Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta
Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Endah Kurniawati, M.Pd. I.
Disusun oleh:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................ 10
A. Simpulan .................................................................................................... 10
B. Saran ........................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seluruh komponen atau
aspeknyadidasarkan pada ajaran Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar
mengajar, pendidik, peserta didik, hubungan pendidik dan peserta didik,
kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan dan aspek
atau komponen pendidikan lainnyadidasarkan pada ajaran Islam.
Ajaran atau nilai-nilai Islam dalam hal ini tentu memiliki peran
sebagai dasaryang sangat penting demi terwudnya pendidikan yang ideal.
Tentu pendidikan yangdapat memberikan kemajuan dalam peradaban
Islam. Namun dalam realitanya tidak dapat dipungkiri banyak sekali
probematikayang ada tentu berkaitan dengan pendidikan yang mendasari
perkembangan pendidikan Islam. Seperti contohnya adalah sudut pandang
yang menyatakan bahwaada pembagian yaitu pendidikan agama dan
pendidikan umum. Dalam isitilah lainnya juga ada yang mengatakan ilmu
agama dan ilmu umum. Hal tersebut tentu menjadi masalah bagi kemajuan
peradaban Islam yang menyangkut penguatan atau pembentukan karakter
dan kemjuan dalam bidang sains dan teknologi. Fenomenademikian juga
sering disebut dengan istilah dikotomi pendidikan yaitu pemisahanantara
pendidikan atau ilmu umum dengan pendidikan atau ilmu agama.
Problematika terkait dikotomi pendidikan dan ilmu tentu akan
membatasi dan sangat menghambat menciptakan pendidikan yang ideal.
Pendidikan yang seharusnya dapat mencapai tiga domain afektif, kognitif
dan psikomotorik akan terhambat dengan sudut pandang seperti ini. Maka
idealnya setiap individu mampu mencapai kompetensi tersebut dengan
menyeluruh agar pendidikan benar-benar mampu menciptakan generasi
yang berkarakter namun tetap menguasai masalah ilmu pengetahuan dan
teknologi.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan holistik komprehensif ?
2. Apa tujuan pendidikan holistik ?
3. Bagaimana implementasi pendidikan holistik komprehensif ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan holistik komprehensif
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan holistik
3. Untuk mengetahui implementasi pendidikan holistik komprehensif
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Nanik Ribiyanto dan Dany Haryanto, Strategi Pembelajaran Holistik di Sekolah (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2010), hlm. 01
2
Abuddin Nata, Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multisipliner (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2013), hlm. 271
3
pendidikan tersebut, misalnya lulusan pendidikan yang hanya memiliki
keunggulan dari segi intelektual dan keterampilan, namun kurang dari segi
moral, spiritual dan akhlak, pendidikan yang cenderung menjadi komoditas
yang diperdagangkan dan dikelola dengan pendekatan bisnis, pendidikan
yang selalu tertinggal dari perkembangan zaman, pendidikan yang kurang
link and mach dengan kebutuhan masyarakat, pendidikan yang cenderung
membonsai atau mengkerdilkan peserta didik, pendidikan yang
membosankan, pendidikan yang belum mencerahkan, lingkungan
pendidikan yang kurang kondusif dan berbagai masalah lainnya.
Konsep pendidikan holistik komprehensif telah mencoba
memaksimalkan aspek kreatif-inovatif pendidikan, seperti pada
pembelajaran yang berbasis karakter, bercorak reflektif, mengintegrasikan
kurikulum, mengutamakan pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan
mencerahkan, menyempurnakan proses transformasi pendidikan,
memberdayakan interaksi keilmuan yang dinamis, memfokuskan tujuan
demi pendidikan masa depan, memanfaatkan kemampuan dasariah (basic
skill), mengolah pengalaman siswa, bercorak kontekstual, menumbuhkan
spiritualitas anak, mewujudkan pribadi yang berintegritas, mengenalkan
seni holistik untuk penggalian metodologi pembelajaran, menjawab
tantangan pendidikan, menawarkan transformasi sebagai sarana problem
solving pembelajaran holistik, mengkiritisi Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), pemberian hak otonomi penuh pada sekolah, Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) sebagai sarana pendidikan holistik, serta mencetak generasi
yang berkualitas.3
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa desain pendidikan
holistik komprehensif banyak agenda yang harus diselesaikan, yakni
sebanyak komponen pendidikan dengan berbagai elemen lainnya yang
terkait. Berbagai aspek tersebut masih perlu kajian dan pendalaman dengan
menggunakan berbagai akar landasan sebagaimana tersebut di atas.
3
Nanik Rubiyanto, Strategi Pembelajaran Holistik di Sekolah (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2010), hlm. 114
4
Berbagai kajian tersebut mengharuskan adanya kerja keras dari para
pendidik, yakni pakar pendidikan di bidang kurikulum, proses belajar
mengajar, manajemen, sarana prasarana, dan pembiayaan.
B. Tujuan Pendidikan Holistik
Pendidikan holistik membantu mengembangkan potensi individu
dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan
menggairahkan, demokratis dan humanis melalui pengalaman dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta
didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri. Dalam arti, para siswa dapat
memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar
melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial,
serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya. Oleh karena itu,
upaya pendidikan holistik tidak lain adalah untuk membangun secara utuh
dan seimbang pada setiap murid dalam seluruh aspek pembelajaran, yang
mencakup spiritual, moral, imajinatif, intelektual, budaya, estetika, emosi
dan fisik yang mengarahkan seluruh aspek-aspek tersebut ke arah
pencapaian sebuah kesadaran tentang hubungannya dengan Tuhan yang
merupakan tujuan akhir dari semua kehidupan di dunia.4
Scott Forbes juga menyatakan pendapatnya mengenai tujuan
pendidikan holistik, diantaranya:
a. Mendidik anak secara keseluruhan
b. Mendidik siswa secara keseluruhan
c. Melihat seorang anak secara keseluruhan (masyarakat,
kemanusian, lingkungan, spiritual). Yang mana dari ketiga
tujuan tersebut berarti melihat bahwa seorang anak atau peserta
didik diarahkan untuk menjadi seorang yang seimbang dalam
kemampuan afektif, kognitif, serta afektifnya. Sehingga
pendidikan holistik bertujuan untuk mengembangkan seseorang
4
M. Latifah, Pendidikan Holistik. Bahan Kuliah (Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen. Institut Pertanian Bogor, 2008), 43.
5
dengan nurani yang menyeluruh, pandangan perdamaian, cinta,
dan pengetahuan.5
Untuk mencapai tujuan pendidikan holistik, maka kurikulum yang
dirancang harus diarahkan untuk mencapai tujuan pembentukan manusia
holistik. Termasuk di dalamnya membentuk anak menjadi pembelajar sejati,
yang senantiasa berpikir holistik, bahwa segala sesuatu adalah saling terkait
atau berhubungan. Beberapa pendekatan pembelajaran yang dianggap
efektif untuk menjadikan manusia pembelajar sejati di antaranya adalah
pendekatan siswa belajar aktif, pendekatan yang merangsang daya minat
anak atau rasa keingintahuan anak, pendekatan belajar bersama dalam
kelompok, kurikulum terintegrasi, dan lain-lain.
C. Implementasi Pendidikan Holistik Komprehensif
Pendidikan holistik adalah pendidikan yang mengembangkan
seluruh potensi peserta didik secara harmonis (terpadu dan seimbang),
meliputi potensi intelektual (intelectuall), emosional (emotional), phisik
(physical), sosial (social), estetika (aesthetic), dan spiritual (spiritual).
Masing-masing potensi hendaknya dikembangkan secara harmonis. Jangan
sampai terjadi kemampuan intelektualnya berkembang jauh
melebihikemampuan aspek lainnya. Manusia yang mampu
mengembangkan seluruh potensinya merupakan manusia yang holistik,
yaitu manusia pembelajar sejati yang selalu menyadari bahwa dirinya
adalah bagian dari sebuah sistem kehidupan yang luas, sehingga selalu ingin
memberikan kontribusi positif dan terbaik kepada lingkungannya.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan
potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan
dan menggairahkan, demokratis, dan humanis melalui pengalaman dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta
5
Sirous Mahmoudi, Ebrahim Jafari, Hasan Ali Nasrabadi, and Mohmmd Javad Liaghatdar,
Holistic Education: An Approach for 21 Century, Journal of International Education Studies Vol. 5,
No. 2, April 2012, 179.
6
didik diharapkan dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil
keputusan yang baik dan belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya.
Prinsip pendidikan holistik, yaitu:
a. berpusat pada Tuhan yang menciptakan dan menjaga kehidupan;
b. pendidikan untuk transformasi;
c. berkaitan dengan pengembangan individu secara utuh di dalam
masyarakat;
d. menghargai keunikan dan kreativitas individu dan masyarakat yang
didasarkan pada kesaling hubungannya;
e. memungkinkan partisipasi aktif di masyarakat;
f. memperkukuh spiritualitas sebagai inti hidup dan sekaligus pusat
pendidikan;
g. mengajukan sebuah praksis mengetahui, mengajar, dan belajar;
h. berhubungan dan berinteraksi dengan pendekatan dan perspektif yang
berbeda-beda.
Prinsip penyelenggaraan pendidikan holistik sebagai berikut:
a) keterhubungan (connectedness), Keterhubungan, dimaksudkan bahwa
pendidikan hendaknya selalu dihubungkan dengan lingkungan fisik,
lingkungan alam, lingkungan social, dan lingkungan budaya.
b) keterbukaan (inclusion), Keterbukaan, dimaksudkan bahwa
pendidikan hendaknya menjangkau semua anak tanpa terkecuali.
Semua anak pada hakikatnya berhak memperoleh pendidikan. dan
c) keseimbangan (balance). Keseimbangan, dimaksudkan bahwa
pendidikan hendaknya mampu mengembangkan ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik secara seimbang. Termasuk seimbang dalam
kemampuan intelektual, emosional, fisik, social, estetika, dan
spiritual.
Pendidikan holistik dapat dilihat dalam tiga kesatuan dimensi yang utuh
dan tidak boleh dipisahkan, karena antara yang satu dengan lainnya saling
berkaitan.
Ketiga dimensi tersebut yaitu:
7
a. Dimensi isi; Dimensi isi berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Pendidikan hendaknya mampu member ikan
pengetahuan, sikap,
b. Sekaligus keterampilan sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa dan
masyarakat.
c. Dimensi insentif; Dimensi insentif berkaitan dengan motivasi, emosi,
dan kemauan. Pendidikan hendaknya memperhatikan kondisi
psikhologis siswadan
d. Dimensi interaksi, Dimensi interaksi berkaitan dengan aksi,
komunikasi, dan kerja sama. Proses pendidikan akan efektif apabila
terjadi aksi, komunikasi, dan kerjasama antara pendidik dan peserta
didik.
Untuk mengetahui implikasi pendidikan holistik, antara lain adalah:
a) Pendidikan holistik mengembangkan keragaman strategi
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik;
b) Pendidik holistik membantu siswa untuk mengembangkan
potensinya;
c) Pendidik holistik menyusun lingkungan pembelajaran yang dapat
mengembangkan seluruh potensi peserta didik;
d) Pendidik holistik mengimplementasikan strategi penilaian yang
beragam.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas guru untuk memimpin
dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan guru lebih banyak
berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Forbes mengibaratkan
peran guru seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah
berpengalaman dan menyenangkan. Sekolah hendaknya menjadi tempat
peserta didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling
menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting,
perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kooperatif) lebih utama dari
pada persaingan (kompetitif). Maka dari itu implementasi pendidikan
holistik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi komponen
8
pokok, yaitu komponen tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode,
media dan sumber pembelajaran serta komponen evaluasi. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi sistem pembelajaran, yaitu guru, siswa, sarana dan
prasarana.6
6
Herry Widyastono, Muatan Pendidikan Holistik dalam Kurikulum Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jurnl Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, No. 4, hlm. 133-134.
9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan holistik komprehensif dibangun dalam rangka
mengatasi berbagai masalah kemanusiaan sebagai akibat dari dampak
era globalisasi, diantaranya menimbulkan kemorosan moral pada
sebagian kalangan masyarakat, kurang menghargai harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang memiliki hak-hak asasi yang harus
dihormati (dehumaniasi), dislokasi, munculnya gejala kepribadian yang
terpecah (splite personality), merasa terasing di tengah-tengah
kemodernan, munculnya hidup yang kurang bermakna, berorientasi
pada hukum transaksional, pendidikan yang mengutamakan aspek
kognitif, yakni wawasan dan keterampilan belaka, dan mengangggap
pendidikan sebagai investasi dan komoditas yang diperdagangkan.
Pendidikan holistik komprehensif dapat dibangun dari akar
landasan normatif (agama), psikologi, sosiologi, kultural, filsafat,
epistemologi, budaya,manajemen dan tasawuf. Agama Islam dengan
sifatnya yang univeral, mutlak, berisi ajaran tentang berbagai aspek
kehidupan manusia, dan juga filsafat Islam dengan sifatnya berpikir
secara mendalam, sistematik, radikal, universal, komprehensif, dan
holistik yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama memiliki posisi
yang strategis serta menyediakan bahan-bahan yang kaya untuk
membagun konsep pendidikan yang holistik komprehensif. Pendidikan
holistik komprehensif di Indonesia belum banyak dilakukan dalam
bentuk kajian yang mendalam, sementara itu, berbagai masalah
pendidikan yang haru dipecahkan daari waktu kewaktu demikian
banyak dan beragam. Untuk itu, kajian secara lebih khusus terhadap
agama dan filsafat dalam hubungannya dengan desain pendidikan
holistik harus terus menerus dilakukan secara berkesinambungan.
10
B. Saran
Dari makalah yang kami buat semoga menambah wawasan
tentang Pendidikan Islam Holistik dan Komprehensif. Penulis
menyadari makalah yang kami buat masih banyak kesalahan dan jauh
dari kata sempurna, sehingga penulis mengharapkan saran dari
pembaca. Penulis berharap tulisan ini dapat memberi manfaat.
11
DAFTAR PUSTAKA
12