Anda di halaman 1dari 13

KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR: QS.

ALI IMRAN AYAT 190-


191, QS. AT TAUBAH AYAT 122 DAN QS. AL-ANKABUT AYAT 19-
20

Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:
A.KURNIA AHMAD
NIM: 20100119038
FARADIBA NURKAMILA
NIM: 20100119063
NURUL HIKMA S
NIM: 20100119065

FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa


Ta‟ala. karena atas segala limpahan rahmat, taufik dan petunjuk-Nya, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, meskipun dalam bentuk
yang sederhana dan masih memerlukan perbaikan secara berkelanjutan. Salawat
dan taslim tidak lupa pula penulis haturkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. dan segenap keluarganya, para sahabat
sampai kepada orang-orang mukmin yang telah memperjuangkan Islam sampai
saat ini bahkan sampai akhir zaman.
Adapun keberadaan isi makalah ini yang berjudul “Kewajiban Belajar
Mengajar: QS. Ali Imran: 190-191, QS. At-Taubah : 122 dan QS. Al-Ankabut
19-20” dalam memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi II yang dibimbing
oleh Prof. Dr. H. Syahruddin, M.Pd. Terlepas dari kesalahan bahwa keberadaan
makalah ini merupakan tugas yang harus penulis selesaikan, penulis tetap
berharap semoga isi makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membutuhkan.
Karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis
harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya kepada
Allah swt, jualah kami mengembalikan segalanya dan semoga makalah ini dapat
bernilai ibadah di sisi-Nya.
Aamiin Ya Rabbal Aalamiin

Makassar, 13 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Sampul .....................................................................................................................
Kata Pengantar .........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................
A. Pengertian Belajar Mengajar ........................................................................
B. Ayat-ayat Al-Qur‟an yang Berkaitan dengan Kewajiban Belajar mengajar
1. QS. Ali Imran: 190-191 ...........................................................................
2. QS. At Taubah: 122 .................................................................................
3. QS. Al-Ankabut: 19-20 ...........................................................................
BAB III PENUTUP .................................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan peradaban manusia dewasa ini tak bisa dilepaskan dari
kemajuan ilmu pengetahuan yang menjadi warisan terbesar dari proses
pendidikan yang terjadi. Proses pendidikan itu dapat dikatakan berlangsung
dalam semua lingkungan pengalaman hidup manusia mulai dari lingkup terkecil
seperti keluarga, sekolah sampai kepada masyarakat luas. Hal ini berlangsung
dalam semua tahapan perkembangan seseorang sepanjang hayatnya yang dikenal
dengan istilah longlife education.
Dalam Islam pendidikan tidak dilaksanakan hanya dalam batasan waktu
tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (min al-mahd ila> al-lahd).
Islam juga memotivasi pemeluknya untuk selalu membaca, menelaah dan
meneliti segala sesuatu yang menjadi fenomena dan gejala yang terjadi di jagad
alam raya ini dalam rangka meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan
yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Dalam
pandangan Islam tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan
porsi yang sama dalam menuntut ilmu (pendidikan). Bukan hanya pengetahuan
yang terkait urusan ukhrowi saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan
pengetahuan yang terkait dengan urusan duniawi juga. Karena manusia dapat
mencapai kebahagiaan hari kelak dengan melalui jalan kehidupan dunia ini.
Berbicara tentang pendidikan tidak bisa dilepaskan dari pembahasan
tentang kegiatan belajar mengajar yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
dunia pendidikan itu sendiri. Belajar mengajar memiliki peran yang sangat
penting karena tanpa itu proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan
moderen sulit untuk diwujudkan. Maka pada kesempatan ini penulis akan
membahas tentang kewajiban belajar mengajar dalam Q.S. Ali Imran ayat 190-
191, QS. At Taubah ayat 122 dan Q.S Al-Ankabut ayat 19-20.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Belajar Mengajar?
2. Ayat-ayat apa saja yang berkaitan dengan kewajiban belajar mengajar?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Belajar Dan mengajar
2. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan kewajiban
belajar mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar Mengajar
Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk belajar, karena “belajar” telah
dimulainya bahkan sebelum berbentuk sebagai manusia yaitu ketika masih
berbentuk spermatozoa yang belajar berusaha untuk mempertahankan
eksistensinya ditengah 200-600 juta spermatozoa lainnya yang berjuang untuk
survive menembus ovum untuk kemudian menjadi cikal bakal manusia yang
mendiami rahim. Banyak diantaranya yang gugur ditengah jalan dan uniknya
hanya satu atau dua sperma yang berhasil finish mencapai ovum dan terjadi
konsepsi, sementara yang lain mati dan menjadi nutrisi bagi ovum yang telah
dibuahi. 1
Secara sederhana, belajar berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha
memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan). Belajar adalah
sesuatu yang menarik karena sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
manusia selalu berusaha mengetahui sesuatu yang berada dalam lingkungannya
untuk menunjukkan eksistensi kemanusiaannya. Sedangkan mengajar
adalah memberikan serta menjelaskan kepada orang tentang suatu ilmu; memberi
pelajaran. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar
mengajar merupakan suatu aktifitas yang dikerjakan dalam rangka memperoleh
ilmu pengetahuan, sedangkan dalam proses itu sendiri ada sipelajar yang
menerima ilmu dan ada guru yang memberikan pelajaran. Maka berbicara
tentang belajar mengajar, tidak bisa dilepaskan dari ilmu pengetahuan itu sendiri
sebagai objek dari kegiatan ini.
Sejak awal kehadirannya, islam telah memberikan perhatian yang amat
besar terhadap kegiatan belajar dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini antara lain
dapat dilihat pada apa yang ditegaskan dalam al-Qur‟an, dan pada yang secara
empiris dapat dilihat dalam sejarah. Yang dimakud dengan belajar mengajar
(pendidikan) dalam arti yang seluas-luasnya disini adalah pendidikan yang bukan
hanya berarti formal seperti disekolah, tetapi juga yang informal dan nonformal.

1 http://nidalesnidalubis.blogspot.com/2017/10/kewajiban-belajar-mengajar-dalam-
alquran.html
Yaitu pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh siapa saja yang memiliki
ilmu pengetahuan dan keahlian, kepada siapa saja yang membutuhkan, dimana
saja mereka berada, menggunakan sarana apa saja, dengan cara-cara apa saja,
sepanjang hayat manusia itu.

B. Ayat-ayat yang Berkaitan dengan Kewajiban Belajar Mengajar


1. QS. Ali Imran : 190-191

Allah Ta’ala berfirman,

‫خ ألُو ِلي‬
ٍ ‫اس آليَا‬ ِ ‫ف اللَّ ْي ِل َوالىَّ َه‬ ْ ‫ض َو‬
ِ َ‫اختِال‬ ِ ‫األس‬
ْ ‫خ َو‬ ِ ‫ماوا‬
َ ‫س‬ َّ ‫ق ال‬ِ ‫إن في خ َْل‬
َّ
‫علَى ُجىُىتِ ِه ْم‬ َ ‫ب الَّزِيهَ يَ ْز ُك ُشونَ هللاَ قِيَاما ً َوقُعُىدا ً َو‬ ِ ‫األ َ ْلثَا‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring.” (QS. Ali Imran: 190-191)

Sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (2:386) karya Ibnu


Katsir, yang dimaksud dengan ulil albab dalam ayat ini adalah yang memiliki akal
yang sempurna yang cerdas yang mengetahui segala sesuatu dengan hakikatnya
secara detail. Mereka bukanlah yang tidak bisa mendengar dan tidak bisa
berbicara yang tidak bisa berpikir.

Sifat ulil albab disebutkan selanjutnya,

َ ‫الَّزِيهَ يَ ْز ُك ُشونَ هللاَ ِقيَاما ً َوقُعُىدا ً َو‬


‫علَى ُجىُىتِ ِه ْم‬

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring.”

Adapun yang dimaksud dengan dzikir dalam ayat ini ada beberapa pendapat:

1. Dzikir secara umum.


2. Dzikir di sini adalah shalat.
3. Dzikir yang dimaksud adalah rasa takut.
Pendapat terakhir, menurut Syaikh Musthafa Al-„Adawi tidak ada indikasi yang
menunjukkan makna tersebut. Pendapat kedua adalah makna khusus, sedangkan
pendapat pertama adalah makna lebih umum dan inilah makna yang lebih tepat
dari Al-Qur‟an. Sedangkan maksud dzikir adalah shalat sudah masuk dalam
makna yang pertama. Lihat At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil – Tafsir Ali ‘Imran,
hlm. 512-513.

Dalil yang menunjukkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terus berdzikir dalam
keadaan apa pun adalah hadits berikut ini.

Dari „Imran bin Hushain yang punya penyakit bawasir (ambeien), ia menanyakan
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai shalatnya, beliau pun
bersabda,

ٍ ‫ فَئ ِ ْن لَ ْم ت َ ْست َ ِط ْع فَعَلَى َج ْى‬، ‫ فَئ ِ ْن لَ ْم ت َ ْست َ ِط ْع فَقَا ِعذًا‬، ‫ص ِّل قَاةِ ًما‬
‫ة‬ َ

“Shalatlah sambil berdiri. Jika tidak mampu, maka sambil duduk. Jika tidak
mampu, maka sambil berbaring (ke samping).” (HR. Bukhari, no. 1117). Ibnu
Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya (2:386) menyatakan bahwa yang
dimaksud adalah beliau tidak memutus dzikir beliau dalam keadaan apa pun baik
dengan hati dan lisan.2

2. Q.S At- Taubah : 122

َ ‫َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمىُىنَ ِليَ ْى ِف ُشوا َكافَّحً فَلَ ْى ََل وَفَ َش ِم ْه ُك ِّل فِ ْشقَ ٍح ِم ْى ُه ْم‬
‫طاةِفَحٌ ِليَتَفَقَّ ُهىا‬
َ‫ِيه َو ِليُ ْىز ُِسوا قَ ْى َم ُه ْم ِإرَا َس َجعُىا ِإلَ ْي ِه ْم لَعَلَّ ُه ْم يَحْ زَ ُسون‬
ِ ّ‫فِي الذ‬

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 122)

2 https://rumaysho.com/18849-mengingat-allah-ketika-berbaring.html
Faedah dari ayat di atas:

1- Tidak semua kaum muslimin pergi ke medan perang karena hal itu akan
membuat banyak kebaikan akan luput. Dalam keadaan diwajibkannya jihad, mesti
ada yang menetap.

2- Hendaklah ada yang mempelajari ilmu agama, tidak semua turun untuk pergi
berjihad.

3- Mempelajari ilmu agama itu penting, tujuannya untuk mengajarkan yang lain
setelah mereka pulang dari jihad.

4- Ayat ini menunjukkan keutamaan ilmu agama, karena mesti ada orang yang
mendalami ilmu agama, walau pergi berjihad itu baik.

5- Seorang „alim (yang berilmu) tidak hanya mencukupkan dirinya sendiri, tidak
mau mendakwahkan ilmunya pada yang lain. Penting untuk berdakwah dengan
hikmah dan memberi nasihat dengan cara yang baik.

6- Belajar agama yang nantinya akan didakwahkan punya manfaat yang luas
untuk maslahat orang banyak. Setiap yang belajar hendaklah meniatkan
belajarnya untuk memberikan manfaat pada orang lain.3

Selain itu maksud ayat ini; mengapakah sebagian dari kaum mukminin tidak pergi
berjihad ke medan perang di jalan Allah, dan sebagian yang lainnya tetap tinggal
guna memperdalam ilmu agama dan memberi peringatan kepada yang
lainnya sepulang mereka kembali dari medan perang?

Sehingga, dalam ayat ini Allah setarakan antara tafaqquh fid din (mempelajari
agama) dan jihad fi sabilillah. Bahkan belajar agama lebih utama daripada
berperang di jalan Allah. Karena tidak mungkin seorang mujahid dapat berjihad,
seorang yang shalat dapat melakukan shalat dengan benar, seorang pembayar
zakat membayar zakatnya dengan tepat, orang yang berpuasa dapat berpuasa

3 https://rumaysho.com/16039-renungan-24-belajar-agama-ataukah-pergi-
jihad.html
dengan baik, seorang yang berhaji dan umrah melaksanakan ibadahnya;
melainkan apabila ia berilmu dan memahami tata cara ibadah-ibadah tersebut
dengan benar. Bahkan tidak mungkin orang yang makan, minum, tidur, dan
bangun kembali melaksanakan semua aktifitas tersebut dengan baik dan benar
melainkan dengan ilmu pula.4

3. QS. Al-Ankabut : 19-20

(19)‫ِيش‬
ٌ ‫َّللاِ يَس‬ َ ‫َّللاُ ْالخ َْلقَ ث ُ َّم يُ ِعيذُيُ ۚ ِإ َّن َٰرَ ِل َك‬
َّ ‫علَى‬ َّ ‫ا‬ َ ‫َولَ ْم يَ َش ْوا َكي‬
ُ ‫ْف يُ ْث ِذ‬
Artinya :
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan
(manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

 Tafsir jalalain : (Dan apakah mereka tidak memperhatikan) dapat dibaca


Yarau dan Tarau, artinya memikirkan (bagaimana Allah menciptakan
manusia dari permulaannya) lafal Yubdi-u menurut suatu qiraat dibaca
Yabda-u berasal dari Bada-a, makna yang dimaksud bagaimana Allah
menciptakan mereka dari permulaan (kemudian) Dia (mengulanginya
kembali) maksudnya mengulangi penciptaan-Nya kembali sebagaimana
permulaan Dia menciptakan mereka. (Sesungguhnya yang demikian itu)
yaitu hal yang telah disebutkan mengenai penciptaan pertama dan
penciptaan kedua (adalah mudah bagi Allah) dan kenapa mereka
mengingkari adanya penciptaan yang kedua itu; yang dimaksud adalah
hari berbangkit.
 Tafsir Qurais sahab : Mereka telah melihat dan mengetahui bahwa
Allahlah yang mengawali penciptaan, kemudian Dia akan mengembalikan
penciptaan itu. Maka bagaimana mungkin mereka mengingkari
kebangkitan di hari akhir untuk dihitung dan diberi balasan?
Sesungguhnya pengembalian penciptaan sangatlah mudah bagi Allah.

4 https://muslim.or.id/27492-standar-kebaikan-seseorang-di-sisi-allah.html
ُ ‫ْف َتذَا ا َ ْلخ َْلقَ ث ُ َّم هللاُ يُ ْى ِش‬
َ ‫ب الىَ ْشأ َ ج َ ْاَلَ ِخ َش ج‬ ُ ‫ض فَا ْو‬
َ ‫ظ ُش ْوا َكي‬ ِ ‫قُ ْل ِسي ُْش ْوا ِفى ْاَلَ ْس‬
َ ‫علَى ُك ِّل‬
)02(‫ش ْي ءٍ قَ ِذ ي ُْش‬ َ َ‫ا َِّن هللا‬
Artinya :
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana
Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya
sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

 Tafsir jalalain : (Katakanlah, "Berjalanlah kalian di muka bumi, maka


perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan-Nya) yakni
menciptakan orang-orang yang sebelum kalian, kemudian Dia mematikan
mereka (lalu Allah menjadikannya sekali lagi) dapat dibaca An Nasy-atal
akhirata dan An Nasy-atal ukhra. (Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu) antara lain ialah memulai dan mengulanginya.
 Tafsir qurais sahab : Katakanlah, wahai Rasul, kepada orang-orang yang
mendustaakan itu, "Berjalanlah kalian di muka bumi, dan perhatikanlah
bermacam-macam makhluk ciptaan Allah yang ada di dalamnya. Dan
lihatlah bekas orang-orang sebelum kalian yang ada di sana, setelah
mereka mati dan rumah-rumah mereka kosong dari mereka. Ketahuilah
bahwa Allah akan mengembalikan itu semua dengan kekuasaan-Nya di
akhirat nanti dengan kebangkitan, yaitu penciptaan kembali. Begitu pula
keadaan kalian. Sesungguhnya Allah sangat sempurna kekuasaan-Nya atas
segala sesuatu. "(1) (1) Ayat suci ini memerintahkan para ilmuwan untuk
berjalan di muka bumi guna menyingkap proses awal penciptaan segala
sesuatu, seperti hewan, tumbuhan dan benda-benda mati. Sesungguhnya
bekas-bekas penciptaan pertama terlihat di antara lapisan-lapisan bumi dan
permukaannya. Maka dari itu, bumi merupakan catatan yang penuh
dengan sejarah penciptaan, mulai dari permulaannya sampai sekarang.5

5 http://budayamembacabahroin.blogspot.com/2018/04/tafsir-surat-al-ankabut-
ayat-19-20.html
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara sederhana, belajar berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha
memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan). Belajar adalah sesuatu
yang menarik karena sebagai makhluk individu dan makhluk sosial manusia
selalu berusaha mengetahui sesuatu yang berada dalam lingkungannya untuk
menunjukkan eksistensi kemanusiaannya. Sedangkan mengajar
adalah memberikan serta menjelaskan kepada orang tentang suatu ilmu; memberi
pelajaran. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar
mengajar merupakan suatu aktifitas yang dikerjakan dalam rangka memperoleh
ilmu pengetahuan, sedangkan dalam proses itu sendiri ada sipelajar yang
menerima ilmu dan ada guru yang memberikan pelajaran.
Adapun ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban belajar mengajar yaitu:
1. Q.S Ali Imran : 190-191
2. Q.S at- taubah : 122
3. Q.S Al - ankabut: 19 -20

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan baik di segi pembahasannya maupun susunan makalahnya,
oleh karena itu penulis menyarankan kepada pembaca agar sudi kiranya
memberikan kritikan dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini
di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

http://nidalesnidalubis.blogspot.com/2017/10/kewajiban-belajar-mengajar-
dalam-alquran.html

https://rumaysho.com/18849-mengingat-allah-ketika-berbaring.html

https://rumaysho.com/16039-renungan-24-belajar-agama-ataukah-pergi-
jihad.html

https://muslim.or.id/27492-standar-kebaikan-seseorang-di-sisi-allah.html

http://budayamembacabahroin.blogspot.com/2018/04/tafsir-surat-al-
ankabut-ayat-19-20.html

Anda mungkin juga menyukai