Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BENTUK-BENTUK REORIENTASI GERAKAN SOSIAL AL-KHAIRIYAH


Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah KeAl-khairiyahan

Dosen pengampu : Ahmad Munji, M.Pd

Disusun oleh kelompok 11 :

YUNI KAMILA (2022010128)

CERRY ANANDA (2022010010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-KHAIRIYAH

TAHUN AJARAN 2023-2024


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji Syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dari Mata Kuliah KeAl-khairiyahan yang
berjudul "Bentuk-bentuk reorientasi gerakan sosial Al-Khairiyah ”.

Terima kasih kami ucapkan kepada bapak Ahmad Munji, M.Pd., yang telah memberikan tugas
ini dan membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah membantu kami sehingga tugas ini dapat selesai tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusun, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi
dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Cilegon, 01 Desember 2023

Kelompok 11
Daftar Isi

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2

BAB I .............................................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ......................................................................................................................................... 4

A. Latar belakang................................................................................................................................... 4

B. Rumusan masalah ............................................................................................................................. 4

C. Tujuan masalah ................................................................................................................................. 4

BAB II ............................................................................................................................................................. 6

PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6

BAB III .......................................................................................................................................................... 15

PENUTUP ................................................................................................................................................. 15

A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 16


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Reorintasi yang paling mendasar pada sebuah gerakan sosial yang berlatar keagamaan adalah
pada ideologi. Al-Khairiyah sebagai Organisasi Massa yang moderat lebih cenderung melakukan
gerakan sosial tanpa terpaku pada ideologi yang dianut, tapi lebih umum dan luas. Pandangan
praktis tentang terjadinya reorientasi gerakan didukung oleh penguatan program-program
unggulan Organisasi Massa Al-Khairiyah.

Gerakan sosial Al-Khairiyah lebih cenderung didasari pada pola pandang gerakan fundamental,
sedangkan pasca reformasi lebihmengarah pada pandangan emansipatoris. Perubahan pola
pandang yang ditujukkan untuk pembenahan soal- soal kemanusiaan lebih diutamakan
dibandingkan dengan soal-soal pokok ajaran Islam seperti praktik ibadah dsb.

Kondisi gerakan da’wah Al-Khairiyah terlihat masih belum optimal, baik secara isu gerakan,
wacana, ataupun pernyataan-pernyataan sikap Al-Khairiyah dalam merespon perkembangan
dan dinamika masyarakat yang begitu cepat berubah. Al-Khairiyah seakan selalu tertinggal
dalam menyikapi isu dan wacana yang berkembang dengan pesat di masyarakat. Da’wah yang
dilaksanakan masih terjebakpada pola-pola konvensional sehingga diperlukan rekontruksi
metodologi dalam bidang da’wah yang akan dikembangkan. Pembenahan terhadap metodologi
ini penting dilakukan untuk menegaskan kepada masyarakat tentang pola da’wah gerakan Al-
Khairiyah yang peka dan bersentuhan langsung dengan kebutuhan da’wah masyarakat secara
luas.

B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan bentuk-bentuk reorientasi gerakan sosial Al-Khairiyah

C. Tujuan masalah
1. Mengetahui bentuk-bentuk reorientasi gerakan sosial Al-Khairiyah
BAB II

PEMBAHASAN
Al-Khairiyah menginginkan setiap anggotanya berubah mulai dari pola pikir sampai kepada
perilaku yaitu menuju jalan yang lebih islami. Ketua PB Al- Khairiyah, KH Ali Mujahidin hampir di
setiap kesempatan selalu menyampaikan besarnya pengaruh akhlak dalam kehidupan sehari-
hari, bahkan untuk mencapai kesuksesan dunia. Dalam teori David Aberle pandangan ini lebih
dikenal dengan istilah Rodemtive Movement, gerakan yang menginginkan perubahan secara
kaffah. Problem warga Al-Khairiyah yang semakin kompleks mulai dari pendidikan agama yang
minim bagi generasi milenial karena Pemerintah Daerah kurang mendukung Madrasah untuk
eksis, taraf hidup warga yang masih berada di ambang kemiskinan, serta kesadaran untuk
belajar yang rendah membuat Al- Khairiyah harus mengubah secara total warganya agar
kembali hidup islami dan penuh dengan kebahagiaan.

Tipologi Aberle, mulai dari Gerakan Alternatif yang memfokuskan warga Al-Khairiyah untuk
meninggalkan perilaku tertentu yang dilarang oleh agama seperti, seks bebas, judi, mabuk-
mabukan, dsb, Gerakan Rodemtif sebagaimana dikemukakan sebelumnya adalah gerakan yang
terbatas dalam ruang lingkup intern yaitu kesejahteraan warga Al-Khairiyah, Gerakan Reformasi
yang fokus untuk mengubah pandangan yang salah mengenai isu-isu tertentu, di mana Al-
Khairiyah menaruh perhatian pada pokok pembahasan yang dinilai negatif di masyarakat
seperti homoseksual yang meresahkan masyarakat, dan Gerakan Transformatif yang dilakukan
oleh Al-Khairiyah dalam rangka mempertahankan ideologi Islam sebagai totalitas dalam
berekspresi dan menyatakan suatu sikap.

Aberle sepertinya menggambarkan Tipologinya sebagai gerakan moral yang bersifat


adoptif, yaitu melihat keadaan yang terjadi di masyarakat dan menggambarkan pemikiran
masyarakat tertentu tanpa menggambarkan dengan tegas harapan dan usaha-usaha yang
dilakukan untuk mewujudkan harapan tersebut. Gerakan Al-Khairiyah lebih condong mengarah
kepada pencapaian sesuatu yang besar, yaitu kekuasaan.

Gerakan sosial warga Al-Khairiyah yang berkaitan dengan moral dilakukan untuk
pencapaian hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim dalam arti hanya sebatas nasihat
bahwa seorang muslim tidak sepantasnya melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Tapi,
hal besar yang mengarah kepada penentu kebijakan dalam mensejahterakan warga Al-
Khairiyah dan masyarakat pada umumnya lebih mudah dilakukan melalui jalur kekuasaan. Hal
itu terlihat dari intensitas pembahasan tentang kekuasaan dan pelatihan kader- kader Al-
Khairiyah tentang kepemimpinan. Penempatan para kader di ranah politik baik eksekutif
maupun legislatif membuktikan eksistensi gerakan sosial Al-Khairiyah ke arah Perlawanan
Politik. Sebuah gerakan yang tidak hanya sebatas protes, terlebih lagi sebuah gerakan
kekerasan sebagaimana yang dipaparkan oleh Lofland dalam teori gerakan sosialnya.

Perlawanan Politik dari gerakan sosial Al-Khairiyah mengemuka setelah tahap akhir
perjuangan gerakan sosial tercapai, yaitu tahap institusional. Henslin sebagai penggagas
tahapan dalam gerakan sosial menyatakan bahwa tahap Isntitusional adalah tahap puncak dan
tahap di mana seorang pemimpin beralih kepada tahap pengembangan. Langakah perlawanan
politik yang dilakukan adalah bentuk pengembangan gerakan sosial Al-Khairiyah.

Langkah-langkah gerakan sosial Al-Khairiyah yang telah mencapai tahap Institusional


berusaha mengembangkan gerakan ke arah politik. Gerakan yang semula hanya berupa
partisipasi yang dilakukan Pengurus Besar untuk para kader dan tokoh-tokoh Al-Khairiyah.
Bentuk gerakan semacam ini pernah dilakukan oleh Persatuan Islam, secara organisasi
Persatuan Islam bukanlah organisasi politik, namun anggota-anggotanya banyak yang ikut
berpartisipasi dalam dunia politik dan didukung secara organisasi. Salah satu keterikatan
Persatuan Islam dengan politik adalah pandangan keagamaannya yang begitu memperhatikan
aspek-aspek perilaku politik terkait dimana para pemimpinnya merasa perlu,dan diinginkan,
untuk menyatakan sikap politik. Bedanya dengan Al-Khairiyah salah satunya adalah karena
pencapaian tahap Institusional yang dengan cepat dilalui oleh Ketua Umum Pengurus Besar Al-
Khairiyah, KH Ali Mujahidin sehingga menempatkan posisinya sebagai tokoh yang akhirnya
terjun langsung di petarungan politik 2020.

Motivasi warga Al-Khairiyah untuk mengubah kondisi ekonomi dan berjuang untuk
melakukan gerakan-gerakan yang bersifat pemenuhan sandang pangan dalam kehidupan
sehari-hari menunjukan bentuk Gerakan Utopia, karena memiliki keterbatasan gerakan seputar
pemenuhan ekonomi warga Al-Khairiyah sehingga menghasilkan kesejahteraan di tengah
masyarakat kota yang penuh dengan gaya hidup mewah. Jika mengacu pada Teori Horton dan
Hunt terlihat bahwa warga Al-Khairiyah berada pada posisi sekelompok orang yang butuh
perhatian, kelompok yang perlu untuk dibantu secara ekonomi terutama yang berkaitan
dengan kondisi Madrasah-Madrasah Al-Khairiyah yang memprihatinkan di mana putra putri
warga Al-Khairiyah menuntut ilmu agama setiap harinya.

Setiap warga mulai diberikan fasilitas untuk kembali mengenal Islam sebagai sesuatu yang
dapat memberikan solusi dalam kehidupan sehari-hari. Madrasah yang menjadi ujung tombak
Al-Khairiyah dalam mengubah suatu generasi yang islami terus diperbaharui baik dari segi fisik
berupa fasilitas sekolah dan sistem yang dikembangkan agar lebih modern dan sesuai dengan
tuntutan abad informasi, yaitu abad yang mengacu pada sistem teknologi informasi atau digital.
Ragam bentuk gerakan sosial Al-Khairiyah Pasca Reformasi, baik yang tertuang dalam
Mu’tamar, RAKERNAS, maupun pemikiran murni tokoh penggerak dalam ruang lingkup
Pengurus Besar. Bentuk gerakan sosial yang diperoleh dari data-data atau studi pustaka
menunjukkan bahwa Al-Khairiyah sebagai sebuah Organisasi Massa (ORMAS) mencoba
membuat sebuah model gerakan yang lebih mudah diterima oleh generasi milenial.

Berbagai macam kendala yang dihadapi oleh Al-Khairiyah telah membangkitkan kembali
semangat perjuangan warga Al-Khairiyah untuk membentuk arah kebijakan yang sistematis,
tindakan logis, kebersamaan, terukur dan rasional. Landasan Pengurus Besar dan warga Al-
Khairiyah dalam mengemban amanah organisasi adalah semangat dan integritas pengabdian,
serta profesionalisme.

Pengurus Besar menetapkan bentuk-bentuk gerakan sosial Al-Khairiyah yang menguatkan


adanya reorientasi gerakan dari gerakan sosial klasik ke arah gerakan sosial baru, mulai dari
program rekonstruksi dakwah, refungsionalisasi nilai dasar organisasi, dan transformasi gagasan.

Kondisi Al-Khairiyah pasca Reformasi lebih terbuka dari segi gerakannya. Model gerakan
yang kental dengan melibatkan banyak kalangan dan ditujukan untuk kepentingan bersama
tanpa melihat dari segi golongan tertentu.Hal tersebut menunjukkan bahwa Al-Khairiyah
melakukan reoreintasi dari sisi model gerakan. Demikian halnya denga obyek gerakan, sudah
tidak tertuju pada satu arah yaitu pemerintah. Kepekaan sosial yang melahirkan rasa untuk
berbagi kepada sesama lebih tinggi dibandingkan hanya untuk mengkritik pemerintah secara
tidak membangun.

Al-Khairiyah sekarang ini lebih condong untuk melakukan gerakan- gerakan secara regional,
tergantung pada isu yang dibangun. Di Cilegon pada saat publikasi program donasi, tidak serta
merta diikuti oleh seluruh cabang yang ada. Program donasi lebih terfokus pada kota Cilegon
dan sekitarnya. Di wilayah lain di mana cabang Al-Khairiyah berada, bisa jadi program tersebut
tidak dikenal dengan baik.

Hal lain yang juga terlihat dengan jelas adalah para partisipan yang tergolong dari
kelompok yang cenderung jauh tertinggal dari dunia kerja. Mayoritas adalah para pelajar dan
mahasiswa yang cenderung lebih peka terhadap kondisi sosial dilingkungan tempatnya
berada.Dari segi usia para partisipan lebih condong kepada pemberdayaan kaum muda dengan
tidak meninggalkan golongan usia lain.Para warga Al-Khairiyah bergerak kearah perubahan
tanpa melihat latar belakang para warga, sehingga terbebas dari kepentingan individu atau
kelompok tertentu. Data tersebut menunjukkan bahwa Al-Khairiyah lebih melekat pada
gerakan sosial baru, sebab para pekerja sebagai sebuah kelompok kelas tertentu identik dengan
gerakan sosial lama di mana kebijakan pemerintahdipertentangkan oleh kaum buruh.
Reorintasi yang paling mendasar pada sebuah gerakan sosial yang berlatar keagamaan
adalah pada ideologi. Al-Khairiyah sebagai Organisasi Massa yang moderat lebih cenderung
melakukan gerakan sosial tanpa terpaku pada ideologi yang dianut, tapi lebih umum dan luas.
Pandangan praktis tentang terjadinya reorientasi gerakan didukung oleh penguatan program-
program unggulan Organisasi Massa Al-Khairiyah.

Gerakan sosial Al-Khairiyah lebih cenderung didasari pada pola pandang gerakan
fundamental, sedangkan pasca reformasi lebihmengarah pada pandangan emansipatoris.
Perubahan pola pandang yang ditujukkan untuk pembenahan soal- soal kemanusiaan lebih
diutamakan dibandingkan dengan soal-soal pokok ajaran Islam seperti praktik ibadah dsb.

Kondisi gerakan da’wah Al-Khairiyah terlihat masih belum optimal, baik secara isu gerakan,
wacana, ataupun pernyataan-pernyataan sikap Al-Khairiyah dalam merespon perkembangan
dan dinamika masyarakat yang begitu cepat berubah. Al-Khairiyah seakan selalu tertinggal
dalam menyikapi isu dan wacana yang berkembang dengan pesat di masyarakat. Da’wah yang
dilaksanakan masih terjebakpada pola-pola konvensional sehingga diperlukan rekontruksi
metodologi dalam bidang da’wah yang akan dikembangkan. Pembenahan terhadap metodologi
ini penting dilakukan untuk menegaskan kepada masyarakat tentang pola da’wah gerakan Al-
Khairiyah yang peka dan bersentuhan langsung dengan kebutuhan da’wah masyarakat secara
luas.

Pasca Reformasi khususnya pada masa kepemimpinan KH Ali Mujahidin terjadi perubahan-
perubahan drastis dalam menyampaikan sebuah da’wah. Media sosial menjadi sarana atau
media yang paling sering digunakan dalam menyampaikan pesan da’wah kepada umat. Pada
awal bulan Ramadhan 1441 H yang bertepatan dengan tahun 2020, Al-Khairiyah telah
membuat TV Channel Al- Khairiyah di Youtube sebagai sarana da’wah khusus untuk
menjangkau kaum millenial yang lebih intens mendalami agama melalui media da’wah online
dari pada datang ke Majelis Ta’lim dan pengajian-pengajian yang dilakukan secara tradisional.
Pemikiran kritis dan dialog keagamaan sering mengiringi obrolan ringandi lingkungan Al-
Khairiyah layaknya sebagai ruang keluarga yang saling mengingatkan dalam kebaikan dan
menyampaikan saran untuk selalu bersabar dalam menjalani kegiatan sehari-hari.

Media da’wah seperti kitab-kitab, dan buku-buku mulai dikaji dalam obrolan-obrolan
ringan di pagi hari dengan ruang waktu yang tidak terbatas. Kesempatan untuk saling bertukar
dengan para tokoh Al-Khairiyah terbuka luas tanpa harus ada rasa sungkan yang sebelumnya
menyelimuti pola pikir angkatan muda Al-Khairiyah. Kekakuan dalam komunikasi mencair
dengan sendirinya tatkala suatu obrolan dimulai dengan santun dan ditopang asas saling
menghargai sebagai wasiat leluhur yang akan terus diwariskan dari genarasi ke generasi.
Tilly dalam tulisannya dengan detail menjelaskan bahwa suatu gerakan dalam sebuah
organisasi dapat berubah. Perubahan tersebut terjadi dipicu oleh transformasi ekonomi,
urbanisasi, dan formasi Negara sehingga karakter dan aksi sosial suatu organisasi dapat
bergeser. Dalam perspektif manajemen,salah satu instrumen dasar yang menentukan berhasil
tidaknya suatu gerakan dalam menjalankan misinya terletak pada tingkat efektifitas
pengorganisasiannya. Dalam Pepatah Arab dijelaskan bahwa suatu kebathilan yang terorganisir
dengan baik akan mengalahkan suatu kebaikan yang tidak terorganisir. Suatu tindakan nyata
yang perlu dilakukan adalah memenuhi, melengkapi, dan melakukan pembenahan terhadap
struktur organisasi secara berkala sesuai dengan konteks kebutuhan dengan kembali
memfungsikan unsur-unsur dalam organisasi agar lebih efektif dan efisien serta berdaya guna
secara maksimal.

Pandangan para pakar sosiologi dari Prancis seperti August Comte dan Herbert Spencer
tentang suatu kelompok masyarakat yang dapat dikatakan baik adalah masyarakat yang sejenis
dengan organisme yang hidup dengan syarat mutlak adanya sturuktur yang menyatukan semua
elemen yang ada dan fungsidari setiap elemen yang mendukung keberhasilan suatu kelompok
atau dalam hal ini adalah organisasi Al-Khairiyah. Suatu organisasi dinilai hidup danberkembang
jika secara struktur dan fungsi berjalan dengan baik.

Al-Khairiyah Pasca Reformasi mendudukkan diri sebagai sebuah organisasi yang dinamis
dengan segala bentuk perubahan sosial yang ada ditengah masyarakat. Adanya perubahan
sosial di tengah-tengah masyarakat dari hasil penelitian Tilly sangat mempengaruhi suatu
gerakan sosial. Mandulnya kepengurusan di tingkat Pengurus Besar mulai dibenahi dengan
segala macam upaya agar eksistensinya tetap dinilai baikdalam memberikan kotribusi yang baik
kepada segenap warga Al-Khairiyah serta lingkungan yang ada, terlebih lagiuntuk masyarakat
luas.

Pada dua pidato di hari kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 2019 dan 2020.
Ketua Pengurus Besar (PB) Al-Khairiyah menyampaikan dua hal yang saling berkesinambungan.
Pada tahun 2019 ketua PB menyampaikan bahwa Kemerdekaan selain kebebasan dari
penjajahan juga harus dimaknai sebagai kebebasan dari kebodohan. Isi ungkapan tersebut
dapat dimaknai bahwa organisasi sebesar Al-Khairiyah harus diisi oleh orang-orang yang pandai
dan berilmu. Sedangkan pada tahun 2020 ketua PB menyampaikan bahwa Al- Khairiyah
menginginkan setiap kader menjadi orang-orang yang luar biasa. Kader Al-Khairiyah harus
berbeda dengan kebanyakan orang. Selain menguasai keilmuan juga piawai dan terampil serta
memiliki akhlak yang mulia. Penekanan secara bertahap dalam membentuk organisasi yang
baik menjadi perhatian ketua PB dalam membina para kader Al-Khairiyah agar dapat berubah
secara bertahap dan berkelanjutan.
Langkah-lagkah strategis dilakukan dilingkungan PB Al-Khairiyah, mulai dari rapat berkala
setiap satu bulan sekali sampai rapat minggunan yang secara intens diadakan untuk mendalami
tugas dan fungsi masing-masing bidang organisasi. Rapat yang dalam istilah agama Islam
disebut sebagai musyawarah diyakini akan melahirkan banyak manfaatbagi laju organisasi yang
berpandangan modern. Pengurus Besar meyakini bahwa pemahaman yang baik pada
tugaspokoh setiap bidang akan melahirkan tindakan yang sesuai dengan harapan sehingga roda
organisasi akan berjalan dengan baik.

Al-Khairiyah berupaya mengaktualisasikan ide dan gagasan sebagai jawaban atas dinamika
perkembangan masyarakat yang semakin majemuk dan dinamis. Al-Khairiyah menempatkan
diri sebagai organisasi keagamaan yang terdepan dalam mewacanakan isu-isu yang berkaitan
dengan persoalan-persoalan umat secara umum. Antara lain isu kemiskinan, penistaan agama,
kekerasan rumah tangga, dsb sebagai perhatian khusus jangka pendek, sementara untuk jangka
panjang, Al-Khairiyah berkonsentrasi pada persoalan-persoalan strategis yang berkembang.

Ideologi Al-Khairiyah yang memadukan antara Islam dan Pancasila penuh dengan nuansa
politis. Perjalanan Ideologi Islam yang dianut sampai harus mencantumkan pancasila seagai
Ideologi Asas Tunggal pada masa Orde Baru sebenarnya menjadi satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan karena selain memperjuangkan nilai-nilai keislaman yang harus tegak di bumi
pertiwi juga menjunjung tinggi perjuangan Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Perubahan Ideologi karena desakan Orde Baru pada tahun 1972 masih menyisakan
pertanyaan di awal Reformasi. Karena perubahan Ideologi Al- Khairiyah tersebut juga
mengubah badan hukum Al-Khairiyah dari Organisasi Perguruan Islam (OPI) Al-Khairiyah
menjadi Yayasan Organisasi Islam Al- Khairiyah. Perubahan tersebut terjadi jauh sebelum Asas
Tunggal disahkan secara resmi, yaitu pada tahun 1985.

Pada prinsipnya pandangan Ideologi yang dianut warga Al-Khairiyah saat ini lebih fokus
pada pembenahan masalah-masalah kemanusiaan yang secaranyata dihadapi oleh Al-Khairiyah,
seperti kelayakan siswa-siswi Madrasah yang belajar di gedung-gedung yang nyaman terus
diperjuangkan, kondisi ekonomi warga Al-Khairiyah terutama para ustadz yang mengajar di
Madrasah diperjuangkan kesejahteraannya. Lebih jauh dari itu gerakan Al-Khairiyah juga
berupaya menjaga jarak dari dilema Islam Liberal. Kelompok gerakan seperti ini disebut
pandangan kelompok Emansipatoris-Transformatif dalam khazanah gerakan sosial Islam.

Al-Khairiyah tidak menekankan pada sebuah madzhab tertentu dalam menentukan


pegangan hukum syariat atau berafiliasi dengan doktrin tertentu dalam menentukan sikap
keagamaan. Setiap situasi pada dasarnya memerlukan analisa mendalam dalam mengambil
sebuah kesimpulan dan sikap. Perlu kedewasaan berfikir dalam menghadapi berbagai persoalan
hidup terutama yang berkaitan dengan persoalan-persoalan keagamaan.

Doktrin bahwa menjadi seorang muslim harus piawai dalam menggunakan logika berfikir,
menurut H. Syahwandi Damiri, salah seorang tokoh Al-Khairiyah sangat penting, agar warga Al-
Khairiyah tidak mudah terbawa arus global pemikiran Islam atau malah stagnan dalam
mengkritisi setiap fenomena keagamaan yang ada. Fenomena munculnya tokoh Non-Islam,
sebagai contoh adalah Rocky Gerung perlu dijadikan pisau analisa bagaimana para tokoh
intelektual Islam mampu bersikap jauh lebih bijaksana dan rasional dalam penilaian umat.

Alumni Al-Khairiyah yang terkenal kritis dalam membuat sebuah terobosan berfikir di masa
silam ditunjang dengan kelengkapan referensi dalam berargumentasi. Hal tersebut kini mulai
dipupuk kembali agar pemikir-pemikir muslim dapat pentas dipanggung keilmuan sebagai
pribadi-pribadi muslim yang disegani karena keluasan ilmu yang dimiliki, demikian H.
Syahwandi Damiri menambahkan.

Pandangan bahwa Pancasila masuk dalam ideologi gerakan sosial Islam seperti Al-
Khairiyah perlu untuk difahami secara kritis agar melahirkan sebuah keyakinan yang tidak keliru
di kemudian hari, khususnya bagi generasi penerus perjuangan Al-Khairiyah. Sumber-sumber
yang mengarah kepada nasionalisme sehingga dicantumkan ideologi Pancasila dibandingkan
dengan ideologi Islam pada akhirnya menuju pemahaman global Al-Khairiyah yang menjadi
Kampus Pahlawan.

Al-Khairiyah sejak diangakatnya KHSyam’unsebagai Pahlawan Nasional lebih dikenal dengan


Kampus Pahlawan, suatu indikator yang menunjukan bahwa pencatuman nama Pancasila
sebagai ideologi adalah sebuah tekad yang kuat bukan sekedar kamuflase dalam istilah Mark,
pendiri Ideologi Marksisme. Al- Khairiyah bergerak dengan penuh keyakinan untuk
memposisikan diri sebagai ORMAS yang siap berkiprah di pemerintahan jika peluang politik
yang diinginkan diberikan oleh Negara.

Berbagai macam gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Al-Khairiyah terlihat sebuat


reorientasi gerakan dari yang semula cenderung menyerang pemerintah menjadi lebih ke arah
usaha mengubah perilaku warga Al-Khairiyah dan masyarakat pada umumnya untuk berbenah
diri dan berusaha mengubah kondisi hidup dari sisi ekonomi, ilmu pengetahuan, dsb.

Bentuk gerakan sosial Al-Khairiyah jika ditinjau dari sudut pandang Horton dan Hunt lebih
mendekati model suatu perlawanan (resistance movement) terhadap hal-hal buruk atau negatif
yang sering datang tanpa disadari dan membuat rugi diri sendiri. Sebagai contoh adalah
merebaknya perilaku buruk para pelajar yang terjerumus ke dalam dunia narkoba yang sangat
meresahkan warga.
Al-Khairiyah dengan semangat perjuangan melawan narkoba telah membentuk kelompok
relawan anti narkoba yang disebut duta anti narkoba. Bentuk gerakan perlawanan (resistance
movement) ini menghendaki agar perubahan perilaku masyarakat yang semakin
mengkhawatirkan terutama di kalangan anak-anak pelajar dapat dicegah sedini mungkin.
Generasi penerus bangsa diharapkan oleh warga Al-Khairiyah benar-benar terhindar dari
Narkoba. Berbagai macam langkah dilakukan oleh Al-Khairiyah diantaranya adalah mengadakan
kerja sama dengan Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) dan sesering mungkin mengadakan
seminar tentang bahaya narkoba, seperti yang sudah dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2019.

Para pelajar terlihat antusias dengan penjelasan yang diberikan oleh para pemateri dalam
kegiatan tersebut. Sosok Lian Firman yang juga menjadi duta anti narkoba Al-Khairiyah
memberikan penjelasan yang detail pada acara seminar tersebut terutama tentang pentingnya
untuk fokus pada tujuan hidup agar tidak mudah tergoda dengan hal-hal negatif seperti
narkoba. Sebuah kegiatan dan bingkai gerakan sosial yangsangat menyentuh rasa kemanusiaan
yang kuat dalam pandangan Johnston dkk disebut sebagai sebuah ciri gerakan sosial baru.

Tipe gerakan sosial Al-Khairiyah ditinjau dari sudut keagamaan lebih mendekati Tipe Islam
Emansipatoris-Transformatif, hal tersebut sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
warga Al-Khairiyah yang diarahkan untuk memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits tidak hanya dari
sudut pemahaman teks belaka, tapi perlu pengkajian yang disesuaikan dengan tuntutan zaman.
Lebih dari itu dalam kajian-kajian besar ketika mengadakan pengajian-pengajian akbar dikupas
tuntas masalah-masalah sosial ekonomi sehingga didirikannya Al- Khairiyah Mart merupakan
jawaban-jawaban yang diusung oleh Pengurus Besar untuk mensejahterakan warga Al-
Khairiyah.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh Al-Khairiyah juga tidak sebatas pada gerakan sosial,
kesehatan, dan ekonomi, namun ditunjang untuk ikut serta memanfaatkan peluang politik bagi
warga Al-Khairiyah yang dianggap memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin yang
dapat menampung aspirasi masyarakat pada umumnya. Hal ini dimungkinkan sebab Al-
Khairiyah memiliki basis massa yang sangat besar, khususnya di daerah Cilegon, Serang dan
sekitarnya.

Peluang yangada dimanfaatkan oleh warga Al-Khairiyah, utamanya pasca Reformasi.


Kader-kader terbaik banyak yang menduduki kursi legislatif di tingkat kota sampai tingkat
provinsi. Kesadaran warga Al-Khairiyah dalam menempa diri untuk menjadi pemimpin umat
dan di bidang pemerintahan tidak serta merta menjadikan Al-Khairiyah sebagai gerakan politik.
Secara umum, Al-Khairiyah masih konsisten untuk terus berjalan di ranah sosial, ekonomi, dan
menuju bidang kesehatan, karena akhir-akhir ini masyarakat dinilai mulai krisis kesehatan
ditambah lagi dengan adanya pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai penyebarannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tipe gerakan sosial Al-Khairiyah ditinjau dari sudut keagamaan lebih mendekati Tipe Islam
Emansipatoris-Transformatif, hal tersebut sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
warga Al-Khairiyah yang diarahkan untuk memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits tidak hanya dari
sudut pemahaman teks belaka, tapi perlu pengkajian yang disesuaikan dengan tuntutan zaman.
Lebih dari itu dalam kajian-kajian besar ketika mengadakan pengajian-pengajian akbar dikupas
tuntas masalah-masalah sosial ekonomi sehingga didirikannya Al- Khairiyah Mart merupakan
jawaban-jawaban yang diusung oleh Pengurus Besar untuk mensejahterakan warga Al-
Khairiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Lihat Calhoun, Craig, Sociology in America A History (London: The University of Chicago Press,
2007), 45

John Lofland, Protes, Studi Tentang Gerakan Sosial, Penerjemah: Luthfi Ashari, (Yogyakarta:
Insist Pers, 2003), 50.

Anda mungkin juga menyukai