Anda di halaman 1dari 24

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Tafsir Hadist Tarbawi Drs. Rafani, M.Pd.

’’Metode Pendidikan Dalam Islam’

Oleh :
Indah Purnama Sari (11715201381)
Indah Rahmayani (11715200433)
Solly Al Hayyu (11715201265)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan nikmat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
” Metode Pendidikan Dalam Islam”.
Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah, yaitu mata
kuliah Tafsir Hadist Tarbawi. Selanjutnya,terimakasih kami ucapkan kepada Dosen
mata kuliah, teman-teman,serta berbagai pihak dan sumber yang telah membantu
kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri
kami penulis dan para pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih
banyak kekurangan. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Pendidikan Dalam Islam .......................................3
B. Dasar Metode Pendidikan Dalam Islam..................................................4
C. Macam-Macam Metode Pendidikan Dalam Islam .................................5
1. Metode Drill dan Eksperimen...........................................................5
2. Metode Asistensi...............................................................................8
3. Metode Drama.................................................................................10
4. Metode Ceramah.............................................................................14
5. Metode Tanya Jawab......................................................................15
6. Metode Cerita dan Kisah.................................................................17
D. Urgensi Metode Pendidikan Dalam Islam............................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................20
B. Saran.....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai suatu ilmu Metodologi atau Metode merupakan bagian dari
perangkat disiplin keilmuan sebagai yang menjadi induknya. Hampir semua
ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu ilmu
pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi yaitu
metodologi pendidikan. Yaitu suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang
dipergunakan dalam pekerjaan mendidik.
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan
seseorang, karena dengan pendidikan seseorang dapat meraih cita-cita yang
diinginkan. Tentunya untuk mencapai cita-cita tersebut seseorang membutuhkan
pendidik untuk membantunya mewujudkan cita-citanya tersebut.
Karena pendidik adalah kunci utama dalam mencapai cita-cita yang
dinginkan oleh setiap orang, maka dalam hal ini pendidik harus bekerja keras
untuk hal yang demikian. Kerja keras itu harus didukung dengan kompetensi
yang dimiliki oleh seorang pendidik. Jika seorang pendidik tidak memiliki
kompetensi dalam bidang pendidikan, maka bisa dipastikan peserta didik tidak
akan dapat mencapai cita-citanya, begitupun dengan dunia pendidikan tidak akan
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu menjadikan peserta didik menjad insan
kamil.Tentunya seorang pendidik harus memiliki metode atau cara yang tepat
dalam mewujudkan itu semua.
Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “aththariqah ahammu minal
maddah”, bahwa metode jauh lebih penting dibanding materi, karena sebaik
apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan
tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan
mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak. Oleh

1
sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat,
disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat
memuaskan. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu
Allah SWT. kepada para sahabatnya bisa kita teladani, karena Rasul saw. sejak
awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para
sahabatnya. Strategi pendidikan yang beliau lakukan sangat akurat dalam
menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi
dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik.
Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga
beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual,
beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah SWT. dan syari’at-Nya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam
makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian metode pendidikan dalam Islam?
2. Apa saja dasar-dasar metode pendidikan dalam Islam?
3. Apa saja macam-macam metode pendidikan dalam Islam?
4. Bagaimana urgensi metode pendidikan dalam Islam?
C. Tujuan Penulisan
Berpedoman pada rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai dalam
makalah ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan metode pendidikan dalam Islam.
2. Untuk mendeskripsikan dasar-dasar metode pendidikan dalam Islam.
3. Untuk mendeskripsikan macam-macam metode pendidikan dalam
Islam.
4. Untuk mendeskripsikan urgensi metode pendidikan dalam Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Pendidikan dalam Islam
Metodologi secara bahasa berasal dari Bahasa Yunani yaitu, metodos yang
bermakna cara atau jalan, dan dari kata logos yang bermakna ilmu. Makna
metodologi secara istilah adalah ilmu menegenai beberapa cara atau jalan yang
ditempuh untuk sampai ketujuan.1 Sedangkan pengertian metode menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Jadi definisi dari metode memiliki arti adanya urutan kerja yang terencana,
sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna mencapai tujuan yang
telah direncanakan.
Pendidikan atau pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang ditujukan
untuk membelajarkan siswa. Dapat diartikan juga bahwa pembelajaran adalah
suatu usaha yang terencana dalam proses belajar mengajar. 2 Sedangkan
Pendidikan Islam merupakan usaha yang sistematis untuk membentuk manusia-
manusia yang bersikap, berpikir dan bertindak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang digariskan oleh Agama Islam untuk keselamatkan dan
kebahagiaan hidupnya di dunia maupun di akhirat. 3 Maka metodologi
pembelajaran dapat diartikan suatu cara atau jalan sistematis yang ditempuh oleh
pendidik dalam menyalurkan pengetahuan pada peserta didik. Dari beberapa
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metodologi Pendidikan Islam adalah
jalan yang dapat ditempuh pendidik untuk memudahkan dalam membentuk
pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuan Al-
Qur’an dan Hadits.
B. Dasar Metode Pendidikan Dalam Islam
1
Armai Arief, Pengentar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta Selatan: Ciputat
Pres, 2002), 87.
2
Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 107
3
Ibid., hlm. 88

3
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam banyak menyangkut
permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk
itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-
dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan merupakan
sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh
oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan
tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis,
biologis, psikologis, dan sosiologis.4
1. Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam
pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama
Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam
pelaksanaannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan
efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
2. Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh
dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan
biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya
intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam
seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
3. Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik
akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai
pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil
pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan
Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada
perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang
pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh

4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 216.

4
pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam
tataran rohani.
4. Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara
pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik
dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam
pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan
sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan
kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan
pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam
mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok
kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis
peserta didik.
C. Macam-Macam Metode Pendidikan Dalam Islam
Secara garis besar metode yang sering di gunakan dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut:5

1. Metode Drill dan Eksperimen


a. Hadist

A. ُ‫س ِعي ُد ْبن‬ َ ‫ َح َّدثَنِي‬:‫ قَا َل‬،ِ ‫ عَنْ ُعبَ ْي ِد هَّللا‬،‫ َح َّدثَنَا يَ ْحيَى‬:‫ قَا َل‬،‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ بَشَّا ٍر‬
‫سلَّ َم َد َخ َل‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ُ ‫ أَنَّ َر‬:َ‫ عَنْ أَبِي ه َُر ْي َرة‬،‫ عَنْ أَبِي ِه‬،‫س ِعي ٍد‬ َ ‫أَبِي‬
‫ فَ َر َّد‬،‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫سلَّ َم َعلَى النَّبِ ِّي‬ َ َ‫ ف‬،‫صلَّى‬ َ َ‫ ف‬،‫س ِج َد فَ َد َخ َل َر ُج ٌل‬ ْ ‫ال َم‬
َ َ‫ ف‬،‫ ثُ َّم َجا َء‬،‫صلَّى‬
‫سلَّ َم‬ َ ‫صلِّي َك َما‬ َ ُ‫ فَ َر َج َع ي‬،»‫ص ِّل‬َ ُ‫ فَإِنَّكَ لَ ْم ت‬،‫ص ِّل‬ َ َ‫«ار ِج ْع ف‬ ْ :‫َوقَا َل‬
،‫ص ِّل» ثَالَثًا‬ َ ُ‫ فَإِنَّ َك لَ ْم ت‬،‫ص ِّل‬
َ َ‫«ار ِج ْع ف‬ْ :‫ فَقَا َل‬،‫سلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫َعلَى النَّبِ ِّي‬
‫ «إِ َذا قُ ْمتَ إِلَى‬:‫ فَقَا َل‬،‫ فَ َعلِّ ْمنِي‬،ُ‫سنُ َغ ْي َره‬ ِ ‫ق َما أُ ْح‬ َ ِ‫ َوالَّ ِذي بَ َعثَكَ ب‬:‫فَقَا َل‬
ِّ ‫الح‬
‫ ثُ َّم‬،‫ار َك ْع َحتَّى تَ ْط َمئِنَّ َرا ِك ًعا‬ ْ ‫ ثُ َّم‬،‫آن‬ ِ ‫س َر َم َعكَ ِم َن القُ ْر‬ َّ َ‫ ثُ َّم ا ْق َر ْأ َما تَي‬،‫صالَ ِة فَ َكبِّ ْر‬
َّ ‫ال‬
5
Majid Khon, Abdul, Hadis Tarbawi, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2012), hlm: 34

5
َّ‫ارفَ ْع َحتَّى تَ ْط َمئِن‬
ْ ‫ ثُ َّم‬،‫اج ًدا‬
ِ ‫س‬َ َّ‫س ُج ْد َحتَّى تَ ْط َمئِن‬ْ ‫ ثُ َّم ا‬،‫ارفَ ْع َحتَّى تَ ْع ِد َل قَائِ ًما‬
ْ
‫ها (رواه البخارى‬ َ ‫ َوا ْف َع ْل َذلِكَ فِي‬،‫سا‬
َ ِّ‫صالَتِكَ ُكل‬ ً ِ‫َجال‬

Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW masuk ke masjid, kemudian
ada seorang laki-laki masuk juga untuk melaksanakan shalat. Setelah sholat
memberi salam kepada Nabi Saw Nabi pun menjawab dan bersabda: ‘’ Ulangi,
maka shalatlah sesungguhnya engkau belum shalat’’. Laki-laki itu mengulangi
shalat sebagaimana yang telah dilaksanakan. Kemudian datang memberi salam
kepada Nabi, beliau bersabda lagi: ‘’ Ulangi shalatlah, sesungguhnya engkau
belum shalat’’ sampai tiga kali. Laki-laki itu berkata :’’ Demi dzat yang mengutus
engkau dengan membawa kebenaran aku tidak dapat memperbaiki shalat
selainnya, maka ajarkanlah aku. Beliau bersabda :’’Jika kamu berdiri akan shalat
maka bertakbirlah kemudian bacalah apa yang mudah bersamamu daripada
Alquran, kemudian rukuklah sehingga tenang sebagai orang yang rukuk beneran
(thumakninah). Kemudian bangunlah dari rukuk sehingga tegak berdiri (I’tidal).
Kemudian sujudlah sehingga tenang sebagai orang yang sujud beneran
(thumakninah). Kemudian bangunlah dari sujud sehingga tenang sebagai orang
yang duduk (thumakninah) dan kerjakanlah demikian itu seluruh shalatmu’’ (HR.
Bukhari dan Muslim)

b. Penjelasan Hadist

Hadis di atas menjelaskan bagaimana Nabi mengajarkan shalat kepada


seorang sahabat yang belum biasa melakukannya dengan benar. Begitu beliau
duduk di dalam masjid ada seorang laki-laki dalam satu riwayat khalad bin Rafi’
bin kakek Ali bin Yahya sanad Hadist masuk ke masjid melakukan shalat
tahiyyatul-Masjid dua rakaat.

‘’laki-laki itu melaksanakan shalat kemudian memberi salam kepada Nabi


SAW’’. Al-Nasai melalui riwayat Daud bin Qays menambah shalat dua rakaat. Ini

6
memberikan isyarat bahwa shalat yang dikerjakannya adalah shalat sunah dan
yang lebih mendekati adalah shalat tahiyyatul-Masjid. selesai melaksanakan shalat
laki-laki ini menemui Rasulullah SAW dengan memberi salam. Beliau pun
menjawab salamnya. Kemudian Beliau bersabda: ’’ Ulangi shalatmu,
sesungguhnya engkau belum melaksanakan shalat’’

Laki-laki ini sudah melaksanakan shalat tetapi disuruh mengulangi shalatnya.


Hal ini terjadi dikarenakan shalatnya tidak didasari ilmu yakni meninggalkan atau
menggampangkan sebagian rukun shalat, misalnya rukuk dan sujudnya tidak ada
thumakninah (tenang sejenak seluruh anggota). Al- Qadhi ‘Iyadh berkata, bahwa
ibadahnya orang bodoh yang tidak didasari ilmu tidak cukup artinya tidak sah dan
tidak diterima. Laki-laki itu kembali mengulangi shalatnya. Kemudian memberi
salam kepada Nabi dan diperintahkan mengulangi shalatnya sampai diulang tiga
kali. Setelah itu ia menyerah kepada Nabi bahwa shalat ulangan yang ketiga itu
yang paling baik menurutnya. Ia minta diajarkan shalat yang benar.

Metode pengajaran shalat yang dilakukan Nabi pada hadist di atas dapat
disebut metode drill, ekperimen, dan demonstrasi. Karena seorang laki-laki
tersebut memperlihatkan bagaimana cara shalat yang benar dan berusaha
melaksanakannya secara benar, sehingga diulangi sampai tiga kali. Kemungkinan
ia sudah pernah belajar dari orang lain tetapi belum memenuhi sasaran yang benar.
Kemampuannya terbatas pelaksanaan shalatnya kurang benar kemudian diluruskan
dan didemonstrasikan Nabi SAW begini cara shalat yang benar. Metode
eksperimen disini guru yakni Nabi SAW bersama seorang sahabat tersebut sebagai
muridnya mengerjakan cara shalat yang benar sebagai latihan praktis dari apa yang
diketahui. Ia coba melakukan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuannya,
setelah tidak ada kemampuan memperbaiki shalatnya baru diluruskan oleh Nabi
SAW.

Hadist lain pengajaran Nabi menggunakan metode demonstrasi sebaimana:

7
Bahwa Kaldah bin al-Hanbal r.a memberitakan bahwa Shafwan bin Umayah
mengutusnya untuk mengantar susu, buah anggur, dan buah mentimun kepada Nabi
SAW sedangkan Beliau berada di pegunungan Mekkah dia berkata: ‘’Maka saya masuk
ke rumah Nabi SAW tanpa mengucapkan salam dan tanpa izin, Nabi SAW bersabda: ‘’
Kembalilah maka ucapkan : assalamu’alaikum bolehkah saya masuk’’? (HR. Abu Daud
dan at-Turmudzi)

Hadist tersebut mengajarkan kepada Kaldah bin Hanbal adab masuk rumah. Ketika
Kaldah masuk ke rumah beliau tidak izin dan tidak memberi salam, ia disuruh
mengulangi cara masuk ke rumah dengan menggunakan etika yang baik secara Islam
yakni memberi salam dan minta izin yang disebut dengan metode eksperimen atau drill
dimana setelah diajarkan cara masuk ke rumah kemudian Kaidah berlatih
melakukannya.

2. Metode Asistensi
a. Hadist

b. - ْ‫صو ٍر عَن‬ ُ ‫ عَنْ َم ْن‬،‫ص‬ ِ ‫ َح َّدثَنَا أَبُو اأْل َ ْح َو‬،َ‫ش ْيبَة‬ َ ‫َح َّدثَنَا أَبُو بَ ْك ِر ْبنُ أَبِي‬
‫صلّى‬ َ ‫ستَأْ َذ َن َعلَى النَّبِ ِّي‬ ْ ‫ َح َّدثَنَا َر ُج ٌل َمنْ بَنِي َعا ِم ٍر أَنَّهُ ا‬:‫ قَا َل‬،‫ِر ْب ِع ٍّي‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ أَلِ ُج؟ فَقَا َل النَّبِ ُّي‬:‫ت فَقَا َل‬ ٍ ‫سلَّ َم َوه َُو فِي بَ ْي‬
َ ‫هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫ قُ ِل‬:ُ‫ فَقُ ْل لَه‬،‫ان‬ َ ‫ستِ ْئ َذ‬
ْ ‫اخ ُر ْج إِلَى َه َذا فَ َعلِّ ْمهُ ااِل‬
ْ " :‫سلَّ َم لِ َخا ِد ِم ِه‬ َ ‫َو‬
َّ ‫ ال‬:‫ فَقَا َل‬،‫س ِم َعهُ ال َّر ُج ُل‬
،‫ساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم‬ َ َ‫ أَأَد ُْخ ُل؟ " ف‬،‫ساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم‬
َّ ‫ال‬
)‫ فَ َد َخ َل (رواه أبو داود‬،‫سلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫أَأَد ُْخ ُل؟ فَأ َ ِذ َن لَهُ النَّبِ ُّي‬

Dari Rib’y bin Hirasy berkata : ‘’ Seseorang dari Bani Amir menceritakan kepada
kami bahwa ia minta izin untuk masuk ke rumah Nabi SAW, sedangkan Beliau berada
di dalam rumah. Orang itu mengucapkan ‘’Bolehkah saya masuk?’’ kemudian
Rasulullah SAW bersabda pada pelayannya: ‘’ Keluarlah dan ajarkan kepada orang itu
tentang tata cara mainta izin. Katakana kepadanya :’’Ucapkanlah assalamu’alaikum
bolehkah saya masuk?’’Orang itu mendengar apa yang disabdakan Beliau, maka ia

8
mengucapkan:’’Assalamu’alaikum bolehkah saya masuk?’’ kemudian Nabi memberi
izin kepadanya dan ia pun masuk ‘’ (HR. Abu Daud).

b. Penjelasan Hadist

Hadist diatas menjelaskan adab masuk ke rumah orang lain. Nabi tidak
mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumah Beliau sebelum mengucapkan salam
dan minta izin atau permisi. Seorang sahabat yang bernama Rib’y bin Hirasy
memberitakan bahwa ada seorang laki-laki dari Bani Amir ingin bertemu dengan
Rasulullah hanya minta izin atau permisi saja tidak memberi salam terlebih dahulu
dengan ucapannya: ‘’Bolehkah saya masuk?’’Nama seorang laki-laki Bani Amir disini
tidak disebutkan, tetapi yang jelas dia seorang sahabat, Karena is bertemu dan beriman
kepada Rasulullah dia seorang sahabat, karena ia bertemu dan beriman kepada
Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mengajarkannya melalui pembantunya atau asisten
untuk memberi pengajaran bagaimana sebenarnya dalam Islam etika masuk ke rumah
orang lain yaitu dengan memberi salam, kepada penghuninya dan minta izin. Hal ini
dilakukan sudah menjadi kewajiban seorang Nabi atau seorang guru ketika melihat
ketimpangan atau kekeliruan yang dilakukan seorang sahabat atau murid segera
diluruskan. Nabi bersabda kepada pembantunya:

‘’Keluarlah dan ajarkan kepada oang itu tentang tata cara minta izin’’

Asisten Rasul itu disuruh keluar berhadapan dengan tamu yang akan bertemu
tersebut. Artinya antara pengajar dan yang diajar memang harus ada pertemuan secara
langsung, agar materi ajar dapat disampaikan dan dapat diterima dengan baik. Setelah
bertemu dan bertatap muka barulah dimulai proses pembelajaran. Lanjutan sabda
Beliau:

‘’Ucapkanlah assalamu’alaikum bolehkah saya masuk?’’

9
Tetapi laki-laki tersebut mendengar pengajaran Rasul yang akan diberikan melalui
asistennya. Lantas laki-laki tersebut melakukannya memberi salam dan minta izin
kemudian diizinkan masuk oleh Rasul SAW.

Metode penyampaian hadits di atas dalam konteks pendidikan adalah metode


asistensi, artinya pengajaran masuk ke rumah orang lain diberikan oleh asisten Nabi
yakni pembantunya tidak langsung oleh Nabi sendiri. Nabi mengajarkan kepada
asistennya dan asisten mengajarkan sepada tamu yang ingin. Bertemu Rasulullah agar
mengucapkan :’’assalamu’alaikum (dan permisi) bolehkah saya masuk?’’. Setelah itu
baru dizinkan masuk. Demikian kebijakan seorang guru, yakni Rasulullah ketika
melihat seorang sahabat salah melakukan sesuatu langsung diluruskan dengan penuh
bijaksana, dalam hal ini cukup melalui orang lain karena dipandang melalui asisten
lebih layak.

3. Metode Drama
a. Hadits
Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW mewakilkan saya untuk
menjaga zakat pada bulan Ramadhan, kemudian ada seseorang datang dan
mengambil segenggam makanan maka orang itu saya tangkap dan saya berkata:
“Sungguh kamu akan saya laporkan kepada Rasullah SAW”, Ia
berkata:”Sungguh saya adalah seorang miskin dan saya mempunyai banyak
tanggungan keluarga serta saya sangat membutuhkan makanan”. Maka saya
lepaskan orang itu, pagi harinya Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Abu
Hurairah apa yang diperbuat tawananmu tadi malam?” Saya menjawab: “Wahai
Rasulullah ia mengeluh sangat membutuhkan makanan sedangkan ia mempunyai
banyak tanggungan keluarga maka saya kasihan kepadanya lantas saya
lepaskan”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya ia berdusta kepadamu dan ia akan
datang lagi”.

10
Saya percaya ia kan datang lagi karena Rasulullah telah menyabdakan hal
itu, maka saya awasi dia. Kemudian orang itu datang lagi dan mengambil
segenggam makanan, maka saya berkata: “Sungguh kamu akan saya laporkan
kepada Rasulullah SAW”. Ia menjawab: “Maafkan saya, karena sesungguhnya
saya adalah orang miskin dan mempunyai banyak keluarga, saya tidak akan
mengulanginya lagi”, saya pun merasa kasihan kepadanya maka saya lepaskan.
Pagi harinya Rasulullah SAW bertanya kepada saya: “Wahai Abu Hurairah apa
yang diperbuat oleh tawananmu”. Saya menjawab: “Wahai Rasulullah ia
mengeluh sangat membutuhkan makanan sedangkan ia mempunyai banyak
keluarga maka saya merasa kasihan padanya kantas saya lepaskan”. Beliau
bersavda: “Sesungguhnya ia berdusta kepadamu dan ia akan kembali lagi”.
Kemudian saya jaga benar untuk ketiga kalinya. Tiba-tiba ia datang kembali
dengan mengambil segenggam makanan maka orang itu saya tangkap dan saya
berkata: “Sungguh kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah SAW ini adalah
perbuatan yang ketiga kalinya dimana kamu berjanji tidak akan mengulangi
tetapi ternyata kamu mengulangi lagi. Ia berkata: “Lepaskan saya, pasti saya
akan ajarkan beberapa kalimat yang mana Allah memberi manfaat kepadamu
dengannya”.
Saya bertanya apakah kalimat itu? Ia berkata: “ Apabila kamu hendak tidur
maka bacalah ayat kursi yang berbunyi: “Allahumma la illaha illa huw al-
hayyu al-qayyum… sampai akhir ayat. Maka kamu senantiasa mendapat
perlindungan dari Allah dan setan tidak akan datang mendekat kepadamu
sampai waktu pagi. Kemudian ia saya lepaskan. Pagi harinya Rasulullah SAW
bertanya kepada saya: “Apa yang diperbuat oleh tawananmu tadi malam? Saya
menjawab: “Wahai Rasulullah, ia memberitahu kepada saya beberapa kalimat
yang mana Allah memberi manfaat kepada saya dengannya, maka saya
lepaskan. Beliau bertanya: “Kalimat-kalimat apa itu?” Saya menjawab: “Ia
berkata kepada saya, apabila kamu hendak tidur maka bacalah ayat kursi dari
awal sampai akhir, yaitu ayat: Allahumma la illaha illa huw al-hayyu al-

11
qayyum. Dan ia berkata pula kepada saya: niscaya Allah selalu memberi
perlindungan kepadamu dan setan tidak akan datang kepadamu sampai waktu
pagi”. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya ia berkata benar kepadamu
walaupun ia adalah pembohong, tahukah kamu siapa yang datang kepadamu
selama tiga malam itu wahai Abu Hurairah?” Saya menjawab: “Tidak tahu”.
Beliau bersabda: “Itu adalah setan.” (HR. al-Bukhari)
b. Penjelasan Hadist
Hadis di atas menjelaskan bahwa Abu Hurairah dipercayakan atau
dijadikan wakil Rasul untuk menjaga zakat fitrah. Wakil tentunya akan
melaksanakan segala pekerjaan yang diwakilkan. Atau akan mengatur segala
kebijakan dengan izin orang yang mewakilkan. Zakat fitrah disebut zakat
Ramadhan, karena hanya dikeluarkan pada bulan Ramadhan sekalipun waktu
kewajibannya pada malam takbiran. Harta zakat fitrah (kurma) itu dihimpun
oleh para sahabat untuk dibagikan kepada yang berhak pada malam takbiran
atau malam lebaran Idul Fitri.
Harta zakat ini dicuri oleh seseorang yang berpenampilan seorang miskin
segenggam tangannya. Lalu ia ditangkap oleh Abu Hurairah dan akan
dilaporkan kepada Rasulullah SAW. Tetapi pencuri tersebut beralasan: saya ini
orang miskin, saya punya keluarga yang sangat membutuhkan. Maka pencuri
ini dilepaskan. Pagi harinya Abu Hurairah ditanya Rasul: “Apa yang engkau
lakukan terhadap tawananmu tadi malam?” Abu Hurairah menceritakan
kejadian semalam dan karena kasihan pencuri itu dilepas. Rasul bersabda yang
artinya:
“Sesungguhnya ia berdusta kepadamu dan ia akan kembali lagi”.
Rasulullah memberi isyarat bahwa alasan pencuri itu bohong atau sekedar
membohongi Abu Hurairah dan Beliau mengetahui bahwa pencuri itu akan
kembali. Ini di antara mukjizat beliau yang mengetahui apa yang tidak
diketahui oleh umumnya umat manusia termasuk Abu Hurairah. Abu Hurairah
dapat melihat pencuri sekalipun setan, karena dalam periwayatan Abi al-

12
Mutawakkil, bahwa ketika Abu Hurairah lapor kepada Rasul dipesan ketika
kamu ingin menangkapnya bacalah doa yang artinya “Mahasuci Dzat yang
menundukkan kepada Muhammad.”
Ketika dibacakan doa ini Abu Hurairah bilang: “Ketika aku bacakan doa ini
dia berdiri di hadapanku dan aku tangkap dia’’. Pada malam kedua ternyata
betul datang lagi seorang pencuri tersebut dan mencuri segenggam makanan
dari harta zakat dan di tangkap serta dilepas, karena alasan yang sama
kemudian mendapat komentar yang sama dari Rasulullah. Pada malam ketiga
terulang kembali dan tidak ada maaf dari Abu Hurairah, karena ia selalu
bohong dan bohong. Tetapi kepandaian pencuri ini memang luar biasa pada saat
akan ditindak tegas, ia menggunakan jurus yang tinggi untuk
menghindarkannya. Pencuri itu bilang yang artinya: “Lepaskan aku pasti aku
ajarkan beberapa kalimat yang mana Allah memberi manfaat kepadamu
dengannya.”
Maksud kalimat ini adalah ayat kursi. Barang siapa yang membacanya
niscaya Allah memberi perlindungan dan setan tidak akan datang kepadanya
sampai waktu pagi. Kemudian ia dilepaskan dan pagi harinya Abu Hurairah
ditanya Rasulullah SAW: Apa yang engkau lakukan terhadap tawananmu
semalam? Ia menjawab: “Aku lepas, karena ia mengajarkan aku beberapa
kalimat yang bermanfaat”. Apa itu sahut Rasul: Abu Hurairah menjelaskan
sebagaimana keterangan dari pencuri yang tertangkap tersebut yakni: “Barang
siapa yang akan membacanya niscaya Allah memberi perlindungan dan setan
tidak akan datang kepadanya sampai waktu pagi”. Lantas dijawab Beliau yang
artinya sesungguhnya ia berkata benar kepadamu tetapi ia pembohong.”
Apa yang dikatakannnya yakni materi yang diajarkannya adalah benar,
yakni tentang fadhillah ayat kursi itu memang benar. Lantas Beliau
memperjelas bahwa pencuri tersebut adalah setan. Dalam Hadis tersebut terjadi
proses pembelajaran, guru yang sebenarnya adalah Nabi, Abu Hurairah sebagai
murid dan materi pengajarannya tentang keutamaan ayat kursi. Metode

13
pengajaran yang digunakan adalah dramatisasi atau sosiodrama, yakni bentuk
metode mengajar dengan memerankan cara bertingkah laku di dalam hubungan
sosial suatu tema. Adapun pencurian harta zakat sebagai sebab wurudnya hadis
atau sebab timbulnya pengajaran. Dalam ilmu Hadis pengakuan Nabi terhadap
apa yang dilihat dan apa yang didengar dari seorang sahabat disini adalah Abu
Hurairah disebut Hadis Taqriri.

4. Metode ceramah
a. Hadist
Metode ceramah adalah cara menyampaikan suatu pelajaran tertentu
dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau khalayak ramai. 
Metode ceramah ini pernah dilakukan oleh Rasulullah ketika turun wahyu yang
memerintahkan untuk dakwah secara terang-terangan, seperti hadits berikut:  

‫ ع َْن‬،‫ة‬MM‫ى بْن طَ ْل َح‬M ‫ ع َْن ُموْ َس‬،‫ر‬MM‫ك بْن ُع َم‬ ِ ‫ ع َْن َع ْب ِد ْال َما ِل‬،ٌ‫ َح َد ثَنَا َج ِر ْير‬،‫ قَا َل‬،‫ب‬ ِ ْ‫َح َد ثَنَا قُتَ ْيبَة بْن َس ِع ْي ٌد َو ُزهَي ِْربْن َحر‬
َ ‫وْ ُل هللا‬M ‫ َدعَا َر ُس‬،)125:‫ك ْاألَ ْق َربِ ْينَ " (الشعراء‬
‫ ِه‬M‫لَّى هللاُ َعلَ ْي‬M ‫ص‬ َ َ‫ت هَ ِذ ِه األَيَ ِة " َوأَ ْن ِذر َع ِش ْي َر ن‬ْ َ‫ لَ َّماأَ ْنزَ ل‬،‫أَبِ ْي هُ َري َْرةَ قَا َل‬
،‫ب‬ ِ ‫ َر ْة بْن َك َع‬M‫ابَنِ ْي ُم‬MMَ‫ ي‬.‫ار‬ ِ َّ‫ ُك ْم ِمنَ الن‬M‫ ُذوا أَ ْنفُ ِس‬Mِ‫ أَ ْنق‬، ْ‫ َؤي‬Mُ‫ "يَابَنِ ْي َك َعبْ بِ ْن ل‬،‫ال‬ َ َ‫ فَق‬. ُّ‫ فَ َع ُّم َو َخص‬،‫ فَاجْ تَ َمعُوْ ا‬،‫َو َسلَ َم قُ َر ْي ِسيَّا‬
‫ا‬MMَ‫ا ف‬MMَ‫ ي‬.‫ار‬ِ َّ‫ ُك ْم ِمنَ الن‬M‫ ُذوا أَ ْنفُ ِس‬Mِ‫ اُ ْنق‬، ْ‫ ُد ْال ُمطَلِب‬M‫ابَنِ ْي َع ْب‬MMَ‫ ي‬.‫ار‬ِ َّ‫ ُك ْم ِمنَ الن‬M‫ ُذوا أَ ْنفُ ِس‬Mِ‫ أَ ْنق‬،‫ َم‬M‫َاش‬
ِ ‫ يَابَنِ ْي ه‬.‫ار‬ ِ َّ‫أَ ْنقِ ُذوااَ ْنفَ ِس ُك ْم ِمنَ الن‬
(‫)رواه مسلم‬   " .‫ َغي َْر أَ َّن لَ ُك ْم َر ِح ًما َسا بِلُهَا بِبِاَل لِهَا‬.‫ك لَ ُك ْم ِمنَ هللاِ َش ْيئَا‬ َ َ‫ فَإِنِّ ْي اَل أَ ْمل‬،‫ار‬ِ َّ‫ك ِمنَ الن‬ ِ ‫ أَ ْنقِ ِذيْ أَ ْنفُ ِس‬،ُ‫ِط َمة‬
Menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa’id dan Zuhair ibn Harb,
berkata, “Menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Abdul Malik ibn ‘Umair, dari
Musa ibn Thalhah, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Tatkala diturunkan ayat
ini: “Dan peringatkanlah para kerabatmu yang terdekat(Q.S. Al-Syu’ara:125),
maka Rasulullah SAW memanggil orang-orang Quraisy. Setelah meraka
berkumpul, Rasulullah SAW berbicara secara umum dan khusus. Beliau
bersabda, “Wahai Bani Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah diri kalian dari
neraka! Wahai Bani ‘Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari neraka!
Wahai Bani ‘Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani
Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka!, wahai Fatimah,
selamatkanlah dirimu dari neraka! Karena aku tidak kuasa menolak sedikitpun
siksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya punya hubungan kekeluargaan
dengan kalian yang akan aku sambung dengan sungguh-sungguh”. (H.R.
Muslim )

14
b. Penjelasan Hadits
Hadits tersebut menjelaskan bahwa menyampaikan suatu wahyu, atau
mengajak orang lain untuk mengikuti ajaran yang telah ditentukan, bahkan
memberi peringatan kepada siapapun dapat menggunakan metode ceramah.
Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW berbicara secara umum dan
khusus dihadapan orang-orang Quraisy dengan tujuan mengajak orang-orang
Quraisy dan lainnya untuk menyelamatkan diri dari neraka dengan usahanya
sendiri, karena Rasulullah tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan Allah
terhadap umatnya.
 Aspek Pendidikan, yaitu:

Menyampaikan ilmu kepada orang lain salah satu penyampaiaannya  adalah


dengan metode ceramah
Dengan metode ceramah, murid atau orang yang menerima ilmu itu, akan
lebih merespon dengan mendengarkan apa yang seorang guru bicarakan dalam
ceramahnya.
Dalam penyampaiannya, hendaklah seorang guru untuk mengemas materi
yang ia akan sampaikan dengan tata bahasa yang baik dan mudah diterima oleh
murid.

5. Metode Tanya Jawab


a. Hadist

‫وْ َل هللاِ َم ْن‬M‫ا َل يَا َر ُس‬Mَ‫لَّ َم فَق‬M‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس‬ ِ ‫ع َْن أَبِي ه َُر ْي َرةَ َر‬
َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل َجا َء َر ُج ٌل إلَى َرسُوْ ِل هللا‬

‫ال ثُ َّم‬M
َ َ‫ال ثُ َّم َم ْن ق‬M َ ‫ال ثُ َّم أُ ُّم‬M
َ َ‫ك ق‬ َ ‫ا َل ثُ َّم أُ ُّم‬Mَ‫ا َل ثُ َّم َم ْن ق‬Mَ‫ك ق‬
َ َ‫ا َل ثُ َّم َم ْن ق‬Mَ‫ك ق‬ َ ‫ص َحابَتِ ْي قَال أُ ُّم‬ ُّ ‫أَ َح‬
ِ َّ‫ق الن‬
َ ‫اس بِ ُح ْسنِي‬

َ‫أَبُوْ ك‬

Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada


Rasulallah SAW lalu bertanya, “Ya Rasulallah, siapa orang yang paling
berhak (pantas) mendapat perlakuan baikku?” Rasulallah menjawab “ibumu”.
Laki-laki itu berkata lagi, “siapa lagi” Rasulallah menjawab “kemudian

15
ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, kemudian siapa lagi?”Rasulallah
menjawab, “ibumu”. Laki-laki itu berkata lagi (untuk kali yang keempat),
“kemudian siapa lagi?”Rasulullah menjawab, “sesudah itu ayahmu.” (HR. Al-
Bukhari)

b. Penjelasan Hadist

Hadist di atas menerangkan bahwa suatu ketika ada seseorang laki-laki


datang kepada Rasulullah, kemudian bertanya tentang orang-orang yang
paling berhak untuk dihormatinya. Kemudian terjadilah dialog antara
Rasulullah dan laki-laki tersebut dan Rasulullahpun mengajarinya tentang
akhlak terhadap orang tuanya terutama ibunya, maka terjadilah tanya jawab
antar keduanya.
Imam An-Nawawi mengatakan bahwa, di dalam hadist tersebut terdapat
anjuran untuk berbuat baik kepada kerabat dekat, ibu adalah yang paling
berhak mendapatkan itu, baru kemudian ayah dan kemudian kerabat yang
paling dekat. Para ulama mengatakan bahwa sebab didahulukannya ibu adalah
karena kelelahan, beban berat dan pengorbanannya di saat mengandung,
melahirkan, menyusui, perawatan pendidikan dan lain sebagainya.
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa
kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat
besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah
hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan
pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam menghadapi masa hamil,
kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat
anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya
dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya.
Dari penjelasan hadis diatas, Rasulullah menggunakan metode tanya
jawab sebagai strategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab pertanyaan
dari sahabatnya ataupun sebaliknya. Metode tanya jawab adalah metode
pembelajaran yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara
pendidik dan peserta didik. Sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal
balik antara guru dengan siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab
adalah guru dapat mengetahui sejauh mana murid dapat mengerti dan
mengungkapkan apa yang telah diajarkan.

16
Dimaksudkan metode tanya jawab yaitu: suatu cara menyajikan materi
pelajaran dengan jalan guru mengajukan suatu pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa untuk dijawab, bisa pula diatur pertanyaan-pertanyaan diajukan siswa
lalu dijawab oleh siswa lainnya.
6. Metode Cerita dan Kisah
a. Hadist

َ ِ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ أَ َّن َرس ُْو َل هَّللا‬


‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫َع ْن أَبِي هُ َري َْرةَ َر‬
‫ب ِم ْنهَا ثُ َّم‬ َ ‫ال بَ ْينَا َر ُج ٌل يَ ْم ِشي فَ ْشتَ َّد َعلَ ْي ِه ْال َعطَشُ فَنَ َز َل بِ ْئرًا فَ َش ِر‬ َ َ‫ق‬
ْ ُ َ‫ب يَ ْله‬
‫ال لَقَ ْد بَلَ َغ هَ َذا‬ َ َ‫ش فَق‬ِ َ‫ث يَـأ ُك ُل الثَّ َرى ِم َن ْال َعط‬ ٍ ‫َخ َر َج فَإ ِ َذا َوهُ َو بِ َك ْل‬
‫ب فَ َش َك َر‬ َ ‫ِم ْث َل الَّ ِذي بَلَ َغ بِي فَ َمالَ ُحفَّهُ ثُ َّم أَ ْم َس َكهُ بِفِ ْي ِه ثُ َّم َرقِ َي فَ َسقَى ْال َك ْل‬
ِّ‫ال فِي َكل‬ َ َ‫ارس ُْو ُل هَّللا ِ َوإِ َّن لَنَا فِي البَهَائِ ِم أَجْ رًا ق‬ َ َ‫هَّللا ُ لّهُ فَ َغفَ َر لَهُ قَالُ ْوا ي‬
)‫طبَ ٍة أَجْ ُر (رواه البخارى‬ ْ ‫َكبِ ٍد َر‬

 Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW


bersabda : “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia
merasa sangat haus sekali kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk
kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang
seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati tanah karena sangat
haus, lelaki itu berkata : anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian
masuk kesumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia
(haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu
kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni, sahabat bertanya
wahai Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita menolong
hewan ? Nabi SAW menjawab : disetiap yang mempunyai limpa basah ada
pahalanya”. (HR.Imam Bukhori)

b. Penjelasan Hadist
Ketika seorang laki-laki sedang berjlan tiba-tiba ia merasa sangat haus
sekali, kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan
minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing

17
menjulur-julurkan lidanya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu
berkata: anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk ke sumur
lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil
mengigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur
kepadanya dan mengampuninya.
Menurut Abdullah bin Dinar Allah memasukkan lelaki tersebut ke
surga. Dari hadist ini mengajarkan kepada kita senantiasa saling menyayangi
sesame makhluk Allah meskipun pada hewan yang diharamkan. Hadist
diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat
menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat
memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang
buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang mana
sering dilakukan oleh Rasulullah dalam menyamapaikan ajaran islam.
Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga
menimbulkan minat dikalangan para sahabatnya.
Teknik bercerita ini adalah salah satu teknik yang baik untuk
menerapkan aspek pembangunan insan karena didalamnya mencakup
seluruh metodologi pendidikan yaitu pendidikan mental, akal, jasmani serta
unsur-unsur yang ada dalam jiwa seseorang, pendidikan itu melalui teladan
dan nasehat. Bukti terbaik dari metode ini adalah bagaimana setengah dari
isi kandungan Al-Qur’an adalah tentang cerita atau kisah dalam
penyamapaian ajarannya.

D. Urgensi Metode Pendidikan dalam Islam


Metode merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik.
Metode pendidikan hampir sepenuhnya tergantung kepada kepentingan
peserta didik, para guru hanya bertindak sebagai motivator, stimulator,
fasilitator, ataupun hanya sebagai instruktur. Upaya guru untuk memilih
metode yang tepat dalam mendidik peserta didiknya harus disesuaikan
dengan tuntutan dan karakteristik peserta didiknya. Ia harus mengusahakan
agar pelajaran yang diberikan kepada peserta didiknya mudah diterima.

18
Seorang guru dituntut agar mempelajari berbagai metode yang
digunakan dalam mengajarkan suatu mata pelajaran, seperti bercerita,
mendemostrasikan, mencobakan, memecahkan masalah, mendikusikan
yang digunakan oleh ahli pendidikan Islam dari zaman dahulu sampai
sekarang, dan mempelajari prinsip-prinsip metodologi dalam ayat-ayat Al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Kata urgensi berasal dari bahasa inggris urgency yang berarti keadaan
yang mendesak. Dalam kamus bahasa Indonesia urgensi mempunyai arti
keperluan yang amat penting dan mendesak. Sedangkan selanjutnya telah
dijelaskan pada pembahasan hakikat metodologi pembelajaran
ssebelumnya bahwa metodologi pembelajaran, yaitu ilmu yang membahas
tentang cara/strategi dalam interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Metode merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik.
Metode pendidikan hampir sepenuhnya tergantung kepada kepentingan
peserta didik, para guru hanya bertindak sebagai motivator, stimulator,
fasilitator, ataupun hanya sebagai instruktur. Upaya guru untuk memilih
metode yang tepat dalam mendidik peserta didiknya harus disesuaikan
dengan tuntutan dan karakteristik peserta didiknya. Ia harus mengusahakan
agar pelajaran yang diberikan kepada peserta didiknya mudah diterima.
Penggunaan metode dalam suatu mata pelajaran bisa lebih dari satu
macam. Metode yang variatif dapat membangkitkan motivasi belajar anak
didik. Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah metode harus
mempertimbangkan aspek efektivitasnya dan relevansinya dengan materi
yang disampaikan. Keberhasilan penggunaan suatu metode merupakan
keberhasilan proses pembelajaran yang pada akhirnya berfungsi sebagai
diterminasi kualitas pendidikan. Metode pengajaran haruslah dapat dengan
dilakukan dengan cepat dan efektif. Pengajaran yang efektif artinya
pengajaran yang dapat dipahami murid secara sempurna.

19
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Rasulullah seorang guru yang amat bijak, dalam memberikan pembelajaran
menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang berfariasi disesuaikan
dengan kondisi dan situasi anak didik yang di hadapi tidak hanya terpaku pada
satu metode saja, misalnya hanya ceramah saja sehingga suasana belajar bergairah
dan menyenangkan. Di antara metode yang Beliau gunakan antara lain:
1. Metode Drill dan Eksperimen
2. Metode Asistensi
3. Metode Tanya Jawab
4. Metode Drama
5. Metode Cerita dan Kisah
6. Metode Ceramah

B. Saran
Kepada pihak yang telah membaca makalah kami, mungkin dapat
menemukan metode yang lebih banyak lagi. Karena masih terdapat beberapa
metode yang belum kami jabarkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai. 2002. Pengentar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta Selatan:
Ciputat Pres.

Soleha dan Rada. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Alfabeta.

Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Khon, Abdul Majid. 2012. Hadis Tarbawi. Jakarta: Prenamedia Grup.

21

Anda mungkin juga menyukai