Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH/MADRASAH

DOSEN PENGAMPU

JAILANI SYAHPUTRA SIREGAR, M.Pd.I.

DISUSUN OLEH:

NAMA : CINDI KUMALASARI


NIM : 2111011294

UNIVERSITAS AL WASHLIYAH LABUHANBATU


FAKULTAS AGAMA ISLAM
T.A 2022/2023

20
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala rahmat dan maghfirah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Salam dan shalawat
kepada Nabi Muhammad saw. Makalah berjudul “Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah”
dapat selesai berkat bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dosen pengampu yang memberi bimbingan dalam penyusunan makalah ini,


Jailani Syahputra Siregar, M.Pd.I.
2. Seluruh rekan mahasiswa/I sekalian.

Penulis menyadari penulisan makalah ini masih banyak kekurangan disana disini,
untuk itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun, agar saya dapat memperbaikinya menjadi lebih baik lagi. Mudah-mudahan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan teman-teman, terkhusus untuk penulis pribadi sehingga apa yang saya
tulis tidak sia-sia. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Agustus 2022

Penulis

20
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i


DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4

1.3 Tujuan....................................................................................................4

1.4 Metode...................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Madrasah..........................................5

2.2 Sejarah Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasag .................................6

2.3 Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah/Madarasah.......................7

2.4 Tujuan Manaajemen Berbasis Sekolah/Madrasah................................9

2.5 Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah..............................11

2.6 Komponen Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah..........................13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..........................................................................................18

3.2 Saran....................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20

20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki banyak keragaman budaya serta sumber daya yang
berbeda-beda, dengan demikian, sudah tentu setiap daerah memiliki kebutuhan
masyarakat yang berbeda-beda pula, sehingga muncul masalah tidak sesuainya
relevansi yang terjadi dikarenakan adanya ketidak sesuaian antara tujuan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, maka
dari itu sekolah harus melakukan penyesuaian dan peningkatan materi pembelajaran
agar bersifat lentur bergerak secara cepat dan dinamis dalam menyelaraskan
kebutuhan masyarakat dan tuntutan dalam dunia kerja pada kehidupan masyarakat
yang terus berubah-ubah.
Menurut Rusman, Beragamnya kebutuhan siswa dalam belajar, kebutuhan
guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dan staf lain dalam pengembangan
profesionalnya, berbedanya lingkungan sekolah satu dengan lainnya dan ditambah
dengan harapan orang tua/masyarakat akan pendidikan yang bermutu bagi anak dan
tuntutan stakeholders untuk memperoleh tenaga bermutu, berdampak pada keharusan
bagi setiap individu, terutama pimpinan lembaga pendidikan harus mampu merespon
dan mengapresiasikan kondisi tersebut didalam proses pengambilan keputusan untuk
peningkatan mutu pendidikan mungkin dapat dipergunakan berbagai teori, perspektif
dan framework dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat terutama yang
memiliki kepedulian kepada pendidikan.
Karena sekolah berada pada bagian terdepan dari proses pendidikan,
pembahasan ini memberikan konsekuensi bahwa sekolah harus menjadi bagian 2
utama di dalam proses pembuatan keputusan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan. Sementara itu, masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih memahami
pendidikan, sedangkan pemerintah pusat berperan sebagai pendukung dalam hal
menentukan kerangka dasar kebijakan pendidikan. 1
Output pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah kualitasnya. Hal ini
ditandai oleh sering terjadinya tawuran antar pelajar di berbagai kota ditambah lagi
dengan sejumlah perilaku mereka yang menjurus kriminal, penyalahgunaan narkoba
1
Rusman, Manajemen Kurikulum. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 553

20
yang terus meningkat, dan pergaulan bebas di kalangan remaja. Ini merupakan bukti
bahwa pendidikan di negeri ini tidak berhasil membentuk peserta didik yang memiliki
kepribadian islami. Apabila dunia pendidikan tidak segera diatasi secara cepat dan
tepat, maka tidak mustahil sektor ini akan ditinggalkan oleh zaman. Dengan begitu,
diperlukan adanya kesadaran untuk menampilkan lembaga pendidikan yang
berkualitas dalam usaha memecahkan dan merespon berbagai tantangan baru yang
timbul di setiap zaman.2
Kedudukan pendidikan di Indonesia merupakan hal yang penting dan
mendasar, karena dengan melalui pendidikan maka usaha-usaha memperjuangkan
kehidupan rakyat yang adil dan makmur sebagai cita-cita seluruh bangsa dapat
diwujudkan secara memadai. Secara eksplisit hal tersebut tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yang menegaskan bahwa salah satu tujuan
kemerdekaan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lebih tegas lagi, pentingnya pendidikan termaktub dalam pasal 31 ayat 1 dan 2 UUD
1945 yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, dan
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional,
yang diatur dengan undang-undang”. Merujuk pada Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pendidikan adalah salah satu
urusan wajib yang menjadi wewenang pemerintah kabupaten/kota. Di sisi lain,
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan
bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa.3
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam sebagai usaha membina dan
mengembangkan pribadimanusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga
harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir
pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana
berlangsung melaui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan atau
pertumbuhannya. Melalui Manajemen Berbasis Madrasah diyakini bahwa prestasi
belajar siswa lebih mungkin meningkat jika manajemen pendidikan dipusatkan di
sekolah ketimbang pada tingkat daerah. Kepala madrasah cenderung lebih peka dan

2
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Bogor : Kencana, 2003), h.159.
3
2Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, (Cet. II; Jogjakarta : Ircisod, 2011), h. 68

20
sangat mengetahui kebutuhan murid dan madrasahnya ketimbang para birokrat di
tingkat pusat atau daerah.
Manajemen berbasis madrasah memberikan kesempatan pengendalian lebih
besar bagi kepala madrasah karena yang mengatur jalannya proses pendidikan dan
mengelola sekolah adalah kepala madrasah. Sedangkan guru, murid, dan orang tua
membantu kelancaran proses pendidikan yang dikelola oleh kepala madrasah. Di
madrasah, siswa tidak hanya ditanamkan pengetahuan umum (dunia) saja, namun juga
diperkuat dengan ilmu-ilmu agama (akhirat).
Pihak madrasah sangat menyadari bahwa sejak dini siswa harus ditanamkan
pemahaman tentang ilmu agama karena akan lebih mudah berbekas ketika dewasa
kelak. Tingkat usia anak-anak merupakan kesempatan pertama yang sangat baik bagi
pendidik untuk membina kepribadian anak yang akan menentukan masa depan
mereka. Hal ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad saw.
Manajemen berbasis madrasah merupakan suatu konsep yang menawarkan
otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi
keinginan masyarakat setempat serta menjalain kerjasama yang erat antara sekolah,
masyarakat, dan pemerintah. Sedangkan tujuan utama manajemen berbasis madrasah
adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Adapun yang
dimaksud dengan peningkatan efisiensi adalah diperoleh melalui keleluasaan
mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan
birokrasi diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan madrasah,
peningkatan profesionalisme guru serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan
suasana yang kondusif. Sedangkan pemerataan pendidikan tampak pada tumbuhnya
partsisipasi masyarakat terutama yang mampu dan peduli, sementara yang kurang
mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah.4
Kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilaku
bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan
organisasi. Tipe kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam mengambil
keputusan maka akan mengakibatkan adanya disharmonisasi hubungan antara
pemimpin dan yang dipimpin 5

4
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 13
5
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Renika Cipta, 2004), h. 27

20
Kepemimpinan kepala madrasah merupakan faktor pendorong untuk
mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran madrasah yang dipimpinnya menuju
madrasah yang bermutu. Bermutu dibidang pelayanan, dibidang pembelajaran,
dibidang sarana prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dibidang prestasi
akademik dan non akademik. Itulah tugas suci seorang kepala madrasah: menciptakan
madrasah yang bermutu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dan batasan masalah dalam draf
skripsi ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Apa pengertian Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah?
2. Bagaimana sejarah Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah?
3. Bagaimana Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah?
4. Apa tujuan Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah?
5. Apa manfaat Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah?
6. Apa komponen Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan terdahulu,
maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui apa pengertian Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah?
2. Untuk mengetahui sejarah Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah?
3. Untuk mengetahui Bagaimana Karakteristik Manajemen Berbasis
Sekolah/Madrasah?
4. Untuk mengetahui apa tujuan Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah?
5. Untuk mengetahui apa manfaat Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah?
6. Untuk mengetahui apa komponen Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah?

1.4 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.
Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif. Metode
kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan
pada kondisi yang alamiah (natural setting).

20
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Madrasah

Menurut Fattah, MBS sebagai terjemahan dari School Based Management (SBM)
adalah suatu pendekatan praktis yang bertujuan untuk mendesain pengelolaan sekolah
dengan memberikan kekuasaan kepada sekolah untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya kinerja sekolah yang mencakup guru, pegawai, kepala sekolah,
orangtua siswa dan masyarakat yang berkepentingan6.

Istilah Manajemen Berbasis Madrasah merupakan terjemahan dari “School Based


Management”. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat
mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan
masyarakat setempat7.

Manajemen berbasis madrasah ini muncul pada tahun 1970-an sebagai alternatif
untuk mereformasi pengelolaan pendidikan atau sekolah. Reformasi itu dapat diperlukan
karena kinerja sekolah selama puluhan tahun tidak dapat menunjukan peningkatan yang
berarti dalam memenuhi tuntutan perubahan lingkungan sekolah. Menurut E. Mulyasa:
“Manajemen berbasis madrasah merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan
yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan
memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi
sekolah untuk meningkatkan kinerja para staff, menawarkan partisipasi langsung
kelompok-kelompok yang terkait, dan meningatkan pemahaman masyarakat terhadap
pendidikan.8

Secara bahasa, manajemen berbasis madrasah terdiri dari tiga kata, yaitu
manajemen, berbasis, dan madrasah. Manajemen adalah proses menggunakan sumber
daya secara tepat untuk mencapai sasaran.4 Berbasis memiliki kata dasar basis yang
berarti dasar atau asas. Sedangkan madrasah berarti lembaga untuk belajar dan mengajar
serta tempat untuk menerima dan memberikan pelajaran.6 Berdasarkan makna leksikal
tersebut, maka manajemen berbasis madrasah dapat diartikan sebagai penggunaan sumber
6
Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal. 16.
7
1 Ibtisan Abu Duhou, School Based Management (Jakarta: Kencana, 2004), h. 7.
8
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 24.

20
daya yang berasaskan pada madrasah itu sendiri dalam proses pengajaran atau
pembelajaran.

Dalam konteks manajeman pendidikan menurut manajemen berbasis madrasah,


berbeda dari manajemen pendidikan sebelumnya yang semua serba diatur dari pemerintah
pusat. Sebaliknya, manajemen pendidikan model manajemen berbasis madrasah ini
berpusat pada sumber daya yang ada di madrasah itu sendiri. Dengan demikian, akan
terjadi perubahan paradigma manajemen madrasah, yaitu yang semula diatur oleh
birokrasi di luar madrasah menuju pengelolaan yang berbasis pada potensi internal
madrasah itu sendiri yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (kepala
madrasah, guru, siswa, karyawan, orang tua siswa dan masyarakat) untuk meningkatkan
mutu madrasah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen


Berbasis Sekolah adalah peraturan pemerintah yang dibuat guna meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. MBS merupakan model sistem yang dapat memberikan otonomi
yang luas kepada setiap sekolah untuk dapat mengurusi sekolah nya secara mandiri serta
adanya tuntutan peran serta masyarakat secara aktif untuk meyelaraskan antara kurikulum
sekolah dengan kebutuhan masyarakat.

2.2 Sejarah Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah

Latar belakang historis lahirnya konsep MBS diawali pada tahun 1988 di Amerika
Serikat melalui American Association of school Administrators, National Association of
Secondary School Principals, and National Association of Secondary School Principals,
menerbitkan dokumen berjudul School Based Management, a strategy for better learning.
Munculnya gagasan ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola
pendidikan pada level operasional atas keterbatasan kewenangan yang mereka miliki
untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri.

Selanjutnya konsep ini terus menjalar ke El Salvador, Nepal, dan Pakistan. Rata-
rata informasi menunjukkan pemberian otonomi pada sekolah telah meningkatkan
motivasi dan kehadiran guru. Sementara di Australia, School Based Management
merupakan refleksi pengelolaan desentralisasi pendidikan yang menempatkan sekolah
sebagai lembaga yang memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan yang

20
menyangkut visi, misi, dan tujuan atau sasaran sekolah yang membawa implikasi
terhadap pengembangan kurikulum sekolah dan program-program operatif sekolah yang
lain. MBS di Australia dibangun dengan memperhatikan kebijakan dan panduan dari
pemerintah negara bagian di satu pihak dan dipihak lain dari partisipasi masyarakat
melalui School Cuoncil dan Parent and Community Association.

Perpaduan keduanya melahirkan dokumen penting penyelenggaraan MBS, yaitu:


a) school policy yang memuat visi, misi, sasaran, pengembangan, kurikulum, dan
prioritas program. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Indonesia dirintis oleh
pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan), beserta pemerintah daerah, dengan bantuan The United
Nations Children’s Fund (UNICEF) dan United Nations Educational Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) sejak tahun 1999 di 7 (tujuh) kabupaten pada 4 (empat)
provinsi.

2.3 Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah

Manajemen berbasis madrasah memiliki karakter yang perlu dipahami oleh


madrasah yang akan menerapkannya, karakteristik tersebut merupakan ciri khas yang
dimiliki sehingga membedakan dari sesuatu yang lain.

Indikator yang menunjukkan karakteristik dari konsep manajemen berbasis


madrasah sebagai berikut:

1. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib;


2. Sekolah memiliki visi dan target mutu yang ingin dicapai;
3. Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat;
4. Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala madrasah, guru,
dan staf lainnya, termasuk siswa) untuk berprestasi;
5. Adanya pengembangan staf madrasah yang terus menerus sesuai tuntutan
IPTEK;
6. Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek
akademis dan administratif, serta pemanfaatan hasil untuk
penyempurnaan/perbaikan mutu, dan 7. Adanya komunikasi dan dukungan
intensif dari orang tua siswa serta masyarakat.

20
7. Karakteristik manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah dapat dilihat
pula melalui pendidikan sistem. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa
madrasah merupakan “Sebuah sistem sehingga penguraian karakteristik
manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah berdasarkan pada input,
proses dan output”.

Input Pendidikan Dalam input pendidikan ini meliputi;

(a) memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas,

(b) sumber daya yang tersedia dan siap,

(c) staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi,

(d) memiliki harapan prestasi yang tinggi,

(e) fokus pada pelanggan.

Dalam prosesnya terdapat sejumlah karakter yaitu;

(a) Proses belajar mengajar yang memiliki tingkat efektifitas yang tinggi,

(b) Kepemimpinan madrasah yang kuat,

(c) Lingkungan madrasah yang aman dan tertib,

(d) Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif,

(e) Sekolah memiliki budaya mutu,

(f) Madrasah memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis.

Output yang diharapkan Output sekolah adalah prestasi madrasah yang


dihasilkan melalui proses pembelajaran dan manajemen di madrasah. Pada umumnya
output dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu output berupa prestasi akademik yang
berupa NEM, lomba karya ilmuah remaja, cara-cara berfikir (kritis, kreatif, nalar,
rasionalog, induktif, deduktif, dan ilmiah). Dan output non akademik, berupa
keingintahuan yang tinggi, harga diri, kejujuran, kerjasama yang baik, toleransi,
kedisiplinan, prestasi olahraga, kesenian dari para peserta didik dan sebagainya.
Manajemen berbasis madrasah ditawarkan sebagai bentuk operasional desentralisasi
pendidikan akan memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan

20
selama ini. Hal ini diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi
dan efektifitas kinerja madrasah, dengan menyediakan layanan pendidikan yan
komprehensif atas kebutuhan warga madrasah. Karena peserta didik biasanya datang
dari berbagai latar belakang kesukuan dan tingkat sosial, salah satu perhatian madrasah
harus ditujukan pada asas pemerataan, baik dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya,
dan hal ini menjadi tanggung jawab kepada pengelola madrasah untuk membenahi dan
meningkatakan kualitas madrasah.

2.4 Tujuan Manajemen Berbasis Madrasah

Tujuan utama manajemen berbasis madrasah adalah meningkatkan efisiensi,


mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan
mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi.
Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan
madrasah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai
kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana yang kondusif.

Manajemen berbasis madrasah bertujuan untuk meningkatkan kinerja madrasah


melalui pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada madrasah
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata madrasah yang baik yaitu partisipasi,
transparansi, dan akuntabilitas. Peningkatan kinerja madrasah yang dimaksud meliputi
peningkatan kualitas, efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan.

Manajemen berbasis madrasah memiliki unsur pokok sekolah (constituent)


memegang kontrol yang lebih besar pada setiap kejadian di sekolah. Unsur pokok
sekolah inilah yang kemudian menjadi lembaga non-struktural yang disebut komite
sekolah yang anggotanya terdiri dari guru, kepala madrasah, administrator, orang tua,
anggota masyarakat dan murid.

Berkaitan dengan pasal tersebut setidaknya ada empat aspek yaitu: kualitas
(mutu) dan relevansi, keadilan, efektifitas dan efisiensi, serta akuntabilitas.

1. Manajemen berbasis madrasah bertujuan mencapai mutu quality dan


relevansi pendidikan yang setinggi-tingginya, dengan tolok ukur penilaian
pada hasil output dan outcome bukan pada metodologi atau prosesnya. Mutu
dan relevansi ada yang memandangnya sebagai satu kesatuan substansi,

20
artinya hasil pendidikan yang bermutu sekaligus yang relevan dengan
berbagai kebutuhan dan konteksnya. Bagi yang memisahkan keduanya, maka
mutu lebih merujuk pada dicapainya tujuan spesifik oleh siswa (lulusan),
seperti nilai ujian atau prestasi lainnya, sedangkan relevansi lebih merujuk
pada manfaat dari apa yang diperoleh siswa melalui pendidikan dalam
berbagai lingkup/tuntutan kehidupan (dampak), termasuk juga ranah
pendidikan yang tidak diujikan.
2. Manajemen berbasis madrasah bertujuan menjamin keadilan bagi setiap anak
untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu di madrasah yang
bersangkutan. Dengan asumsi bahwa setiap anak berpotensi untuk belajar,
maka manajemen berbasis madrasah memberi keleluasaan kepada setiap
madrasah untuk menangani setiap anak dengan latar belakang sosial ekonomi
dan psikologis yang beragam untuk memperoleh kesempatan dan layanan
yang memungkinkan semua anak dan masing-masing anak berkembang
secara optimal. Sungguhpun antara madrasah harus saling memacu prestasi,
tetapi setiap madrasah harus melayani setiap anak (bukan hanya yang
pandai), dan secara keseluruhan madrasah harus mencapai standar
kompetensi minimal bagi setiap anak yang diluluskan. Keadilan ini begitu
penting, sehingga para ahli madrasah efektif menyingkat tujuan madrasah
efektif hanya mutu dan keadilan atau quality and equity.
3. Manajemen berbasis madrasah bertujuan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi. Efektifitas berhubungan dengan proses, prosedur, dan ketepat-
gunaan semua input yang dipaki dalam proses pendidikan di madrasah,
sehingga menghasilkan hasil belajar siswa seperti yang diharapkan (sesuai
tujuan). Efektiftidaknya suatu madrasah diketahui lebih pasti setelah ada
hasil, atau dinilai hasilnya. Sebaliknya untuk mencapai hasil yang baik,
diupayakan menerapkan indikator-indikator atau ciri-ciri madrasah efektif.
Dengan menerapkanmanajemen berbasis madrasah diharapkan setiap
madrasah, sesuai kondisi masingmasing, dapat menerapkan metode yang
tepat (yang dikuasai), dan input lain yang tepat pula (sesuai lingkungan dan
konteks sosial budaya), sehingga semua input tepat guna dan tepat sasaran.
Atau dengan kata lain, efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Sementara itu, efisiensi berhubungan dengan nilai uang yang dikeluarkan
atau harga untuk memenuhi semua input (proses dan semua input yang
20
digunakan dalam proses) dibandingkan atau dihubungkan dengan hasilnya
(hasil belajar siswa).
4. Manajemen berbasis madrasah bertujuan meningkatkan akuntabilitas sekolah
dan komitmen semua stakeholders. Akuntabilitas adalah pertanggung
jawaban atas semua yang dikerjakan sesuai wewenang dan tanggung jawab
yang diperolehnya. Selama ini pertanggung jawaban madrasah lebih pada
masalah administratif keuangan dan bersifat vertikal sesuai jalur birokrasi.
Pertanggung jawaban yang bersifat teknis edukatif terbatas pada pelaksanaan
program sesuai petunjuk dan pedoman dari pusat (pusat dalam arti nasional,
maupun pusat- pusat birokrasi di bawahnya), tanpa pertanggung jawaban
hasil pelaksanaan program.

Berdasarkan ke empat tujuan manajemen berbasis madrasah di atas madrasah


dituntut agar senantiasa menggali kualitas pendidikan sehingga tercapai tujuan
pendidikan dan menjadikan madrasah yang unggul.

2.5 Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah

Manfaat Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Penerapan manajemen


berbasis sekolah banyak memberikan manfaat. Hal ini dikarenakan MBS memberikan
kebebasan dan keleluasaan yang besar pada sekolah, disertai seperangkat
tanggungjawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan keleluasaan tersebut maka
sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih
berkosentrasi pada tugas. Selain itu, penerapan MBS juga dapat mendorong
profesioanlisme guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, hal ini
dikarenakan konsep MBS menghendaki kebebasan kepada guru dan kepala sekolah
dalam menyusun kurikulum dan program sekolah. Adanya kesempatan untuk
menyusun kurikulum dan program kepada guru dan kepala sekolah tentunya
kurikulum yang terbentuk akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat (tepat sasaran).
Dengan demikian rasa tanggap sekolah kepada kebutuhan masyrakat meningkat dan
menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat.
MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, seperti pada sekolah-
sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staf, orang tua, peserta didik, dan
masyarkat yang lebih luas dalam perumusan-perumusan keputusan tentang

20
pendidikan. Kesempatan partisipasi tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka
terhadap sekolah. Selanjutnya, aspek-aspek tersebut pada akhirnya akan mendukung
efektivitas dalam pencapaian tujuan sekolah.

Adanya kontrol dari masyarkat dan monitoring dari pemerintah, pengelola


sekolah menjadi akuntabel, transparan, egaliter, dan demokratis, serta menghapuskan
monopoli dalam pengelolaan pendidikan.40 Penerapan MBS yang efektif secara
spesifik mengidentifikasi beberapa manfaat spesifik dari penerapan MBS:

a. Memungkinkan orang-orang yang kompeten disekolah untuk mengambil


keputusan yang akan meningkatkan mutu pembelajaran.
b. Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan penting.
c. Mendoromg munculnya kreativitas dalam merancang bangun program
pembelajaran.
d. Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan
yang dikembangkan disetiap sekolah.
e. Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistis ketika orang tua dan
guru makin menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran
dan biaya program-program sekolah.
f. Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru
disemua level.

Berdasarkan keterangan-keterangan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa


manfaat dari Manajemen Berbasis Sekolah ini adalah dapat melatih kepala sekolah
lebih mandiri dalam membuat kebijakan, membuat para guru lebih professional dan
sejahtera karena guru bebas berkreasi dalam melaksanakan tugas, adanya kebebasan
dalam pembuatan kurikulum dan program sekolah sehingga meningkatkan kreativitas
sekolah, serta dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi
dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga tuntutan kebutuhan masyarakat dapat
terpenuhi.

2.6 Komponen Manajemen Berbasis Sekolah

20
Secara umum MBS digunakan sebagai pendekatan pengelolaan sekolah untuk
peningkatan mutu pendidikan di sekolah secara menyeluruh (whole school
development) dengan penekanan kepada tujuh komponen yaitu:

a. kurikulum dan pembelajaran

b. peserta didik

c. pendidik dan tenaga kependidikan

d. pembiayaan

e. sarana dan prasarana

f. hubungan sekolah dan masyarakat, dan

g. budaya dan lingkungan sekolah.

Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional


Pendidikan Pasal 49 Ayat (1) menyatakan: “Pengelolaan satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


pada Pasal 48 Ayat (1) dinyatakan bahwa, “Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan
prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik”.

Sejalan dengan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah


yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas”.

Berdasarkan kedua isi kebijakan tersebut, prinsip MBS meliputi: a)


kemandirian, b) keadilan, c) keterbukaan, d) kemitraan, e) partisipatif, f) efisiensi, dan
g) akuntabilitas (K4 PEA).

Sedangkan menurut Hidayat & Machali terdapat empat prinsip manajemen


berbasis sekolah sebagai bentuk implementasi otonomi daerah bidang pendidikan yang
menjadi landasan dalam menerjemahkan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah sesuai dengan tujuannya, yaitu otonomi, fleksibilitas, partisipasi, dan inisiatif.

a. Prinsip otonomi Prinsip otonomi diartikan sebagai kemandirian, yaitu


kemandirian dalam mengatur dan mengurus diri sendiri. Kemandirian dalam
program dan pendanaan merupakan tolok ukur utama kemandirian sekolah.
20
Kemandirian yang berlangsung secara terus menerus akan menjamin
keberlangsungan hidup dan perkembangan sekolah.
b. Prinsip fleksibelitas Prinsip fleksibelitas dapat diartikan sebagai keluwesan
uang diberikan kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan
memberdayakan sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk
meningkatkan mutu sekolah. Prinsip ini akan melahirkan sekolah yang lebih
lincah dalam bergerak dan tanggap terhadap permasalahan yang harus
dihadapi.
c. Prinsip partispasi Prinsip partisipasi dapat diartikan dengan penciptaan
lingkungan yang terbuka dan demokratik. Warga sekolah (guru, siswa,
karyawan) dan masyarakat didorong untuk telibat langsung dalam
penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan,
pelaksanaan, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini
dilandasi dengan keyakinan bahwa jika seorang dilibatkan maka yang
bersangkutan akan mempunyai “rasa memiliki” terhadap sekolah, sehingga
yang bersangkutan juga akan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan ke arah yang lebih bermutud. Prinsip inisiatif Prinsip ini didasari
atas konsepsi bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis, melainkan
dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia harus selalu digali,
ditemukan, dan dikembangkan untuk menjadi sumber daya yang inisiatif
dalam pengelolaan pendidikan9.

Syarat Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Perlu diadakan pelatihan


dalam bidang-bidang seperti dinamika kelompok, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan, penanganan konflik, teknik presentasi, manajemen stress,
serta komunikasi antar pribadi dalam kelompok. Pelatihan ini ditunjukkan bagi semua
pihak yang terlibat disekolah dan anggota masyarakat, khusunya pada tahap awal
penerapan MBS. Untuk memenuhi tantangan pekerjaan, kepala sekolah kemungkinan
besar memerlukan tambahan pelatihan kepemimpinan. Syarat penerapan MBS, yaitu:

a. MBS harus mendapat dukungan staf sekolah.


b. MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap, kemungkinan
diperlukan lima tahun atau lebih untuk menerapkan MBS secara berhasil.

9
Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah.
(Yogyakarta: Kaukaba, 2012), hal. 56

20
c. Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan penerapannya, pada
saat yang sama juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran
komunikasi yang baru. d. Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan
dan penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur.

2.7 Kepemimpinan Kepala Madrasah

Kepemimpinan kepala madrasah dalam implementasi manajemen berbasis


madrasah adalah bagian inti dari sebuah lembaga pendidikan. Hal ini memang penting
dan memberikan manfaat yang besar bagi peningkatan mutu kinerja. Kata madrasah
berasal dari “darasa” yang berarti belajar. Kata ini kemudian di-tashrif dalam bentuk
isim makan (kata yang menunjuk pada tempat) menjadi madrasah yang berarti tempat
belajar baik bagi murid yang level (TK, SD/MI, SMP/MTS/SMU/MA) rendah maupun
level tinggi (Perguruan Tinggi). Makna lain dari “darasa” adalah terhapus, hilang
bekasnya, menjadikan usang, melatih dan mempelajari.

Berdasarkan arti madrasah tersebut, maka diketahui bahwa istilah madrasah


merupakan tempat untuk mencerdaskan para peserta didik, menghilangkan
ketidaktahuan, atau memberantas kebodohan mereka serta melatih keterampilan
mereka sesuai bakat, minat dan kemampuannya. Madrasah juga tidak hanya diartikan
sebagai sekolah dalam arti sempit, tetapi juga bisa dimaknai dengan rumah, istana,
kuttab, masjid, perpustakaan, surau dan tempat-tempat lainnya. Bahkan seorang ibu
dapat dikategorikan sebagai al-madrasah al-ula.(madrasah pemula).

Penggunaan Madrasah Based Management (Manajemen Berbasis Madrasah)


oleh Pemerintah Indonesia dalam kerangka meminimalisasi sentralisme pendidikan
mempunyai implikasi yang signifikan bagi otonomi madrasah.

Oleh karena implikasi itu maka sekali lagi peran kepala madrasah sangat
dibutuhkan untuk mengelola manusia-manusia yang ada dalam organisasi madrasah,
termasuk memiliki strategi yang tepat untuk mengelola konflik. Kepala madrasah akan
berhadapan dengan pribadi-pribadi yang berbeda karakter.

Yang penting baginya adalah mempunyai pemahaman yang tangguh akan


hakikat manusia. McGregor berasumsi bahwa manusia tidak memiliki sifat bawaan

20
yang tidak menyukai pekerjaan. Di bawah kondisi tertentu manusia bersedia mencapai
tujuan tanpa harus dipaksa dan ia mampu diserahi tanggung jawab.

Urgensitasnya bagi kepala madrasah adalah menerapkan gaya kepemimpinan


yang partisipatif demokratik dan memperhatikan perkembangan profesional sebagai
salah satu cara untuk memotivasi guru-guru dan para siswa. Kepala madrasah memiliki
peran yang sangat besar.

Kepala madrasah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan menuju


madrasah dan pendidikan secara luas. Sebagai pengelola institusi satuan pendidikan,
kepala madrasah dituntut untuk selalu meningkatkan efektifitas kinerjanya. Untuk
mencapai mutu madrasah yang efektif, kepala madrasah dan seluruh stakeholders
harus bahu membahu kerjasama dengan penuh kekompakan dalam segala hal.

Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan


kebijaksanaan kepala madrasah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan.15
Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepala madrasah dalam
mengembangkan berbagai potensinya memerlukan peningkatan kemampuan kepala
madrasah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat mencapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi yang diemban madrasahnya.

Ini menandakan bahwa seorang kepala madrasah haruslah memiliki sistem


kepemimpinan yang terarah dan kemampuan dalam mengelolah madrasah. E. Peranan
Kepemimpinan Kepala Madrasah Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat
tergantung pada kepemimpinan kepala madrasah. Karena ia merupakan pemimpin di
lembaganya, maka ia harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat
masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik.

Peran kepala madrasah dalam kepemimpinan adalah kepribadian dan sikap


aktifnya untuk mencapai tujuan. Mereka aktif dan reaktif, membentuk ide daripada
menanggapi mereka. Kepemimpinan kepala madrasah cenderung mempengaruhi
perubahan suasana hati, menimbulkan kesan dan harapan, dan tepat pada keinginan
dan tujuan khusus yang ditetapkan untuk urusan yang terarah. Hasil kepemimpinan ini
memengaruhi perubahan cara orang berpikir tentang apa yang dapat diinginkan,
dimungkinkan, dan diperlukan.

20
Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Efektif dan Efisien Kepala madrasah
merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan madrasah, yang akan
menentukan bagaiman tujuan-tujuan madrasah dan pendidikan pada umumnya
direalisasikan. Sehubungan dengan manajemen berbasis madrasah, kepala madrasah
dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Dengan begitu, manajemen
berbasis madrasah sebagai paradigma baru pendidikan dapat memberikan hasil yang
memuaskan. Kinerja kepemimpinan kepala madrasah dalam kaintannya dengan
manajemen berbasis madrasah adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang
dapat dicapai oleh kepala madrasah dalam mengimplementasikan manajemen berbasis
madrasah di madrasahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Sehubungan dengan itu, kepemimpinan kepala madrasah yang efektif dalam
manajemen berbasis madrasah dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:

1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses


pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga
dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan
madrasah dan pendidikan.
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai lain di madrasah.
5. Bekerja dengan tim manajemen.
6. Berhasil mewujudkan tujuan madrasah secara produktif sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.18 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kepala madrasah adalah figur sentral di madrasah yang
dipimpinnya sehingga ia harus mampu menjadi motivator, penggerak dan
teladan bagi bawahannya secara khusus dan bagi masyarakat secara umum.
Kepala madrasah tidak cukup hanya mengatur komponenkomponen
organisasi menurut kehendaknya sendiri, tetap ia harus terlibat secara aktif
melaksanakan apa yang telah dirumuskan secara bersama-sama.

BAB III

PENUTUP

20
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik


beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah, kepala madrasah sebagai


figur kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan madrasah. Kepala
madrasah senantiasa melakukan pengawasan dan evaluasi dalam rangka
melihat sejauh mana keberhasilan pelaksanaan Manajemen Berbasis
Madrasah. Dan keberhasilan Manajemen Berbasis Madrasah telihat dengan
pengelolaan madrasah sehingga menjadikan madrasah yang unggul, baik dari
segi prestasi akademik maupun non akademik.
Kepemimpinan kepala maadrasah senantiasa mengedepankan musyawarah
proses penetapan kebijakan juga dilakukan berdasarkan masukan dari semua
pihak. Pola komunikasi terbuka dan berlangsung timbal balik sesuai dengan
norma yang disepakati bersama. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah
berlangsung dengan baik secara efektif dan efisien berkat kerjasama antara
kepala madrasah dan guru, serta warga madrasah.dan konsultasi dengan
komponen yang ada di madrasah.

2. Faktor yang menunjang pelaksanaan Manajemen Berbasis Madrasah adalah


potensi dan kemampuan kepala madrasah, sumber daya manusia yang
profesional, dukungan sarana dan prasarana yang sudah cukup memadai,
adanya sikap gotong royong, serta adanya organisasi baik formal maupun
informal yang menjadi tempat menghimpun ide dan saran-saran.

3.2 Saran

Berdasarkan hasil pembuatan makalah tersebut, ada beberapa implikasi


atau rekomendasi kepada pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan, kepemimpinan
kepala madrasah dalam manajemen berbasis madrasah

1. Kepala madrasah diharapkan kiranya mempertahankan kerjasama yang


telah dibangun dalam menjalankan roda kepemimpinan, mengelola
madrasah dengan menerapkan MBM untuk mengantarkan madrasah
yang unggul dan berkualitas demi tercapainya tujuan pendidikan.

20
2. Diharapkan kepada kepala madrasah supaya selalu tetap terbuka
kepada bawahan, menghargai serta menerima segala kritik dan saran
sehingga menunjang program-program unggulan di madrasah.
3. Untuk mahasiswa/I kiranya dengan pembahasan kali ini diharapkan
agar menjadi tenaga pengajar yang menegeti akan manajemen berbasis
madrasah di sekolah ketika mengajar kelak

20
DAFTAR PUSTAKA

E, Mulyasa. 2004. “Manajemen Berbasis Sekolah” .Bandung: Remaja


Rosdakarya
Duhou, Ibtisan Abu. 2004. “School Based Management” Jakarta: Kencana

Fattah, Nanang. 2004. “Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan


Dewan Sekolah” Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Gojali, Imam. 2011 “Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan”.


Jogjakarta : Ircisod

Mulyasa. 2004 . “Manajemen Berbasis Sekolah”. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Nata, Abuddin. 2003. “Manajemen Pendidikan :Mengatasi Kelemahan


Pendidikan Islam di Indonesia” Bogor : Kencana,

Rusman. 2009 “Manajemen Kurikulum”. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Suryosubroto, B. 2004. “Manajemen Pendidikan di Sekolah”. Jakarta: Renika


Cipta, 2004

20

Anda mungkin juga menyukai