Peristiwa Rengasdengklok
Pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 WIB di Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta dibacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno didampingi Drs.
Moh. Hatta dan dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih oleh S. Suhud dan Cudanco
Latief Hendradiningrat dan diiringi dengan nyanyian lagu Indonesia Raya dan diteruskan oleh
sambutan Walikota Suwiryo dan Dr. Mawardi. Setelah upacara selesai masing-masing
meninggalkan tempat. Proklamasi berlangsung secara sederhana, namun penuh khidmat dan
dihadiri oleh sekitar 1.000 orang terdiri dari para pemimpin bangsa, kelompok pemuda para
pejuang dan rakyat yang mengetahui peristiwa tersebut.
Pernyataan proklamasi memiliki arti yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Proklamasi
merupakan titik puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan, lepas dari belenggu penjajahan
asing dan lainnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan proklamasi, bangsa Indonesia
dapat menentukan hidupnya sendiri sesuai dengan harkat dan martabat, serta sendi-sendi
kehidupan bangsa Indonesia. Dengan demikian proklamasi membawa perubahan yang besar
dalam kehidupan bangsa Indonesia.
2. Di Tingkat Daerah
Rakyat menyambut berita proklamasi dengan semangat perjuangan yang tinggi, dibuktikan
dengan pelucutan senjata tentara Jepang, pengambilan kekuasaan, semangat membara untuk
terus berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Disamping melalui siaran radio, surat selebaran, berita proklamasi secara resmi juga dibawa oleh
para utusan yang kebetulan menghadiri Sidang PPKI dan menyaksikan peristiwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta, yaitu :
Teuku Muhammad Hassan (diangkat menjadi Gubernur Sumatera)
Kedatangan para utusan di daerah masing-masing disambut dengan penuh kegembiraan dan
diikuti berbagai upacara yang meriah.
Pasukan sekutu atas izin pemerintah RI pada tanggal 12 Oktober 1945 memasuki
Bandung dengan naik kereta api. Pemerintah RI mengizinkan pasukan Sekutu masuk
Bandung bertujuan mengurus para tawanan perang II (Jepang). Pada tanggal 23
November 1945 pemimpin Sekutu di Bandung mengultimatum agar Bandung Utara
segera dikosongkan dari pemuda bersenjata. Namun, para pemuda menolak menyerahkan
senjata sehingga terjadi pertempuran yang sengit didalam kota. Pertempuran pertama
terjadi pada tanggal 1 Desember 1945. Oleh karena pemerintah RI Jakarta para pemuda
Bandung diminta menghentikan pertempuran dan harus mengosongkan kota Bandung.
Dengan berat hati, para pemuda Bandung meninggalkan kota. Agar bangunan-bangunann
peting di kota Bandung tidak dapat digunakan Sekutu sambil mundur mereka
membakarnya. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Maret 1946. seluruh wilayah kota
Bandung diamuk oleh kobaran api. Peristiwa ini terkenal dengan peristiwa Bandung
Lautan Api. Para tokoh yang telibat dalam pertempuran Bandung, antara lain Muhammad
Toha dari Bandung Selatan (gugur), Kol. A.H Nasution, dan Kolonel Hidayat. Sebagai
penggerak semangat juang, maka lahirlah lagu ''Halo-halo Bandung'' ciptaan Ismail
Marzuki. Lagu perjuangan ini melukiskan tekad rakyat yang tidak mungkin padam untuk
merebut kembali kota Bandung.
Tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar berita proklamasi yang dibawa
oleh Mr. Teuku Moh Hassan sebagai Gubernur Sumatera. Mengggapi berita proklamasi
para pemuda dibawah pimpinan Achmad lahir membentuk barisan Pemuda Indonesia.
Pendaratan Sekutu di kota Medan terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945 dibawah pimpinan
T.E.D Kelly. Pendaratan tentara sekutu (Inggris)ini di ikuti oleh pasukan dan NICA
yangdipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Kedatangan tentara sekutu dan
NICa ternyata memacing berbagai iniden. Pada tanggal 13 Oktober 1945 pemuda dan
TKR bertempur melawan Sekutu dan NICA dalam upaya merebut dan mengambil alih
gedung-gedung pemerintahan dari tangan Jepang. Inggris mengeluarkan ultimatum
kepada bangsa Indonesia agar menyerahkan senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini tidak
pernah dihiraukan. Pada tanggal. Pada tanggal 15 Desember 194% Sekutu memasang
papan yang tertulis.kan "Fixed Boundaries Medan Area" ( batas resmi wilayah Medan)
diberbagai pinggiran kota MEdan. Tindakan Sekutu itu merupakan tantangan bagi para
pemuda. Pada tanggal 10 desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-
besaran terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak koraban di kedua belah
pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan
rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Pemantangsiantar. Untuk melanjutkan
perjuangan di Medan maka pada bulan Agustus 1946 dibentuk Komando Resimen Laskar
Rakyat Medan Area. Komandan initerus mengadakan serangan terhadap Sekutu
diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatera terjadi perlawanan rakayat
terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Pertempuran itu terjadi, antara lian di Pandang,
Bukit tinggi dan Aceh.
3. Pertempuran di Surabaya
Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran antara rakyat Surabaya dan Sekutu.
Peristiwa itu diawalai insiden terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallabay (Komandan
Tentara Inggris)pada tanggal 30 Oktober 1945. akibat insiden tersenut pada tanggal
31Oktober 1945 Inggris mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan kaum pejuang
untuk menyerah. Apabila ultimatum tidak diindahkan Inggris akan mengerahkan seluruh
kekuatannya baik dari darat, laut maupun udara. Pada tanggal 9 November 1945 Jenderal
Mansergh mengeluarkan ultimatum kembali kepada para pemuda Surabaya untuk
menyerahkan semua senjatanya. Para pemuda tidak menggapai ultimatum tersebut.
Rakyat Surabaya di bawah pimpinan Bung Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo
menolak ultimatum tersebut serta mulai bmenghadapi gempuran sekutu. Akibatnya, pada
tanggal 10 November 1945, Inggris menyerang Surabaya secara besar-besaran. Para
pemuda menyambut dengan kekuatan senjata. Pengalaman peralatan sejata Sekutu yang
sangat unggul tidak mengeratkan rakyat. Bung tomo yang diangkat sebagai pemimpin
pemuda Surabaya meneriakkan pekik "Allah Akbar" diradio pemerintah untuk
membangkitkan semangat perjuangan. Akibat serangan sekutu (inggris) yang membabi
buta selama lima belas hari, Surabaya menjadi hancur. Para pemuda Surabaya akhirnya
mundur ke beberapa daerah, seperti Mojokerto, Gresik, dan Pasuruhan. Pertempuran
Surabaya menyebabkan ribuan rakyat gugur. Untuk mengenang dan memperingati
semangat kepahlawananan rakyat Surabaya, tanggal 10 November ditetapkan sebagai
hari Pahlawan.
4. Pertempuran Ambarawa
Pada bulan November 1945 tentara sekutu dan NICA bergerak dari Semarang menuju
Ambarawa untuk membentuk pertahanan. Pertempuran meletus kareana Sekutu secara
sepihak membebaskan para interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa. Dalam
pertempuran ini Letkol Isdiman gugur. Selanjutnya, pimpinann perang dipegang oleh
Kolonel Sudirman, Panglima divisi Banyiumas. Pada tanggal 15 Desember 1945, Sekutu
dan NICA terdesak dan terpaksa mundur ke Semarang. Peristiwa itu terkenal dengan
mnama Palagan Ambarawa. Untuk mengenang peristiwa tersebut, tanggal 15 Desember
ditetapkan sebagai hari Infantri dan kota Ambarawa didirikan monument Palagan
Ambarawa.
a. Perundingan Linggarjati
Masuknya AFNEI yang memboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan status quo
di Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda, seperti
contohnya Peristiwa 10 November, selain itu pemerintah Inggris menjadi penanggung jawab
untuk menyelesaikan konflik politik dan militer di Asia, oleh sebab itu, Sir Archibald Clark Kerr,
diplomat Inggris, mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hooge Veluwe, namun
perundingan tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas
Jawa, Sumatera dan Madura, namun Belanda hanya mau mengakui Indonesia atas Jawa dan
Madura saja
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia untuk
menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7 Oktober 1946
bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan Indonesia-Belanda dengan
dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata (14
Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai tanggal 11
November 1946.
Linggarjati adalah kota kecil yang berda disekitar 21 km sebelah barat Cirebon. Perundingan
Linggarjati dilaksanakan pada tanggal 10-15 November 1946. dalam perundingan Linggarjati
delegasi Indonesia dipimpin perdana Menteri Sutan Syahrir, sedangkan delegasi Belanda
diwakili oleh Prof. S. Schemerhorn dan Dr. H,J. Van. Mook. Penengah dan pemimpin
perundingan dari pihak Inggris, yaitu Lord Killeam. Hasil perundingan diumumkan pada tanggal
15 November 1946 dan telah tersusun sebagai naskah persetujuan yang terdiri atas 17 pasal,
antara lain berisi sebagai berikut:
1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang
meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto
paling lambat 1 Januari 1949.
2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia
Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah
Republik Indonesia
3. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda
dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Hasil perundingan Linggarjati menimbulkan berbagai pendapat pro dan kontra di kalngan partai
politik di Indonesia. Perundingan Linggarjati merugikan pihak Reopublik Indonesia krena
wilayahnya semakin sempit, yaitu hanya meliputi Jawa, Madura dan Sumatera. Hal ini
menyebababkan terjadinya pergolakan di Bali Novmber 1946 dibawah pimpinan Letnan Kolonel
Gusti Ngurah Rai, dengan perang puputan/ perang habis-habisan (puputan Margarana ) dan
pertempuran Manado dipimpin Letkol Taulu yang dibantu oleh Residen Lapian melawan tentara
KNIL (Belanda).
1. Supaya dibetuk pemerintahan federal sementara yang akan berkuasa di seluruh Indonesia
samapai pembentukan Republik Indonesia Serikat. Hal ini berarti Republik Indonesia
ditiadakan.
Republik Indonesia menolak usul itu karena berarti menghancurkan dirinya sendiri. Penolakan
itu menyebabakan Belanda melakukan agresi militer terhadap wilayah Republik Indonesia.
Serangan belanda dimulai tanggal 21 Juli 1947 dengan sasaran kota-kota besar di Pulau Jawa dan
sumatera. Menghadapi militer Belanda yang bersenjata lengkap dan modern menyebabakan
satuan-satuan tentara Indonesia terdesak ke luar kota. Selanjutnya, TNI dan lascar rakyat
melakukan serangan balasan dan taktik perang gerilya.
Adanya agresi Militer Belanda I menimbulkan simpati dan reaksi keras dari dunia Internasional.
Bentuk simpati dunia Internasional ditujukan dengan tindakan sebagai berikut:
1. Palang Merah Malaya (Malaysia) dan India mengirimkan bantuan obat-obatan yang
diangkut oleh pesawat Dakota dari Singapura. Namun, ketika akan mendarat di
Yogyakarta pesawat itu ditembaki jatuh oleh tentara Belanda.
2. Australia dan India bereaksi keras dengan mendesak Dewan Keamanan PBB agar segera
membahas masalah Indonesia.
Pada tanggal 4 Agustus 1947 pemerintah republic Indonesia dan Belanda mengumumkan mulai
berlakuknya gencatan senjata. Sejak pengumuman gencatan sebnjata tersebutlah, secara resmi
berakhirnya agresi milter Belanda I. akan tetapi, kenyataannya Belanda masih terus memperluas
wilayahnya samapi dengan dibentuk garis demakrasi yang jauh ke depan ( garis Van Mook ).
Indonesia menolak, dengan demikian gencatan senata yang diserukan oleh PBB belum berlakuk
secara efektif. Berkat perjuangan diplomasi di forum PBB, banyak negara yang mendukung
perjuangan bangsa Indonesia dan membantu mencari jalan penyelesaian secara damai. Dalam
upaya penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda secara damai dan mengawasi
gencatan senjata yang telah disepakati bersama maka Dewan Keamanan PBB membentuk
Komisi Tiga Negara (KTN). Negara yang duduk dalam KTN adalah hasil tunjukan Republik
Indonesia, Belanda dan sebuah negara lagi yang bersifat netral negara tersebuat adalah:
3. Amerika Serikat (tunjukan Australia dan Belgia), diwakili Dr. Frank Graham
c. Perjanjian Renville
Atas usulan KTN pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan perundingan antara Indonesia dan
Belanada di atas kapal renville yang sedang berlabuh di Jakarta. Delegasi Indonesia terdiri atas
perdana menteri Amir Syarifudin, Ali Sastroamijoyo, Dr. Tjoa Sik Len, Moh. Roem, Haji Agus
Salim, Narsun dan Ir. Juanda. Delegasi Belanda terdiri dari Abdulkadir Widjojoatmojo, Jhr. Van
Vredeburgh, Dr. Soumukil, Pangran Kartanagara dan Zulkarnain. Ternyata wakil-wakil Belanda
hampir semua berasala dari bangsa Indonesia sendiri yang pro Belanda. Dengan demikian
Belanda tetap melakukan politik adu domba agar Indonesia mudah dikuasainya. Setelah selesai
perdebatan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai dengan 17 Januari 1948 maka diperoleh hasil
persetujuan damai yang disebut Perjanjian Renville. Pokok-poko isi perjanjian Renville, antara
lain sebagai berikut :
1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia samapi kedaulatan Indonesia
diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat yang segera terbentuk.
2. Republik Indonesia Serikat mempunyai kedudukan yang sejajar dengan negara Belanda
dalam uni Indonesia-Belanda.
5. Pasukan republic Indonesia yang berda di derah kantong haruns ditarik ke daerah
Republik Indonesia. Daerah kantong adalah daerah yang berada di belakang Garis Van
Mook, yakni garis yang menghubungkan dua derah terdepan yang diduduki Belanda.
Perjanjian Renville ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948. adapun
kerugian yang diderita Indonesia dengan penandatanganan perjanjian Renville adalah sebagai
berikut :
2. Indonesia kehilangan sebagaian daerah kekuasaannya karena grais Van Mook terpaksa
harus diakui sebagai daerah kekuasaan Belanda.
3. Pihak republik Indonesia harus menarik seluruh pasukanya yang berda di derah
kekuasaan Belanda dan kantong-kantong gerilya masuk ke daerah republic Indonesia.
1. Wilayah Republik Indonesia menjadi makin sempit dan dikururung oleh daerah-daerah
kekuasaan belanda.
5. Dalam usaha memecah belah Negara kesatuan republic Indonesia, Belanda membentuk
negara-negara boneka, seperti; negara Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatera
Timur, dan Negara jawa Timut. Negara boneka tersebut tergabung dalam BFO
(Bijeenkomstvoor Federal Overslag).
Rumah bersejarah di Bukittinggi sebagai Istana Negera kedua pada masa PDRI
Akibat agresi Militer Belanda II, Presiden dan Wakil Presiden beserta beberapa pejabat tinggi
dapat ditawan oleh Belanda. Namun, ketika masih berlangsung Agresi Militer Belanda II para
pemimpin republic tersebut sempat sempat bersidang dan menghasilkan tiga keputusan penting
antara lain sebagai berikut:
2. Kepada Marimis, L.N Palar, dan Dr. Sudarsono sedang berda di India agar membentuk
pemerintahan RI di pengasingan.
3. Presiden dan wakil Presiden RI memutuskkan tidak mengungsi, tetap tinggal di kota
dengan kemungkinann ditawan dan dekat dengan KTN.
Hasil keputusan sidang para pemimpin RI itu segera dikirim kepada Syarifuddin Prawiranegara
di Bukittinggi, Sumatera Barat yang ditandatangani oleh Presiden sukarno dan wakil Presiden
Moh hatta. Apabila tugas itu gagal agar segera dibentuk pemerintahan RI di pengasingan oleh
tokoh Indonesia yang ada di India, yaitu Marimis, L.N Palar, dan Dr. Sudarsono. Berita tersebut
ternyata tidak pernah samapi ke Bukittingi karena seluruh hubungan telepon keluar Yogyakarta
telah diputus oleh Belanda.
Terbentuknya PDRI sendiri pada tanggal 19 Desember 1948 pada jam 18.00 WIB atas inisiatif
Mr. Syarifudin dan beberapa pemuka pemerintahan di Sumatera. Alasannya, mereka ikut meras
bertanggung jawab atas kelangsungan hidup republic Indonesia dan untuk keselamatan
perjuangan. Dengan terbentuknya PDRI, perjuangan masih tetap dilaksanakan dan dikoordinir
melalaui peamncar yang dilaksanakan oleh Angkatan Udara Republik Indonesia.
f. Perundingan Roem-Royen
Belanda terus-menerus mendapat tekanan dari dunia internasional, terutama Amerika Serikat
sehingga bersedia berunding dengan Indonesia. Perundingan antra Indonesia dan Belanda
diawasi oleh komisi PBB untuk Indonesia atau United Nations Commision fotr Indonesia
(UNCI). Perundingan akan diselenggarakan di Den Haag, Belanda yang disebut Konferensi Meja
Bundar (KMB)
Sebelum itu, diadakan perundingan pendahuluan di Jakarta yang diselenggarakan pada tanggal
17 April samapi dengan 7 Mei 1948. Perundingan yang dipimpin oleh Marle Cochran wakil
Amerika serikat dalam UNCI. Delegasi Indonesia yang diketuai oleh Moh. Roem dengan
anggotanya Ali Sastro Amijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary.
Bertindak sebagai penasihat adalah Sutan syahrir, Ir.Laok, dan Moh Natsir. Delegasi Belanda
diketuai oleh Dr. J.H. Van royen dengan anggota Bloom, Jacob, dr. Van dr Vede, Dr. P.J Koets,
Van Hoogstratendan Dr Gieben. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai Roem Royen
Statement. Pernyataan pemerintah RI dibacakan oleh ketua delegasi Indonesia, Moh Roem yang
berisi, antara lain sebagai berikut :
Delegasi Belanda Kemudian membacakan pernyataan yang dibacakan oleh Dr. J.H Van Royen
yang berisi antara lain sebagai berikut:
1. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah Ri harus bebas dan leluasa melakukan
kewajiban dalam suatu daerah yang meliputi keprisidenanan Yogyakarta
3. Pemerintah Belanda setuju Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik
Indonesia Serikat
4. Konferensi meja Bundar akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah Republik
Indonesia dikembalikan di Yogyakarta.
Pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakrta
disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari medan gerilya. Panglima
Jenderal Soedirman tiba kembali di Yogyakrta tanggal 10 Juli 1949. Setelah pemerintah Republik
Indonesia kembali ke Yogyakrta, pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan sidang cabinet
Republik Indonesia yang pertama. Pada kesempatan itu Mr. Syafrudin Prawiranegara
mengembalikan mandatnya kepada wakil presiden, Moh.Hatta. dalam sidang cabinet juga
diputuskan untuk mengangkat Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjadi Menteri Pertahanan
merangkap Ketua Koordinator Keamanan. Tindak lanjut Persetujuan Roem Royen adalah:
3. Setelah kota Yogyakarta sepenuhnya dikuasai oleh TNI maka Presiden dan wakil
Presiden RI beserta para pemimpin lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 kembali ke
Yogyakarta dari Bangka.
g. Konferensi Inter-Indonesia
Untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar (KMB), pemerintah Republik Indonesia perlu
menyamakan langkah BFO (Bijenkomst Voor Federal Overslag) Konferensi Inter Indonesia
berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden Drs.
Mohammad Hatta dengan keputusan:
1. Negara Indonesia serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) yang
berdasrkan demokrasi dan federalisme.
2. RIS akan dipimpin oleh seorang presiden yang dibantu oleh menteri-menteri
3. RIS akan menerima kedaulatan, baik dari Republik Indonesia maupun dari Kerajaan
Belanda.
4. Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional, Presiden RIS adalah Panglima
Tertinggi Angkatan Perang RIS
5. Pertahanan negara adalah semata-mata hak pemerintah RIS, negar-negra bagian tidak
akan mempunyai angkatan perang sendiri.
Sidang kedua Konferensi Inter Indonesia di selenggrakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli dengan
keputusan:
4. Presiden RIS dipilih wakil RI dan BFO. Pengisian anggota MPRS diserahkan kepada
kebijakan negara-negara bagian yang jumlahnya enam belas negara. Kedua delegasi juga
setuju untuk membentuk panitia persiapan nasional yang bertugas mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan Konferensi Meja Bundar.
1. Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara merdeka dan
berdaulat
3. RIS sebagai negara erdaulat penuh kerjasama dengan Belanda dalam suatu perserikatan
yang kepalai oleh Ratu Belanda atas dasar sukarela dengan kedudukan dan hak yang
sama.
4. RIS mengembalikan hak milik Belanda, memberikan hak konsensi, dan izin baru bagi
perusahaan-perusahaan.
5. Semua utang bekas Hindia Belanda harus di bayar oleh RIS.
Pengakuan Kedulatan
Pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi RIS diketuai oleh Drs. Moh Hatta dengan anggota
Sultan Hamid Algadrie, Suyono Hadinoto, Dr. Suparmo, Dr. Kusumaatmaja dan Prof Dr.
Supomo berangkat ke Belanda. Pada tanggal 27 Desember 1949 pemerintah Belanda
menyerahkan kedaulatan atas Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat. Di dua tempat:
1. Negeri Belanda
Ratu Juliana, Perdana Menteri Willem Dress, dan Menteri Seberang Lautan, A.M.J.M.
Sassen menyerahakan kedaulatan kepada pemimpin delegasi Indonesia (RIS), Drs. Moh.
Hatta.
2. Jakarta
Wakil Tinggi Mahkota A.H.J Lovink menyerahkan kedaulatan kepada wakil pemerintah
RIS., Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Bersama dengan itu, di Yogyakrta Presiden
Sukarno menerima penyerahan kedaulatan Republik Indonesia ke dalam RIS Pejabat
Presiden Assaat. Dan tanggal 28 Desember 1949 pusat pemerintahan RIS dipindahkan
lagi ke Jakarta. Sebulan kemudian, yaitu pada tanggal 29 Januari 1950, Jenderal
Soedirman meninggal pada usia 32 tahun. Soedirman adalah pahlawan besar bagi TNI
dan rakyat Indonesia.
Peranan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
PBB turut membantu dan berusaha menyelesaikan pertikaian persenjataan antara Indonesia dan
Belanda selama masa revolusi fisik (1945-1950). Pada tanggal 24 Januari 1949 Dewan
Keamanan PBB bersidang. Dalam sidang tersebut Amerika Serikat mengeluarkan resolusi yang
disetujui oleh semua negara anggota yaitu:
Hasil keputusan lain yang berhasil dicapai oleh PBB diantaranya adalah :
2. Pembentukan RIS
Dengan pengakuan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, maka berakhirlah masa revolusi
bersenjata di Indonesia dan secara de jure pihak Belanda telah mengakui kemerdekaan Indonesia
dalam bentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun atas kesepakatn rakyat Indonesia
maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dengan dibentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Selanjutnya pada tanggal 28 September 1950, Indonesia diterima
menjadi anggota PBB yang ke 60. Hal ini berarti bahwa kemerdekaan Indonesia secara resmi
diakui oleh dunia Internasional.
1. Perjuangan Diplomasi
Pasal 2 ayat 1 Piagam penyerahan Kedaulatan tentang wilayah Irian (Niuew-Guinea) dalam
status quo. Untuk sementara sambil berjalan dalam waktu satu tahun setelah tanggal penyerahan
kedaulatan kepada RIS akan diselesaikan dengan cara perundingan. Namun, Belanda mulai
mengingkari hasil KMB tersebut khususnya masalah irian Barat. Bangsa Indonesia dengan
diplomasi dan kekuatan militer yang ada merebut wilayah Irian barat yang dikuasai Belanda.
1. Perundingan bilateral antara Indonesia dan Belanda, tetapi usaha itu mengalami
kegagalan
2. Sejak tahun 1954, pemerintah Republik Indonesia mengajukan masalah Irian Barat ke
Sidang Umum PBB, Indonesia berulang kali mengajukan masalah tersebut, tetapi tidak
pernah memperoleh tanggapan yang positif.
3. Pada tahun 1955, Indonesia berusaha mengajukan masalah tersebut dalam Konferensi
Asia Afrika di Bandung, tetapi Belanda juga tidak menghiraukan
2. Konfrontasi Ekonomi
Dalam rangka pembebasan Irian Barat itulah pada tahun 1957 dilakukan aksi sebagai berikut di
seluruh Indonesia:
1. Pada tanggal 18 November 1957, diadakan rapat umum di Jakrta. Rapat umum itu
kemudian dilanjutkan dengan aksi mogok para buruh yang bekerja pada perusahaan milik
Belanda di Indonesia. Aksi mogok tersebut dimuali dilakukan pada tanggal 2 Desember
1957.
2. Pesawat terbang milik maskapai penerbangan Belanda (KLM) dilarang mendarat dan
terbang diatas wilayah Indonesia
3. Aksi pengambil alihan modal perusahaan milik Belanda di Indonesia, misalnya Bank
Escompto diambil Alih oleh Pemerintah RI pada tanggal 9 Desember 1957 dan
Netherlandsch Handel Matchappij N.V. Juga diambil Alih (perusahaan tersebut diubah
namanya menjadi Bank Dagang Negara).
4. Percetakan De Unie juga tidak luput dari Usaha pengambil alihan perusahaan-perusahaan
milik Belanda di Indonesia, yang datur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun
1958.
3. Perjuangan Konfrontasi
Tanggal 19 Desember 1961, Presiden Sukarno mengeluarkan Trikomando Rakyat (Trikora) yang
berisi hal-hal berikut :
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dari kesatuan tanah air
Indonesia.
Dalam rangka pembebasan Irian Barat maka dibentuklah komando operasi militer yang di beri
nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat pada tanggal 2 Januari 1962. sebagai
komandonya adalah Meyjen Suharto. Wakil Panglima I Kolonel Laut Subono., wakil panglima
Komado II: Kolonel Laut Leo Wattimena dan Kepala Staff Gabungan Kolonel Ahmad Tahir.
Komado Mandala merencanakan Operasi-operasi pembebasan Irian Barat ada tiga fase, yaitu:
1. Fase Infiltrasi: samapi akhir 1962 berusaha memasukan 10 kompi ke sekitar sasaran-
sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto. Kesatuan-kesatuan ini harus
dapat mengembangkan penguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat
dalam perjuangan fisik untuk membebaskan Irian barat.
2. Fase Eksploitasi: mulai awal 1963. Operasi direncanakan mengadakan serangan terbuka
terhadap induk militer lawan, menduduki semua pos pertahanann musuh yang penting.
3. Fase konsolidasi: awal tahun 1964. rencana penegakan RI secara mutlak di Irian Barat.
Dalam pertempuran di Laut Arafuru, tanggal 15 Januari 1962 Komondor Yos Sudarso dan
Kapten wiranto gugur. Sebelum kapal RI macan tutul tenggelam, melalaui radio, telpon
Komondor Yos Sudarso masih sempat mengkomandokan Combat Messege (kobarkan
Semangat Perjuangan)