DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3 :
1. Annisa (2010010)
2. Dewi Syahfitri (2010064)
3. Mar Anjani Tanjung (2010011)
4. Mutiarani (2010004)
5. Nurmala (2010030)
FAKULTAS TARBIYAH
2021/2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim puji syukur kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat
dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam dengan judul materi : “Karakteristik Pendidikan Bercorak Islam di Indonesia II
(Modern)”
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Dosen Pembimbing dan teman yang terlibat dalam
memberikan bantuan moril maupun materil dalam menyelesaikan makalah ini.
Sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan, penulis meminta maaf sebesar-
besarnya dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
depan, semoga bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pendidikan Bercorak Islam di Indonesia pada Masa Modern ............... 2
B. Karakteristik Lembaga Pendidikan Islam (Modern) ................................................... 3
C. Karakteristik Konsep Pendidikan Islam Modern Menurut Para Ahli .......................... 7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana kita tahu bahwa sejarah perkembangan dan pertumbuhan pendidikan Islam di
Indonesia antara lain ditandai oleh adanya lembaga-lembaga pendidikan Islam yang amat
bervariasi, namun antara satu dan yang lainya memiliki hubungan subtansial dan fungsional.
Dinamika pertumbuhan dan perkembaanga lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut selain
dipengaruhi oleh factor internal dari para pendirinya, juga tidak lepas dari pengaruh eksternal yang
bersifat global. Kedua pengaruh ini satu dan yang lainya secara akumulatif berpadu menjadi satu
dan menghasilkan bentuk dan corak dari lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Menurut Azyumardi Azra ada beberapa lembaga pendidikan Islam yang bersifat tradisional
diantaranya surau, langgar, meunasah, madrasah dan pesantren ada juga perguruan tinggi dan
madrasah yang sifatnya unggulan, dengan demikian apa saja yang menjadi karakteristik dan cirri
khusus lembaga pendidikan Islam tersebut ? dalam makalah ini penulis mencoba akan
menguraikanya sesuai dengan porsi masing-masing. Namun penulis secara komprehensif akan
banyak memfokuskan bahasan pada lembaga pendidikan Islam pesantren, mengingat lembaga ini
sampai saat ini tetap eksis dengan berbagai corak ragam dan perkembanganya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik pendidikan bercorak Islam pada masa modern ?
2. Bagaimana karakteristik lembaga-lembaga pendidikan Islam pada masa modern ?
3. Bagaimana karakteristik konsep pendidikan islam modern menurut para ahli ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan Islam pada masa modern
2. Untuk mengetahui karakteristik lembaga-lembaga pendidikan Islam di masa modern
3. Untuk mengetahui karakteristik konsep pendidikan Islam di masa modern menurut para ahli
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
https://arieslailiyah.blogspot.com/2021/04/karakteristik-pendidikan-yang-bercorak.html?m=1
2
Berdasarkan pengertian tersebut, maka proses pendidikan Islam adalah sebuah proses yang
dapat dilakukan berdasarkan konseptualisasi menuju manusia paripurna (insan kamil) yang
strateginya telah tersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan Islam. Adapun ciri-ciri
kurikulum pendidikan Islam adalah :2
a) Tujuan utama kurikulum adalah terciptanya karakter beragama dan berakhlak
b) Terwujudnya pengembangan dan bimbingan secara ntens terhadap dimensi peserta didik
dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual.
c) Terwujudnya korvergensi antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan
pengajaran
Sedangkan dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam adalah :3
a) Dasar Agama, yakni pengembangan kurikulum harus sesuai dengan ajaran agama peserta
didik yang teguh dalam keimanan, militan dan beragama, mulia dalam berakhlak.
b) Dasar filsafat, yakni kurikulum pendidikan Islam harus disusun dan dikembangkan
berdasarkan wahyu Tuhan dan tuntutan Nabi Muhammad Saw., serta warisan para ulama.
c) Dasar psikologis, yaitu kurikulum tersebut harus sesuai dengan kejiwaan, tahap kematangan
dan semua segi perkembangannya
d) Dasar sosial, yaitu diharapkan sebuah kurikulum bisa turut serta memproses mental
kemasyarakatan peserta didik, penyesuaian mereka dengan lingkungannya, pengetahuan dan
kemahiran merekadalam membina umat dan bangsanya.
2
http://muhtarom84.blogspot.com/2009/11/karakteristik-dan-ciri-khusus-lembaga.html?m=1
3
https://arieslailiyah.blogspot.com/2021/04/karakteristik-pendidikan-yang-bercorak.html?m=1
4
Kafrawi. Pembaharuan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Sebagai Usaha Peningkatan Prestasi Kerja dan
Pembinaan Kesatuan Bangsa. Jakarta: Cemara Indah. 1978, hlm 36-38
3
pesantren, mesjid sebagai tempat pengajaran diberikan, dan tempat penginapan santri
(bilik). Menurut Zamakhsyari Dhofier,5 baik pesantren khalafi kecuali pondok Gontor,
tetap mempertahankan unsur- unsur tradisional, yaitu pondok, mesjid, pengajaran kitab-
kitab Islam klasik, santri, dan kiai. Dalam lingkungan fisik itu, diciptakan semacam cara
kehidupan yang memiliki sifat dan ciri tersendiri dimulai dengan jadwal kegiatan yang
memang menyimpang dari pengertian masyarakat pada umumnya. Kegiatan di pesantren
berkisar pada pembagian waktu berdasarkan waktu shalat wajib yang lima. Dengan
sendirinya pengertian waktu pagi, siang, dan sore di pesantren menjadi berbeda dengan
pengertian di luar. Dalam hal inilah, misalnya, sering di jumpai santri yang menanak nasi
di tengah malam, mencuci pakaian menjelang terbenam mata hari. Dimensi waktu yang
unik ini ercipta karena kegiatan pokok pesantren di pusatkan pada pemberian pengajian
kitab- kitab teks (al- kutub al- muqarrah) pada setiap selesai shalat wajib. Demikian pula
ukuran lamanya waktu yang di pergunakan sehari- hari; pelajaran waktu di tengah hari dan
malam lebih panjang dari pada waktu petang dan subuh. Corak kehidupan pesantren juga
dapat dilihat dari struktur pengajaran yang di berikan. Dari sistematika pengajaran,
dijumpai jenjang pelajaran yang berulang–ulang dari tingkat ke tingkat, seakan-akan tanpa
akhir. Persolan yang diajarkan seringkali pembahasan serupa yang di ulang- ulang selama
jangka waktu bertahun- tahun, walaupun buku teks yang dipakai berbeda. Biasanya
dimulai dengan kitab kecil (mabsuthat); kemudian berpindah ke kitab sedang
(mutawassithat); sampai kitab yang besar (al-kutub al-‘ulya). Masing- masing kitab di
pelajari bertahun- tahun; bahkan pengajaran di pesantren tidak mengenal kata selesai atau
tamat. Demikian juga tentang kenaikan tingkat, seorang santri lebih cenderung memilih
mengulang kembali kitab yang sebenarnya sudah di pelajarinya bertahun- tahun. Persoalan
kenaikan tingkat bukan suatu yang harus di jalani, melainkan yang di pentingkan adalah
kedalam dan keluasan ilmu dengan menguasai kitab- kitab yang di tetapkan.
a. Masjid
Pembelajaran di pesantren yang dilakukan kyai biasanya dilakukan di masjid. Masjid
adalah pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar. Masjid merupakan sentral sebuah
pesantren karena disinilah pada tahap awal bertumpu seluruh kegiatan di lingkungan
pesantren. Tetapi seiring dengan perkembangan jumlah santri belajar berlangsung di
bangku, tempat khusus dan ruangan-ruangan khusus untuk halaqah-halaqah. Bahkan
perkembangan terahir menunjukan adanya ruang kelas-kelas sebagaimana terdapat pada
madarasah. Masjid dalam sejarah Islam, bukanlah sarana kegiatan peribadatan semata,
lebih jauh dari itu masjid menjadi pusat bagi segenap aktivitas Nabi Muhammad dalam
5
Zamakhsyari. Tradisi Pesantren : Study Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES. 1982.
4
berinteraksi dengan umat. Masjid, menurut Nurcholish Madjid dapat juga dikatakan
sebagai sarana terpenting masyarakat Islam, dalam pandangan Nurcholish Madjid,
pembangunan masjid adalah modal utama Nabi ketika berjuang menciptakan masyarakat
beradab.
b. Buku-buku modern
c. Materi Pelajaran
Materi pelajaran yang disajikan kolaborasi kurikulum pendidikan agama (termasuk kitab-
kitab lasik) dan mata pelajaran umum.
d. Ideologi
Pada umumnya menganut theosentris humanistic yang mengacu pada pada pandangan-
pandangan ketuhanan dan kemanusiaan.
6
Khoiruddin, Moh. “Pendidikan Islam tradisional dan Modern”. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2018, hlm 23
5
Bentuk keberhasilan tersebut, yaitu:7
a) Terjadinya peningkatan kualitas guru melalui berbagai program pendidikan (seperti S2 dan
S3) dan program pelatihan.
b) Meningkatkan mutu lulusan pendidikan madrasah yang tampak dengan kecilnya
kesenjangan prestasi siswa madrasah dengan sekolah umum.
c) Meningkatnya animo para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah seiring
dengan meningkatnya daya tampung madrasah.
d) Mulai terbentuknya networking antara madrasah dengan berbagai perguruan tinggi,
khususnya dengan STAIN, IAIN, dan UIN dan perguruan tinggi agama lainya.
Madrasah Terpadu adalah sebuah konsep pengembangan madrasah yang mencoba
mensinergikan berbagai potensi kekuatan MI, MTs dan MA yang berada dalam satu lokasi untuk
membantu, saling mengisi kekuatan dan kelemahan masing-masing untuk mendorong peningkatan
kualitas pendidikan madrasah.
7
Khoiruddin, Moh. “Pendidikan Islam tradisional dan Modern”. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2018, hlm 32
8
http://muhtarom84.blogspot.com/2009/11/karakteristik-dan-ciri-khusus-lembaga.html?m=1
6
C. Karakteristik Konsep Pendidikan Islam Modern Menurut Para Ahli9
Konsep pendidikan modern menurut Mohammad Natsir adalah pendidikan berdasarkan
konsep ketuhanan namun bersifat universal. Artinya pendidikan yang tetap berpijak pada ajaran
Islam secara utuh namun mampu menempatkan diri dalam tatanan dunia modern global dalam
rangka menjawab sekularisasi ilmu pengetahuan dan pendidikan yang semakin mejauhkan
kehidupan umat manusia dari agama. Pemikiran Mohammad Natsir ini ditinjau dari isi teorinya bisa
dipahami bahwa ini merupakan suatu reformasi pemikiran pendidikan Islam, khususnya di bidang
kurikulum dan metode pendidikan. Pendidikan modern berdasarkan ketuhanan ini maksudnya yaitu
pendidikan berlandaskan keimanan kepada Allah swt. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhammad
„Athiyah al-Abrasy, sebagaimana telah dikutip oleh abdurrahman Assegaf al-Abrasy menyatakan:
“Iman sebagai landasan utama dalam Pendidikan Islam, iman adalah perasaan psikologis manusia
terhadap sang penciptanya dan yang menciptakan Islam. Berpegang teguh pada iman kepada Allah,
keesaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan keagungan-Nya merupakan landasan Islam dan merupakan
rahasia kekuatan Islam”.
Kurikulum pendidikan Islam menurut Mohammad Natsir harus bersifat menyeluruh dalam
bidang-bidang disiplin ilmunya. Kurikulum pendidikan Islam tidak cukup hanya dengan
mengandalkan ilmu-ilmu di bidang fiqh, aqidah, dan akhlak saja, karena tantangan terhadap agama
di dunia modern ini beragam macamnya dan semakin kuat menggiring umat manusia kepada
kehidupan yang sekuler yang berakhir pada sikap anti Tuhan (atheis). Oleh sebab itu maka menurut
Mohammad Natsir dalam kurikulum pendidikan Islam sangat perlu ditambahkan bidang ilmu-ilmu
yang lainnya, seperti ilmu Sains dan teknologi, ilmu kedokteran, ilmu bahasa (penguasaan bahasa
asing), dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Pemikiran Mohammad Natsir dalam Pendidikan Islam Modern
ini sejalan dengan pemikiran Abdurrahman an-Nahlawi. Ia menyatakan: “seluruh alam adalah milik
Allah. Atas dasar ini maka seluruh ilmu duniawi berubah menjadi salah satu faktor pembinaan jiwa
insani secara rabbani melalui pendidikan islami yang bertopang kukuh pada dasar-dasarnya.
Keterpaduan kurikulum seperti itu tidak lagi memecah dan memisah-misah mana ilmu agama dan
mana ilmu dunia”.
Selanjutnya an-Nahlawi berpendapat bahwa: “Mempelajari ilmu-ilmu kealaman
dimaksudkan tidak lain agar manusia memanfaatkan apa-apa yang telah diperuntukan Allah, baik
yang ada di daratan, lautan, maupun di udara, seperti berbagai kekuatan angin, air, pertanian, dan
pertambangan. Disamping itu agar manusia bersyukur kepada Allah atas semua itu, dan
menyucikan-Nya sambil merasakan keagungan-Nya. Ilmu sosial menunjukan kepada manusia
sunnahsunnah Allah, mengikatkan manusia kepada ajaran Islam, serta menyadarkan kepada ummat
Islam untuk menjadi tentara Allah, pembela agama dan Rasul-Nya”.
9
Umar, Bukhari. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah. 2010, hlm 37-43
7
Dilihat dari banyaknya bidang ilmu yang harus masuk dalam kurikulum pendidikan Islam,
dan tidak mungkin semua orang menguasai seluruh bidangbidang ilmu tersebut, maka dalam
gagasan pendidikannya ini Mohammad Natsirmenjadikan ilmu aqidah dan akhlak beserta sebagian
ilmu fiqih sebagai landasan dasar dari ilmu-ilmu yang lain. Artinya setiap orang yang berusaha
memperdalam bidang ilmu-ilmu tertentu seperti ilmu sains dan sosial sebagaimana di atas telah
disebutkan, diharuskan memahami terlebih dahulu ilmu-ilmu akhlak, aqidah, dan sebagian ilmu
fiqih, sehingga ilmu apapun yang oleh seorang muslim dipelajari, tidak akan membawa dirinya
menyimpang dari tujuan akhir pendidikan Islam, yakni menjadi hamba Allah yang beriman. Hal ini
bisa dipahami dari konseppendidikannya sebagaimana penulis telah kemukakan di atas, yaitu
Tauhid sebagai asas pendidikan dan pendidikan berdasarkan nilai agama.
Begitu pula dengan metode pendidikan, Mohammad Natsir berpendapat bahwa metode
pendidikan dalam Islam harus bersifat dinamis, yakni mengikutiperkembangan jaman. Karena dari
masa ke masa pola berpikir dan berperilakuumat manusia selalu berubah-ubah, dan tentunya dengan
syarat motode tersebut tidak bertentangan dengan pokok dasar ajaran Islam. Hal ini bisa dipahami
dari gagasannya tentang penguasaan bahasa asing, kebebasan berpikir sebagai tradisiilmu, dan
hubungan pendidikan dan masyarakat. Pemikiran Mohammad Natsir sesuai pula dengan pendapat
KH. Abdullah Syukri Zarkasy, MA. Pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo. Ia
berpendapat: “Integrasi atau Perpaduan antara keilmuan umum dengan keilmuan agama Islam ini
diharapkan dapat menjembatani antara kedua sistem tersebut. Sehingga keduanya dapat berperan
saling melengkapi. Dalam hal ini, para pendiri pondok sering mengatakan bahwa tujuan pendidikan
Gontor adalah mencetak ulama yang intelek”
Dalam realitas pendidikan Islam sekarang (abad ke 20 hingga awal abad ke 21) khususnya
di Indonesia banyak bermunculan pesantren dan sekolahsekolah Islam yang mengintegrasikan
kurikulumnya antara ilmu pengetahuanumum dan ilmu pengetahuan agama. Hal ini bisa dilihat dari
kegiatan pendidikan di Madrasah-Madrasah dan pondok pesantren modern seperti Pondok
pesantren Gontor, dan pondok pesantren lainnya, juga Sekolah-sekolah Islam Terpadu yang
semuanya memadukan kurikulum keilmuan berbasis agama dan kurikulum keilmuan umum. Hal ini
bisa dipastikan adalah hasil perjuangan para pakar pendidikan seperti Mohammad Natsir dan tokoh
lainnya dan diteruskan oleh para murid-murid dan pengikutnya sampai sekarang.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan modern, memiliki beberapa karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan
pendidikan tradisional. Hal ini dikarenakan pendidikan modern, jelas lebih mengarah mengikuti
perubahan zaman. Ciri khas pendidikan Islam modern, bukan hanya bersifat ukhrowi saja, tetapi
juga berbicara tentang duniawi, sehingga pendidikan modern ini mengarah kepada 2 kebahagiaan,
yaitu kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Proses pembelajarannyapun bukan hanya
terfokus kepada guru, tetapi seluruh komponen merupakan pusat pembelajaran termasuk
lingkungan dan murid. Hal ini diarhakan, siswa bukan hanya hebat disisi kognitif saja, tetapi juga
dari segi afektif dan psikomotorik juga mengena kepada siswa.
9
DAFTAR PUSTAKA
Kafrawi. Pembaharuan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Sebagai Usaha Peningkatan Prestasi
Kerja dan Pembinaan Kesatuan Bangsa. Jakarta: Cemara Indah. 1978.
Khoiruddin, Moh. “Pendidikan Islam tradisional dan Modern”. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2018.
Zamakhsyari. Tradisi Pesantren : Study Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES. 1982.
http://muhtarom84.blogspot.com/2009/11/karakteristik-dan-ciri-khusus-lembaga.html?m=1
https://arieslailiyah.blogspot.com/2021/04/karakteristik-pendidikan-yang-bercorak.html?m=1
10