DISUSUN OLEH
NIM: 3193321006
DOSEN PENGAMPU
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan anugrah-Nya saya
dapat menyelesaikan resume tentang “Generalisasi dan Eksplanasi Sejarah”. Saya sangat
bersyukur karena dapat menyelesaikan resume yang menjadi tugas pendidikan sejarah. Demikian
yang dapat saya sampaikan, saya mengharapkan kritik dan saran terhadap resume ini agar
kedepannya dapat saya perbaiki. Karena saya sadar, resume yang saya buat ini masih banyak
terdapat kekurangannya.
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
1.LATAR BELAKANG...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A.PENGERTIAN GENERALISASI.............................................................................3
A.KESIMPULAN......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam mempelajari sejarah mempunyai banyak hal
yang harus dipelajari. Dalam mempelajari sejarah kita juga harus banyak belajar tentang unsur
yang ada di dalamnya, sehingga sejarawan tidak menjadikan penelitiannya menjadi sebuah mitos
belaka.
Dalam pengertiannya dikatakan bahwa sejarah sebagai ilmu pengetahuan, sejarah adalah
penyelidikan, sejarah dalam bentuk catatan dan peninggalan, sejarah sebenarnya masa lampau,
sejarah mempelajari keunikan, sejarah adalah ilmu pengetahuan. Dalam mempelajari sejarah
juga disebutkan banyak aliran yang mendebatkan tentang penulisan sejarah.
Sebagian sejarawan menganggap bahwa tidak ada ruang untuk melakukan generalisasi
dalam studi sejarah. Antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya berbeda, sehingga simpulan
studi dari suatu peristiwa tidak dapat digunakan untuk studi lainnya. Generalisasi dianggap tabu
oleh sejarawan, namun ada juga sejarawan yang menganggap bahwa dalam studi sejarah dapat
dilakukan atau menghasilkan generalisasi. Metode berpikir yang digunakan adalah induksi.
Generalisasi dapat dijadikan sebagai dugaan sementara dan biasanya berupa generalisasi
konseptual. Menurut Kuntowijoyo generalisasi harus dibatasi supaya sejarah tetap empiris.
Menurut James A. Banks dalam Teaching Strategies for the Social Studies, generalisasi dalam
sejarah dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu high order generalization, intermediate level
organization, and Law order generalization. Generalisasi pada dasarnya merupakan formulasi
konsep atas himpunan pengetahuan terkait dengan hal tertentu.
Peristiwa sejarah yang telah ditulis dengan baik niscaya sangat bermakna bagi manusia,
bukan saja sekedar mengetahui dan memahami peristiwa sejarah yang dimaksud, melainkan juga
menjadi pelajaran yang terbaik guna memperbaiki diri seperti apa yang terjadi apabila peristiwa
sejarah itu dapat menjadi contoh atau menjauhi dan menghindarinya bilamana peristiwa sejarah
itu berbeda dengan harapan manusia. Dalam memahami dan menelaah setiap peristiwa sejarah.
Terlebih dahulu di pahami pentingnya penjelasan atau keterangan yang mendukung
dimungkinkan kita dapat menelaah suatu peristiwa sejarah. Penjelasan atau keterangan
metodologi sejarah itu disebut eksplanasi sejarah.
Ekspalansi sejarah merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam metodologi
sejarah. Hal ini dipergunakan untuk mengembangkan, menganalisis, dan menjelaskan hubungan
diantara pernyataan-pernyataan mengenai fenomena-fenomena yang ada.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Generalisasi
Generalisasi menurut bahasa Latin generalis berarti umum. Secara harfiah generalisasi
sejarah diartikan sebagai pekerjaan penyimpulan dari yang khusus kepada yang umum.
Generalisasi itu dapat dipakai sebagai hipotesis deskriptif, yaitu sebagai dugaan sementara.
Generalisasi yang sebenarnya merupakan hasil penelitian. Adapun generalisasi dalam sejarah
menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
b. James A. Banks dalam Teaching Strategies for the Social Studies, generalisasi dibedakan
menjadi tiga tingkatan, yaitu high order generalization, intermediate level organization, and law
order organization. Generalisasi tingkat pertama pemakaiannya bersifat universal yang berkaitan
dengan hukum-hukum atau prinsip-prinsip. Generalisasi tingkat kedua hanya berlaku untuk
kawasan atau kebudayaan di daerah tertentu. Generalisasi tingkat ketiga yang paling
memungkinkan digunakan dalam sejarah, yakni simpulan yang didasarkan pada data dari dua
atau lebih tentang sekelompok masyarakat dari suatu kawasan tertentu yang bersifat lokal
c. Karl Max dan gurunya Frederick Hegel, keduanya memberikan penjelasan yang bertentangan
mengenai generalisasi dalam sejarah. Menurut Frederick memulai dengan ide yang abstrak
(melangit) untuk kemudian dilihat dari kondisi yang real (membumi). Cara tersebut
diformulasikan ke dalam gaya Bahasa Max bahwa dalam analisis gurunya yang dimulai
dari “langit” ke “bumi” dan sebaliknya dia mengawali analisisnya
dari “bumi” ke “langit”. Penyimpulan Max berdasarkan pada kondisi real atau hasil penelitian,
sedangkan Frederick mengacu pada hal yang abstrak sesuai dengan kondisi umum yang terjadi di
Eropa pada masa hidupnya.
B. Tujuan Generalisasi Sejarah
A. Saintifikasi
Semua ilmu melakukan generalisasi. Generalisasi berkaitan dengan keajegan atau statis.
Generalisasi dalam sejarah yang merupakan kemungkinan itu sama dengan teori untuk ilmu lain.
Dalam antropologi dikenal teori evolusi, tetapi dalam sejarah dikenal generalisasi tentang
perkembangan sebuah masyarakat.
B. Simplifikasi
A. Konseptual
B. Personal
Penyimpulan personal sama dengan cara berfikir pars pro toto, yakni menyamakan
bagian dengan keseluruhan (merujuk pada perseorangan yang mewakili kelompok masyarakat).
C. Spasial
Untuk spasial mewakili wilayah tertentu yang membedakan dengan wilayah lain. seperti
kata “Timur” dan “Barat” sering dijumpai dalam beberapa literatur sejarah. Ada pula
kata “Timur Dekat” dan “Timur Jauh”.
D.Tematik
Generalisasi ini ditunjukan dalam judul buku, termasuk biografi. Tematik memfokuskan
pada asal, perilaku, pemikiran, kepercayaan, hobi, dsb.
E. Periodik/Temporal
Penyimpulan ini terkait erat dengan aspek periodisasi waktu dalam sejarah.
F. Sosial
G. Kausal
H. Kultural
I. Sistematik
J. Struktural
Struktur fisik dapat digunakan untuk membuat generalisasi. Agak sulit membedakan
orang Cina, Korea, dan Jepang karena mereka sama-sama berkulit kuning dan bermata sipit.
D. Pengertian Eksplanasi Sejarah
Sedangkan bagian luar peristiwa sejarah adalah wujud fisik atau gerak dari suatu
peristiwa. Eksplanasi sejarah terdiri dari beberapa bagian yaitu konsep, fakta, kontruksi, dan
sebab musabab. Konsep adalah kesimpulan dari gejalagejala dalam suatu peristiwa sejarah. Fakta
adalah suatu unsur yang dijabarkan.Secara langsung atau tidak langsung dari dokumen sejarah
dan dianggap credible (dapat dipercaya). Setelah melalui tahap pengujian sesuai hukum metode
sejarah. Kontruksi adalah pembentukan atau penggambaran suatu peristiwa sejarah.
Sebab terbagi menjadi dua bagian, pertama sebab langsung dan kedua sebab tidak
langsung. Sebab langsung adalah pemicu peristiwa sejarah yang dapat diketahui dengan
observasi, pengamatan, ataupun perekaman. Sedangkan sebab tidak langsung merupakan pemicu
terjadinya peristiwa sejarah yang tidak dengan begitu saja dapat dibuktikan namun sebab tidak
langsung inilah yang merupakan bagian terpenting dalam pembentukan fakta sejarah.
Penyusunan fakta sejarah tidak terlepas dari konsep, ketiga hal ini merupakan bagian terpenting
dalam kontruksi sejarah.
James A. Black dan Dean J. Champion menyebutkan bahwa eksplanasi dapat tercapai
jika saling pertalian dapat di buktikan antara sebab-sebab tertentu dengan akibat- akibatnya .hal
yang fundamental dalam esplanasi adalah sifatnya yang saing berkait anatau relation nature.
Harus ada dua hal yaitu fakta untuk di susun untuk bersamaan dengan itu mekanisme konseptual
yang dapat di terima dan masukakal yang melaluinya dapat di kaitkan secara bersama- sama.
Jika kita jelaskan tentang fakta, kita harus memperhitugkan mengapa fakta itu harus dianggap
berkaitan satu dengan yang lain, dan kita harus memahaminya dengan menunjukkan mengapa
terjadi dalam bentuk yang demikian. Terdapat dua perangkat masalah yang timbul dalam tugas
eksplanasi diantaranya adalah:
1. Masalah menghubungkan fakta antara satu dengan yang lain. Dalam sosiologi dan disiplin-
disiplin semacam unit-unit analisis yang relasional disebut variabel;
2. Masalah memahami kaitan antara hal- hal yang saling berhubungan. Disini terlihat, eksistensi
fakta merupakan bahan pokok untuk teoriteori kehidupan sosial.
Menurut J. Meehan ada empat kasus yang khas dalam eksplanasi diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Eksplanasi kausal yang menghubungkan explicandum (sesuatu atau peristiwa atau fenomena
yang perlu di jelaskan) dengan seperangkat kondisi-kondisi yang terjadi sebelumnya yag perlu
ada atau cukup untuk menghasilkan explicandum.
2. Eksplanasi fungsional yang menghubungkan dengan konteks yang lebih lias dengan
menunjukkan fungsi yang di embannya, seperti kita menjelaskan fungsi hati dalam organ tubuh.
3. Eksplanasi teleologis yang menghubungkan explicandum dengan tujuan suatu sistem atau
maksud si pelaku, seperti perilaku seekor binatang dapat dijelaskan karena ia mencari makan
atau perilaku manusia dalam upayanya untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu.
4. Eksplanasi genetik atau eksplanasi sejarah yang menelusuri keadaan- keadaan sebelum suatu
peristiwa terjadi dan menunjukkan bagaimana proses yang terjadi.
Helius Sjamuddin (1996) membagi eksplanasi sejarah kedalam beberapa model, yaitu
sebagai berikut:
1. Kausalitas
Sementara itu, kebetulan sejarah menganggap pertemuan atau benturan antar sebab dalam
peristiwa sejarah sebagai sebuah kebetulan. Kebetulan yang kemudian mengubah jalannya
sejarah. Teori kebetulan mendapat kritik karena dianggap melebih-lebihkan. Penganut teori ini
dianggap malas melakukan penelitian, kemalasan inteletual (intellectual laziness) atau vitalitas
yang rendah (low intellectual vitality).
Dalam melakukan rekonstruksi sejarah, tidak semua fakta otomatis menjadi fakta sejarah.
Fakta-fakta masa lalu baru menjadi fakta sejarah jika sejarawan memilihnya karena dianggap
mempunyai hubungan (relevansi)dan berarti (signifikansi) dengan apa yang diteliti. Hal yang
sama juga berlaku bagi penganut multikausal dalam peristiwa sejarah. Susunan sebab-sebab,
signifikansi serta relevansi antar satu sebab atau serangkaian sebab dengan yang lainnya
merupakan esensi penafsiran sejarah.
Sebagian besar ahli filsafat sejarah analitis mencoba memaksakan pengetahuan sejarah ke
dalam suatu formula hukum umum (general law), suatu pernyataan dari bentuk kondisi universal
yang sanggup dikonfirmasi atau dibantah berdasarkan bukti-bukti empiris yang sesuai. Penganut
CLM berpendapat bahwa setiap penjelasan dalam sejarah harus dapat diterangkan oleh hukum
umum(general law) atau hipotesis universal (universal hypothesis) atau hipotesis dari bentuk
universal (hypothesis of universal form).
Menurut teori CLM, tidak ada perbedaan metodologis antara ilmu alam dengan sejarah.
Penjelasan sejarah diperoleh dengan menempatkan peristiwa-peristiwa itu di bawah hipotesis,
teori, atau hukum umum. Penjelasan diperoleh dengan cara mendeduksikannya dari
pernyataanpernyataan tentang hukum-hukum umum dan kondisi-kondisi awal.
3. Hermeneutika
Pengertian hermeneutika erat hubungannya dengan penafsiran teksteks dari masa lalu dan
penjelasan pelaku sejarah. Sejarawan mencoba menjelaskan masa lalu dengan mencoba
menghayati atau dengan empati, menempatkan dirinya dalam alam pemikiran pelaku sejarah.
Hermeneutika mencoba memasuki diri pelaku dan berupaya memahami apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan diperbuat pelaku sejarah. Ada semacam dialog batin antara batin sejarawan yang
menggunakan pengalaman hidupnya sendiri dengan sumber-sumber sejarah yang digunakan.
4. Model Analogi
Masih terjadi perdebatan di antara para pakar tentang analogi sebagai eksplanasi sejarah.
Namun bagi penganutnya, analogi merupakan alat eksplanasi yang sangat berguna. Analogi
berperan penting dalam proses kreativitas intelektual. Analogi dapat berperan ke dalam maupun
ke luar. Ke dalam, analogi dapat meningkatkan suatu yang tidak disadari atan inferensi awal ke
tingkat rasionalitas dalam pikiran . Ke luar, analogi bekerja sebagai wahana mengalihkan pikiran
seseorang kepada orang lain.
5. Model Motivasi
a. Bentuk eksplanasi kausal, di mana akibat merupakan suatu perbuatan yang inteligen,
sedangkan sebab merupakan pikiran di belakang perbuatan itu.
b. Bentuk tingkah laku yang berpola. Pada dasarnya, model ini menekankan penggunaan
pendekatan psikohistori yang berpijak pada teori psikoanalisis dari Sigmund Freud. Kelemahan
pendekatan ini terletak pada keterbatasan-keterbatasan metode psikoanalisis sendiri, selain
prosedur historiografis yang kurang memadai.
BAB III
KESIMPULAN
Generalisasi merupakan penyimpulan dari hal yang khusus keumum. Suatu penyimpulan
yang menggunakan pola deskriptif dengan melihat keadaan alam yang ditelitinya. Adapun tujuan
yang berlaku di dalam generalisasi dalam sejarah ada dua macam yaitu saintifikasi dan
simplikasi. Saintifikasi menyajikan tujuan dengan menggunakan teori yang sudah ada dan
dikeluarkan oleh para ahli. Dengan teori tersebut kita meneliti ulang dnegan keadaan yang
dikatakan dala teori tersebut, apakah sesuai atau tidak dengan pemaparan para ahli.
Simplifikasi menyajikan tujuan dengan cara penyederhanaan masalah yang dirasa sulit
dicerna atau kompleks menjadi sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca maupun peneliti
sejarah. Ada juga jenis-jenis generalisasi yang mencakup konsep, yaitu konseptual, personal,
tematik, spasial, periodik, sosial, kausal, kultural, sistemik, dan struktural yang telah dijelaskan
dalam makalah ini diatas.
Ekspalansi sejarah merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam metodolgi
sejarah. Hal ini dipergunakan untuk mengembangkan, menganalisis, dan menjelaskan hubungan
diantara pernyataan-pernyataan mengenai fenomenafenomena yang ada. Dalam ilmu sejarah
yang merupakan kesepakatan para sejarawan dengan sebutan kausalitas (causations) serta
bentuk-bentuk penghubung lain (connections) yang digunakan oleh para sejarawan ketika
mereka menyintesis fakta-fakta (Helius Sjamuddin, 1996:237).
http://hanunmufida25.blogspot.com/2016/12/generalisasi-sejarah.html
https://www.academia.edu/14727521/Pengantar_Ilmu_Sejarah_PIS_EksplanaEk_Sejarah