Anda di halaman 1dari 17

PERAN KYAI DAN GURU AGAMA MODERN DALAM SISTEM

PENDIDIKAN DI INDONESIA

MAKALAH

Disusun guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Aang Kunaepi, M.Ag.

Disusun oleh :

Muhammad Sayyid Faza (1803016003)

Nita Fitriani (1803016068)

Syamsudin Aziz Saputra (1803016094)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

A. Latar Belakang..............................................................................................3

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Pengertian Kyai dan Guru Agama................................................................5

1. Pengertian Kyai.........................................................................................5

2. Pengertian Guru Agama............................................................................6

B. Sistem Pendidikan Indonesia di Era Modern................................................7

1. Sistem Pendidikan Nasional......................................................................7

2. Sistem Pendidikan Islam Indonesia di era Modern...................................8

C. Peran Kyai dan Guru Agama dalam Sistem Pendidikan Indonesia di Era
Modern.......................................................................................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................14

A. Kesimpulan.................................................................................................14

B. Saran............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Pendidikan Islam ini
dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
baginda nabi agung Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Kami menyampaikan terimakasih kepada Bapak Aang Kunaepi, M.Ag selaku


dosen pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam, beserta semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini. kami berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai solusi dan strategi
pendidikan madrasah dan pesantren dalam menghadapi berbagai tantangan di era
milenial.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca sehingga dalam penyususnan makalah
berikutnya dapat kami buat lebih baik lagi.

Semarang, 8 November 2020

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman suku, ras, agama
dan budaya yang mayoritas penduduk nya adalah umat muslim. Sejarah
membuktikan bahwa Islam telah ada di Indonesia sudah lama sekali yaitu
sekitar abad ke 7 M. Islam dan sistem pengajarannya sangat mudah di terima
masyarakat Indonesia sehingga dapat tersebar luas ke berbagai penjuru
wilayah bahkan Indonesia saat ini dikenal sebagai negara muslim terbesar di
dunia. Penyebaran islam salah satunya adalah melalui jalur pendidikan,
dengan melibatlan para tokoh seperti wali, ulama’, kyai dan guru agama yang
berdakwah mengajarkan nilai-nilai ajaran agama Islam kepada masyarakat.
Sebelum terbentuk sistem pendidikan formal, pendidikan islam dilakukan
melalui media dakwah dan teladan langsung diajarkan kepada masyarakat
melalui rumah-rumah, surau atau masjid, pendopo dll. kemudian setelah itu
didirikanlah lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren, madrasah,
sekolah, dll untuk memberikan ruang kepada para tokoh islam mengajarkan
ajaran islam lebih baik lagi.

Seiring perkembangan zaman sistem pendidikan di Indonesia banyak


mengalami perubahan mulai dari pra keemrdekaan, pasca kemerdekaan, dan
sekarang di era modern. Hal tersebut tidak lepas dari peran kyai dan guru
agama yang senantiasa giat menyebarkan ajaran agama islam di Indonesia.
Kyai dan guru agama sangat berperan penting dalam upaya mendidik dan
mengajarkan nilai-nilai islam melalui media pendidikan meskipun sistem
pendidikan Indonesia sering berubah-ubah, namun keberadaan kyai dan guru
agama tetap menjadi poin penting sebagai media tersampaikannya ajaran
agama islam tidak hanya mengenai teori saja namun juga pendidikan akhlak

3
dan praktik ibadah muamalah. Oleh karena itu penulis akan menyajikan
makalah yang berjudul Peran Kyai dan Guru Agama Modern dalam Sistem
Pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kyai dan guru agama?
2. Bagaimana sistem pendidikan Indonesia di era modern?
3. Peran kyai dan guru agama dalam sistem pendidikan Indonesia di era
modern?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian kyai dan guru agama
2. Menjelaskan sistem pendidikan Indonesia di era modern
3. Menjelaskan peran kyai dan guru agama dalam sistem pendidikan
Indonesia di era modern

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kyai dan Guru Agama

1. Pengertian Kyai

Sebutan kyai dalam pemahaman luas masyarakat Indoensia dimaksudkan


untuk sebutan para pendiri dan pemimpin pesantren, yang sebagai muslim
terpelajar telah membaktikan kehidupanya untuk Allah serta menyebarluaskan
dan memperdalam ajaran-ajaran agama dan pandangan Islam melalui
pendidikan. Sebutan kyai sebenarnya merupakan istilah yang dipakai untuk
menyebut ulama islam di daerah jawa.1 Kata kyai dalam bahasa jawa dipakai
untuk tiga gelar. Pertama sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang
keramat, Kedua sebagai gelar kehormatan pada orang-orang tua pada
umumnya, Ketiga sebagai gelar yang diberikan seorang ahli dalam agama
islam yang memiliki pesantren dan mengajarkan kitab-kitab islam klasik pada
santrinya.2 Dengan demikian predikat kyai berhubungan dengan suatu gelar
kerohanian yang dikeramatkan, atau yang dimuliakan. Maka dapat kita pahami
bahwa gelar kehormatan kyai itu tidak serta-merta didapatkan oleh sembarang
orang. Inilah yang membuat seorang kyai begitu dihormati dikalangan
masyarakat, karena keilmuannya yang tinggi dan dapat memecahkan
permasalahan agama yang ada pada masyarakat setempat. Dulu orang yang
menyandang gelar kyai hanya pantas diberikan kepada orang yang
mendirikan, mengasuh dan memimpin pesantren, tetapi saat ini gelar kyai juga
dapat diberikan kepada orang yang mmiliki keunggulan dalam menguasai

1
Taufiq Lubis, Peran Kyai Dalam Pengembangan Pendidikan Agama Islam Di Pesantren
Lirboyo Kediri (Malang: Tesis Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2012), hlm.15.
2
Zamachsjari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:
LP3ES, 1982), hlm.50.

5
ajaran agama islam serta mampu memberikan pengaruh yang besar pada
masyarakat.

2. Pengertian Guru Agama

Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap


pendidikan murid-murid, baik secara individu ataupun klasikal. Baik disekolah
maupun luar sekolah.3 Dalam literatur pendidikan agama islam seorang guru
bisa disebut sebagai ustadz, mu’alim, murabby,mursyid, mudarris, dan
mu’adzib, yang artinya orang yang memberi ilmu pengetahuan dengan tujuan
mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang
berkepribadian baik.4 Dengan demikian dapat disimpulkan guru agama yang
dalam hal ini adalah guru agama islam merupakan seorang pendidik yang
memiliki wewenang dan tanggung jawab mengajarkan ajaran islam dan
membimbing peserta didik kearah pencapaian kedewasaan serta membentuk
kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga akan seimbang antara
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan


ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk
melakukan pekerjaan sebagai guru.5 Dalam undang-undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa: Pendidik
merupakan tenaga perofesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, pelatihan, serta, melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masarakat, terutama bagi pendidik diperguruan tinggi. Jadi, Kreatifitas guru
dituntut bukan hanya dalam hal mengajar saja, melainkan pula pengembangan
metode-metode pembelajaran yang sederhana tetapi sesuai dengan karakter
bangsa dan pengembangan materi ajar untuk memperkaya ilmu pengetahuan.

3
Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm. 70.
4
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm.44.
5
Jamil Suprihatiningrum, Guru Professional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi
Guru, ( Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), hlm.23.

6
Metode pembelajaran tidak harus menggunakan peralatan yang canggih tetapi
yang terpenting adalah peserta didik termotivasi untuk belajar lebih baik.

D. Sistem Pendidikan Indonesia di Era Modern

1. Sistem Pendidikan Nasional


Pasal 1 UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa Sistem
Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Berangkat
dari bunyi pasal ini dapat diketahui bahwa pendidikan adalah sistem yang
merupakan suatu totalitas struktur yang terdiri dari komponen yang saling
terkait dan secara bersama menuju kepada tercapainya tujuan. 6 Adapun
komponen-komponen dalam pendidikan nasional antara lain adalah
lingkungan, sarana-prasarana, sumberdaya, dan masyarakat. Komponen-
komponen tersebut bekerja secara bersama-sama, saling terkait dan
mendukung dalam mencapai tujuan pendidikan.

Sistem pendidikan di Indonesia mengacu pada Sistem Pendidikan


Nasional yang merupakan sistem pendidikan yang akan membawa kemajuan
dan perkembangan bangsa dan menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah hal ini sebagaimana visi dan misi Sistem Pendidikan Nasional yang
tertuang dalam UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah
sebagai berikut:

“Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan


berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.”

Adapun misi yang diemban oleh SISDIKNAS adalah:

6
Soetarno, Makalah Sumber Daya Pendidikan Dengan Pendekatan Sistem, (Surakarta:
UMS, 2003), hlm.2.

7
“Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat (UU RI SISDIKNAS: 41).” 7

Sistem pendidikan dikelola sacara sentralistik, berlaku diseluruh tanah air.


Tujuan pendidikan, materi ajar, metode pembelajaran, buku ajar, tenaga
kependidikan, baik siswa, guru maupun karyawan, mengenai persyaratan
penerimaannya, jenjang kenaikan pangkatnya bahkan sampai penilaiannya
diatur oleh pemerintah pusa dan berlaku untuk semuua sekolah di seluruh
pelosok tanah air.

Sistem pendidikan berorientasi pada kepentingan dan bukan untuk


kepentingan anak didik, pasar dan pengguna jasa pendidikan atau masyarakat
dengan dalih bahwa strategi pendidikan nasional adalah untuk membekali
generasi muda agar mampu membawa bangsa dan negeri ini cepat sejajar
dengan bangsa dan Negara lain yang lebih maju. Namun dalam implikasi
perkembangannya tidak diperoleh sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
Keahlian dan penguasaan IPTEK yang diperoleh sesuai menamatkan studinya
berada dalam posisi dimiliki secara individual dan siap dijual melalui kontrak
kerja demi uang, dan bukan menjadikan diri sebagai ilmuwan yang dipeduli
dengan nilai-nilai kemanusiaan, bangsa, dan Negara. 8

2. Sistem Pendidikan Islam Indonesia di era Modern


Program modernisasi pendidikan Islam mempunyai akar-akarnya tentang
modernisasi pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan. Dengan kata
lain modernisasi pendidikan Islam tidak bisa dipisahkan dengan gagasan dan
program modernisasi Islam. Kerangka dasar yang berada dibalik modernisasi
Islam secara keseluruhan adalah modernisasi pemikiran dan kelembagaan
Islam merupakan prasyarat bagi kebangkitan kaum muslim di masa modern
ini.9
7
Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
8
Munirah, SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA: Antara Keinginan dan Realita, ULADUNA,
VOL. 2 NO. 2 Desember 2015: hlm.233-245
9
Azyurmadi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: Logos, 1990), hlm.20.

8
Modernisasi pendidikan Islam di Indonesia diawali oleh para pelajar
muslim Indonesia yang belajar ke Timur Tengah khususnya mereka yang
belajar di Mekkah. Setelah selesai mereka kembali dengan membawa
perubahan dalam pendidikan Islam dari cara tradisional ke pendidikan secara
lebih modern. 10

Dalam penjelasan pasal 15 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003


menyebutkan bahwa Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar,
menengah dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran
agama atau menjadi ahli ilmu agama.

Paradigma baru pendidikan Islam merupakan langkah pemikiran yang


terus menerus harus dikembangkan melalui pendidikan untuk merebut
kembali pendidikan IPTEK, akan tetapi tidak melupakan pendidikan agama,
sebagaimana zaman keemasan dulu. Pencarian paradigma baru dalam
pendidikan Islam di mulai dari konsep manusia menurut Islam, pandangan
Islam terhadap IPTEK, dan setelah itu baru dirumuskan konsep atau sistem
pendidikan Islam secara utuh.

Ciri khas pendidikan Islam modern, bukan hanya bersifat ukhrowi saja,
tetapi juga berbicara tentang duniawi, sehingga pendidikan modern ini
mengarah kepada 2 kebahagiaan, yaitu kebahagiaan dunia dan kebahagiaan
akhirat. Proses-Proses pembelajarannya pun bukan hanya terfokus kepada
guru, tetapi seluruh komponen merupakan pusat pembelajaran termasuk
lingkungan dan murid. Hal ini diarhakan, siswa bukan hanya hebat disisi
kognitif saja, tetapi juga dari segi afektif dan psikomotorik juga mengena
kepada siswa.11

10
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.288.
11
Moh. Khoiruddin, Pendidikan Islam Tradisional dan Modern, Tasyri’: Vol 25, Nomor 2,
Oktober 2018.

9
E. Peran Kyai dan Guru Agama dalam Sistem Pendidikan Indonesia di
Era Modern
Dalam masyarakat tradisional seseorang dapat menjadi kyai atau berhak
disebut kyai, jika ia diterima masyarakat sebagai kyai, karena banyak orang
yang minta nasehat kepadanya, atau mengirimkan anaknya untuk belajar
kepadanya. Peranan kyai lebih terfokus pada lembaga pendidikan pesantren.
Peran kyai dalam pendidikan pesantren adalah sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi yang sifatnya absolut, sehingga dalam seluruh kegiatan yang ada di
pesantren haruslah atas persetujuan kyai. Bahkan dalam proses
pentransformasian ilmu pun yang berhak menentukan adalah kyai. Ini terlihat
dalam penentuan buku yang dipelajari, materi yang dibahas, dan lama waktu
yang dibutuhkan dalam mempelajari sebuah buku, kurikulum yang
digunakan, penentuan evaluasi, dan tata tertib  yang secara keseluruhan
dirancang oleh kyai. Keabsolutan ini juga dipengaruhi oleh tingginya
penguasaan kyai terhadap sebuah disiplin ilmu. Oleh karena itu kecakapan,
kemampuan, kecondongan kyai terhadap sebuah disiplin ilmu tertentu akan
mempangaruhi sistem pendidikan yang digunakan dalam sebuah pesantren.
Sehingga ada beberapa kyai yang mengharamkan pelajaran umum diajarkan
di pesantren karena adanya pengaruh yang kuat terhadap cara berfikir dan
pandangan hidup kyai.
Kekurangan kyai dalam pendidikan adalah kurang beragamnya metode
pengajaran yang digunakan. Sistem yang digunakan oleh kyai dalam
mengajar adalah sistem pengajaran berbentuk halaqah dimana kyai hanya
membacakan kitabnya dan santri menyimak, kemudian kyai menterjemahkan
dan menjelaskannya.12 Tetapi seiring dengan berkembangnya sistem
pendidikan, maka cara seperti inipun mulai ditinggalkan. Sebab  dinilai
kurang efektif karena interaksi hanya berjalan satu arah. Selain kurangnya
metode pengajaran kekurangan lain dari kyai adalah kurang berkerja sama

12
Karel A Steenbink,  Pesantren Madrasah Sekolah; Pendidikan Islam dalam Kurun
Modern.  (Jakarta : LP3ES, 1986), hlm.14.

10
dengan pengajar lain secara maksimal sehingga hasil pengajarannya kurang
optimal jika dihadapkan pada santri dalam skala besar.
Peran Kyai dan Guru Agama dalam Masyarakat Tradisional :
1. Kyai merupakan guru agama atau orang yang mengajarkan agama di
pesantren dan guru penyiar agama ( da'i)
2. Kyai memerankan dirinya dirinya sebagai tabib dari kalangan masyarakat
santri
3. Kyai sebagai pemimpin informal karena dapat menjadi penengah
perselesaian di masyarakat
4. Kyai sebagai guru supranatural
5. Kyai bertindak sebagai imam sholat

Peran Kyai dan Guru Agama dalam Pendidikan Tradisional:

1. Guru membaca Al- Qur'an


2. Pemimpin pesantren; karismatik
3. Kurikulum menurut perjenjangan kitab
4. Membuat tata tertib pesantren
5. Merancang sistem evaluasi
6. Ilmu; sakral, mapan, diperoleh melalui berkah kyai, dan tekstual

7. Ketrampilan; merupakan bagian integral dari kehidupan santri

8. Kyai sebagai sumber belajar dan moral tunggal

Peran Kyai dan Guru Agama dalam Pendidikan Modern (PN dan PNF):

1. Sebagai pembina dan pendidik serta pemimpin bagi santri – santrinya


2. Memberikan keteladanan, kekokohan aspek batin yang ditunjukkan dalam
bentuk peribadatannya
3. Sebagai pemimpin madrasah menjadi pengajar atau pendidik dan
bahkan ahli hukum Islam
4. Membuka sistem pendidikan madrasah dan umum (PF dan PNF)

11
5. Turut mencetak kader-kader bangsa yang berkompeten dalam bidang
religius dan science-nya
6. Ilmu; profan, instrumental, belum mapan, dan dicari melalui akal
7. Kyai bukan merupakan sumber tunggal, tetapi kyai masih tetap
menjadi tokoh kunci

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, yang memiliki visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah. Menjadi guru profesional tidak hanya dilihat dari mengajarnya
guru saat di kelas saja. Tetapi lebih jauh dari itu guru mempunyai peran
yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan siswa
menghadapi perkembangan zamannya. Sebagaimana yang dikemukan
Mulyasa, Peran guru antara lain:13
a. Guru sebagai pendidik Guru dikatakan sebagai pendidik, karena guru yang
menjadi tokoh dan panutan bagi para peserta didik dan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru harus mempunyai kualitas pribadi tertentu yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, dan disiplin. Mengenai tanggung
jawab guru harus mengetahui dan memahami nilai, norma moral dan sosial
serta berusaha berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang ada. Selain
itu, guru juga harus bertanggung jawab dalam pembelajaran di sekolah,
dan dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Guru sebagai pengajar. Guru selain sebagai pendidik, juga mempunyai
peran sebagai pengajar. Guru membantu peserta didik yang sedang
berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum pernah diketahuinya,
membentuk kompetensi, memahami materi yang dipejari dan
mengembangkan bakat yang telah dimiliki.

13
Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm.262.

12
c. Guru sebagai pendorong kreativitas. Guru sebagai pendorong kreativitas
dimaksudkan guru senantiasa berusaha menemukan cara yang baru dan
cara yang lebih baik dalam melayani para peserta didik. Sehingga para
peserta didik akan menilai bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan
sesuatu secara rutin dan terkesan monoton.
d. Guru sebagai mediator dan Fasilitator Sebagai mediator guru harus
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk
lebih mengefektifkan proses pembelajaran. Namun tidak hanya memiliki
pengetahuan dan pemahaman mengenai media pendidikan, karena seorang
guru juga memiliki keterampilan dalam memilih dan menggunakan media
pendidikan yang digunakan.

Guru agama harus memiliki ilmu pengetahuan tentang perkembangan


dunia setiap zaman, seperti zaman modern, bahwa zaman ini telah merubah
tata desa ke tata kota hingga perubahan gaya hidup, merubah perilaku,
merubah pola pikir.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kyai dahulu adalah sebutan yang pantas diberikan kepada orang yang
mendirikan, mengasuh dan memimpin pesantren, tetapi saat ini gelar kyai
juga dapat diberikan kepada orang yang memiliki keunggulan dalam
menguasai ajaran agama Islam serta mampu memberikan pengaruh yang
besar pada masyarakat. Sementara itu guru agama islam merupakan seorang
pendidik yang memiliki wewenang dan tanggung jawab mengajarkan ajaran
islam dan membimbing peserta didik ke arah pencapaian kedewasaan serta
membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga akan seimbang
antara kebahagiaan dunia dan akhirat. Sistem pendidikan Indonesia di era
modern membawa banyak perubahan. Paradigma baru pendidikan Islam
merupakan langkah pemikiran yang terus menerus harus dikembangkan
melalui pendidikan untuk merebut kembali pendidikan IPTEK, akan tetapi
tidak melupakan pendidikan agama, Oleh karena itu peran kyai dan guru
agama sangat penting dalam hal tersebut. Peranan kyai lebih terfokus pada
lembaga pendidikan pesantren sebagai pembina, pengasuh pendidik pesantren,
pemimpin madrasah, turut mencetak mencetak kader-kader bangsa yang
berkompeten dalam bidang religius dan science-nya. kemudian guru agama
islam berperan sebagai pendidik, pengajar, pendorong kreativitas siswa,
sebagai mediator dan fasilitator serta sebagai pembimbing siswa dalam
menghadapi berbagai problematika zaman.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi pembaca. Apabila terdapat
kesalahan maupun kekurangan, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dalam penyajian makalah selanjutnya lebih baik.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyurmadi. 1990. Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju


Milenium Baru. (Jakarta: Logos).
Dhofier, Zamachsjari. 1982. Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai. (Jakarta: LP3ES).
Drajat, Zakiah. 2008. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. (Jakarta: Bumi
Aksara).
Lubis, Taufiq. 2012. Peran Kyai Dalam Pengembangan Pendidikan Agama Islam
Di Pesantren Lirboyo Kediri. (Malang: Tesis Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim).
Moh. Khoiruddin. 2018. Pendidikan Islam Tradisional dan Modern. Tasyri’: Vol
25, Nomor 2, Oktober 2018.
Muhaimin, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. (Surabaya: Citra Media).
________. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Jakarta:
Raja Grafindo Persada).
Munirah, SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA: Antara Keinginan dan
Realita. ULADUNA, VOL. 2 NO. 2 Desember 2015.
Nata, Abuddin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan
Pertengahan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada).
Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Soetarno. 2003. Makalah Sumber Daya Pendidikan Dengan Pendekatan Sistem.
(Surakarta: UMS).
Steenbink, Karel A. 1986.  Pesantren Madrasah Sekolah; Pendidikan Islam
dalam Kurun Modern. (Jakarta : LP3ES).
Suprihatiningrum, Jamil. 2004. Guru Professional Pedoman Kinerja, Kualifikasi,
& Kompetensi Guru. ( Jakarta: Ar-Ruzz Media).

16

Anda mungkin juga menyukai