentuk pertahanan. Pertempuran meletus kareana Sekutu secara
sepihak membebaskan para interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa. Dalam
pertempuran ini Letkol Isdiman gugur. Selanjutnya, pimpinann perang dipegang oleh
Kolonel Sudirman, Panglima divisi Banyiumas. Pada tanggal 15 Desember 1945, Sekutu
dan NICA terdesak dan terpaksa mundur ke Semarang. Peristiwa itu terkenal dengan
mnama Palagan Ambarawa. Untuk mengenang peristiwa tersebut, tanggal 15 Desember
ditetapkan sebagai hari Infantri dan kota Ambarawa didirikan monument Palagan
Ambarawa.

5. Pertempuran Merah Putih di Manado

Berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersiar juga samapi ke Manado. Rakayat


Manado khususnya para pemuda menyambutnya dengan hangat. Di sisi lain, pasukan
NICA untuk mengamankan kepentiangan segera mempersenjatai bekas pasukan KNIL
yang menjadi tawananan Jepang. Mereka disambut sebagai Pasukan Tangsi Putih. Pada
bulan Desember 1945, pasukan Sekutu menyerahkan kekuasaan kota Manado kepada
NICA. Stelah mendapat mandate itu, pasukan NIca segera melakukan penagkapan
terhadap sejumlah tokoh RI untuk mengamankan kedudukannya RI. Para bekas pasukan
KNIL yang mendukung RI dikenal sebagai Pasukan Tangsi Hitam. Para pejuang itu
membentuk Pasukan Pemuda Indonesia (PPI). PPI sering melakukan pertemuan rahasia
untuk mengoordinasikan kegiatan melawan NICA. Akan tetapi, kegiatan tersebut
diketahui NICA. Akibatnya, beberapa pemimpin PPI ditangkap. Senjata pasukan KNIL
pendukung RI dilucuti. Namun, tindakan NICA tersebut tidak menyrutkan tekad para
pejuang Indonesia. Pada tanggal 14 Febuari 1946, PPI menyerbu NICA dimarkas Tangsi
Putih di Teling. Dengan senjata seadanya, PPI mampu melepaskan para tawanan dan
melawan komandan NICA dan pasukannya. Secara spontan para pejuang merobek warna
riru pada Bendera Belanda di markas itu dan mengibarkan bendera Merah putih. Para
pejuang juga berhasil menguasai markas NICA di Tomohon dan Tondano. Para
pendukung RI segera membentuk pemerintah sipil. B.W Lapian terpilih sebagai
residennya. Berita penegak kedaulatan Indonesia di Manado segera dikirim ke
Yogyakarta.

6. Peristiwa Merah Putih di Biak

Berita Proklamasi kemerdekaan Indonesia sekalipun terlamabt samapi juga di Papua.


Rakyat Papua yang ada diberbagai kota, seperti Jayapura, Sorong, serui dan Biak
memberikan sambutan yang hangat dan mendukung Proklamsi Kemerdekaan Indonesia.
Para pemuda di berbagai kota mengadakan rapat umum mendunkung kemerdekaan.
Sekutu bersama NICA berusaha melarang kegaiatn politik dan pengibaran bendera Merah
Putih, namun para pemuda Papua tidak menhiraukan. Dalam upaya mempertahankan
kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 14 Maret 1948 terjadi peristiwa Merah Putih di
Biak. Peristiwa ini diawali dengan adanya penyerangan tangsi militer Belanda di Soroako
dan Biak. Selanjutnya, para pemuda Biak yang dipimpin oleh Joseph berusaha
mengibarkan bendera merah putih di seluruh Biak. Usaha ini mendapat perlawanandari
Belanda sehingga mengalami kegagalan. Beberapa pemimpin perlawanann berhasil
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Konflik Indonesia Belanda


Perjuangan melalui diplomasi atau perundingan antara Indonesia dan Belanda dengan perantara
Inggris antara lain :

a. Perundingan Linggarjati

Masuknya AFNEI yang memboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan status quo
di Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda, seperti
contohnya Peristiwa 10 November, selain itu pemerintah Inggris menjadi penanggung jawab
untuk menyelesaikan konflik politik dan militer di Asia, oleh sebab itu, Sir Archibald Clark Kerr,
diplomat Inggris, mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hooge Veluwe, namun
perundingan tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas
Jawa, Sumatera dan Madura, namun Belanda hanya mau mengakui Indonesia atas Jawa dan
Madura saja
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia untuk
menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7 Oktober 1946
bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan Indonesia-Belanda dengan
dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata (14
Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai tanggal 11
November 1946.
Linggarjati adalah kota kecil yang berda disekitar 21 km sebelah barat Cirebon. Perundingan
Linggarjati dilaksanakan pada tanggal 10-15 November 1946. dalam perundingan Linggarjati
delegasi Indonesia dipimpin perdana Menteri Sutan Syahrir, sedangkan delegasi Belanda
diwakili oleh Prof. S. Schemerhorn dan Dr. H,J. Van. Mook. Penengah dan pemimpin
perundingan dari pihak Inggris, yaitu Lord Killeam. Hasil perundingan diumumkan pada tanggal
15 November 1946 dan telah tersusun sebagai naskah persetujuan yang terdiri atas 17 pasal,
antara lain berisi sebagai berikut:

1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang
meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto
paling lambat 1 Januari 1949.

2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia
Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah
Republik Indonesia

3. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda
dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

Hasil perundingan Linggarjati menimbulkan berbagai pendapat pro dan kontra di kalngan partai
politik di Indonesia. Perundingan Linggarjati merugikan pihak Reopublik Indonesia krena
wilayahnya semakin sempit, yaitu hanya meliputi Jawa, Madura dan Sumatera. Hal ini
menyebababkan terjadinya pergolakan di Bali Novmber 1946 dibawah pimpinan Letnan Kolonel
Gusti Ngurah Rai, dengan perang puputan/ perang habis-habisan (puputan Margarana ) dan
pertempuran Manado dipimpin Letkol Taulu yang dibantu oleh Residen Lapian melawan tentara
KNIL (Belanda).

b. Agresi Militer Belanda I


Perundingan Linggarjati bagi Belanda hanya dijadikan alat untuk mendatangkan pasukan yang
lebih banyak dari negerinya. Untuk memperoleh dalil guna menyerang Republik Indonesia
mereka mengajukan tuntutan sebagai berikut:

1. Supaya dibetuk pemerintahan federal sementara yang akan berkuasa di seluruh Indonesia
samapai pembentukan Republik Indonesia Serikat. Hal ini berarti Republik Indonesia
ditiadakan.

2. Pembentukan gendermeri (pasukan Keamanann) bersama yang akan masuk ke daerah


Republik Indonesia.

Republik Indonesia menolak usul itu karena berarti menghancurkan dirinya sendiri. Penolakan
itu menyebabakan Belanda melakukan agresi militer terhadap wilayah Republik Indonesia.
Serangan belanda dimulai tanggal 21 Juli 1947 dengan sasaran kota-kota besar di Pulau Jawa dan
sumatera. Menghadapi militer Belanda yang bersenjata lengkap dan modern menyebabakan
satuan-satuan tentara Indonesia terdesak ke luar kota. Selanjutnya, TNI dan lascar rakyat
melakukan serangan balasan dan taktik perang gerilya.
Adanya agresi Militer Belanda I menimbulkan simpati dan reaksi keras dari dunia Internasional.
Bentuk simpati dunia Internasional ditujukan dengan tindakan sebagai berikut:

1. Palang Merah Malaya (Malaysia) dan India mengirimkan bantuan obat-obatan yang
diangkut oleh pesawat Dakota dari Singapura. Namun, ketika akan mendarat di
Yogyakarta pesawat itu ditembaki jatuh oleh tentara Belanda.

2. Australia dan India bereaksi keras dengan mendesak Dewan Keamanan PBB agar segera
membahas masalah Indonesia.

Pada tanggal 4 Agustus 1947 pemerintah republic Indonesia dan Belanda mengumumkan mulai
berlakuknya gencatan senjata. Sejak pengumuman gencatan sebnjata tersebutlah, secara resmi
berakhirnya agresi milter Belanda I. akan tetapi, kenyataannya Belanda masih terus memperluas
wilayahnya samapi dengan dibentuk garis demakrasi yang jauh ke depan ( garis Van Mook ).
Indonesia menolak, dengan demikian gencatan senata yang diserukan oleh PBB belum berlakuk
secara efektif. Berkat perjuangan diplomasi di forum PBB, banyak negara yang mendukung
perjuangan bangsa Indonesia dan membantu mencari jalan penyelesaian secara damai. Dalam
upaya penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda secara damai dan mengawasi
gencatan senjata yang telah disepakati bersama maka Dewan Keamanan PBB membentuk
Komisi Tiga Negara (KTN). Negara yang duduk dalam KTN adalah hasil tunjukan Republik
Indonesia, Belanda dan sebuah negara lagi yang bersifat netral negara tersebuat adalah:

1. Australia (tunjukan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.

2. Belgia (tunjukan Belanda), diwakili oleh Paul Van Zeeland

3. Amerika Serikat (tunjukan Australia dan Belgia), diwakili Dr. Frank Graham

c. Perjanjian Renville

Atas usulan KTN pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan perundingan antara Indonesia dan
Belanada di atas kapal renville yang sedang berlabuh di Jakarta. Delegasi Indonesia terdiri atas
perdana menteri Amir Syarifudin, Ali Sastroamijoyo, Dr. Tjoa Sik Len, Moh. Roem, Haji Agus
Salim, Narsun dan Ir. Juanda. Delegasi Belanda terdiri dari Abdulkadir Widjojoatmojo, Jhr. Van
Vredeburgh, Dr. Soumukil, Pangran Kartanagara dan Zulkarnain. Ternyata wakil-wakil Belanda
hampir semua berasala dari bangsa Indonesia sendiri yang pro Belanda. Dengan demikian
Belanda tetap melakukan politik adu domba agar Indonesia mudah dikuasainya. Setelah selesai
perdebatan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai dengan 17 Januari 1948 maka diperoleh hasil
persetujuan damai yang disebut Perjanjian Renville. Pokok-poko isi perjanjian Renville, antara
lain sebagai berikut :

1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia samapi kedaulatan Indonesia
diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat yang segera terbentuk.
2. Republik Indonesia Serikat mempunyai kedudukan yang sejajar dengan negara Belanda
dalam uni Indonesia-Belanda.

3. Republik Indonesia akan menjadi negara bagian dari RIS

4. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagain kekuasaannya kepada


pemerintahan federal sementara.

5. Pasukan republic Indonesia yang berda di derah kantong haruns ditarik ke daerah
Republik Indonesia. Daerah kantong adalah daerah yang berada di belakang Garis Van
Mook, yakni garis yang menghubungkan dua derah terdepan yang diduduki Belanda.

Perjanjian Renville ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948. adapun
kerugian yang diderita Indonesia dengan penandatanganan perjanjian Renville adalah sebagai
berikut :

1. Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya negara Indonesia Serikat melalaui masa


peralihan.

2. Indonesia kehilangan sebagaian daerah kekuasaannya karena grais Van Mook terpaksa
harus diakui sebagai daerah kekuasaan Belanda.

3. Pihak republik Indonesia harus menarik seluruh pasukanya yang berda di derah
kekuasaan Belanda dan kantong-kantong gerilya masuk ke daerah republic Indonesia.

Penandatanganan naskah perjanjian Renville menimbulkan akibat buruk bagi pemerinthan


republik Indonesia, antra lain sebagai berikut:

1. Wilayah Republik Indonesia menjadi makin sempit dan dikururung oleh daerah-daerah
kekuasaan belanda.

2. Timbulnya reaksi kekerasan dikalangan para pemimpin republic Indonesia yang


mengakibatkan jatuhnya cabinet Amir Syarifuddin karena dianggap menjual negara
kepada Belanda.

3. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketata oleh Belanda

4. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militernya dari daerah-


daerah gerilya untuk kemudian hijrah ke wilayah Republik Indonesia yang berdekatan.

5. Dalam usaha memecah belah Negara kesatuan republic Indonesia, Belanda membentuk
negara-negara boneka, seperti; negara Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatera
Timur, dan Negara jawa Timut. Negara boneka tersebut tergabung dalam BFO
(Bijeenkomstvoor Federal Overslag).

d. Agresi Militer Belanda II


Melihat situasi Republik Indonesia yang kacau akibatnya meletus pemberontakan PKI di Madiun
maka pada tanggal 18 Desember 1948, Belanda secara sepihak membatalkan persetujuan
gencatan senjata esok harinya (19 Desember 1948 dini hari) tentara Belanda langsung menyerbu
Lapangan Udara Maguwo, Yogyakarta. Serangan Belanda yang tiba-tiba berhasil dengan
gemilang sehingga pada jam 16.00 WIB seluruh Yogyajarta sudah jatuh di tangan Belanda.
Presiden dan Wakil Presiden memutuskan untuk tetap tinggal di Ibu kota, meskipun mereka akan
ditawan oleh musuh. Alasanya, supatya mereka mudah ditemui oleh KTN dari kegiatan
diplomasi dapat berjalan terus Tentara Belanda berhasil memasuki istana keprisidenanan dan
para pejabat tinggi negara ditawan, semuanya ada 150 orang. Pagi harinya tanggal 22 Desember
1948, Presiden Soekarno, Haji agus salim dan Sutan Syahrir diasingkan ke Berastagi, kemudian
dipindahkan ke Prapat di tepi danau Toba, Sumatera Utara. Moh.hatta, Moh Roem, Mr. A.G
Pringgodigdo, Mr.Assaat dan Komandor S. suyadayrman diasingkan ke Montok di Pulau
Bangka. Pada bulan Januari akhir, Presiden Sukarno dan Ahji Agus salim dipindahkan ke
Muntok sehingga berkumpul dengan Moh. Hatta dan kawan-kawan.
Untuk menghindari serangan Belanda dan agar selalu tetap bersama-sama dengan TNI, Panglima
Besar jenderal Sudirman memimpin perang gerilya dengan berpindah-pindah tempat. TNI
melakukan serangan umum terhadap kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949 yang dipimpin
oleh Letnan Kolonel suharto, Komado Brigade 10 Daerah Wehrkereise III yang membawahi
daerah Yogyakarta. Serangan umum pada tanggal 1 Maret dilakukan serentak dari berbagai
jurusan kota sehingga tentara Belanda sangat terkejut dan tidak mampu menguasi keadaan.
Mulai pukul 6.00 WIB hingga 12.00 WIB, TNI berhasil menguasai Yogyakarta. TNI walaupun
hanya enam jam menduduki kota Yogyakarta, seranganya mempunyai arti yang sangat penting
yaitu:

1. Meningkatkan moral rakyat dan TNI yang sedang berjuang

2. Mematahkan moral pasukan Belanda

3. Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk


menyerang dan menunjukan bahwa Indonesia masih ada atas eksis.
Dunia mengutuk agresi Belanda dan mendukung perjuangan bangsa Indonesia. Negara Indonesia
Timur dan Negara Pasundan sebagai negar boneka bentukan Belanda juga mengecam
berlangsungnya Angresi Militer Belanda II. Atas prakarsa Burma ( Myanmar) dan India maka
terselenggaralah Konferensi Asia di New Delhi, India pada tanggal 20-23 Januari 1949.
konferensi dihadiri oleh beberapa negara Asia, Afrika dan Ausralia menghasilkan resulusi
mengenai masalah Indonesia yang kemudian disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB.
Agresi Militer Belanda II juga mengundang reaksi dari PBB karena Belanda secara terang-
terangan melanggar Perjanjian Renville di depan Komisi Tiga Negara yang ditugaskkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tanggal 4 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan resulusi agar Republik Indonesia dan Belanda menghentikan permusuhan.
Kegagalan Belanda dalam berbagai pertempuran dan tekanan dari dunia Internasional, terutama
Amerika Serikat memaksa Belanda kembali ke meja perundingan.

e. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)

Rumah bersejarah di Bukittinggi sebagai Istana Negera kedua pada masa PDRI

Akibat agresi Militer Belanda II, Presiden dan Wakil Presiden beserta beberapa pejabat tinggi
dapat ditawan oleh Belanda. Namun, ketika masih berlangsung Agresi Militer Belanda II para
pemimpin republic tersebut sempat sempat bersidang dan menghasilkan tiga keputusan penting
antara lain sebagai berikut:

1. Pemberian kuasa penuh kepada Syarifudin Prawiranegara untuk membentuk


Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)

2. Kepada Marimis, L.N Palar, dan Dr. Sudarsono sedang berda di India agar membentuk
pemerintahan RI di pengasingan.

3. Presiden dan wakil Presiden RI memutuskkan tidak mengungsi, tetap tinggal di kota
dengan kemungkinann ditawan dan dekat dengan KTN.
Hasil keputusan sidang para pemimpin RI itu segera dikirim kepada Syarifuddin Prawiranegara
di Bukittinggi, Sumatera Barat yang ditandatangani oleh Presiden sukarno dan wakil Presiden
Moh hatta. Apabila tugas itu gagal agar segera dibentuk pemerintahan RI di pengasingan oleh
tokoh Indonesia yang ada di India, yaitu Marimis, L.N Palar, dan Dr. Sudarsono. Berita tersebut
ternyata tidak pernah samapi ke Bukittingi karena seluruh hubungan telepon keluar Yogyakarta
telah diputus oleh Belanda.
Terbentuknya PDRI sendiri pada tanggal 19 Desember 1948 pada jam 18.00 WIB atas inisiatif
Mr. Syarifudin dan beberapa pemuka pemerintahan di Sumatera. Alasannya, mereka ikut meras
bertanggung jawab atas kelangsungan hidup republic Indonesia dan untuk keselamatan
perjuangan. Dengan terbentuknya PDRI, perjuangan masih tetap dilaksanakan dan dikoordinir
melalaui peamncar yang dilaksanakan oleh Angkatan Udara Republik Indonesia.

f. Perundingan Roem-Royen

Belanda terus-menerus mendapat tekanan dari dunia internasional, terutama Amerika Serikat
sehingga bersedia berunding dengan Indonesia. Perundingan antra Indonesia dan Belanda
diawasi oleh komisi PBB untuk Indonesia atau United Nations Commision fotr Indonesia
(UNCI). Perundingan akan diselenggarakan di Den Haag, Belanda yang disebut Konferensi Meja
Bundar (KMB)
Sebelum itu, diadakan perundingan pendahuluan di Jakarta yang diselenggarakan pada tanggal
17 April samapi dengan 7 Mei 1948. Perundingan yang dipimpin oleh Marle Cochran wakil
Amerika serikat dalam UNCI. Delegasi Indonesia yang diketuai oleh Moh. Roem dengan
anggotanya Ali Sastro Amijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary.
Bertindak sebagai penasihat adalah Sutan syahrir, Ir.Laok, dan Moh Natsir. Delegasi Belanda
diketuai oleh Dr. J.H. Van royen dengan anggota Bloom, Jacob, dr. Van dr Vede, Dr. P.J Koets,
Van Hoogstratendan Dr Gieben. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai Roem Royen
Statement. Pernyataan pemerintah RI dibacakan oleh ketua delegasi Indonesia, Moh Roem yang
berisi, antara lain sebagai berikut :

1. Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan perintah penghentian perang gerilya


2. Pemerintah RI turut serta dalam konferensi meja bundar dengan tujuan mempercepat
penyerahan kedaulatan yang lengkap dan tidak bersyarat kepada Negara Republik
Indonesia serikat.

Delegasi Belanda Kemudian membacakan pernyataan yang dibacakan oleh Dr. J.H Van Royen
yang berisi antara lain sebagai berikut:

1. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah Ri harus bebas dan leluasa melakukan
kewajiban dalam suatu daerah yang meliputi keprisidenanan Yogyakarta

2. Pemerintah Belanda membebaskan secara tidak bersyarat para pemimpin Republik


Indonesia dan Tahananpolitik lain yang ditawan sejak tanggal 19 Desember 1948.

3. Pemerintah Belanda setuju Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik
Indonesia Serikat

4. Konferensi meja Bundar akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah Republik
Indonesia dikembalikan di Yogyakarta.

Dengan tercapinya kesepakatan dalam prinsip-prinsip perundingan Roem-Royen, pemerintah


Darurat Republik Indonesia di Sumatera memerintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk
mengambil alih memerintah Yogyakrta dari pihak Belanda. Pihak TNI masih menaruh
kecurigaan terhadap hasil persetujuan Roem-Royen, tetapi Panglima Besar Jenderal Sodierman
memperingatkan seluruh komando kesatuan agar tidak memikirkan maslah politik.
Pada tanggal 22 Juni 1949, diselenggarakan perundingan segitiga antar Republik Indonesia,
BFO, dan Belanda. Perundingan itu diawasi PBB yang dipimpin oleh Chritchley menghasilkan
tiga keputusan yaitu:

1. Pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakrta yang dilaksanakan pada


tanggal 24 Juni 1949.

2. Pemerintah menghentikan perang gerilya.

3. KMB akan diselenggarakn di Den Haag.

Pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakrta
disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari medan gerilya. Panglima
Jenderal Soedirman tiba kembali di Yogyakrta tanggal 10 Juli 1949. Setelah pemerintah Republik
Indonesia kembali ke Yogyakrta, pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan sidang cabinet
Republik Indonesia yang pertama. Pada kesempatan itu Mr. Syafrudin Prawiranegara
mengembalikan mandatnya kepada wakil presiden, Moh.Hatta. dalam sidang cabinet juga
diputuskan untuk mengangkat Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjadi Menteri Pertahanan
merangkap Ketua Koordinator Keamanan. Tindak lanjut Persetujuan Roem Royen adalah:

1. Seluruh tentara Belanda harus segera dilantik di Yogyakarta


2. Setelah kota Yogyakarta dikosongkan oleh tentara Belanda, pada tanggal 29 Juni 1949
TNI mulai memasuki kota. Keluarnya tentara Belanda dan masuknya TNI diawasi oleh
UNCI. Panglima Besatr Jenderal Sudirman beserta para pejuang lainnya baru tiba di
Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949 dengan tandu.

3. Setelah kota Yogyakarta sepenuhnya dikuasai oleh TNI maka Presiden dan wakil
Presiden RI beserta para pemimpin lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 kembali ke
Yogyakarta dari Bangka.

4. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera yang dipimpin oleh


Syarifuddin Prawiranegara menyerahkan kembali mandatnya kepada pemerintah pusat di
Yogyakarta . penyerahan terjadi pada tanggal 13 Juli 1949, saat berlangsungnya sidang
kabinet.

g. Konferensi Inter-Indonesia
Untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar (KMB), pemerintah Republik Indonesia perlu
menyamakan langkah BFO (Bijenkomst Voor Federal Overslag) Konferensi Inter Indonesia
berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden Drs.
Mohammad Hatta dengan keputusan:

1. Negara Indonesia serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) yang
berdasrkan demokrasi dan federalisme.

2. RIS akan dipimpin oleh seorang presiden yang dibantu oleh menteri-menteri

3. RIS akan menerima kedaulatan, baik dari Republik Indonesia maupun dari Kerajaan
Belanda.

4. Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional, Presiden RIS adalah Panglima
Tertinggi Angkatan Perang RIS

5. Pertahanan negara adalah semata-mata hak pemerintah RIS, negar-negra bagian tidak
akan mempunyai angkatan perang sendiri.

Sidang kedua Konferensi Inter Indonesia di selenggrakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli dengan
keputusan:

1. Bendera RIS adalah Sang Merah Putih

2. Lagu kebangsaan Indonesia Raya

3. Bahasa resmi RIS adalah Bahsa Indonesia

4. Presiden RIS dipilih wakil RI dan BFO. Pengisian anggota MPRS diserahkan kepada
kebijakan negara-negara bagian yang jumlahnya enam belas negara. Kedua delegasi juga
setuju untuk membentuk panitia persiapan nasional yang bertugas mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan Konferensi Meja Bundar.

h. Konferensi Meja Bundar ( KMB )

Setelah Indonesia berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri dalam konferensi Inter-Indonesia,


kini bangsa Indonesia secara keseluruhan telah siap menghadapi Konferensi Meja Bundar
(KMB). Sementara itu pada bulan Agustus 1949, Presiden Soekarno sebagai Panglima Tertinggi
di satu pihak dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda dipihak lain, mengumumkan pemberhentian
tembak-menembak. Perintah itu berlaku efektif mulai tanggal 11 Agustus 1949 untuk wilayah
Jawa dan 15 Agustus 1949 untuk wilayah Sumatera.pada tanggal 4 Agustus 1949 pemerintah
Republik Indonesia menyusun delegasi untuk menghadiri KMB yang terdiri dari Drs Moh.Hatta
(Ketua), Mr. Moh.Roem, Prof. Dr. Soepomo, dr.J.Leimena, Mr. Ali Sastroamidjoyo, Mr. Suyono
Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringgodigdo.
Konferensi Meja Bundar diselenggrakan di Den Haag, Belanda pada tanggal 23 Agustus sampai
dengan tanggal 2 November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Drs. Moh Hatta, BFO dipimpin
oleh Sultan Hamid II dari Pontianak KMB dan delegasi dari Belanda dipimpin oleh Mr. Van
Marseveen. Dari PBB dipimpin oleh Crittchlay.
Pada tanggal 2 November 1949 perundingan diakhiri dengan keputusan sebagai berikut :

1. Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara merdeka dan
berdaulat

2. Penyelesaian soal Irian Bart ditangguhkan samapi tahun berikutnya

3. RIS sebagai negara erdaulat penuh kerjasama dengan Belanda dalam suatu perserikatan
yang kepalai oleh Ratu Belanda atas dasar sukarela dengan kedudukan dan hak yang
sama.

4. RIS mengembalikan hak milik Belanda, memberikan hak konsensi, dan izin baru bagi
perusahaan-perusahaan.
5. Semua utang bekas Hindia Belanda harus di bayar oleh RIS.

i. Terbentuknya Republik Indonesia Serikat


Pada tanggal 29 Oktober 1949 dapat ditandatangani Piagam Persetujuan Konstitusi RIS. Piagam
persetujuan konferensi RIS antara Republik Indonesia dengan BFO. Hasil keputusan KMB
diajukan kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Selanjutnya KNIP bersidang dari
tanggal 6-14 Desember 1949 untuk membahas hasil-hasil itu. Pembahasan hasil KMB oleh pihak
KNIP dilakukan melalui pemungutan suara dengan KNIP menerima hasil KMB.
Salah satu keputusan KMB di Den Haag Belanda adalah Indonesia menjadi negara serikat
dengan nama Republik Indonesia serikat. Untuk menjadi RIS tersebut, KNIP dan DPR
mengadakan sidang di Jakarta. Sidang tersebut berhasil menyetujui naskah konstitusi untuk RIS
yang dikenal sebagai UUD RIS. Pada tanggal 16 Desember 1949 diadakan sidang pemilihan
Presiden RIS di Gedung Kepatihan, Yogyakarta oleh wakil dari enam belas negara bagian.
Sidang itu dipimpin oleh Muh. Roem dan anak Agung Gede Agung. pada tanggal 14 Desember
1949 para wakil pemerintah yang menjadi bagian dari RIS. Pada tanggal 14 Desember 1949
diadakan pemilihan Presiden RIS dengan calon tunggal Ir. Soekarno. Akhirnya, Ir. Soekarno
terpilih sebagai presiden, kemudian dilantik dan diambil sumpahnya pada tanggal 17 Desember
1949. Tanggal 17 Desember 1949 diadakan upacara pelantikan Presiden RIS di Bangsal
Sitinggil, Keraton Yogyakarta. Drs Moh. Hatta menjadi perdana menteri yang akan memimpin
kabinet RIS. Berdasarkan UUD RIS maka DPR RIS terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Negara yang disebut senat. Kekuasaan pemerintahan dipegang oleh perdana
menteri. Presiden hanya mempunyai wewengang untuk mengesahkan hasil keputusan kabinet
yang dipimpin oleh perdana menteri.

Pengakuan Kedulatan
Pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi RIS diketuai oleh Drs. Moh Hatta dengan anggota
Sultan Hamid Algadrie, Suyono Hadinoto, Dr. Suparmo, Dr. Kusumaatmaja dan Prof Dr.
Supomo berangkat ke Belanda. Pada tanggal 27 Desember 1949 pemerintah Belanda
menyerahkan kedaulatan atas Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat. Di dua tempat:

1. Negeri Belanda

Ratu Juliana, Perdana Menteri Willem Dress, dan Menteri Seberang Lautan, A.M.J.M.
Sassen menyerahakan kedaulatan kepada pemimpin delegasi Indonesia (RIS), Drs. Moh.
Hatta.

2. Jakarta

Wakil Tinggi Mahkota A.H.J Lovink menyerahkan kedaulatan kepada wakil pemerintah
RIS., Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Bersama dengan itu, di Yogyakrta Presiden
Sukarno menerima penyerahan kedaulatan Republik Indonesia ke dalam RIS Pejabat
Presiden Assaat. Dan tanggal 28 Desember 1949 pusat pemerintahan RIS dipindahkan
lagi ke Jakarta. Sebulan kemudian, yaitu pada tanggal 29 Januari 1950, Jenderal
Soedirman meninggal pada usia 32 tahun. Soedirman adalah pahlawan besar bagi TNI
dan rakyat Indonesia.
Peranan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
PBB turut membantu dan berusaha menyelesaikan pertikaian persenjataan antara Indonesia dan
Belanda selama masa revolusi fisik (1945-1950). Pada tanggal 24 Januari 1949 Dewan
Keamanan PBB bersidang. Dalam sidang tersebut Amerika Serikat mengeluarkan resolusi yang
disetujui oleh semua negara anggota yaitu:

1. Membebaskan presiden dan wakil presiden serta pemimpin-pemimpin Republik


Indonesia yang ditangkap pada 19 Desember 1948.

2. Memerintahkan KTN agar memberikan laporan lengkap mengenai situasi di Indonesia


sejak 19 Desember 1948.

Hasil keputusan lain yang berhasil dicapai oleh PBB diantaranya adalah :

1. Piagam pengakuan Kedaulatan ( 27 Desember 1949 )

2. Pembentukan RIS

3. Pembentukan Uni Indonesia-Belanda

4. Pembentukan tentara KNIL dan KL yang diintegrasikan ke dalam APRIS.

5. Piagam tentang kewarganegaraan

6. Persetujuan ekonomi keuangan

7. Masalah irian Barat akan dibicarakan setahun kemudian

Dengan pengakuan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, maka berakhirlah masa revolusi
bersenjata di Indonesia dan secara de jure pihak Belanda telah mengakui kemerdekaan Indonesia
dalam bentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun atas kesepakatn rakyat Indonesia
maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dengan dibentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Selanjutnya pada tanggal 28 September 1950, Indonesia diterima
menjadi anggota PBB yang ke 60. Hal ini berarti bahwa kemerdekaan Indonesia secara resmi
diakui oleh dunia Internasional.

Kembali Ke NKRI (Negara kesatuan Republik Indonesia )


Hasi persetujuan dalam KMB berakhir pada tanggal 2 November 1949 adalah dibentuknya satu
negara federal Indonesia yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari Negara-negara
bagian diantaranya Republik Indonesia, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan,
Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Indonesia Timurdan 9 satuan
kenegaraan yang berdiri sendiri yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bangka, Belitung,
Riau, Jawa Tengah.
Namun, dalam Kabinet RIS hanya dua orang yang mendukung sistem federal di Indonesia (yaitu
Sultan Hamid II dan Anak Agung Gede Agung), sisanya (seperti Sri Sultan Hamengkubuwono
IX, Arnold Manuhutu, dan lain-lain) lebih mendukung sistem NKRI. Dengan demian, maka
keinginan untuk membubarkan RIS dan membentuk NKRI semakin kuat
Dasar pembentukan negara federal di Indonesia sangat lemah dan tidak didukung oleh suatu
ikatan ideology yang kuat, dengan tujuan kenegaraan yang tidak jelas dan tanpa dukungan rakyat
banyak. Eksistensinya sangat tergantung pada kekuatan militer Belanda yang terdiri dari
Koninklijk Leger (KL) atau tentara Kerajaan Belanda dan Koninklijk Nederland Indisch Leger
(KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Pada tanggal 19 Mei 1950, diadakan persetujuan antara RIS dengan RI untuk mempersiapkan
prosedur pembentukan negara kesatuan. Pihak RIS diwakili oleh pPerdana Menteri Moh. Hatta
dan pihak RI diwakili oleh dr. Abdul Halim. Menurut persetujuan itu, Negar Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) akan dibentuk oleh RIS bersama-sama dengan RI di Yogyakrta. Untuk
pelaksanaan dibentuk panitia gabungan RIS dan RI yang bertugas merancang Undang-Undang
Negara Kesatuan yang dipimpin oleh Prof. Soepomo dan pada tanggal 20 Juli 1950 berhasil
menyelesaikan tugasnya. Rancangan Undang-Undang Negara Kesatuan diserahkan kepada
dewan-dewan perwakilan negar bagian untuk disempurnakan. Undang-Undang Negara Kesatuan
Republik Indonesia mengandung unsur-unsur dari UUD 1945 dan UUD RIS. Akhirnya pada
tanggal 14 Agustus 1950, rancangan Undang-Undang Dasar Negar Kesatuan Republik Indonesia
diterima dengan baik oleh senat dan parlemen RIS serta KNIP.
Pada tanggal 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menandatangani Rancangan Undang-Undang
Dasar menjadi Undang-Undang Dasar Sementara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
kemudian dikenal dengan UUDS 1950. pada tanggal 17 Agustus 1950, dengan resmi RIS
dibubarkan dan dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menggunakan UUDS
1950 sebagai konstitusinya. Namun demikian, sebagain besar rakyat Indonesia percaya bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat ini merupakan kelanjutan dari Negara Republik
Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.

Konflik Indonesia-Belanda Setelah Pengakuan Kedulatan


Meskipun wilayah-wilayah negara Indonesia sempat dijadikan negra boneka bentukan Belanda
telah kembalinya ke pengakuan negara kesatuan, tetapi wilayah RI belum sepenuhnya utuh
karena Irian Barat masih dikuasi oleh Belanda. Untu itu, pemerintah RI berupaya untuk merebut
kembali Irian Barat. Cara yang ditempuh yaitu melalui :

1. Perjuangan Diplomasi
Pasal 2 ayat 1 Piagam penyerahan Kedaulatan tentang wilayah Irian (Niuew-Guinea) dalam
status quo. Untuk sementara sambil berjalan dalam waktu satu tahun setelah tanggal penyerahan
kedaulatan kepada RIS akan diselesaikan dengan cara perundingan. Namun, Belanda mulai
mengingkari hasil KMB tersebut khususnya masalah irian Barat. Bangsa Indonesia dengan
diplomasi dan kekuatan militer yang ada merebut wilayah Irian barat yang dikuasai Belanda.

Upaya diplomasi untuk mengembalikan Irian ke Pangkuan RI yaitu:

1. Perundingan bilateral antara Indonesia dan Belanda, tetapi usaha itu mengalami
kegagalan
2. Sejak tahun 1954, pemerintah Republik Indonesia mengajukan masalah Irian Barat ke
Sidang Umum PBB, Indonesia berulang kali mengajukan masalah tersebut, tetapi tidak
pernah memperoleh tanggapan yang positif.

3. Pada tahun 1955, Indonesia berusaha mengajukan masalah tersebut dalam Konferensi
Asia Afrika di Bandung, tetapi Belanda juga tidak menghiraukan

2. Konfrontasi Ekonomi
Dalam rangka pembebasan Irian Barat itulah pada tahun 1957 dilakukan aksi sebagai berikut di
seluruh Indonesia:

1. Pada tanggal 18 November 1957, diadakan rapat umum di Jakrta. Rapat umum itu
kemudian dilanjutkan dengan aksi mogok para buruh yang bekerja pada perusahaan milik
Belanda di Indonesia. Aksi mogok tersebut dimuali dilakukan pada tanggal 2 Desember
1957.

2. Pesawat terbang milik maskapai penerbangan Belanda (KLM) dilarang mendarat dan
terbang diatas wilayah Indonesia

3. Aksi pengambil alihan modal perusahaan milik Belanda di Indonesia, misalnya Bank
Escompto diambil Alih oleh Pemerintah RI pada tanggal 9 Desember 1957 dan
Netherlandsch Handel Matchappij N.V. Juga diambil Alih (perusahaan tersebut diubah
namanya menjadi Bank Dagang Negara).

4. Percetakan De Unie juga tidak luput dari Usaha pengambil alihan perusahaan-perusahaan
milik Belanda di Indonesia, yang datur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun
1958.

3. Perjuangan Konfrontasi
Tanggal 19 Desember 1961, Presiden Sukarno mengeluarkan Trikomando Rakyat (Trikora) yang
berisi hal-hal berikut :

1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda.

2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.

3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dari kesatuan tanah air
Indonesia.

Dalam rangka pembebasan Irian Barat maka dibentuklah komando operasi militer yang di beri
nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat pada tanggal 2 Januari 1962. sebagai
komandonya adalah Meyjen Suharto. Wakil Panglima I Kolonel Laut Subono., wakil panglima
Komado II: Kolonel Laut Leo Wattimena dan Kepala Staff Gabungan Kolonel Ahmad Tahir.
Komado Mandala merencanakan Operasi-operasi pembebasan Irian Barat ada tiga fase, yaitu:
1. Fase Infiltrasi: samapi akhir 1962 berusaha memasukan 10 kompi ke sekitar sasaran-
sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto. Kesatuan-kesatuan ini harus
dapat mengembangkan penguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat
dalam perjuangan fisik untuk membebaskan Irian barat.

2. Fase Eksploitasi: mulai awal 1963. Operasi direncanakan mengadakan serangan terbuka
terhadap induk militer lawan, menduduki semua pos pertahanann musuh yang penting.

3. Fase konsolidasi: awal tahun 1964. rencana penegakan RI secara mutlak di Irian Barat.
Dalam pertempuran di Laut Arafuru, tanggal 15 Januari 1962 Komondor Yos Sudarso dan
Kapten wiranto gugur. Sebelum kapal RI macan tutul tenggelam, melalaui radio, telpon
Komondor Yos Sudarso masih sempat mengkomandokan Combat Messege (kobarkan
Semangat Perjuangan)

4. Penentuan Pendapat Rakyat

Anda mungkin juga menyukai