Anda di halaman 1dari 9

Nama : Puput Pradita Putri

No : 24

Kelas : X MIPA 1

Peran Dan Tantangan Pemuda "Di Era


Generasi Millenial"

Banyak kalangan menyebut anak-anak muda zaman now sebagai generasi


millennial. Generasi ini lahir setelah zaman generasi X, atau tepatnya pada kisaran
tahun 1980 sampai tahun 2000-an. Jadi dapat diperkirakan bahwa saat ini
generasi millennial memiliki rentang usia 17 hingga 37 tahun. Di Indonesia
sendiri, terdapat sekitar 80 juta orang yang berusia antara 17 hingga 37
tahun. Jumlah tersebut sangat banyak dan signifikan, mengingat populasi
generasi millennial sudah mencakup 30 persen dari total penduduk di Indonesia.
Berdasarkan berbagai kajian dan penelitian yang telah dilakukan terhadap
generasi millennial, ditemukan banyak perbedaan antara generasi ini dengan
generasi-generasi yang lebih tua, seperti generasi silent, generasi boomer,
maupun generasi X. Perbedaan tersebut terlihat dalam gambar di bawah ini.

Diketahui bahwa generasi millenial sangat dekat dengan teknologi. Kehidupan


generasi ini tidak bisa dilepaskan dari teknologi dan internet, berbeda dengan
generasi X di mana pengaruh dari teknologi belum terlalu menonjol seperti saat
ini. Generasi millennial lahir ketika handphone dan media sosial mulai muncul di
Indonesia, sehingga wajar apabila generasi ini lebih melek teknologi dibanding
generasi-generasi sebelumnya. Ada pula perbedaan lain yang muncul antara
generasi millennial dengan generasi-generasi sebelumnya, yaitu terkait dengan
masalah budaya/ gaya hidup sehari-hari. Ada kecenderungan bahwa generasi
millennial lebih suka mendengarkan musik dan hang out asik bersama teman-
temannya. Maka tak mengherankan bila banyak kafe atau tempat nongkrong
lainnya yang ramai dikunjungi anak muda zaman now, karena itulah kehidupan
sosial mereka.
Selain karakteristik yang sudah dijelaskan di atas, generasi millennial juga
memiliki sifat yang lebih toleran terhadap sesamanya. Hal ini dipengaruhi oleh
arus globalisasi yang semakin cepat, di mana anak muda zaman now dapat
berinteraksi dengan manusia dari berbagai belahan dunia. Arus globalisasi
berhasil menciptakan interaksi langsung dan tidak langsung yang lebih luas antar
umat manusia, yang tidak mengenal batas-batas antara negara satu dengan
negara yang lain. Oleh sebab itu, globalisasi membuat generasi millennial
menjadi lebih terbuka terhadap perbedaan, wawasan mereka terhadap
keberagaman pun menjadi lebih luas sehingga timbul sifat toleran yang cukup
tinggi dari generasi ini.

Nah, apabila melihat berbagai karakteristik yang dimiliki generasi millennial,


tampaknya kehidupan dari generasi ini sungguh terjamin dan menyenangkan.
Bagaimana tidak, kemajuan teknologi yang pesat, kehidupan yang super dinamis,
dan perkembangan alat telekomunikasi telah membantu mereka dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, sering tidak kita sadari bahwa dunia ini
semakin kejam dan penuh dengan tantangan baru yang harus dihadapi.
Tingginya tingkat mobilitas antar negara sebagai dampak dari globalisasi dan
dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 menyebabkan
persaingan untuk dapat survive di dunia ini menjadi lebih keras. Belum lagi
ditambah dengan naiknya tingkat inflasi yang terus terjadi dari tahun ke tahun,
yang menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok menjadi lebih mahal dan sulit
dijangkau.

Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, generasi millennial di


Indonesia tidak boleh kalah dalam persaingan dengan anak-anak muda dari
negara lain. Pendidikan yang tinggi saja ternyata tidak cukup, anak muda
Indonesia zaman now harus dibekali dengan berbagai pengalaman dan soft
skills yang baik. Nah, menjadi pribadi yang kreatif, aktif, dan inovatif tentu harus
dimiliki dalam jiwa anak muda. Itu adalah syarat utama bagi generasi millennial
untuk dapat bersaing dan menghadapi berbagai tantangan di dunia yang
semakin dinamis ini. Lalu, bagaimana sih cara agar kita bisa menjadi generasi
millennial yang kreatif, aktif, dan inovatif di era modern saat ini? Oke, untuk
menjadi anak muda zaman now yang kreatif, aktif, dan inovatif, kita perlu
membiasakan diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas/ pola hidup berikut ini di
dalam kehidupan kita:

Perbanyak Membaca Buku: Membaca buku secara rutin sangat dianjurkan


bagi generasi millennal saat ini, apalagi minat baca dari anak muda di Indonesia
masih sangat rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Most Littered
Nation In the World 2016, dari total 61 negara, minat baca di Indonesia berada di
peringkat 60. Hal ini tentu menjadi keprihatinan bersama, padahal dengan
membaca buku setiap hari, wawasan yang diperoleh menjadi lebih luas dan hal
tersebut akan merangsang kemampuan untuk berpikir secara kreatif. Apabila sulit
untuk memulai kebiasaan membaca buku, kita bisa memilih buku-buku yang
sederhana terlebih dahulu, seperti novel atau majalah-majalah remaja untuk lebih
membiasakan diri.

Menggunakan Internet dan Media Sosial Secara Bijak: Tidak dapat


dipungkiri bahwa perkembangan teknologi dan internet bisa membawa dampak
positif maupun dampak negatif bagi anak muda. Apabila tidak hati-hati dalam
penggunaannya, kita sebagai anak-anak muda dapat terjerumus ke hal-hal yang
negatif, seperti mengunjungi situs-situs pornografi, membuka situs-situs
radikalisme, atau salah dalam memilih teman dan komunitas di internet. Selain
itu, generasi millennial juga harus bijak dalam menggunakan media sosialnya.
Jangan sampai media sosial justru menjadi sarana untuk saling menghujat dan
menjatuhkan satu sama lain atau untuk menyebarkan informasi hoax. Maka dari
itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus mengambil dampak positifnya
saja. Kita bisa menggunakan internet untuk mencari ide-ide kreatif di Google,
mencoba menulis artikel di Kompasiana, melihat tutorial kreatif di Youtube,
membuat foto-foto menarik untuk ditampilkan di Instagram atau Facebook,
membagikan info-info yang bermanfaat di Twitter dan masih banyak lagi. Pada
dasarnya, dampak positif dari kemajuan teknologi akan kita rasakan ketika kita
juga menggunakannya secara positif.
Bersikap Terbuka Terhadap Berbagai Pengalaman Baru: Di dunia yang
semakin dinamis dan modern seperti saat ini, kita sebagai anak muda perlu
membiasakan diri untuk terbuka dengan berbagai pengalaman baru. Kita bisa
mengikuti berbagai macam aktivitas yang bermanfaat bagi kita, seperti
bergabung dengan organisasi sosial, menjadi relawan bagi orang-orang miskin,
atau mengikuti ajang-ajang perlombaan. Aktivitas-aktivitas tersebut akan melatih
diri kita untuk dapat berpikir lebih kreatif dan bergerak lebih aktif. Oiya, selain itu
kita dapat membiasakan diri untuk lebih tanggap dan kritis dengan masalah-
masalah yang terjadi di sekeliling kita.

Membangun Ide dan Visi ke Depan: Hal berikutnya yang dapat dilakukan


oleh anak muda adalah mencoba mengembangkan ide-ide kreatif yang ada di
benaknya. Kita bisa memulai dengan ide-ide yang sederhana terlebih dahulu.
Siapa tahu dari ide yang sederhana tersebut, kita justru dapat membentuk
sebuah startup baru yang dapat memecahkan masalah-masalah yang ada sekitar
kita dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Selain mencoba
mengembangkan ide-ide yang ada di pikirin kita, generasi millennial juga harus
memiliki visi dalam kehidupannya. Visi ini harus jelas dan realistis. Jangan sampai
kita sebagai generasi penerus bangsa tidak memiliki visi dan cita-cita yang
membuat kita hidup tanpa target dan tujuan.

Rajin Berolahraga dan Membiasakan Diri untuk Bangun Pagi: Kelihatannya


memang sepele, tetapi dua aktivitas tersebut memiliki dampak yang sangat
positif untuk membantu kita menjadi anak muda yang lebih aktif, kreatif, dan
inovatif. Dengan rajin berolahraga, kita memiliki banyak energi yang dibutuhkan
untuk meningkatkan daya kreativitas. Selain itu, kita menjadi lebih semangat dan
terhindar dari rasa mager  (malas gerak). Bangun pagi pun demikian, kebiasaan ini
akan membantu otak kita menjadi lebih segar sehingga dapat memunculkan ide-
ide yang kreatif. Dengan bangun lebih pagi, kita memiliki banyak waktu untuk
beraktivitas secara positif dan mengembangkan berbagai ide yang ada di pikiran
kita.
Kata “pemuda” seringkali identik dengan kelompok anak muda yang masih
“bau kencur” alias belum berpengalaman, belum matang dalam berpikir dan
belum stabil secara emosi. Dan karenanya secara umum orang tidak terlalu
memperhitungkan kelompok pemuda ini karena dianggap pola berpikirnya
cenderung idealis tidak realistis dan sering mengambil keputusan dengan
berdasarkan emosi perasaan belaka.

Namun sebenarnya dalam hidup ini yang namanya “idealisme’, suatu pemikiran
tentang dunia utopia, merupakan hal penting yang membuat manusia tetap
mempunyai semangat dan harapan untuk tetap hidup dan berjuang demi dunia
yang lebih baik. Dunia utopia memang seperti mimpi. Tapi saya percaya bahwa
mimpi yang terukur dan dikombinasikan dengan pemikiran serta semangat
positif dapat mengubah dunia. Pada saat kita berhenti bermimpi, kita berhenti
berusaha, maka kita akan mati.

Di sinilah peran pemuda, sebagai sosok yang muda, yang dinamis, yang penuh
energi, yang optimis, diharapkan untuk dapat menjadi agen perubahan yang
bergerak dan berusaha untuk sedekat mungkin dengan dunia utopia itu.
Pemuda, diharapkan bisa membawa ide-ide segar, pemikiran-pemikiran kreatif
dengan metode thinking out of the box yang inovatif, sehingga dunia tidak
melulu hanya dihadapkan pada hal-hal jaman old yang itu itu saja dan tidak
pernah berkembang. Dengan kata lain pemuda diharapkan menjadi pemimpin
masa depan yang lebih baik dari pemimpin masa kini. Pemuda diharapkan untuk
menjadi change agent, yaitu pihak yang mendorong terjadinya transformasi dunia
ini ke arah yang lebih baik melalui efektifitas, perbaikan dan pengembangan.

Pemuda Sebagai Change Agent ?

Dari hasil baca-baca saya, setidaknya ada lima karakteristik pemimpin yang baik
yang harus ada dalam diri seorang Change Agent. Yang pertama, visi yang jernih.
Sebagai pemimpin, seseorang harus memiliki target yang jelas sehingga program
kerja dapat disusun dengan baik dan dengan tahapan yang berkesinambungan
karena arah yang dituju jelas. Pemimpin yang baik harus bisa menjelaskan ide
dan konsep yang ada dalam pemikirannya secara jernih kepada orang lain dan
terutama kepada anggota tim kerjanya.

Saya pikir Albert Einsten benar, “If you can’t explain it simply, you don’t
understand it well enough”. Yang kedua, memiliki kegigihan untuk mencapai
target. Yang ketiga, bersikap kritis dan analitis. Dengan kata lain, pemimpin yang
baik harus selalu bernalar dan menggunakan akal sehatnya. Tidak ada hal yang
ditelan bulat-bulat tanpa mengerti substansinya. Yang keempat, sarat akan
pengetahuan dan memimpin dengan memberikan contoh, bukan hanya dengan
instruksi. Yang kelima, membangun hubungan yang kuat dengan orang-orang
sekitarnya dengan membangun kepercayaan. Dengan kata lain, pemimpin yang
baik harus memiliki integritas agar dapat dipercaya.

Pemuda dan semangatnya dibutuhkan sebagai change agent dalam berbagai


sektor, termasuk sektor politik. Selama masih ada yang namanya “negara”, politik
juga akan selalu ada. Masalahnya, politik sudah terlalu lama terasosiasi sebagai
suatu hal yang kotor dan karenanya dihindari banyak orang. Kata “politik” hampir
identik dengan “perebutan kekuasaan demi jabatan dan uang”. Akibatnya,
banyak anak muda berpotensi menghindari dan tidak peduli dengan politik.
Namun sikap ini tanpa disadari secara tidak langsung membuat kondisi politik
menjadi semakin buruk karena level of competition, baik dari sisi kemampuan
maupun integritas, menjadi rendah untuk seseorang menduduki posisi strategis
dalam lembaga-lembaga negara.

Akibatnya, orang-orang yang memegang kekuasaan dalam negara bukanlah


orang-orang terbaik yang ada di negara tersebut, melainkan orang-orang yang
memang dari awal masuk ke dalam politik dengan niat untuk semata-mata
memperoleh jabatan dan kekuasaan demi uang atau kepentingan pribadi lainnya.
Pada saat kancah politik dan lembaga negara dikuasai oleh orang-orang yang
tidak berkualitas ini, semakin orang-orang yang berkualitas menjauhi area
tersebut. Hal ini terjadi terus menerus dan menjadi lingkaran setan.

Generasi milenial harus bisa bertindak sebagai change agent dan memutus


lingkaran setan tersebut. Pemuda harus tetap optimis dan tidak berhenti
melakukan langkah-langkah perbaikan, termasuk dalam sektor politik. Pemuda
harus mau peduli dengan kualitas politik negaranya dan berani terjun ke
dalamnya. Karena perbaikan politik hanya akan terjadi pada saat orang-orang
baik, profesional dan berintegritas masuk ke dalam politik.

Tidak dapat disangkal bahwa politik sudah terlalu lama disalahgunakan oleh
orang-orang opportunist demi jabatan, kekuasaan dan uang semata. Tapi
sesungguhnya ada dimensi lain dari politik, yaitu suatu alat dahsyat yang dapat
memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Apabila kita berpolitik dengan baik dan
benar, maka kita dapat menjadikan dunia ini menjadi lebih baik. Seperti yang
dikatakan Mahatma Gandi, “Be the change you wish to see in the world “. Jangan
mengandalkan orang lain untuk melakukan perbaikan, tapi kita harus mau turun
tangan untuk melakukan perbaikan yang kita inginkan.

Tantangan Bagi Generasi Milenial

Generasi milenial adalah generasi yang sangat mahir dalam teknologi. Dengan
kemampuannya di dunia teknologi dan sarana yang ada, generasi ini memiliki
banyak peluang untuk bisa berada jauh di depan dibanding generasi
sebelumnya. Namun sayangnya, dari beberapa statistik yang saya baca, dikatakan
bahwa generasi milenial cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial,
termasuk politik dan ekonomi. Mereka cenderung lebih fokus kepada pola hidup
kebebasan dan hedonisme. Mereka cenderung mengingkan hal yang instant dan
tidak menghargai proses.

Di era ini segala sesuatu bergerak dengan cepat, dunia menjadi tanpa batas,
informasi dapat diperoleh dimana saja dan dari siapa saja. Generasi masa kini
harus berusaha dan mampu menjadi bijak terutama dalam penggunaan media
sosial. Media sosial ini mirip dengan politik, tergantung bagaimana kita
menggunakannya. Kita bisa berguna dan bertambah pintar apabila
menggunakan media sosial dengan benar, tapi kita juga bisa menjadi penyebar
hoax dan menjadi bodoh apabila kita menggunakan media sosial dengan tidak
benar.

Di era ini dengan segala kecanggihan teknologi, tingkat persaingan juga semakin
tinggi. Kualitas dan kinerja manusia juga dituntut menjadi semakin tinggi.
Generasi masa kini harus mampu beradaptasi dengan cepat, belajar dan menjadi
lebih baik dengan cepat serta melakukan navigasi yang lincah dan tepat untuk
dapat memecahkan setiap masalah. Kreatifitas dan Apabila tidak, dalam beberapa
tahun ke depan mungkin posisi kita sudah digantikan oleh robot atau program
komputer.

Di Indonesia, ada sekitar 81 juta penduduk yang termasuk dalam generasi


milenial. Berarti sekitar hampir 32% dari total populasi di Indonesia.
Pertanyaannya: Mampukah kelompok 32% ini menjadi change agent untuk
Indonesia? Siapkah mereka untuk membangun dan meneruskan Indonesia? Ini
yang menjadi tantangan terbesar bagi generasi milenial Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai