Anda di halaman 1dari 12

Nama : Abdul Ghafur Santuso

NIM : T21079061

Kelas : IPS 2

REVIEW JURNAL

A. JUDUL JURNAL DAN NAMA JURNAL


1. Judul Jurnal
Kebudayaan Potong Jari Sebagai Simbol Duka Suku Moni Di Desa Ugidimi
Distrik Bibida Kabupaten Paniai Provinsi Papua
2. Nama Jurnal
Holistik, Tahun X No. 19 / Januari – Juni 2017
B. REVIEW/ POKOK BAHASAN
1. Latar Belakang
Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang majemuk atau
heterogen Bangsa kita mempunyai beraneka ragam suku bangsa, budaya,
agama, dan adat istiadat (tradisi) Keragaman suku bangsa merupakan
sumber kebudayaan nasional suku bangsa adalah suatu kelompok
masyarakat yang terikat kesatuan budaya, bahasa, dan tempat tinggal. Oleh
karena itu, setiap suku bangsa memiliki bahasa yang berbeda, tradisi dan
kebudayaannya juga berbeda Kebudayaan itu tetap ada secara turun temurun
dari generasi ke generasi yang seterusnya tetap terus hidup walaupun
anggota masyarakatnya telah berganti karena kematian ataupun kelahiran.
Dengan kata lain, pengertian kebudayaan mencakup sesuatu yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri
dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif,
yang mencakup segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan, dan
bertindak. Kebudayaan tersebut dimiliki oleh setiap masyarakat, bedanya
hanyalah bahwa kebudayaan masyarakat yang satu lebih sempurna daripada
kebudayaan masyarakat yang lain.
Ihromi (1999) Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari
masyarakat yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara
hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih
diinginkan. Bila disesuaikan dengan antropologi sosial maka kebudayaan itu
bersifat relativisme yaitu: berdasarkan pendapat masyarakat yang
mengalami atau masyarakat yang memiliki kebudayaan.
Papua merupakan salah satu pulau yang masih mengikat erat
budayanya, namun masih terdapat daerah-daerah tertentu yang masih hidup
dengan kebudayaan tanpa dipengaruhi oleh budaya asing. Kebudayaan
memotong jari sebagai ungkapan kesedihan dan pencegahan terjadi kembali
tidak dapat ditemukan di kebudayaan daerah lain. Pemotongan jari tangan
ialah menghilangkan sebuah organ tubuh yang akan berpengaruh terhadap
kesehatan seseorang. Kesedihan saat telah ditinggal pergi oleh orang yang
dicintai dan kehilangan salah satu anggota keluarga sangat perih.
Berlinangan air mata dan perasaan kehilangan begitu mendalam. Terkadang
butuh waktu yang begitu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit
kehilangan dan tak jarang masih membekas di hati.
Alasan lain yaitu pedoman dasar hidup bersama dalam satu
keluarga, satu fam/marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu
bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah
penting bagi masyarakat Moni. Hanya luka dan darah yang tersisa pedih-
perih yang meliputi suasana luka hati orang yang ditinggal mati anggota
keluarga baru sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit
lagi. Mungkin karena itulah masyarakat Paniai memotong jari saat ada
keluarga yang meninggal dunia.
2. Metode penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksut untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. (Moleong 2009:6).
Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah. Metode penelitian ini
menggunakan mentode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau
atau penalahan dokumen. Sasaran kajian atau penelitian adalah gejalah-
gejalah sebagai saling terkait satu sama lainnya dalam hubungan
fungsional dan yang keseluruhannya merupakan sebuah satuan yang
bulat dan menyeluruh dan holistik atau sistematik.
Metode penelitian kualitatif ini digunakan karena beberapa
pertimbangan (1) menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan yang jamak (2) metode ini menyajikan
secara langsung hakikat hungan antara peneliti dan responden, (3)
metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
3. Hasil/pembahasan
a. Kebudayaan Potong Jari Suku Moni
Pemotongan jari ini melambangkan kepedihan dan sakitnya bila
kehilangan anggota keluarga yang dicintai. Ungkapan yang begitu
mendalam, bahkan harus kehilangan anggota tubuh. Bagi masyarakat
suku Moni pegunungan tengah, keluarga memiliki peranan yang sangat
penting. Bagi masyarakat suku Moni ugidimi paniai kebersamaan dalam
sebuah keluarga memiliki nilai-nilai tersendiri.
Pemotongan jari itu umumnya dilakukan oleh kaum ibu. Namun
tidak menutup kemungkinan pemotongan jari dilakukan oleh anggota
keluarga dari pihak orang tua laki-laki atau pun perempuan.
Pemotongan jari tersebut dapat pula diartikan sebagai upaya untuk
mencegah terulang kembali malapetaka yang telah merenggut nyawa
seseorang di dalam keluarga yang berduka. Pemotongan jari dilakukan
dengan berbagai cara. Ada yang memotong jari dengan menggunakan
alat tajam seperti pisau, parang, atau kapak. Cara lainnya adalah dengan
mengikat jari dengan seutas tali beberapa waktu lamanya sehingga
jaringan yang terikat menjadi mati kemudian dipotong. kini budaya
'potong jari' suku Moni sudah ditinggalkan sekarang jarang ditemui
orang yang melakukan beberapa dekade belakangan ini. Yang masih
dapat kita jumpai saat ini adalah mereka yang pernah melakukannya
tempo dulu hal ini disebabkan oleh karena pengaruh. Agama yang telah
masuk hingga ke pelosok daerah Papua. Namun suku Moni paniai, ini
masi ada keluarga tertentu yang masi melakukan poton jari.
b. Alasan Pemotongan Jari
Bagi Suku Moni jari bisa diartikan sebagai simbol kerukunan
kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga.
Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan manusia hanya
menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari. Akan tetapi jika
dicermati perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah
kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban
pekerjaan manusia. Jari saling bekerja sama membangun sebuah
kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna.
Kehilangan salah satu ruasnya saja bisa mengakibatkan tidak
maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya
menghilang maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah
kekuatan.
c. Proses Pelaksanaan Potong Jari

Tradisi potong jari biasa disebut Hane Zambaya. Tujuannya untuk


membuat arwah tetap tinggal di honai (rumah adat masyarakat suku
Moni Paniai) sampai luka jari tersebut sembuh. Hane Zambaya
dilakukan seorang diri. Orang yang ditinggal keluarganya karena
meninggal dunia akan langsung memotong jarinya setelah pemakaman
selesai. Hane Zambaya berlaku bagi semua jari kecuali ibu jari.
Biasanya mereka memotong dua 18 ruas jari.Prosesi pemotongan jari
dilakukan menggunakan parang, kampak atau benda tajam lainnya,
beralaskan batu atau kayu. Tradisi ini dilakukan Suku Moni di Papua
paniai . Masyarakat moni Ugidimi biasa melakukan hal ini sejak lama.
C. PEMBAHASAN

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


Judul Etnografi Indonesia : Sistem Simbol Dalam Makna Simbol Andung
Jurnal Simbol Suka Duka Upacara Adat Toraja (Ratapan) Dalam Upacara
Masyarakat Adat Pada Rambu Solo: Kajian Pemakaman Adat Batak
Tradisi Kematian Di Semiotik Toba Di Pekanbaru
Nusantara
Nama Jurnal Fakultas Ilmu Sosial Jurnal Bahasa dan Sastra Jurusan Ilmu Komunikasi
Jurnal dan Politik
Penulis Rasiq Nidaan Khofia Debyani Embon dan I Gusti Hotmaida Flora
Ahmadah Ketut Alit Suputra
Reviewer Abdul Ghafur Santuso Abdul Ghafur Santuso Abdul Ghafur Santuso
Latar Dengan adanya berbagai Peneliti berusaha membahas Dalam tulisan ini akan
Belakang tradisi ataupun ritual unik lebih spesifik dan membahas tentang andung
dalam upacara kematian ini, mendeskripsikan makna masyarakat Batak Toba
masih banyak masyarakat simbolik yang terdapat pada yang merupakan salah satu
luas yang belum upacara adat Toraja rambu musik vokal bagi
mengetahui, serta solo, yang diharapkan bisa masyarakat Toba di
memahami perbedaan memberikan pengetahuan Pekanbaru. Andung
tradisi tersebut. Untuk itu, dan inspirasi secara luas merupakan suatu nyanyian
penulisan makalah ini akan mengenai kebudayaan yang ratapan dalam konteks
memaparkan serta dijadikan perhatian secara kematian atau kemalangan.
menganalisis tradisi khusus oleh masyarakat Secara umum andung
kematian yang ada pada sebagian besar. adalah berisi tentang
beberapa suku bangsa di Demikianlah hal yang kesedihan atau penderitaan
Indonesia, dengan harapan melatarbelakangi peneliti hidup. Wujud dari
dapat dijadikan sebagai untuk melakukan penelitian kemalangan ini adalah
literasi penambah wawasan mengenai sistem simbol kesedihan dan dukacita
ataupun pandangan pada upacara adat Toraja misalnya pada saat
mengenai beberapa tradisi khususnya pada kegiatan kematian orang tua, dan
ataupun ritual seputar Rambu Solo melalui kajian anggota keluarga. Ini
kematian yang ada di semiotik. Rumusan masalah adalah sebuah lagu ratapan
Indonesia. Selain hal itu, dalam penelitian ini adalah kematian dikalangan orang
dengan penulisan makalah 1. Simbol-simbol apakah Batak Toba, isi dari pada
ini juga diharapkan akan yang terdapat dalam upacara andung tersebut biasanya
mengurangi sikap adat Toraja Rambu Solo. 2. berupa kisah hidup orang
etnosentrisme terhadap Bagaimanakah penggunaan yang meninggal dunia dan
kebudayaan lain yang simbol-simbol pada prosesi dinyanyikan
berada di luar kita, yang dan tahap pelaksanaan (diandungkan) dihadapan
mungkin tidak satu upacara adat rambu solo. jasadnya. Ketika
pandangan, atau satu aturan Tujuan Penelitian yang melakukan andung ini
dengan kita. Namun pada dikemukakan penulis adal orang-orang yang melayat
dasarnya semua manusia, ah mendeskripsikan dan dapat mengetahui dan
dimanapun suku bangsa mengungkapkan mengenal sifatsifat dari
tersebut berada simbolsimbol dalam upacara orang yang meninggal
menginginkan adanya adat Toraja Rambu Solo tersebut. Andung sebagai
penghormatan terhadap salah satu warisan budaya
kerabat dan saudara mereka yang pernah hidup dan
yang telah meninggalkan berperan kuat didalam
mereka dalam kehidupan masyarakat Batak Toba
dunia, dan agar yang sampai saat ini masih
mendapatkan sisi yang dipakai. Hanya orang tua-
terbaik dalam dunia setelah tua tertentu saja yang
kematian masih dapat menguasai
hata andung dan hanya
mereka yang masih dapat
melakukan andung dengan
menggunakan hata andung
dengan benar.
Metode Dalam penulisan jurnal ini, Jenis penelitian ini yaitu Desain penelitian ini
Penelitian penulis menggunakan penelitian kualitatif, dengan berdasarkan jenisnya
metode pendekatan literatur menggunakan desain termasuk dalam penelitian
berupa jurnal ilmiah dan penelitian kualitatif kualitatif. Jenis penyajian
buku-buku yang dapat deskriptif. Teknik data dalam penelitian ini
menunjang dalam hal pengumpulan data adalah kualitatif, prosedur
penggalian infornasi dilakukan dengan cara penelitian yang
mengenai beberapa tradisi wawancara, dan rekaman. menghasilkan data
kematian yang ada pada Teknik analisis data deskriptif berupa kata-kata
beberapa suku bangsa yang dilakukan dengan cara tertulis atau lisan dari
terdapat di Indonesia. Suku reduksi data, penyajian data, orang-orang atau perilaku
bangsa yang akan dan verifikasi data. yang diamati. Desain
dipaparkan mengenai tradisi penelitian yang menjadi
kematiannya dalam jurnal acuan bagi penulis adalah
ini diantaranya (1) Suku penelitian deskriptif yang
Bangsa Dayak, (2) Suku menggambarkan dan
Bangsa Dani, (3) Suku melukiskan keadaan
Bangsa Sumba, (4) Suku subjek atau objek peneliti,
Bangsa Jawa, dan (5) Suku pada saat sekarang dengan
Bangsa Toraja. Diharapkan fakta yang tampak. Subjek
dengan metode penulisan penelitian adalah
sebagai berikut dapat orangorang yang menjadi
memberikan informasi yang informan dalam suatu
fokus terhadap penelitian (Alwasiah,
permasalahan yang ada, dan 2002:115). Subjek dalam
agar dapat memberikan penelitian ini adalah
pemaparan infornsi yang tokoh-tokoh masyarakat
sesuai dengan tujuan dari Batak Toba (opinion
penulisan jurnal ini. leader)serta remaja Batak
Toba.
Hasil/Pem Indonesia merupakan negara Rambu solo adalah sebuah Setelah menganalisis teks
bahasan dengan banyak pulau, hal upacara pemakaman secara dengan melihat makna
inilah yang mengakibatkan adat yang mewajibkan yang tersirat, pesan-pesan
negara ini memiliki keluarga almarhum yang terkandung, keluh
segudang budaya yang ada membuat sebuah pesta kesah, dan melihat
di dalamnya. Budaya ini sebagi tanda penghormatan keadaan penyajiannya,
lahir sebagai ekspresi dari terakhir pada mendiang maka penulis memperoleh
manusianya, yang mereka yang telah pergi. Adat fungsi sosial budaya dari
jalankan seakan untuk istiadat yang telah diwarisi nyanyian andung ini
membentuk keseimbangan oleh masyarakat Toraja adalah sebagai perantara
dan manfaat bagi diri dan secara turun temurun ini, atau media budaya
lingkungannya. mewajibkan keluarga yang terhadap masyarakat toba.
Konsep kekerabatan ditinggal untuk melakukan Adapun fungsi sosial dari
dalam masyarakat Papua upacara terakhir bagi andung ini adalah ketika
merupakan konsep yang mendiang. Upacara ini bagi andung ini disajikan
sangat penting untuk selalu masing-masing golongan didepan khayalak ramai.
diutamakan. Kerabatan masyarakat tentunya Pesan-pesan dan keluh
bukan hanya sebagai suatu berbeda-beda. Bila kesah yang disampaikan
anggota yang ada disekitar golongan Rapasan oleh sipenyaji andung
mereka, namun juga sangat (golongan Bangsawan) akan didengar oleh seluruh
memiliki fungsi yang berarti meninggal dunia maka orang yang hadir ditempat
dalam susunan tatanan jumlah kerbau yang akan itu, dan pesan-pesan
masyarakat dalam Suku dipotong untuk keperluan tersebut dapat dijadikan
Bangsa Dani. Oleh karena acara jauh lebih banyak pengajaran atau sumber
itu tradisi yang dilakukan di Jurnal Pendidikan Bahasa pendidikan informal oleh
saat mereka kehilangan Indonesia dibanding dengan para orang-orang yang
anggota keluarga ataupun masyarakat yang bukan hadir pada umumnya dan
keluarganya, dianggap keturunan bangsawan. kepada keluarga yang
penting untuk dilakukan Untuk keluarga bangsawan, ditinggal pada khususnya.
pemotongan jari ini. Di jumlah kerbau biasa Dengan melakukan hal
balik pemotongan jari ini berkisar dari sampai dengan tersebut, maka sipenyaji
sendiri memiliki arti seratus ekor kerbau. akan merasa puas dengan
simbolik yang berarti bagi Sedangkan masyarakat keluh kesah yang disajikan
masyarakat adat Suku golongan Tana’bassi didepan orang mati
Bangsa Dani. Pemotongan (golongan menengah) tersebut.
jari ini dilakukan sebagai diharuskan menyembelih 8
wujud kebersamaan serta kerbau ditambah dengan
kekeluargaan terhadap lima puluh ekor babi, dan
sesama klan mereka lama upacara sekitar 3-7
(Yamin,2012). Mereka hari. Tapi sebelum jumlah
mempercayai bahwa itu mencukupi, jenazah
ditinggalkan kerabat atau tidak boleh dikuburkan
keluarga (meninggal dunia), ditebing atau ditempat
sangat memberikan kesan tinggi. Maka dari itu tidak
duka, sedih, dan merasa jarang jenazah disimpan
kehilangan yang dalam. selama bertahun-tahun di
Oleh karenanya dengan atas rumah atau di atas
pemotongan jari ini tongkonan (rumah adat
disimbolkan memiliki Toraja) sampai akhirnya
makna yang sama dengan keluarga almarhum dapat
kehilangan seseorang di menyiapkan hewan kurban.
dalam hidupnya. Jari
merupakan sesuatu yang
berharga dalam tubuh
manusia, dan jika anggota
tubuh ini hilang, maka
makna yang sama seperti
kehilangan seorang kerabat
untuk selamalamanya.
Kehilangan jari merupakan
suatu hal yang sangat perih,
meninggalkan luka yang
dalam, dan tidak mudah
disembuhkan, serta
meninggalkan bekas di
dalam hati sepanjang
hidupnya. Hal ini disamakan
dengan konsep kehilangan
saudara atau keluarga
karena meninggal dunia.
(Zonggonau, 2017)
Kesimpul Tradisi kematian yang ada Prosesi upacara adat Toraja Ada suara tangisan yang
an dan dilaksanakan pada rambu solo adalah sebuah langsung keluar tanpa ada
beberapa suku bangsa upacara pemakaman secara musik yang mengiringi. Isi
merupakan bentuk adat yang mewajibkan dari kata-kata biasanya
perlakuan dari orang yang keluarga almarhum tentang kejadian yang
masih hidup terhadap membuat sebuah pesta menimpanya pada saat
keluarga atau kerabat sebagai tanda penghormatan kejadian berlangsung.
mereka yang telah terakhir pada mendiang Andungd ungkapkan
meninggal. Tentunya dalam yang telah meninggal. sebagai luapan perasaan:
pelaksanaan tradisi ini Upacara ini bagi masing- 1. Dukacita, kematian
sangatlah dipenuhi akan masing golongan orang yang terkasih atau
simbol-simbol yang mereka masyarakat tentunya sanaksaudara
anggap sebagai hal yang berbeda-beda. Bila 2. Meratapi nasib yang
akan membawa bangsawan yang meninggal malang
keberuntungan bagi orang dunia, maka jumlah kerbau 3. Perpisahan Didalam
yang meninggal maupun bisa berkisar 24 sampai andung kata-katanya harus
terhadap orang yang dengan 100 kerbau. menggunakan “hata
ditinggalkan. Simbol-simbol Sedangkan warga golongan andung”,.
tersebut bisa saja berbeda menengah diharuskan Andung-menggambarkan
pada setiap suku bangsanya, menyembelih 8 kerbau tentang perjalanan hidup
namun kurang lebih ditambah 50 babi, dan atau penderitaan
masyarakat adat ini dalam sekitar 3 hari. Tapi, seseorang. Tidak ada
memiliki maksud dan sebelum jumlah itu batasan tertentu untuk
makna yang hampir sama mencukupi, jenazah tidak orang yang akan
pada setiap tradisi kematian boleh dikuburkan di tebing menyajikan andung,
di mana tradisi tersebut atau di tempat tinggi. Dalam namun secara umum
berasal. ritual rambu solo terdapat biasanya yang
simbolsimbol sebagai mangandung adalah
pelengkap ritual yaitu keluarga atau kerabat dari
orang yang meninggal
DAFTAR PUSTAKA

Zonggonau, Amatus, Kebudayaan Potong Jari Sebagai Simbol Duka Suku Moni
Di Desa Ugidimi Distrik Bibida Kabupaten Paniai Provinsi Papua, Jurnal
Holistik, Tahun X No. 19 / Januari – Juni 2017

Ahmadah, Rasiq Nidaan Khofia, Etnografi Indonesia : Simbol Suka Duka


Masyarakat Adat Pada Tradisi Kematian Di Nusantara, Jurnal Fakultas Ilmu
Sosial Dan Politik Universitas Airlangga

Embon, Debyani Dan Suputra, I Gusti Ketut Alit, Sistem Simbol Dalam Upacara
Adat Toraja Rambu Solo: Kajian Semiotik, Jurnal Bahasa Dan Sastra Volume 3
No 7 (2018)

Flora Hotmaida, Makna Simbol Andung (Ratapan) Dalam Upacara Pemakaman


Adat Batak Toba Di Pekanbaru, Jom Fisip Volume 1 No 2 -Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai