Anda di halaman 1dari 13

PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah


Ilmu Pendidikan Islam

Dosen :
Syatiri Ahmad, M.Pd.

Oleh :
Landi Umar Syahid NIM: 2020.03.012
Tazkiyatun Niswa NIM: 2020.03.029

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 2020/2021


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH
CICALENGKA – BANDUNG

Page | 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kasih dan
sayangnya memberikan pengetahuan, kemampuan dan kesempatan kepada
penyusun sehingga mampu meyelesaikan penyusunan makalah ini. makalah ini
ditulis sebagai tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.

Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan-


kekurangan karena keterbatasan kemampuan penyusun. Untuk itu masukan yang
bersifat membangun akan sangat membantu penyusun untuk semakin membenahi
kekuragannya.

Ucapkan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen pembimbing
mata kuliah ini, dan untuk teman teman dan semua pihak yang telah membantu,
kami ucapkan terimakasih, semoga makalah ini dapat berguna,sebagai karya dari
kita dan untuk semua amiin.

November 2021

Penyusun

Page | 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. 2


Daftar Isi....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam .................................. 5
2.2 Karakteristik Peserta Didik. ..................................................................... 7
2.3 Adab dan Tugas Peserta Didik ................................................................ 8

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan .......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12

Page | 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan
dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan
fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap
sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan
sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta
didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan
pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah
memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan. Peserta didik
memilki dimensi-dimensi, kebutuhan yang harus dipenuhi

Dalam makalah ini akan diuraikan peserta didik dalam pandangan Islam
dengan dimensinya serta kebutuhannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan peserta didik dalam perspektif islam?

2. Apa sajakah karakteristik peserta didik dalam perspektif islam?

3. Apa sajakah syarat dan tujuan peserta didik dalam perspektif islam?

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui peserta didik dalam perspektif islam.

2. Mengetahui kebutuhan peserta didik.

3. Mengetahui dimensi-dimensi peserta didik.

Page | 4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam


Dalam Bahasa Indonesia ada tiga sebutan untuk pelajar, yaitu murid, anak
didik, dan peserta didik. Pertama sebutan murid bersifat umum, sama umumnya
dengan sebutan anak didik dan peserta didik. Istilah murid kelihatannya khas
pengaruh agama Islam. Di dalam Islam istilah ini diperkenalkan oleh shufi. Istilah
murid dalam tasawuf mengandung pengertian orang yang sedang belajar,
menyucikan diri, dan sedang berjalan menuju Tuhan. Yang paling menonjol
dalam istilah itu ialah kepatuhan murid kepada guru (mursyid)-nya. Arti patuh di
sini ialah tidak membantah sama sekali. Hubungan guru (mursyid)) dengan murid
adalah hubungan searah. Pengajaran berlangsung dari subjek (mursyid)) ke objek
(murid). Dalam ilmu pendidikan hal ini disebut dengan pengajaran berpusan pada
guru. Kedua sebutan anak didik mengandung pengertian guru menyayangi murid
seperti anaknya sendiri. Faktor kasih sayang guru terhadap anak didik dianggap
salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Dalam sebutan anak didik pengajaran
masiih berpusat pada guru. Ketiga sebutan peserta didik adalah sebutan yang
paling mutakhir. Istilah ini menekannkan pentingnya murid berpartisipasi dalam
proses pembelajaran. Dalam sebutan ini aktivitas pelajar dalam proses pendidikan
dianggap salah satu kata kunci.
Menurut Perspekti Undang-undang sistem pendidikan Nasional no. 20
Tahun 2003 pasal 1 ayat 4.” Peserta didik diartikan sebagai anggota masyakat
yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur
jenjang dan jenis pendidik tetentu.

Dalam pendidikan Islam peserta didik adalah individu yang sedang


berkembang, baik secara fisik, psikologis, dan religius dalam mengarungi
kehidupan di dunia dan di akherat kelak. Didefinisi ini membri arti bahwa peserta
didik merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya mwmrelukan
orangb lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Dalam istilah lain anak kandung
merupakan peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik disekolah,

Page | 5
anak-anak penduduk adalah peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat
beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.

Dalam istilah tasawuf, peserta didik sering kali dengan “murid” atau
thalib. Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan
menurut artiterminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan
arahan seorang pembimbing spiritual {mursyid}”. Sedangkan thalib dalam bahasa
berarti “orang yang mencari”, sedang menurut istilah tasawuf adalah “penempuh
jalan spiritual, yang berusaha keeras menempuh dirinya untuk mencapai derajat
sufi”. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik pada
sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara sementara untuk perguruan tinggi
lazimnya disebut dengan mahasiswa.

Istilah murid atau thalib ini sesungguhnya memiliki kedalaman makna


daripada penyebutan siswa. Artinya, dalam proses pendidikan itu terdapat
individu yang secara sungguh-sungguh menghendaki dan mencari ilmu
pengetahuan. Hal ini meunjukan bahwa istilah murid dan thalib menghendaki
adanya keaktifan pada peserta didik dalam proses belajar mengajar, bukan pada
pendidik.

Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati


anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kodrati ini dapat dimengerti
dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam
kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika
diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain :

1). Aspek Paedogogis.

Dalam aspek ini para pendidik mendorang manusia sebagai animal


educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya
manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat
dididik, sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan
hanya dilatih secara dasar. Adapun manusia dengan potensi yang
dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan.

Page | 6
2). Aspek Sosiologi dan Kultural.

Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu


makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup
bermasyarakat.

3). Aspek Tauhid.

Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia
adalah makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut
homodivinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga
homoriligius (makhluk yang beragama).

2.2 Karakteristik Peserta Didik


Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus sedapat mungkin
memahami hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan.
Kesalahan dalam memahami hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam
proses pendidikan. Dengan demikian disini dijelaskan karakteristik peserta didik
yaitu sebagai berikut:
1. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia
sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak boleh disamakan oleh
orang dewasa.

2. Peserta didik mempunyai kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan


kebutuhan itu semaksimal mungkin

3. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang


lain, baik perbedaan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen
(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, entegensi, sosia, bakat, minat,
dan lingkungan mempengaruhinya.

4. Peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia

Page | 7
5. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan
yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif.

6. Peserta didik mengikuti periode-periodde perkembangan tertentu dan


mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya.

2.3 Adab dan Tugas Peserta Didik


Menurut Sa’id Hawa yang dikutip oleh Tafsir menjelaskan adab dan tugas
murid yang dapat juga disebut sifat-sifat murid sebagai berikut:
1. Murid harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang lainnya.
Artinya seorang murid harus suci dari akhlak yang jelek.

2. Murid harus mengurangi keterikatannya dengan kesibukan duniawiah


karena dengan kesibukannya akan melengahkannya dari menuntut ilmu.

3. Tidak sombong terhadap orang yang berilmu, tidak bertindak


sewenang-wenang terhadap guru. Artinya seorang murid harus tawadhu
terhadap guru yang berakhlak baik.

4. Orang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari
mendengarkan perbedaaan pendapat atau kkhilafiah antarmazhab karena
hal itu akan membingungkan pikirannya.

5. Penuntut ilmu harus mendahulukan menekuni ilmu yang paling penting


untuk dirinya.

6. Tidak menekuni ilmu sekaligus,melainkan berurutan dari yang paling


penting.

7. Hendaklah mengetahui ciri-ciri ilmu yang palping mulia, itu diketahui


dari hasil belajarnya, dan kekuatan dalilnya.

Dalam istilah murid mempunyai konsep yang lebihi menjamin tercapainya


tujuan Pendidikan, yaitu terwujudnya manusia yang memilki kemanusiaan yang

Page | 8
tinggi. Seorang pelajar atau peserta didik juga harus memperhatikan adab atau
tugasnya dalam menuntut ilmu diantaranya yaitu:

 Niat yang ikhlas karena Allah swt ketika menuntuk ilmu hanya
mengharapakan Ridha dan pahala dari Allah.
 Mengawali langkah dengan penyucian hati dari perilaku yang buruk dan
sifat-sifat yang tercela.
 Mengurangi segala keterkaitan dengan kesibukan-kesibukan duniawi dan
menjauh dari keluarg dan kota tempat tinggal.
 Tidak bersikap angkuh terhadap ilmu dan tidak pula menonjolkan
kekuasaan terhadap guru yang mengajarinya
 Tidak memalingkan perhatiannya sendiri untuk mendengar pendapat-
pendapat manusia yang bersimpang siur baik ilmu-ilmu yang dipelajarinya
itu termasuk ilmu-ilmu dunia maupun ilmu-ilmu akhirat.
 Menunjukan perhatiannya yang sungguh-sungguh kepada tiap-tiap disiplin
ilmu yang terpuji, agar dapat mengetahuai tujuannya masing-masing.
 Tidak melibatkan diri dalam suatu bagian ilmu sebelum menguasai bagian
yang sebelumnya.
 Berusaha mengetahui apa kiranya yang menjadikaan sesuatu menjadi
semulia-mulia ilmu.
 Menjadikan tujuannya yang segera demi menghiasi batinnya dengan
segala aspek kebajikan.
 Mengetahui antara suatu ilmu dengan tujuannya

Ali bin Abi Thalib memberikan syarat bagi peserta didik dengan enam
macam, yang merupakan kkompetensi mutlak dan dibutuhkan tercapainya tujuan
pendidikan. Syarat yang dimaksud yaitu dengan syairnya sebagai berikut:

Page | 9
َ َ‫سأ ُ ْنبِيْك‬
ٍ َ‫ع ْن َمجْ ُم ْو ِع َها بِبَي‬
‫ان‬ َ ‫اَال الَ ت َنا َ ُل اْلع ِْل َم إِالَّ بِ ِست َّ ٍة‬

ٍ ‫َوإِ ْرشَا ِد أ ُ ْست َا ٍذ َوطُ ْو ِل زَ َم‬


‫ان‬ ‫ص َواصْطِ با َ ٍر َوب ُْلغَ ٍة‬
ٍ ‫ذَكاَءٍ َوحِ ْر‬

“ Ingatlah! Engkau tidak akan bisa memperoleh ilmu kecuali karena enam syarat;
aku akan menjelaskan keenam syarat itu padamu, yaitu: kecerdasan,hasrat atau
motivasi yang keras, sabar, modal {sarana}, petunjuk guru, dan masa yang
panjang {kontinu}”.

Dari syair di atas kita mengetahui bahwa syarat-syarat yang harus dimilki oleh
peserta didik yaitu ada enam hal yaitu;

1. Memiliki kecerdasan (dzaka); yaitu penelaran imajinasi, wawasan


(insight), pertimbangan, dan daya penyesuaian sebagai proses mental yang
dilakukan secara cepat dan tepat.
2. Memiliki hasrat (hirsh), yaitu kemauan, gairah, moril dan motivasi yang
tinggi dalam mencari ilmu, serta tidak merasa puas terhadap ilmu yang
diperolehnya. Hasrat ini menjadi pentin gsebagai persyaratan dalam
pendidikan, sebab persoalan manusia tidak sekedar mampu (qudrah) tetapi
juga mau (iradah). Dengan demikian akan menghasilkan kompetensi dan
kualifikasi pendidikan yang maksimal.
3. Bersabar dan tabah (ishtibar) serta tidak pernah putus asa dalam belajar,
walaupun banyak rintangan dan hambatan, baik hambatan ekonomi,
psikologis, sosiologis, politik, bahkan administratif.
4. Mempunyai seperangkat modal dan sarana (bulghah) yanng memadai
dalam belajar.
5. Adanya petunjuk pendidik (irsyad ustadz), sehingga tidak menjadi salah
pengertian (misunderstanding) terhadap apa yang dipelajari.
6. Masa yang panjang (thuwl al-zaman), yaitu belajar tanpa henti dalam
mencari ilmu (no limits to study) sampai pada akhir hayat, min mahdi ila
lahdi (dari buaian sampai liang lahat).

Page | 10
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Setelah penulis menjelaskan beberapa penjelasan tentang peserta didik
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan
dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan
fitrahnya. Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya
dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus
diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan
peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang
tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.

2. Dalam Bahasa Indonesia ada tiga sebutan untuk pelajar, yaitu murid, anak
didik, dan peserta didik.

3. Dalam pendidikan Islam peserta didik adalah individu yang sedang


berkembang, baik secara fisik, psikologis, dan religius dalam mengarungi
kehidupan di dunia dan di akherat kelak.

4. Dalam istilah tasawuf, peserta didik sering kali dengan “murid” atau thalib.
Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan menurut
artiterminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan
seorang pembimbing spiritual {mursyid}”. Sedangkan thalib dalam bahasa berarti
“orang yang mencari”, sedang menurut istilah tasawuf adalah “penempuh jalan
spiritual, yang berusaha keeras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi”.
Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik pada sekolah
tingkat dasar dan menengah, sementara sementara untuk perguruan tinggi
lazimnya disebut dengan mahasiswa (thalib)

Page | 11
DAFTAR PUSTAKA

http://stitalihsan.ac.id/article/hakikat-peserta-didik-dalam-perspektif-islam

Abudin Nata dkk, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada. 2013.

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta


2005.

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta. PT


Prenada Media Grouf. 2006.

Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Al-


Ma’arif1, 1989

Ahmad Tafsir, Filsafat Pendiidkan Islami, Bandung, PT Remaja Rosda


Karya 2006.

Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, Bandung, Remaja Rosda


Karya, 1984.

Desmita. Psiskologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung, PT. Remaja


Rosda Karya. 2012

Iskandar Engku dan Siti Zubaidah. Sejarah Pendidikan Islam. Pt Rosda


Karya. Bandung. 2016

Supian. Metodologi Studi Islam. Depag: Jakarta. 2009.

Muhammad Baqir, Ilmu dalam Pemahaman Kaum Sufi al-Ghazali, Mizan


Media Utama. Bandung 2000.

Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin. Pandung Lengkap Menuntu Ilmu.


Jakarta. Tim Pustaka Ibnu Katsir. 2006.

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta. PT Bumi Aksara. 1994.

Page | 12
Page | 13

Anda mungkin juga menyukai